- Setiap menit, bangsa-bangsa di dunia mengeluarkan uang sebanyak $1.8 juta untuk
persenjataan mereka;
- Setiap jam 1500 anak mati karena kasus-kasus yang berhubungan dengan kelaparan;
- Setiap hari, suatu jenis mahluk hidup musnah;
- Setiap minggu, selama tahun 1980an, lebih banyak orang ditahan, disiksa, dibunuh,
menjadi pengungsi, atau dengan berbagai cara telah ditindas dengan berbagai
tindakan represif dari pada yang pernah terjadi dalam sejarah;
- Setiap bulan, sistem ekonomi dunia menambahkan lebih dari $7,5 miliar hutang yang
tak terbayarkan dari hutang yang sudah ada sebesar $1.500 milar pada bangsa-bangsa
Dunia Ketiga;
- Setiap tahun, suatu daerah seluas tiga perempat semenanjung Korea dirusak atau
hilang;
- Setiap dekade, kalau kecenderungan pemanasan bumi berlanjut, suhu bumi dapat
meningkat secara drastik (antara 1,5 – 4,5 derajat Celicius), dengan akibat terjadi
kenaikan permukaan laut, yang memiliki akibat berbahaya, khususnya bagi daerah-
daerah pesisir di bumi.
b.Neo-Kapitalisme
Sejalan dengan runtuhnya Sosialisme, kapitalisme di dunia Barat ternyata juga kolaps,
dengan berkembangnya keserakahan, hidup tanpa makna, nilai dan norma. Amerika yang
pada tahun 1970an merupakan negara donor terbesar di dunia, pada akhir masa Reagan
berubah menjadi negara penghutang terbesar di dunia.
c. Runtuhnya Jepangisme
Jepang yang sebelumnya berhasil dalam bidang ekonomi dengan slogan kebanggaannya,
The Japan that Can Say No, ternyata harus mengakui bahwa sistem ekonominya
bangkrut juga.
3. Mengapa Etika?
Dalam setiap kehidupan masyarakat manusia, selalu saja ada orang yang berusaha
menjauhi kejahatan dan berusaha berbuat kebaikan, siapa pun masyarakat itu. Orang
tidak hanya selalu mengikuti keinginannya begitu saja, akan tetapi juga mengetahui yang
baik dan yang jahat.
Kesulitan dari kehidupan demokratik pada masyarakat plural adalah apabila tidak
diperoleh konsensus bersama, paling tidak untuk memungkinkan kelompok minoritas
turut menyumbangkan perannya dalam kehidupan bersama.
Karenanya dibutuhkan nilai, norma dan sikap bersama yang minimal supaya manusia
bisa hidup bersama.
4. Koalisi antara Yang Percaya (believers) dan Yang Tidak Percaya (non-bbelievers).
Bahkan di antara orang-orang yang kini cenderung menolak agama, mereka masih hidup
secara bermoral karena memiliki tanggungjawab bagi mereka sendiri dan juga bagi dunia.
Karenanya, orang harus dibebaskan untuk mememiliki atau menolak agama dan harus
ada koalisi minimum antara Yang Percaya dan YangTidak Percaya kepada Tuhan untuk
bisa hidup bersama secara damai.
2. Masalah Kebenaran
Perdamaian agama selalu terganggu dengan masalah kebenaran.
a. Strategi Benteng:
Dasarnya: Hanya agama saya sendiri yang yang benar (true), yang lainnya tidak dan
perdamian agama dijamin hanya oleh satu agama yang benar itu saja.
c. Strategi Merangkul:
Dasarya: Hanya satu agama yang benar dan semua agama yang telah ada dalam sejarah
memeliki sebagian kebenaran dari agama yang benar itu, dan perdamaian agama akan
dicapai secara baik lewat integrasi semua agama itu.
Karenanya dibutuhkan strategi keempat, yaitu Ekumenisme.
Dalam strategi ini dibutuhkan satu kriteria bersama. Kung mengusulkan humanum
(manusia) sebagai satu-satunya kriteria.
Dialog ini harus terjadi pada semua tahap masyarakat dan meliputi semua lapisan
masyarakat dan tidak dapat hanya dibatasi oleh para pemuka agama saja.
Pada Pertemuan di Chicago tahun 1993, para peserta berhasil merumuskan Etika Global
itu.
Ajaran yang sama (Golden Rule = Kaidah Kencana) dari agama-agama dunia dalam
merumuskan Etika Global:
Islam:
’Tak seorang darimu adalah orang percaya selama ia tidak mengingikan bagi
sesamanya apa yang ia sendiri inginkan bagi dirinya sendiri.’ (40 Hadits dari an-
Nawawi, 13)
Jainism:
’Manusia tidaklah berbeda dengan hal-hal duniawi dan memperlakukan semua
ciptaan di dunia ini sebagaimana mereka ingin diperlakukan sendiri
(Sutrakritanga I, 11, 33).
Agama Buddha:
’Sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak mengenakkan bagi saya
seharusnyalah juga tidak bagi orang lain; bagaimana mungkin saya memaksakan
bagi orang lain sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak mengenakkan bagi
saya? (Samyutta Nikaya V, 353.35-342.2)
Agama Hindu:
’Tidaklah sepantasnya seseorang melakukan kepada sesamanya hal-hal yang dia
sendiri tidak menginginkannya: itulah inti moralitas.’ (Mahabharata XIII 114,8).
Etika Global
1. Tuntutan Mendasar:
2. Empat Keharusan:
Sumber dari Kitab Suci diharapkan member dukungan kuat bagi Etika Global.