Anda di halaman 1dari 3

SPONDILOLISTESIS

Spondilolistesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra dalam hubungannya


dengan sacrum, atau kadang dihubungan dengan vertebra lain. Kelainan terjadi akibat hilangnya
kontinuitas-pars intervertebralis sehingga menjadi kurang kuat untuk menahan pergeseran tulang
berakang.

Epidemiologi
Spondilolistesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Spondilolisthesis
degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum populasi pastinya akan mengalami
penuaan. Paling sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria dan 9,1% wanita memiliki
listhesis tipe ini.

Etiologi
Etiologi spondilolistesis sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Konsep umum
masih terfokus pada faktor predisposisi yakni konginetal dan trauma, atau mungkin terjadi
selama masa remaja karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang belakang dari
kegiatan olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola.

Klasifikasi
Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem klasifikasi Wiltse:
1. Displasia
Dijumpai kelainan kongenital pada sacrum bagian atas atau neural arch L5. Permukaan
sakrum superior biasanya bulat (rounded) dan kadang disertai dengan spina bifida.
2. Isthmik atau spondilolitik
Tipe ini disebabkan oleh karena adanya lesi pada pars interartikularis. Tipe ini merupakan
tipe spondilolistesis yang paling sering. Tipe ini mempunyai tiga sub:
 Lytic: ditemukan pemisahan (separation) dari pars, terjadi karena fatique fracture
dan paling sering ditemukan pada usia dibawah 50 tahun
 Elongated pars interarticularis: terjadi oleh karena mikro fraktur dan tanpa
pemisahan pars
 Acute pars fracture: terjadi setelah suatu trauma yang hebat.
3. Degeneratif
Secara patologis dijumpai proses degenerasi. Lebih sering terjadi pada level L4-L5
daripada L5-S1. Ditemukan pada usia sesudah 40 tahun. Pada wanita terjadi empat kali
lebih sering dibandingkan pria. Pada kulit hitam terjadi tiga kali lebih sering
dibandingkan kulit putih.
4. Traumatik
Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada vertebrata yang
menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe ini terjadi sesudah periode
satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars fracture tidak termasuk tipe ini.
5. Patologis
Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut spondilolisthesis
patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan pada elemen posterior dari
metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan
tumor) atau penyakit tulang metabolik

Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah:
1. Nyeri punggung bawah.
Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi tulang belakang
lumbal.
2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau kelemahan pada
kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf dapat menyebabkan hilangnya
kontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.
3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung bawah.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
radiologis. Postur pasien biasanya normal, bilamana subluksasio yang terjadi bersifat ringan.
Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur. Pergerakan tulang belakang
berkurang karena nyeri dan terdapatnya spasme otot. Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang
sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah
diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka keatas seperti
posisi fetus (fetal position). Defek dapat diketahui pada posisi tersebut. Pemeriksaan neurologis
terhadap pasien dengan spondilolistesis biasanya negatif. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya
normal, terkecuali pada pasien dengan sindrom cauda equina yang berhubungan dengan lesi
derajat tinggi.
Foto polos vertebra lumbal merupakan modalitas pemeriksaan awal dalam diagnosis
spondilosis atau spondilolistesis. X ray pada pasien dengan spondilolistesis harus dilakukan pada
posisi tegak/berdiri. CT scan dapat menggambarkan abnormalitas pada tulang dengan baik, akan
tetapi MRI sekarang lebih sering digunakan karena selain dapat mengidentifikasi tulang juga
dapat mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal, dan anatomi serabut saraf) lebih baik
dibandingkan dengan foto polos.

Tatalaksana
1. Non operative
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan non operative
diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit neurologis yang
stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching exercise, pemakaian
brace, pemakain obat anti inflamasi. Angka keberhasilan terapi non-operatif sangat besar,
terutama pada pasien muda. Pada pasien yang lebih tua dengan pergeseran ringan (low
grade slip) yang diakibatkan oleh degenerasi diskus, traksi dapat digunakan dengan
beberapa tingkat keberhasilan.
2. Operative
Pasien dengan defisit neurologis atau pain yang mengganggu aktifitas, yang gagal dengan
non operative manajemen diindikasikan untuk operasi.

Komplikasi
Pada pasien yang membutuhkan penanganan dengan pembedahan untuk menstabilkan
spondilolistesis, dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury (<1%), kebocoran cairan
serebrospinal (2%-10%), kegagalan melakukan fusi (5%-25%), infeksi dan perdarahan dari
prosedur pembedahan (1%-5%).

Anda mungkin juga menyukai