Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN II

LARUTAN DAN KONSENTRASI


I. Tujuan

1. Mampu menimbang zat kimia dengan benar.

2. Membuat larutan dengan berbagai konsentrasi.

3. Mahasiswa menguasai perhitungan yang melandasi teori pengenceran.

4. Mahasiswa terampil melakukan pengencera zat.

II. Teori Dasar

2.1 Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih zat

yang terdispersi baik secara molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat

bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah

larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.

Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.

Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pearut) adalah medium dalam mana

solute larut (Baroroh, 2004).

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga

kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan

menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari sifat semula. Dua zat dapat

bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud
dan sifat zatnya. Oleh karena itu, campuran dapat dibagi atas gas-gas, gas-padat, cair-

cair, cair-padat, dan padat-padat (Syukri, 1999).

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan zat

yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan dalam pelarut disebut zat

terarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan

dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak

dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan cairan

dengan campuran, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa

padat dan gas karena molekul-molekul dalam campuran gas berbar secara acak,

semua gas adalah larutan. Contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi, 1994).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain

air, yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzene,

minyak, asam asetat, akan tetapi bila menggunakan air biasanya tidak disebutkan

(Gunawan dan Roeswati, 2004).

2.2 Konsentrasi Larutan

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan

larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam

sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul

satuan-satuan konsentrasi yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm,

setra ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Menurut Keenan (1989), konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan

beberapa cara, seperti persen berat (w/w), persen volume (v/v), molaritas (M),

molalitas (m), bagian per sejuta (ppm), fraksi mol (x) dan normalitas (N).

a. Persen berat (w/w)

Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100

gram larutan.

Perhitungannya:

%(w/w) = Massa Komponen / Massa Campuran x 100%

b. Persen Volume (v/v)

Persen volume menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL larutan.

Perhitungannya:

%(v/v) = Volume Komponen / Volume Campuran x 100%

c. Molaritas (M)

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.

Perhitungannya:

M = Massa Zat x 100% : Mr x V

d. Molalitas (m)

Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.

Perhitungannya:

m = Massa Zat Terlarut x 1000 : Mr x p

2.3 Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika

suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas

dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar

panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan

kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat,

panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak

mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada didekatnya,

percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).

Menurut Gunawan (2004), rumus pengenceran yaitu : M1V1 = M2V2

dimana : M1 = Molaritas awal larutan

M2 = Molaritas akhir larutan

V1 = Volume awal larutan

V2 = Volume akhir larutan


DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru : Universitas


Lambung Mangkurat Press.

Brady, J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika.

Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta : DEPDIKBUD.

Keenan, C. W. 1989. Kimia Universitas Edisi ke-6. Jakarta : Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai