Pengertian
Induksi persalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan pada ibu hamil yang belum inpartu
untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10 % sampai 20 % dari
seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya (Wing DA,
1999) indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term,
polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan
cepat, kanker, PEB, IUFD (Orge Rost, 1995).
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam keadaan
belum terdapat tanda-tanda persalinan (belum inpartu), dengan kemungkinan janin dapat hidup
diluar kandungan (umur diatas 28 minggu). Dengan induksi persalinan bayi sudah dapat hidup
diluar kandungan. Ini merupakan upaya untuk menyelamatkan janin dari pengaruh buruk jika
janin masih dalam kandungan (Manuaba,IBG,dkk,2007).
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak
ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas atau
his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim
secara normal.
Indikasi induksi persalinan dapat ditinjau dari:
1. Indikasi dari ibu
a. Penyakit yang diderita
1) Penyakit ginjal
2) Penyakit jantung
3) Penyakit hipertensi
4) Diabetes mellitus
5) Keganasan payudara dan portio
b. Komplikasi kehamilan
1) Preeklamsia
2) Eklamsia
2. Indikasi janin:
a) Kehamilan lewat waktu
b) Kematian intrauteri
c) Kematian berulang dalam rahim
d) Kelainan kongenital
e) Ketuban pecah dini
f) Polihidramnion berat (Benson,Ralph C,2008)
Kontraindikasi pada induksi persalinan pervaginam terjadi jika tindakan induksi yang akan
dilakukan akan lebih merugikan dibandingkan tindakan seksio cesarea langsung. Kontraindikasi
tersebut adalah:
1. Terdapat distosia persalinan:
a. Panggul sempit atau disproporsi sefalopelvis
b. Kelainan posisi kepala janin
c. Terdapat kelainan letak janin dalam rahim
d. Kesempitan panggul absolut (CD < 5,5 cm)
e. Perkiraan bahwa berat janin > 4.000 gr
2. Terdapat kedudukan ganda
a. Tangan bersama kepala
b. Kaki bersama kepala
c. Tali pusat menumbung terkemuka
3. Terdapat “overdistensi” rahim
a. Kehamilan ganda
b. Kehamilan dengan hidramnion
4. Terdapat anamnesis: perdarahan antepartum
5. Terdapat bekas operasi pada otot rahim:
a. Bekas seksio sesarea
b. Bekas operasi mioma uteri
6. Pada grandemultipara atau kehamilan > 5 kali; dengan oksitoksin, uterus dapat rupture.
Syarat induksi persalinan yang harus dipenuhi adalah:
a. Janin mendekati aterm
b. Tidak terdapat kesempitan panggul atau disproporsi pelvik
c. Memungkinkan untuk lahir pervaginam
d. Janin dalam presentasi belakang kepala
(Manuaba,IBG,dkk,2007)
Sistem Skor Bishop Untuk Menilai Induksibilitas
Sistem skoring serviks “BISHOP” yang digunakan untuk menilai drajat kematangan serviks
Skor 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
(cm)
Pematangan Serviks
1) Farmakologi :
Misoprostol
a) Misoprostol ( 15 - deoks i- 16 hidroksi – 16 – metil – PGE1.,CYTOTEC)
Analog sintetik prostaglandin E1.
b) Misoprostol kalsium bebas intraseluller. Pada saat yang sama terjadi gap
junction myometrium yang memudahkan kontraksi pada uterus.
c) Menstimulasi aktivitas matriks metalloprotease ( MMP)
d) Dijumpai dalam bentuk tablet dengan 2 sediaan 100 mcg dan 200 mcg
e) Dapat diberikan secara vaginal, oral, sublingual, bukal maupun rektal
f) Efek samping : nausea, muntah-muntah, nyeri perut, menggigil, demam,
bronkospasme, infrak miokard.
Oksitoksin
Metode infus oksitoksin adalah metode yang paling lazim dilakukan. Oleh karena itu,
perlu diketahui dengan baik. Menurut “See-Saw Theory” Prof I Scapo dari Universitas
Washington menyatakan bahwa:
1. Prostaglandin banyak dijumpai dalam jaringan tubuh.
2. Progesterone mungkin menghalangi kerja prostaglandin sehingga tidak terdapat
kontraksi otot rahim.
3. Oksitoksin dianggap merangsang pengeluaran prostaglandin sehingga terjadi
kontraksi otot rahim.
4. Pemberian prostaglandin secara langsung dapat meningkatkan kontraksi otot rahim.
Prostaglandin merupakan obat yang cukup mahal, sedangkan induksi persalinan
dengan oksitoksin murah dan efektif.
Metode drip oksitoksin yang dilakukan sebagai berikut:
a) Oksitoksin adalah hormone yang dikeluarkan neurohipofise merangsang secara
langsung jaringan myometrium.
b) Mekanisme pematangan serviks oleh oksitoksin terjadi secara tidak langsung
dimana oksitoksin merangsang desidua untuk memproduksi prostaglandin E dan
prostaglandin F.
c) Prostaglandin E meningkatkan degradasi kolagen, asam hyaluronic hidrofilik,
dilatasi pembuluh darah kecil diserviks.
d) Prostaglandin F meningkatkan glikosominoglikan sehingga serviks menjadi lunak
e) Dijumpai dalam bentuk ampul 10 IU
f) Dapat diberikan secara drip ½ ampul ( 5 IU ) dalam RL 500 cc. tetesan dimulai
dengan 4 tetes/permenit dinaikan 4 tetes/menit setiap 15 menit sampai maksimal
40 tetes/menit.
PGE2
a) Diniprostol ( PGE2 ) dapat diberikan secara intravaginal maupun intraservikal.
b) Prostaglandin bereaksi pada serviks untuk membantu pematangan serviks melalui
sejumlah mekanisme yang berbeda.
c) Meningkatkan substansi ekstraseluler pada serviks dan PGE2 mengakibatakan
aktifitas kolagenase pada serviks.
d) Menyebabkan peningkatan kadar glikosaminoglikan dan asam hialironat pada
serviks. Relaksasi pada otot polos serviks menyebabkan dilatasi.
e) Ada 2 bentuk sediaan dinoprostol yang beredar dipasaran prepidil gel
mengandung 0,5 mg dinoprostol, servidil mengandung 10 mg dinoprostol.
f) Efek samping: mual, muntah, diare, dan demam.
Mifepriston
a) Misopriston adalah sintetik steroid anti progesterone oral yang mengandung anti
glukokortikoid.
b) Kerja mifepristone adalah meniadakan aktivitas progesterone.
c) Dilaporkan Cochrane, ada 7 percobaan yang melibatkan 594 wanita menggunakan
mifepristone untuk pematangan serviks hasilnya menunjukan bahwa wanita
diterapi dengan mifepristone cenderung memiliki serviks matang dalam 48 – 96
jam dibandingkan placebo.
d) Sediaan dari prepara ini adalah tablet yang mengandung 200 mg zat aktif anti
progesterone.
e) Hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai luaran janin dan efek samping
pada ibu, sehingga tidak cukup mendukung bukti keamanan mifepriston dalam
pematangan serviks.
2) Non Farmakologi
Aktifitas seksual
a) Aktifitas seksual secara umum digunakan untuk memulai suatu inisiasi persalinan.
b) Aktifitas seksual ini biasanya mencakup stimulasi pada daerah mammae yang
dapat merangsang pengeluaran oksitoksin.
c) Dengan adanya penetrasi SDR terstimulasi yang menyebabkan pengeluaran
prostaglandin.
d) Orgasme pada wanita dapat menyebabkan kontraksi uterus dan semen pada pria
mengandung prosraglandin yang mempunyai peranan penting pada pematangan
serviks.
Masasse payudara
a) Pemijatan mammae serta stimulasi papilla mammae pengeluaran
oksitoksin dari hipofise posterior sehingga terjadi kontraksi uterus.
b) Metode ini dilakukan dengan memasasse ringan pada salah satu papilla mammae
atau daerah areola mammae dengan ibu jari.
c) Lamanya tiap kali massase ½ - 1 jam kemudian istirahat beberapa jam dan
dilakukan kembali. 1 hari maksimal dilakukan 3 jam.
d) Tidak dianjurkan untuk melakukan bersamaan kedua mammae karena ditakutkan
terjadinya perangsangan yang berlebihan.
3) Mekanik
Laminaria
a) Merupakan higroskopik dilator
b) Berfungsi untuk mengabsorbsi cairan pada endoserviks dan jaringan disekitarnya.
c) Alat ini dapat menyebabkan dilatasi pada endoserviks.
d) Produk ini berupa dilator alami dari batang laminaria japonicum ataupun yang
sintetik.
Induksi persalian dengan memasang laminaria stiff hampir seluruhnya dilakukan
pada janin yang telah meninggal. Pemasangan laminaria stiff untuk janin hidup tidak
diindikasikan karena bahaya infeksi.
1. Pemasangan laminaria dapat didahului atau bersamaan dengan pemberian
estrogen sehingga proses pematanga serviks berlangsung.
2. Laminaria yang dipasang dapat berjumlah 2-3 buah yang dimasukkan kekanalis
servikalis dan ditinggal selama 24-48 jam, kemudian dipasang tampon vaginal.
3. Diberikan profilaksis dengan antibiotika untuk menghindari infeksi.
4. Setelah 24-48 jamdilanjutkan dengan induksi persalinan dengan menggunakan
oksitoksin.
Pemasangan laminaria atau pemberian estradiol dapat mulai menimbulkan kontraksi
otot rahim dan persaliann berlangsung. (Manuaba,IBG,dkk,2007).
Balon kateter
a) Menurut barnes, pada pertengahan abad ke – 19, merupakan yang pertama kali
menggambarkan penggunaan balon kateter untuk pematangan serviks.
b) Pada saat ini yang paling banyak digunakan adalah kateter foley dengan ukuran
balon 25-50 ml.
c) Pada balon diisi cairan sebanyak 30 ml yang kemudian dimasukkan kedalam
serviks sampai balon dari Katter melewati ostium uteri internum dari serviks
selama 8-12 jam.
d) Tekanan mekanis balon kateter selaput ketuban dan segmen bawah uterus (SBR)
terlepas, akibatnya lisosom dalam sel-sel desidua akan terlepas sehingga enzim
litik akan dibebaskan diantaranya fostfolipase A yang berpengaruh dalam
pembentukan asam arokidonat dari fosfokipid. Sehingga terjadi peningkatan
pembentukan prostaglandin serviks menjadi lebih matang.
4) Surgikal
Pemecahan ketuban merupakan salah satu bentuk induksi persalinan. Dengan
keluarnya sebagian air ketuban, terjadi pemendekan otot rahim sehingga otot rahim
lebih efektif berkontraksi.
Indikasi khusus pemecahan ketuban:
1. Perpanjangan fase laten
2. Perpanjangan fase aktif atau secondary arrest
3. Pada hidramnion
4. Pada pembukaan hampir lengkap
Botol 2
a. Mulai dengan dosis 50 IU oksitoksin dalam 500 cc Ringer Laktat
b. Kecepatan tetesan 20 tetes/menit
c. Bila belum timbul kontraksi adekuat, maka dosis dinaikkan 20 IU setiap habis 100 cc
tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi adekuat dan ini
dipertahankan.
d. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol 2 ialah 130 IU oksitoksin, bila setelah kedua
botol tersebut kontraksi belum adekuat maka induksi dianggap gagal.
Bila temukan water intoxication dengan gejala-gejala : kebingungan, kejang dan koma maka
tindakannya adalah :
1. Tetesan segera dihentikan
2. Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyak mungkin
Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitoksin terutama pada janin mati, perlu dilakukan
pemeriksaan tentang proses pembekuan darah.
Jangan berikan oksitoksin 10 unit dalam 500 ml Dextrose 5 % pada pasien multigravida dan
atau penderita bekas Section Caesar.
Indikasi
1. Antepartum
Oxytocin dapat meningkatkan kontraksi uterus, agar proses persalinan dapat berjalan
lebih cepat untuk kepentingan ibu dan atau fetus. Dapat digunakan untuk :
a. Induksi persalinan
b. Stimulasi atau memperkuat kontraksi persalinan, seperti pada inersia uteri.
c. Terapi tambahan pada abortus inkomlit ataupun abortus yang terjadi pada trimester
II.
2. Postpartum
Oxytosin dapat membantu menghasilkan kontraksi uterus pada kala III persalinan,
sehingga dapat mengontrol perdarahan postpartum.
Kontraindikasi
1. Disproporsi sefalopelvik
2. Kelainan letak yang diperkirakan tidak dapat lahir spontan pervaginam,misalnya letak
lintang.
3. Pada kasus-kasus gawat, dimana lebih baik melakukan tindakan operasi section caesaria.
4. Gawat janin
5. Pemakaian terus menerus pada inersia uteriatau toksemia yang berat.
6. Kontraksi hipertonus
7. Hipersensitif
8. Induksi persalinan dimana persalinan secara spontan pervaginam merupakan
kontraindikasi, seperti rupture tali pusat, plasenta previa totalis, vasa previa.
Efek samping
Pada ibu : reaksi anafilaktik, hemarogik postpartum, aritmia,afbrinogenemia, mual, muntah,
kontraksi ventikular premature, hematoma pelvik, intoksikasi air,kontraksi
tetanik,rupture uteri.
Pada janin : bradikardi, kontraksi ventrikel premature dan bentuk aritmia lainnya, kerusakan
permanen susunan saraf pusat, kematian fetus, perdaahan retina, rendahnya nilai
Apgar pada menit ke-5, ikterik neonatorum.
Pengawasan His
Kontraksi uterus harus dievaluasi secara terus-menerus dan oksitoksin dihentikan apabila
kontraksi tetap lebih dari 5 kali dalam periode 10 menit atau 7 kali dalam periode 15 menit ;
apabila kontraksi berlangsung lebih lama dari 60-90 detik ; atau apabila pola frekuensi
denyut jantung janin menjadi menghawatirkan. Pada hiperstimulasi, penghentian segera
oksitoksin hampir selalu menurunkan frekuensi kontraksi dengan cepat. Apabila
pemberiannya dihentikan, konsentrasi oksitoksin dalam plasma dengan cepat turun karena
rata-rata waktu paruhnya adalah sekitar 5 menit.
Kontraksi Rahim bisa berlebihan, oleh karenanya induksi benar-benar harus berada
dalam pengawasan sempurna dari dokter kandungan. Bila ibu merasa tidak tahan dengan
rasa sakit yang ditimbulkan, proses induksi akan dihentikan. Kemudian, akan dilakukan
operasi Caesar.
Pada persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan makin lama,
makin sering, dan makin sakit. Lakukan pengamatan his setiap jam pada fase laten dan
setiap setengah jam pada fase aktif. His yang diamati adalah frekuensi (berapa sering
dirasakannya dalam 10 menit) dan lama masing-masing his berlangsung (dalam detik)
Di bawah garis waktu ada lima kotak kosong melintang yang pada sisi kirinya tertulis
his/10 menit. Satu kotak menggambarkan 1 his. Bila ada dua his dalam 10 menit, diarsir 2
kotak. Lamanya his digambarkan dengan arsiran yang berbeda dalam kotak. Lama his < 20
detik berupa titi-titik pada kotak, 20-40 detik berupa garis miring atau arsiran, dan > 40 detik
diarsir hitam sepenuhnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dan Diawasi Selama Pemberian Pitocin Drip
1. Keadaan Uterus
Selama pemberian berlangsung, keadaan uterus harus diawasi dengan cermat kadang-
kadang dapat terjadi kontraksi yang menetap dan akan mengganggu sirkulasi plasenta,
untuk mengatasi kontraksi uterus, infus oksitoksin segera dihentikan dan diberikan obat
anastesi umum.
2. Memberi infus oksitoksin merupakan kontra indikasi pada ibu hamil yang menghadapi
resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan mal presentasi/ solusio
plasenta atau dengan resiko ruptur uteri yang tinggi pemberian infus oksitoksin yang
terus-menerus pada kasus dengan resistensi dengan inersia uterus merupakan
kontraindikasi.(Suejordan-2004)
3. Hal yang harus diperhatikan adalah stabilitas tetesan infus (misalnya dengan
menggunakan infusion pump) dan monitoring kuat, frekuensi, dan durasi kontraksi serta
detak jantung janin.
4. Jika kontraksi menjadi terlalu kuat (hiperaktivitas), atau adanya gawat janin, infus dapat
dihentikan secara mendadak dan stimulasinya pada otot uterus akan segera berkurang.
Maksud dari indikasi untuk persalinan adalah Induxin hanya boleh digunakan bila
sungguh-sungguh ada indikasi medis. Pemberian harus dilakukan di rumah sakit dan
dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman. Bila diberikan untuk induksi dan
mempercepat persalinan, Induxin hanya boleh diberikan melalui infus intravena dan
tidak melalui injeksi bolus intravena. Penting untuk melakukan pengawasan yang ketat
pada denyut jantung janin dan mortilitas uteri (frekuensi, kekuatan, dan lama kontraksi),
sehingga dosis dapat disesuaikan dengan respon individu.
Penilaian Keberhasilan