Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Usia : 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bongos, Pagergunung, Ngablak
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Agama : Islam

Datang ke Rumah Sakit : 17 Februari 2018


Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis tanggal 18 Februari 2018 di
Ruang C7 Bangsal Seruni RST dr. Soedjono
Magelang

SUBJEKTIF
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas
Keluhan Tambahan
Kedua tangan dan kedua kaki bengkak,perut pasien juga membesar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan sesak
napas sejak1 minggu SMRS. Sesak dirasakan terus menerus, dimulai saat
beraktivitas dan membaik dengan istirahat namun aktivitas yang lebih ringan dari
aktifitas sehari-hari menyebabkan kelelahan dan sesak. Saat tidur, pasien merasa
lebih nyaman jika memakai 3 bantal.

1
Selain itu, pasien juga merasakan bengkak pada kedua tangan dan kaki sejak
1 bulan SMRS. Pembengkakan dimulai dari kaki terlebih dahulu setelah itu diikuti
dengan bengkak pada tangan. Bengkak pada kaki pasien membuat pasien menjadi
sulit untuk berjalan. Pasien juga merasakan perutnya sering sebah dan dirasakan
semakin membesar, namun tidak ada nyeri pada perut. Batuk juga dirasakan
pasien sejak 1 bulan yang lalu, batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan
dahaknya. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien merasa mual namun tidak
muntah. Pasien merasa pegal-pegal sejak 2 minggu ini dan merasa lemas.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien sebelumnya pernah dirawat bulan September 2017 dengan penyakit
HT.
 Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Penyakit Paru : Diakui sejak 1 tahun yang lalu
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat HT : Diakui sejak 1 tahun yang lalu
 Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit yang sama : Disangkal
 Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Penyakit Paru : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat HT : (+)
 Riwayat DM : Disangkal
 Riwayat Gagal Ginjal : Disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat sebelumnya dan jarang untuk kontrol
Riwayat Sosial Ekonomi & riwayat kebiasaan

2
Pasien seorang kepala rumah tangga yang berkerja sebagai petani, pasien
tinggal bersama istrinya dan kedua anaknya bertempat tinggal yang berbeda
dengan pasien. Kegiatan sehari-hari pasien adalah bertani. Pasien mengakui
merokok, namun 1 bulan ini sudah berhenti merokok. Pasien mengatakan dulu
merokok 1 batang per hari. Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol.

OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis / E4 M6 V5 (GCS : 15)
 BB : 60 kg
 TB : 170 cm
 BMI : 20,7 (Normoweight)
 Vital Sign :
- Tekanan Darah: 180/100 mmHg
- Nadi : 79 x / menit
- Respirasi : 30 x / menit
- Temperatur : 36 0C
- Saturasi : 73 %
 Kepala :
- Normosefal, rambut warna hitam, distribusi merata, rambut tidak
mudah dicabut
 Wajah :
- Simetris, kulit muka keras dan tegang, edema (-), nafas cuping
hidung (-)
 Mata :
- Konjungtiva Anemis -/- Sclera Ikterik -/-
- Pupil Isokor dengan diameter 3 mm, Refleks Pupil +/+
 Hidung :
- Nafas cuping hidung (-)
- Deviasi septum (-)
- Mukosa hiperemis -/-

3
- Sekret -/-
 Mulut :
- Mukosa normal
- Gigi-geligi dalam batas normal
- Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, uvula ditengah
 Leher : KGB tidak teraba, JVP meningkat
 Thorax :
- Pulmo

Pemeriksaan Pulmo Dekstra Pulmo Sinistra


Inspeksi Pergerakkan dada simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-)
Palpasi Vocal fremitus (+/+)
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Suara napas vesikuler (+/+), Ronkhi Basah halus (+/+),
Wheezing (-/-)

- Cor
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi :
o Batas kanan atas jantung di parasternal kanan ICS II
o Batas kanan bawah jantung di linea parasternal kanan ICS V
o Batas kiri bawah jantung linea midclavicula sinistra ICS VI
o Pinggang Jantung di linea parasternal kiri ICS III
o Auskultasi : BJ I-II irama reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen :
o Inspeksi : cembung, simetris, jejas (-)
o Auskultasi: BU (+) normal
o Palpasi :, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : Timpani – pekak (Shiffting dulnes +)
 Extremitas :
- Akral hangat ext. superior +/+ , ext. inferior +/+

4
- Edema ext superior dan inferior
- CRT <2s

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai Normal
WBC 4,4 3,6 – 11,0
LYM 0,5 0,5 – 5,0
MID 0,4 0,1 – 1,5
GRA 3,4 1,2 – 8,0
LYM% 12,1 (L) 15,0 – 50,0
MID% 9,5 2,0 – 15,0
GRA% 78,4 65,0 – 80,0
RBC 3,60 3,90 – 5,50
HGB 12,4 12,0 – 16,0
HCT 35,8 35,0 – 47,0
MCV 99,5 80,0 – 100,0
MCH 34,4 26,0 – 35,0
MCHC 34,6 31,0 – 36,0
PLT 167.000 150 – 440
PCT 0,02 0,20 – 0,50
PDW 9,1 10,0-18,0

Kimia darah
SGOT : 144 U/L (0-37)
SGPT : 52 U/L (0-41)
UREA : 90 mg/dL (17-43)
CREATININE : 1,3 mg/dL (0,9-1,3)
GDS :140

DAFTAR MASALAH
Anamnesis :
1. Sesak napas
2. Biasa tidur dengan 3 bantal
3. Sesak saat aktifitas
4. Bengkak pada kedua tangan dan kedua kaki
5. Batuk

5
6. Lemas
7. Pegal-pegal
Pemeriksaan Fisik :
1. Tampak sesak
2. Tekanan darah tinggi
3. Leher JVP meningkat
4. Kesan Kardiomegali
5. Ronkhi basah halus +/+
6. Abdomen: shifting dulnes +
7. Edema ext superior dan inferior
Pemeriksaan Penunjang:
1. SGOT: 144
2. SGPT: 52
3. GDS : 140

Hipotesis:
1. Dyspnea e.c CHF
2. HT grade II
3. Edema Anarsaka
4. Sindrom Nefrotik

DIAGNOSIS
1. CHF
2. HT gr II
3. Edema Anarsaka

PLANNING
Diagnostik:
1. EKG
2. Lab Albumin
Terapi:
- IVFD RL lini 12 tpm

6
- Inj Metronidazole
- Inj Omeprazole 1x1
- Inj Lasix 1-1-0
- Captropril 3 x 12,5 mg
- Spironolakton 1-6-0
- O2 3 lpm posisi setengah duduk

Monitoring
a. Keadaan umum dan vital sign
b. Perbaikan gejala
c. Status generalis (head to toe)

Edukasi
a. Diet rendah garam dan kolesterol
b. Makan makanan dalam porsi kecil namun sering
c. Hindari makan menjelang waktu tidur
d. Aktivitas fisik rutin minimal 30 menit tiap hari
e. Monitoring rutin tekanan darah
f. Monitoring kadar kolesterol dan gula darah
g. Petahankan IMT <18,5-24,5 kg/m2

Prognosis:
Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia

FOLLOW UP

Tanggal Catatan Integrasi Instruksi


17/02/18 S : Sesak (+), nyeri dada (-), lemas P:
Pukul (+), Batuk (+) - Infus RL 12 tpm
12.00 O : KU: sakit sedang - O2 3 lpm Rl lini 12 tpm

7
Kes: compos mentis - Posisi setengah duduk
TTV:TD: 180/100 - Inj Metronidazol 3x1mg
N: 80x/menit - Inj Lasix 1-1-0
RR: 26x/menit - Inj Omeprazole 1x1
T: 36oC - Captopril 3x1,2 mg
SpO2 : 90% dengan O2 NRM 8-10 - Spironolakton 1-6-0
lpm
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP Meningkat
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh (-
), BJ 1&2 reg, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Edema anarsaka

8
Hasil EKG

Kesan:

- Irama: Sinus
- HR: 84x/mnt
- Axis: RAD
- Gel P: Normal < 120 ms
- Komp QRS: Sempit, poor R wave
- Internal: P-R: normal
- Sg ST: normal
- Gel T: Inverted V1 V3
- RVH

18/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk P:


Pukul berkurang, kaki dan tangan masih - Infus RL 12 tpm
07.00 bengkak - O2 3 lpm Rl lini 12 tpm
O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Posisi setengah duduk
Kes: compos mentis - Inj Metronidazol 3x1mg

9
TTV:TD: 110/70 - Inj Lasix 1-1-0
N: 80x/menit - Inj Omeprazole 1x1
RR: 28x/menit - Captopril 3x1,2 mg
T: 36,5oC - Spironolakton 1-6-0
SpO2 : 94%  99% NC O2 4 LPM - Cek Albumin
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Edema anarsaka

HASIL LABORATORIUM

Tanggal 18 – 02 - 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Albumin 3,39 3,50-5,20

19/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk P:


Pukul berkurang, kaki dan tangan masih - O2 3 lpm

10
07.00 bengkak - Infus RL lini 12 tpm
O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Inj Metronidazol 3x500 mg
Kes: compos mentis - Inj Lasix 1-1-0 naik 2-1-1
TTV:TD: 120/80 - Captopril 3x1,2 mg
N: 82x/menit - Inj Omeprazole 1x1
RR: 26x/menit - Spironolakton 1-0-0
T: 36,4oC
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

HASIL LABORATORIUM

Tanggal 19 – 02 - 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


HEMATOLOGI

11
Hemoglobin 14,2 12.0-15.0 g/dl
Hematokrit 39,6 37-43 %
Eritrosit 4,69 3,90 – 5,50 Juta/µL
Leukosit 7,4 5000-10000/µL
Trombosit 177.000 150.000-400.000/µL
MCV 84,4 80-100 fL
MCH 30,3 26-34 pq
MCHC 35,9 32-36 g/dl

20/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk , P:


Pukul kaki dan tangan masih bengkak - O2 3 lpm
07.00 O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Infus RL lini 12 tpm
Kes: compos mentis - Inj Metronidazol 3x500 mg
TTV:TD: 110/80 - Inj Lasix 1-1-0 naik 2-1-1
N: 80x/menit - Captopril 3x1,2 mg
RR: 26x/menit - Inj Omeprazole 1x1
T: 36oC - Spironolakton 1-0-0
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia

12
Edema anarsaka

21/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk , P:


Pukul kaki dan tangan masih bengkak - O2 3 lpm
07.00 O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Infus RL lini 12 tpm
Kes: compos mentis - Inj Metronidazol 3x500 mg
TTV:TD: 120/80 - Inj Lasix 1-1-0 naik 2-1-1
N: 98x/menit - Captopril 3x1,2 mg
RR: 26x/menit - Inj Omeprazole 1x1
T: 36oC - Spironolakton 1-0-0
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

22/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk , P:


Pukul kaki dan tangan masih bengkak - O2 3 lpm
07.00 O : KU: sakit sedang, tampak sesak

13
Kes: compos mentis - Infus RL lini 12 tpm
TTV:TD: 110/80 - Inj Metronidazol 3x500 mg
N: 80x/menit - Inj Lasix 1-1-0 naik 2-1-1
RR: 26x/menit - Captopril 3x1,2 mg
T: 36oC - Inj Omeprazole 1x1
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM - Spironolakton 1-0-0
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

23/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk , P:


Pukul kaki dan tangan masih bengkak - O2 3 lpm
07.00 O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Infus RL lini 12 tpm
Kes: compos mentis - Inj Metronidazol 3x500 mg
TTV:TD: 130/70 - Inj Lasix 3x2 amp
N: 82x/menit - Captopril 3x1,2 mg
RR: 26x/menit - Inj Omeprazole 1x1
T: 36oC - Spironolakton 1-0-0
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-

14
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

24/02/18 S : sesak (+), lemas (+), batuk , P:


Pukul kaki dan tangan masih bengkak - O2 3 lpm
07.00 O : KU: sakit sedang - Infus RL lini 12 tpm
Kes: compos mentis - Inj Metronidazol 3x500 mg
TTV:TD: 150/90 - Inj Lasix 3x2 amp
N: 84x/menit - Captopril 3x1,2 mg
RR: 26x/menit - Inj Omeprazole 1x1
T: 36oC - Spironolakton 1-0-0
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting

15
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

25/02/18 S : sesak berkurang, lemas (+), P:


Pukul batuk , kaki dan tangan masih - O2 3 lpm
07.00 bengkak - Infus RL lini 12 tpm
O : KU: sakit sedang - Inj Metronidazol 3x500 mg
Kes: compos mentis - Inj Lasix 3x2 amp
TTV:TD: 120/80 - Captopril 3x1,2 mg
N: 80x/menit - Inj Omeprazole 1x1
RR: 24x/menit - Spironolakton 1-0-0
T: 36oC
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: Dyspnea e.c CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia

16
Edema anarsaka

26/02/18 S : sesak berkurang ,kaki dan P:


Pukul tangan masih bengkak - Spironolakton 1-0-0
07.00 O : KU: sakit sedang - KSR 1x1
Kes: compos mentis - Furosemid 1-1-0
TTV:TD: 110/80 - Neurosanbe 1x1
N: 80x/menit
RR: 24x/menit
T: 36oC
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: CHF
HT grade 2
Trombositopenia
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

27/02/18 S : sesak sudah berkurang, lemas P:

17
Pukul (+) , kaki dan tangan masih - Spironolakton 1-0-0
07.00 bengkak - KSR 1x1
O : KU: sakit sedang, tampak sesak - Furosemid 1-1-0
Kes: compos mentis - Neurosanbe 1x1
TTV:TD: 120/80
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36oC
SpO2 : 99% NC O2 3 LPM
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP 5+4cm, hepatojugular
refleks (+)
Cor pulmo : ves +/+, Rh (+/+), Wh
BJ 1&2 irreg, murmur (-),gallop (-)
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-),
perkusi timpani- pekak (shiffting
dulnes +)
Ekstremitas : Edema ext superior
dan inferior (Edema pitting)
A: CHF
HT grade 2
Hipoalbuminemia
Edema anarsaka

18
BAB II
ANALISA KASUS

1. Keluhan Sesak
Seorang laki-laki berusia 72 tahun datang ke IGD penyakit dalam RST dr.
Soedjono Magelang dengan keluhan sesak napas. Sesak dirasakan terus menerus,
dimulai saat beraktivitas dan tidak membaik dengan istirahat. Saat tidur, pasien
merasa lebih nyaman jika memakai 5 bantal. Berdasarkan anamnesis terdebut,
sesak yang dirasakan pasien bisa diakibatkan oleh penyakit pulmonal ataupun
ekstrapulmonal. Untuk penyakit pulmonal bisa diakibatkan oleh adanya infeksi
paru, tumor paru, hipertensi pulmonal, edema paru,dll. Dapat pula terjadi karena
penyakit non-pulmonal seperti adanya gangguan jantung, anemia, obesitas, latihan
berlebihan, demam tinggi ataupun asidosis metabolik.

2. Sesak yang bermakna pada aktifitas


Selain itu, pasien juga merasakan sesak yang menggangu aktifitas, dengan
membaik jika aktivitas yang lebih ringan dari aktifitas sehari-hari menyebabkan
kelelahan dan sesak, ini merupakan Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan Mew
York Heart Association (NYHA) 1,3:

Klasifikasi Fungsional NYHA


(Klasifikasi berdasarkan Gejala dan Aktivitas Fisik)
Kelas I Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari – hari
tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas II Sedikit pembatasan aktivitas fisik. Berkurang dengan
istirahat, tetapi aktivitas sehari – hari menyebabkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas.
Kelas Adanya pembatasan yang bermakna pada aktivitas fisik.
III Berkurang dengan istirahat, tetapi aktivitas yang lebih ringan dari
aktivitas sehari – hari menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak

19
nafas.
Kelas Tidak dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa adanya
IV kelelahan. Gejala terjadi pada saat istirahat. Jika melakukan
aktivitas fisik, keluhan akan semakin meningkat.

Selanjutnya sesak saat aktifitas adalah gejala klinis dari dyspnea, dimana dyspnea
adalah sesak saat aktifitas dimana saat aktifitas meningkatnya kerja dari jantung,
kemudian paru melakukan kompensasi.
1) Berdaasarkan letak gagal jantung,
Gagal jantung kanan terjadi jika abnormalitas yang mendasari mengenai
ventrikel kanan secara primer seperti stenosis katup paru atau hipertensi
paru sekunder terhadap tromboembolisme paru sehingga terjadi kongesti
vena sistemik
2) Gagal jantung kiri
Pada gagal jantung kiri, ventrikel kiri secara mekanis mengalami kelebihan
beban atau melemah, mengalami dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti
paru.

3. Bengkak pada ekstremitas


Pada pasien terdapat juga gejala gagal jantung kanan yaitu gangguan
fungsi pompa ventrikel kanan melibatkan curah jantung kanan dan tekanan diastolic
ventrikel kanan sehingga menyebabkan bendungan atrium kanan dan adanya
tekanan pada atrium kanan, terjadilah bendungan vena sistemis dan tekanan vena
sistemis (vena cava) yang menyebabkan edema pada kedua ekstremitas atas dan
bawah.

4. Perut terasa membesar


Karena pada pasien gagal jantung melibatkan system bendungan pada vena, maka
meningkat juga vena porta dimana akan mengganggu fungsi hati sehingga pada
lab juga terlihat SGOT dan SGPT yang meningkat. Hati juga berfungsi dalam
memproduksi albumin, jika terganggu maka fungsi albumin juga turun maka
dapat terjadi hipoalbumin. Statis pada vena yang menyebabkan aliran darah tidak

20
berjalan dengan lancar, maka terjadi ekstravasasi cairan keluar anggota tubuh
yaitu ke peritoneum maka ditemukan pemeriksaan fisik yang acites.

5. Pasien juga merasakan batuk dan pada pemeriksaan fisik terdapat


ronkhi basah
Selama diastolik, meningkatnya tekanan ventrikel kiri yang menetap
diteruskan ke atrium kiri (melalui katup mitral yang terbuka) dan juga diteruskan
ke vena dan kapiler pulmonaris. Peninggian tekanan hidrostatik kapiler pulmonal
> 20 mmHg menghasilkan transudasi cairan ke interstisial paru sehingga
menimbulkan gejala kongesti paru.

6. Untuk mendiagnosis gagal jantung kongestif, berikut adalah kriteria


mayor dan minor menurut Framingham:

.
Dimana untuk mendiagnosis gagal jantung kongestif, adapun syaratnya yaitu
terdapat 2 atau satu kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Pada pasien ini terdapat 3
kriteria mayor yaitu Kardiomegali, Ronkhi paru dan hepatojugular refleks dan
terdapat 2 kriteria minor yaitu edema eksremitas dan dispneu d’effort.

Tekanan darah pasien 180/100 termasuk ke dalam Hipertensi grade 2 yaitu


menurut jnc 8

21
Dimana etiologi dari gagal jantung kongestif salah satunya adalah hipertensi
Penyebab paling sering pada gagal jantung disebabkan penyakit myokardial
Penyakit Jantung Koroner Banyak manifestasi
Hipertensi Biasanya berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri dan fraksi ejeksi yang
dipertahankan
Kardiomyopati Familial/genetik atau non-familial/non-genetik (termasuk yang
didapat,e.g.myokarditis), hipertrofi (HCM), dilatasi (DCM), restriktif (RCM), ventrikel
kanan aritmogenik (ARVC), tidak diklasifikasikan
Obat-obatan B-Blocker, Kalsium antagonis, antiaritmia, agen sititoksik
Toxins Alkohol, medikasi, kokain, trace elements (merkuri, kobalt, arsenik)
Endokrin Diabetes mellitus, hipo/hipertiroidism, Cushing syndrome, adrenal
insufficiency, kelebihan hormone pertumbuhan, phaeochromocytoma
Nutrisional Defisiensi tiamin, selenium, carnitin, obesitas, cachexia
Infiltratif Sarcoidosis, amyloidosis, haemochromatosis, penyakit jaringan ikat
Lain-lain Chagas’ disease, HIV, peripartum kardiomyopati, end-stagerenal failure
(sumber : ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2008)

22
7. Pada Pemeriksaan Penunjang
EKG: Terdapat tanda-tanda kardiomegali yaitu adanya
gelombang RVH Lateral dimana terdapat pembesaran jantung akibat
kompensasi jantung untuk memompa aliran darah ke seluruh tubuh
dengan optimal.
Foto thoraks
Foto thoraks merupakan komponen penting dalam diagnostik gagal
jantung. Pada foto thoraks kita dapat menilai kongesti pulmonal serta dapat
menunjukkan penyebab sesak nafas oleh karena paru atau thoraks.
Foto thoraks digunakan untuk mendeteksi adanya kardiomegali, kongesti
pulmonal dan akumulasi cairan pleura, serta dapat menunjukkan adanya penyakit
paru atau infeksi yang menyebabkan atau yang memperberat sesak nafasnya.
Temuan kongestif bersifat prediktir. Namun kardiomegali bisa tidak dijumpai pada
keadaan akut, tetapi selalu dijumpai pada gagal jantung kronik.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan diagnostik yang rutin dilakukan pada pasien gagal jantung
berupa pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, leukosit, dan platelet), elektrolit
serum, kreatinin serum, Laju Filtrasi Glomerulus, kadar glukosa, tes fungsi hati,
dan urinalisa. Abnormalitas elektrolit atau hematologis tidak sering dijumpai pada
pasien gagal jantung, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia, dan
penurunan fungsi ginjal umum dijumpai, khususnya pada pasien yang mendapat
terapi dengan diuretik dan ACE-I/ARB/aldosteron antagonis.
Troponin
Pemeriksaan Troponin I atau T sebaiknya dilakukan pada pasien yang
diduga gagal jantung dengan tampilan klinis yang mengarah pada sindroma
koroner akut. Peningkatan troponin kardiak mengindikasikan adanya nekrosis
myosit, dan jika ada indikasi sebaiknya revaskularisasi dipertimbangkan dan
dilakukan pemeriksaan diagnostik yang sesuai. Peningkatan troponin juga terjadi
pada akut miokarditis. Peningkatan ringan pada troponin kardiak sering dijumpai
pada gagal jantung berat atau selama episode gagal jantung dekompensasi pada
pasien tanpa bukti adanya iskemik miokard yang disebabkan sindrom koroner akut
dan situasi lain seperti sepsis.

23
Ekokardiografi
Istilah ekokardiografi ditujukan kepada semua teknik pencitraan jantung
yang menggunakan ultra sound, termasuk colour Doppler dan Tissue Doppler
Imaging. Konfirmasi dengan ekokardiografi untuk diagnosa gagal jantung
dianjurkan dan sebaiknya segera dilakukan mengikut dugaan gagal jantung.
Ekokardiografi sudah tersebar luas, cepat, non – invasif dan aman dan
menunjukkan informasi mengenai anatomi jantung (volume, geometri, massa),
gerakan dinding, dan fungsi katup.
Yang paling sering dinilai dari ekokardiografi adalah fungsi ventrikel untuk
membedakan antara pasien dengan disfungsi sistolik dan pasien dengan fungsi
sistolik yang masih baik (normal fraksi ejeksi > 45 – 50%)

8. Pedoman Pengobatan Gagal Jantung


Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
1) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-
bahan farmakologis.
3) Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.

Terapi Farmakologi
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
 Pada pasien tersebut diberikan Lasix yang kandungannya adalah
furosemid, termasuk golongan diuretik
2) Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

24
 Pada pasien tersebut diberikan Spironolakton yang merupakan golongan
antagonis aldosteron
3) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
4) Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi.
5) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah
vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena.
Pada pasien tersebut diberikan Captopril
6) Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg
menyebabkan peningkatan curah jantung.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Bui, L.B., Horwich, T.B & Fonarow, G.C., 2011, Epidemiology and risk profile
of heart failure, Nature Reviews Cardiology, vol 8, 30-41
2. Arroll, B., Doughty, R. & Andersen V., 2010, Investigation and Management
of Congestive Heart Failure, BMJ, 341, 190-195
3. Cole, J.A., Norman, H., Weatherby, L.B. & Walker, A.M., 2006, Drug
Copayment and Adherence in Chronic Heart Failure: Effect on Cost and
Outcomes, Pharmacotherapy, 26 (8), 1157–1164
4. Dahlstrom, 2005, Frequent Noncardiac Comorbidities in Patients with Chronic
Heart Failure, Europe J, 7, 309-316
5. Davis, R.C., Hobbs, F.D.R. & Lip, G.Y.H., 2003, ABC of heart failure: History
and epidemiology, British Medical Journal, 320, 39-42
6. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. & Posey,
L.M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition, New york: Appleton and Lange
7. Dosh, S.A., 2004, Diagnosis of Heart Failure in Adults, American Family
Physician, 70 (10), 2145-2152
8. Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kardiologi; Gagal Jantung, In: Mansjoer, A.,
Triyanti, K., Savitri, R., Wardhan, W.I. & Setyowulan, W., edisi ketiga,
Kapita Kedokteran, Yogyakarta
9. Figueroa, M.S & Peters, J.I., 2006, Congestive Heart Failure: Diagnosis,
Pathophysiology, Therapy and Implication, Respiratory Care, 51 (4), 403-
412
10. Francis, G.S & Tang, W., 2003, Pathophysiology of Congestive Heart Failure,
Pharmavomechanical Approach to CHF Treatment, 2 (4), S14-S20
11. Ganong, W.F., 2001, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20, diterjemahkan
oleh Widjajakusumah, D., 617-619, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
12. Gibbs, C.R., Jackson, G. & Lip, G.Y.H., 2000, ABC of Heart Failure: Non
Drug Management, BMJ, 320, 366-369

26
27

Anda mungkin juga menyukai