NIM : 170341864579 Prodi : S2 Pendidikan Biologi Kelas : A Pertemuan : IX Hari, Tanggal : Selasa, 03 Oktober 2017 Waktu : 10.30-12.10 WIB Kegiatan : Persentasi dan Diskusi Topik : Pendekatan Saintifik, Pendekatan Lingkungan (Sets) dan Stem
II. KONSEP PENTING YANG SUDAH DIPAHAMI
Taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Indikator-indikatornya meliputi (1) membangun/ mengkonstruksi (generating); dan (2) merencanakan (planning, menghasilkan/ producing). Sedangkan dimensi pengetahuan merupakan aspek-aspek dari dimensi pengetahuan yang pada revisi taksonomi Bloom meliputi (1) pengetahuan faktual (factual knowledge); (2) pengetahuan konseptual (conceptual knowledge); (3) pengetahuan prosedural (procedural knowledge); dan (4) pengetahuan metakognitif (metaconitive knowledge). Implementasi Prinsip Teori Perkembangan Metakognitif Dalam Belajar Dan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Strategi Metakognitif berkaitan dengan cara untuk meningkatkan kesadaran tentang proses berpikir dan pembelajaran yang berlangsung. Apabila kesadaran itu ada, seseorang dapat mengontrol pikirannya. Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi tiga tahap berikuti, yaitu (1) merancang apa yang hendak dipelajari; (2) memantau perkembangan diri dalam belajar; dan (3) menilai apa yang dipelajari. Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan siswa agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dan pembelajaran yang dilakukan siswa. Dengan menggunakan strategi metakognitif, siswa akan mampu (1) mengontrol kelemahan diri dalam belajar dan kemudian memperbaiki kelemahan tersebut; (2) siswa dapat menentukan cara belajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya sendiri; (3) siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran; (4) dan siswa dapat memahami sejauhmana keberhasilan yang telah ia capai dalam belajar. Strategi metakognitif dapat digunakan siswa dalam proses pemecahan masalah, yaitu (1) memahami masalah; (2) merencanakan strategi pemecahan; dan (3) menggunakan/menarapkan strategi yang telah direncanakan dan menilai hasil pekerjaan. Pembelajaran strategi metakognitif dapat dilakukan secara infusi dalam proses embelajaran sehingga strategi metakognitif tidak menjadi materi khusus yang diajarkan. Guru dapat meingkatkan kemampuan strategi metakognitif dalam pembelajaran. Beberapa kemampuan strategi metakognitif siswa yang dapat dibiasakan yaitu (1) merancang/mempersiapkan kegiatan belajar sendiri; (2) bertanya pada diri sendiri misalnya sebelum, ketika dan setelah membacabuku; (3) berfikir terlebih dahulu secara sadar sebelum melakukan sesuatu; (4) menilai dua jenis kegiatan untuk menentukan mana yang terbaik; (5) mengetahui tingkah laku yang terbaik karena melalui pujian guru atau temannya; (6) menghindari mengatakan “saya tidak bisa”; (7) menggunakan strategi metakognitif dalam belajar dengan bantuan guru melalui pengarahan dalam bentuk pertanyaan; (8) siswa semangat dalam belajar dan dalam melakukan suatu kegiatan melalui pujian guru; (9) berbicara dengan baik dan benar dimana guru menjelaskan tentang pernyataan mana yang benar atau yang salah serta bagaimana implikasinya; (10) bermain peran dalam belajar untuk melatih siswa berfikir dan berindak sesuai dengan perannya; (11) mencatat jurnal tentang kegiatan sendiri; dan (12) berprilaku yang baik dan bertindak benar melalui teladan dari guru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa teori perkembangan metakognitif dapat diimplementasikan pada hampir semua jenjang pendidikan di Indonesia. Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian yakni (1) faktor biologis, yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik; (2) faktor sosial, seorang anak akan lebih mudah dalam melakukan sebuah interaksi yang nantinya dapat membangun beberapa sifat kepribadian dalam proses pembentukan watak ataupun karakter; (3) faktor kebudayaan; (4) faktor lingkungan alam (natural environment) meliputi iklim, topografi, dan sumber daya alam; (5) faktor kelompok manusia (group experiences); dan (6) faktor pengalaman unik (unique experience). Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah iprogramkan. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui praktik yang intensif. Proses pendidikan karakter terjadi karena didesain secara sadar, bukan suatu kebetulan. Dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh pemerintah, baik untuk kurikulum nasional maupun untuk kurikulum wilayah, sehingga guru tinggal mengembangkan rencana pembelajaran. Di samping silabus, pemerintah juga sudah membuat buku panduan, baik panduan guru maupun panduan peserta didik, yang pelaksanaannya juga nanti akan dilakukan pendampingan. Tidak perlu ada keseragaman format, karena pada hakikatnya silabus dan RPP adalah program guru mengajar. Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup (Mulyasa, 2013). a. Kegiatan Awal Atau Pembukaan Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensin peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilitator dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik. b. Kegiatan Inti atau Pembentukan Kompetensi dan Karakter Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi dan karakter, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran. c. Kegiatan akhir atau penutup Kegiatan penutup ini adalah kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas, dan post test. Tugas ini bisa merupakan pengayaan dan remidial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi. Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Karakter yang dinilai seperti (1) bertanggung jawab; (2) percaya diri; (3) saling menghargai; (4) bersikap santun; (5) kompetitif; dan (6) jujur (Mulyasa, 2013). Contoh model pembelajaran berkarakter adalah: Pembiasaan Keteladanan Pembinaan Disiplin Peserta Didik Prinsip Teori Perkembangan Sosial dan Moral Prinsip Teori Perkembangan Sosial Albert Bandura Prinsip Teori Perkembangan Sosial Hurlock Menurut Hurlock (1995), Perkembangan Sosial berarti “Perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Diantaranya adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sifat sosial. Hurlock juga menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan standar, kebiasaan, dan adat istiadat atau aturan. Menurutny peran kognitif, biologis (remaja yang sudah seperti orang dewasa dan tidak senang jika dianggap seperti anak kecil) dan emosi (adanya rasa ingin tahu yang mendorong remaja banyak melakukan eksperimen) sangat menonjol. III. KONSEP YANG BELUM DIPAHAMI
IV. Pertanyaan yang Muncul
1. Cara mengukur daya pikir high order thinking bagaimana? 2. Dalam pembuatan jurnal kegiatan poin-poin apa saja yang harus diisi siswa? V. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN Lebih membaca lagi artikel-artikel hasil penelititan tentang kogitif dan metakognitif siswa sehingga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatkan keterampilan kognitif dan metakognitif siswa yang real yang terjadi di lapangan selama penelitian.