Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan aktivitas mental dan psikis sehingga adanya perubahan
tingkah laku kearah yang positif dari tidak tahu menjadi tahu. Namun, dalam
pembelajaran terdapat beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam
perubahan tingkah laku tersebut sehingga informasi yang disampaikan oleh guru
tidak bisa diterima sesuai tujuan pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode atau
strategi dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan
kondisi dan tujuan pembelajaran.

Setiap manusia memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda


sehingga ketika melakukan sesuatu hal apapun juga dengan cara yang berbeda,
termasuk dalam hal belajar dan guru seharusnya menggunakan metode atau
strategi belajar yang disesuaikan dengan karakter belajar yang dimiliki siswa
sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Maka dari
itu, kami sebagai pemakalah membahas mengenai gaya belajar dan strategi dalam
mengatasi gaya belajar tersebut.

Penggunaan model pembelajaran yang inovatif mampu membentuk


kerangka dan perancangan yang berkesan kepada proses pengajaran dan
pembelajaran. Pemilihan model gaya pembelajaran yang paling sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai mampu meningkatkan hasil pembelajaran
yang maksimum. Perubahan kepada paradigma baru melalui gaya pembelajaran
inovatif hasil daripada pembuktikan kajian literatur mampu mengubah proses
pembelajaran yang hanya menumpukan kepada sumber pengetahuan berbentuk
hafalan fakta semata-mata. (Mahfudz, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini, antara lain:
a) Apa definisi modalitas belajar?
b) Apa saja tipe modalitas belajar?

Modalitas Belajar 1
c) Bagaimana penggunaan tipe modalitas belajar dalam pembelajaran?
d) Apa saja dampak modalitas belajar dalam pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makalah ini,
antara lain:
a) Untuk mengetahui definisi modalitas belajar.
b) Untuk mengetahui tipe modalitas belajar.
c) Untuk mengetahui penggunaan tipe modalitas belajar dalam pembelajaran.
d) Untuk mengetahui dampak modalitas belajar dalam pendidikan.

Modalitas Belajar 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Modalitas Belajar


Sebagai seorang guru maka diperlukan memiliki pengetahuan tentang
bagaimana cara siswa belajar efektif sehingga dapat menyerap ilmu pengetahuan
selama pembelajaran dengan baik. Cara siswa belajar tersebut dinamakan tipe
belajar, gaya belajar, atau modalitas belajar. Beberapa definisi tentang gaya belajar
atau modalitas belajar adalah sebagai berikut.
1) Munif Chatib (2012) menyatakan bahwa gaya belajar adalah respons yang paling
cepat diterima dalam otak seseorang untuk menerima informasi dari orang lain
ataupun lingkungannya. Respon tersebutlah yang merupakan suatu karakteristik
seseorang dalam belajar. Informasi akan lebih cepat diterima oleh otak apabila
sesuai dengan gaya belajar seseorang atau penerima informasi.
2) De Porter dan Hernacki (2000) menjelaskan gaya belajar merupakan “kombinasi
dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi”. Proses dalam
mengkombinasikan informasi ke dalam otak tersebut merupakan aktivitas
seseorang ketika belajar. Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, hal itu
akan membuat seseorang mudah dalam menerima informasi.
3) Fleming dan Mills dalam Septian (2014) menyatakan gaya belajar merupakan
kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya
sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar
yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata
pelajaran.”

Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah
respon siswa dalam menerima informasi dengan melakukan proses berupa menyerap,
mengatur, dan mengolah informasi di otak sebagai bentuk kecenderungan siswa
dalam mengadaptasi suatu pendekatan belajar tertentu. Dalam makalah ini akan
digunakan sebutan modalitas belajar untuk mengacu pada gaya belajar oleh siswa.

Ketika seorang guru memahami modalitas belajar setiap siswanya, guru akan
mampu mengorganisaskan kelas sedemikian rupa sebagai respon terhadap kebutuhan

Modalitas Belajar 3
setiap individu siswanya. Dengan demikian guru akan mencoba menggunakan
berbagai metode pembelajaran untuk mengakomodasikan berbagai modalitas belajar
siswanya. Siswa yang belajar sesuai modalitas belajarnya akan mempercepat
berlangsungnya proses disonansi kognitifnya, dan akan segera terbangun struktur
kognitifnya terbaru dalam pemikirannya, sehingga segera tercapai keseimbangan
(ekuilibrium) dari kondis disekuilbrium karena intervensi pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitifnyayang lama (Suyono & Hariyanto, 2017).

Dalam rangka memadukan modalitas belajar siswa dengan gaya mengajar


guru, Morrison dan Ridley mengungkapkan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh guru, yaitu.

1) Bagaimanakah cara mengembangkan konsep pribadi siswa (self concept) setiap


siswa?
2) Bagaimanakah cara mengembangkan motivasi siswa?
3) Bagaimanakah caranya agar gaya mengajar guru sesuai dengan perbedaan
individual setiap siswa dalam hal kebutuhan, minat, kemampuan, dan
keterampilannya?
4) Bagaimanakah caranya agar gaya mengajar guru dapat mengembangkan
modalitas belajar individu setiap siswa dansesuai dengan laju pembelajaran?

2.2 Tipe Modalitas Belajar


Terdapat banyak macam modalitas belajar yang diungkapkan oleh para ahli.
Pada pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan secara rinci tentang modalitas belajar
siswa dari para ahli.

2.2.1 Modalitas Belajar VAK


Modalitas belajar VAK adalah modalitas belajar anaksecara visual, audio, dan
kinestetik. Modelini dikembangkan oleh Rita Dunn dan Kenneth Dunn pada tahun
1978. Berturut-turut definisi modalitas belajar VAK yaitu:

1) Visual artinya seorang anak akan lebih cepat belajar dengan melihat, misalnya:
membaca buku, melihat demostrasi, mengobservasi dan sebagainya. Menurut
Armansyah (2015) beberapa ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar
visual, diantaranya:

Modalitas Belajar 4
a. Berbicara dengan cepat
b. Senantiasa melihat bibir guru yang sedang mengajar
c. Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan biasanya kan melihat
teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak
d. Cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan atau
mengganti sebuah kata saat mengungkapkan sesuatu
e. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
f. Mengalami kesulitan dalam mengingat intruksi verbal, kecuali jika ditulis
g. Memiliki konsentrasi yang baik
h. Lebih mudah mengingat yang dilihat
i. Pembaca cepat dan tekun
j. Tidak pandai dalam merangkai kata-kata

Menurut Diah (2012) beberapa media atau bahan yang cocok untuk
pembelajar visual yaitu:
a. Guru yang menggunakan bahasa tubuh atau gambar dalam keadaan
menerangkan
b. Media gambar, video, poster dan sebagainya
c. Flow chart dan grafik
d. Menandai bagian-bagian yang penting dari bahan ajar dengan menggunakan
warna yang berbeda
e. Symbol-simbol visual

2) Audio artinya seorang anak akan lebih cepat belajar dengan cara mendengar,
misalnya: mendengarkan ceramah, diskusi tanya jawab, mendengarkan radio, dan
sebagainya. Menurut Nurati (Quantum Learning, 2007) beberapa ciri-ciri
seseorang yang memiliki gaya belajar auditor, adalah:
a. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas atau materi
yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas
b. Pendengar ulung dan cenderung banyak omong
c. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena
kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja di bacanya.
d. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis

Modalitas Belajar 5
e. Menyukai diskusi yang lebih lama terutama untuk hal-hal yang kurang
mereka pahami
Menurut Diah (2012) beberapa media atau bahan yang cocok untuk
pembelajar auditori yaitu.
a. Berdiskusi bersama
b. Menjelaskan ide-ide baru kepada orang lain
c. Menggunakan perekam
d. Mengingat cerita, contoh atau lelucon yang menarik
e. Menjelaskan bahan yang didapat secara visual (gambar, power point dsb).

3) Kinestetik artinya seorang anak akan lebih cepat belajar dengan melalui gerakan-
gerakan fisik, misalnya: berjalan-jalan,menggerak-gerakkan kaki, melakukan
eksperimen dan sebagainya. Menurut Diah (2012) beberapa ciri-ciri untuk
seseorang yang memiliki gaya belajar Kinestetik, diantaranya yaitu:
a. Berbicara perlahan dan hati-hati
b. Menanggapi perhatian fisik
c. Sering menyentuh orang agar mendapatkan perhatian mereka
d. Posisi sangat dekat dengan orang yang di ajak bicara
e. Banyak bergerak
f. Belajar melalui demonstrasi dan praktek
g. Saat membaca menggunakan jari sebagai penunjuk
h. Banyak menggunakan bahasa tubuh
i. Menyukai games/permainan
j. Ketika berbicara dengan seseorang biasanya ia menyentuh atau memegang
orang yang diajak
Lebih lanjut menurut Diah (2012) beberapa media atau bahan yang cocok
untuk pembelajar kinestetik yaitu:
a. Menggunakan seluruh panca indera : penglihatan, sentuhan, pengecap,
penciuman, pendengaran
b. Aktivitas di laboratorium dan kunjungan lapangan
c. yang memberikan contoh kehidupan nyata
d. Pengaplikasian
e. Pameran, sampel, fotografi

Modalitas Belajar 6
Meskipun terdapat siswa yang memiliki modalitas belajar VAK, namun
kebanyakan siswa justru memiliki modalitas belajar gabungan. Biasanya terdiri dari
gabungan dua atau tiga modalitas belajar sekaligus. Terdapat beberapa kombinasi
modalitas belajar siswa yang dinayatakan oleh Dana Markova dalam Porter &
Hernacki (1999), disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 2.1 Pola Berpikir Pribadi Berdasar Kombinasi Belajar

Modalitas Belajar A V K
A - VAK KAV
V AVK - KVA
K AKV VKA -

De porter dan Hernacki menjelaskan sebagai berikut:


1) Seorang dengan pola berpikir pribadi AKV (auditorial, kinestetik, dan visual)
disebut leaders of the pack. Pembelajar tipe ni berenergi besar, mengambil posisi
pemimpin, mengungkapkan perasaannya dengan baik, suka berdebat dan
bercanda. Mereka berhasil dalam kegiatan fisik namun sulit melakukan kegiatan
visual.
2) Seorang dengan pola berpikir pribadi AVK (auditorial, visual, dan kinestetik)
disebut verbal gymnast. Pembelajar tipe ini adalah pembcara yang
hebat,menyukai debat dan permainankata-kata. Cocok untuk dunia akademis
namun sulit untuk kegiatan fisik dan olahraga.
3) Seorang dengan pola berpikir pribadi KAV (kinestetik, auditorial, dan visual)
disebut mover dan groover, berorientasi dengan kegatan fisik, melakukan sesuatu
dengan menyentuh dan mengalaminya sendiri, sulit melakukan kegiatan vsual.
4) Seorang dengan pola berpikir pribadi KVA (kinestetik, visual, dan auditorial)
disebut dengan wandering wonderers, memiliki banyak energy, amat mudah
melakukan kegiatan olahraga, belajar dengan mengamati, dan tidak menyukai
pembelajaran secara ceramah.
5) Seorang dengan pola berpikir pribadi VKA (visual, kinestetik dan auditorial)
disebut seers and feelers, belajar dengan cara melihat dan mencoba, dan mudah
mengingat hal yyang dilihat dan dibaca, dan juga dapat belajar dengan meniru

Modalitas Belajar 7
tindakan orang lain. Akan tetapi mereka kesulitan untuk mengikutipetunjuk
verbal.
6) Seorang dengan pola berpikir pribadi VAK (visual, auditorial , dan kinestetik)
disebut show and tellers. Bersifat social, aktif berbicara, dan ramah. Mudah
belajar dengan alat bantu visual misalnya grafik, skets, plot, dan gambar, mereka
juga sangat baik dalam mendengarkan pembelajaran atau petunjuk verbal. Sulit
untuk kegiatan fisik dan olahraga.
Pengembangan pada model VAK adalah model VARK yang dikembangkan
oleh Flemming yang menyisipkan huruf R setelah huruf A (auditori) yang berarti
tipe belajar yang menggemari baca tulis (reading/writing-preference learning).
Sehingga ada empat modalitas belajar pada siswa.

2.2.2 Modalitas Belajar MBTI


Model modalitas belajar yang didasarkan pada tipe kepribadian seseorang
dikenal dengan nama The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Model ini
dikembangkan oleh Isabela Myers dan Katherine Briggs. Dalam hal ini modalitas
belajar seseorang sesuai tipe kepribadiannya yang meliputi:

1) Ekstrovert atau ekstroversi (mencoba mengungkapkan ke luar, berfokus kepada


dunia-luar diri seseorang). Dibandingkan dengan introvert atau introversi
(berfokus pada dunia dalam dan manusa inner worlds.
2) Pengindra, sensor (praktis, berorientasi detil, befokus pada fakta dan prosedur)
dibandingkan dengan intuitor (imajinatif, berorientasi konsep, berfokus kepada
makna dan kemungkinan-kemungkinan.
3) Pemikir, thinker (skeptis, cenderung membuat keputusan berlandaskan logika
dan aturan-aturan) dibandingkan dengan peraba, penjajag feeler (apresiatif,
cederung mengambil keputusan berdasar pertimbanganpersonal atau humanistk

Pembuat pertimbangan, penilai, judger (menyusun dan mengikuti agenda,


cenderung mengakhiri sesuatu walau data belum lengkap) dibandingkan dengan
perasa perceiver (beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, menahan simpulan
akhir dahulu sampaidata lengkap) (Suyono & Hariyanto, 2017).

Modalitas Belajar 8
2.2.3 Modalitas Belajar Menurut KOLB
Teori belajar David Kolb berlandaskan teori belajar pengalaman, experimental
learning theory (ELT). Model ELT mengikhtisarkan adanya dua pendekatan dalam
memperoleh informasi, yaitu pengalaman konkret (concret experience) dan
konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization). Selain itu terdapat dua
pendekatan yaitu pengamatan reflektif (reflective observation) dan pengalaman aktif
(active experience) dalam melakukan tranformasi pengalaman (transforming
experience), yang maknanya adalah melakukan internalisasi respon otak sebaik-
baiknya sehingga mampu menjelaskan seberapa jauh pengetahuan yang diperoleh
terkait dengan pengalaman, minat, dan kariernya dimasa depan. Menurut Kolb agar
belajar menjadi efektif setiap pembelajar harus berusaha memadukan keempat
pendekatan tersebut. Namun faktanya siswa atau anak akan lebih dominan dalam
salah satu pendekatan tersebut. Berikut kempat modaltas belajar siswa menurut Kolb
(Kolb, 1985, Kolb & Kolb, 2005).

1) Diverging (Divergen), kombinasi elemen Pengalaman Konkrit dan Observasi


Reflektif. Individu dengan gaya belajar ini mampu melihat situasi konkrit dari
beragam perspektif. Ia memiliki minat budaya yang sangat luas serta senang
mengumpulkan informasi. Minat sosialnya tinggi, cenderung imajinatif, dan
perasaannya amat peka. Dalam situasi belajar formal, ia lebih suka bekerja dalam
kelompok dan menerima umpan balik yang bersifat personal. Ia mampu
mendengar dengan pikiran yang terbuka.
2) Assimilating (Asimilasi), kombinasi Konseptualisasi Abstrak dan Observasi
Reflektif. Individu ini terampil dalam mengolah banyak informasi serta
menempatkannya ke dalam bentuk yang pasti dan logis. Kurang berfokus pada
manusia, lebih berminat pada ide dan konsep abstrak. Secara umum, ia lebih
mementingkan keunggulan logis sebuah teori daripada nilai praktisnya. Dalam
situasi belajar formal, ia lebih suka membaca, mengajar, mengeksplorasi model
analitis, dan memanfaatkan waktu untuk memikirkan berbagai hal secara
mendalam.
3) Converging (Konvergen), kombinasi Konseptualisasi Abstrak dan Ekperimen
Aktif. Individu ini paling baik dalam menemukan kegunaan praktis dari ide dan
teori. Ia mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara efektif.

Modalitas Belajar 9
Lebih suka menangani masalah dan tugas-tugas teknis daripada isu sosial dan
interpersonal. Dalam situasi belajar formal, ia cenderung melakukan eksperimen
dengan ide baru, simulasi, dan aplikasi praktis.
4) Accommodating (Akomodasi), kombinasi Pengalaman Konkrit dan
Eksperimentasi Aktif. Individu ini memiliki keunggulan untuk belajar dari
pengalaman langsung. Ia sangat suka mengambil tindakan dan melibatkan diri
dalam situasi baru yang menantang. Saat menghadapi persoalan, ia lebih
mengandalkan pada informasi dari orang lain daripada analisis teknikalnya
sendiri. Dalam situasi belajar formal, ia lebih suka bekerja dengan orang lain
untuk menyelesaikan tugas, menetapkan tujuan, melakukan kerja lapangan, serta
menguji bermacam-macam pemecahan masalahan

Gambar 2.1 Kekuatan Pada Masing Masing Modalitas Belajar dan Dimensi Modalitas Belajar
(Kolb, 1985)

Berdasarkan kombinasi dari keempat dimensi gaya belajar di atas, Kolb (2000)
mengindikasikan bahwa sebagian orang menyerap atau mempersepsikan informasi
baru (jenis gaya belajar) melalui hal-hal yang konkrit, mengandalkan indera yang
mereka miliki (Pengalaman Konkrit/Concrete Experience/CE). Sebagian lainnya
cenderung membuat representasi simbolik atau abstrak, melakukan analisis dan
membuat perencanaan sistematik (Konseptualisasi Abstrak/Abstract

Modalitas Belajar 10
Conceptualization/AC). Di lain pihak, ada orang-orang yang memproses
pengalamannya dengan mengamati orang lain yang terlibat dalam pengalaman
tersebut, lalu melakukan refleksi atas apa yang terjadi (Observasi
Reflektif/Reflective Observation/RO). Lainnya lebih memilih untuk terlibat secara
langsung dan melakukan tindakan (Eksperimentasi Aktif/Active
Experimentation/AE). Kekuatan pada masing masing modalitas belajar dan dimensi
modalitas belajar dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2.4 Tipe Belajar Honey & Mumford


Tipe ini mulanya diperuntukkan digunakan pada pelatihan para manajer senior
dalam bisnis, tetapi kemudian berkembang dalam dunia pembelajaran pada
umumnya. Penggagas teori ini adalah Peter Honey dan Alan Mimford (1970) yang
melakukan adaptasi terhadap model David Kolb.

Gambar 2.2 Siklus Pembelajaran Efektif Kolb


(Sumber: Rosewell, 2005)

Honey dan Mumford melakukan adaptasi model Kolp. Pertama, mereka


memberikan nama baru terhadap tahap-tahap siklus pengalaman dalam pembuatan
keputusan atau pemecahan masalah menjadi

a) Having experience (memiliki pengalaman)


b) Reviewing the experience (mereviu pengalaman)
c) Concluding from the experience (berkesimpulan dari pengalaman)
d) Planning the next step ( merencanakan langkah selanjutnya)

Selain itu, Honey dan Mumford menentukan tipe-tipe belajar terkait siklus
pengalaman tersebut, menjadi empat tipe belajar yaitu aktivis, reflector, teoritis dan
pragmatis (Suyono, 2011).

Modalitas Belajar 11
a) Aktivis
Aktivis adalah orang-orang yang belajar dengan cara melakukan atau
bertindak. Mereka menyukai pengalaman baru dan memiliki sifat untuk mencoba
semua hal. Orang aktivis kebanyakan bertindak terlebih dahulu dan memikirkan
konsekuensi setelah melakukan tindakan (Rosewell, 2005).
Aktivis akan dapat belajar dengan baik ketika terlibat dalam pengalaman,
masalah dan peluang baru, bekerja sama dengan orang lain dalam pemecahan
masalah, permainan, role playing, dan memiliki sifat dapat memimpin suatu
kelompok. Aktivis akan belajar secara minimal apabila hanya dengan
mendengarkan pembelajaran, membaca bacaan panjang, membaca, menulis dan
berpikir sendiri, mengikuti instruksi yang terinci dan tepat (Rusewell, 2005).

b) Reflektor
Orang yang belajar sebagai reflector belajar dengan mengobservasi dan
berpikir mengenai hal-hal yang terjadi. Mereka menyukai mempertimbangkan
semua kemungkinan dari berbagai sudut sebelum sampai pada pertimbangan
pendapat. Reflektor lebih bersifat mendengarkan dan mengobservasi, dan lebih
berhati-hati dan perhatian.
Reflektor dapat belajar dengan baik bila memiliki waktu untuk mengamati
terlebih dahulu, diberikan waktu untuk berpikir dan melakukan investigasi
sebelum berkomentar, diberikan waktu untuk melakukan reviu, dan diberikan
tugas dengan waktu yang cukup. Sedangkan akan merasa kesulitan apabila
dipaksa untuk menjadi pemimpin dalam kelompok, melakukan sesuatu tanpa
adanya persiapan, dan dikejar waktu (Rusewell, 2005).

c) Teoritis
Para teoritis lebih menyukai untuk memahami teori dari suatu tindakan.
Teoritis membutuhkan model atau panutan, konsep dan fakta dalam belajar.
Mereka lebih menyukai untuk menganalisis dan sintesis dan akan merasa tidak
nyaman dengan adanya penilaian subjektif.
Teoritis akan dapat belajar dengan baik apabila suatu aktivitas didasari
dengan ide dan konsep, belajar dengan adanya struktur dengan tujuan yang jelas,
memiliki kesempatan untuk bertanya dan membutuhkan pemahaman atas situasi
yang kompleks. Teoritis akan belajar dengan kurang maksimal bila dalam situasi

Modalitas Belajar 12
yang menekankan pada emosi dan perasaan, ketika suatu aktivitas tidak
terstruktur dan ambigu, dan bila harus bertindak tanpa mengetahui prinsip atau
konsep yang terlibat (Rusewell, 2005).

d) Pragmatis
Para prakmatis lebih tertarik untuk mencoba semua hal. Menyukai untuk
mencari ide baru yang dapat diaplikasikan pada suatu masalah. Memiliki sifat
kurang sabar dengan pemikiran open-ended, praktikal dan mudah bergaul. Para
pragmatis akan belajar baik dengan adanya hubungan yang mencolok antara
topic dan kebutuhan, diperlihatkan teknik dengan keuntungan praktis yang jelas,
dapat mencoba hal-hal baru dengan adanya masukan dari orang yang mahir, dan
dapat mencontoh sesuatu hal. Para pragmatis belaajar kurang maksimal apabila
tidak ada keuntungan langsung, tidak ada petunjuk perlakuan, dan apabila suatu
yang dipelajari hanyalah suatu teori belaka.

Gambar 2.3 Learning Chart


(Sumber: Honey &Mumford, 1986)

2.2.5 Tipe Belajar Menurut Model Anthony Gregorc


Model ini dikembangkan berlandaskan persepsi eksisting (existence
perception) atau evaluasi terhadap dunia dengan cara pendekatan yang masuk akal.
Persepsi ini mejadi dasar bagi kekuatan belajar yang spesifik, atau modalitas belajar.
Dalam model ini terdapat dua kualitas persepsi yaitu konkret dan abstrak, dan juga
kecakapan dalam membuat susunan yaitu acak dan sekuensial/ urut ((Suyono, 2011).
Anthony Gregorc (1982) mengembangkan teori thingking style yang didasarkan pada
dua variable yaitu bagaimana kita melihat dunia dan bagaimana kita membuat order.

Modalitas Belajar 13
Dua variable ini kemudian dikombinasi menjadi empat tipe berpikir (Gregory &
Chapman, 2007).

Konkret dan abstrak mendeskripsikan mengenai kualitas persepi mengenai


bagaimana seseorang melihat dunia dimana dia tinggal. Seseorang yang bersifat
kongkret melihat dunia dengan cara fisikal dan aktif sedangkan pemikir abstrak akan
lebih focus pada perasaan mereka, hubungan dengan orang lain dan ide-ide. Pemikir
sequential cenderung mengorganisasi informasi dalam bentuk linier, langkah demi
langkah, biasanya memiliki suatu rencana untuk diikuti. Pemikir acak (random) akan
membiarkan pikiran mereka untuk mengorganisasi informasi dalam suatu kumpulan
yang akan muncul dalam langkat tertentu. Pemikir jenis ini tidak mengikuti prosedur
namun masih bisa mendapatkan hasil yang diinginkan (Ellen et al, 2010).

Gambar 2.4 Teori Tipe Berpikir Gorg


(Sumber: Wheeler, 1980)

a. Concrete Random Thinkers


Pemikir tipe ini menyukai eksperimen, dikenal juga dengan sebutan
divergent thinkers. Mereka bersemangat untuk mengambil tindakan intuitif untuk
membuat sesuatu. Sehingga didalam kelas, mereka harus diperbolehkan memiliki
kesempatan untuk membuat pilihan mengenai apa yang dipelajari dan bagaimana
mereka mendemonstrasikan pemahaman mereka.
b. Concrete Sequential Thinkers
Individu ini akan memproses informasi dalam suatu urutan, sekuens linier.
Mereka lebih menyukai untuk memecah masalah menjadi beberapa langkah.
Mereka cenderung berbasis fisik, mengidentifikasi sesuatu berdasarkan indra.
Mereka lebih cenderung menyukai pengajaran dan aktivitas yang diarahkan guru.
c. Abstract Sequential Thinkers
Pemikir ini lebih cenderung pada teori dan pemikiran abstrak. Memiliki
proses pemikiran yang rasional, logis dan cerdas. Mereka lebih menyukai untuk

Modalitas Belajar 14
belajar dengan pekerjaan dari diri mereka sendiri dan juga dengan melakukan
investigasi. Pemikir ini membutuhkan waktu untuk memikirkan suatu ide-ide
baru, konsep dan teori yang mana dipresentasikan. Mereka lebih menyukai untuk
investigasi dan analisis agar pembeljaran menjadi bermakna bagi mereka.
d. Abstract Random Thinkers
Pemikir tipe ini cenderung mengorganisasikan informasi dengan berbagi
dan berdiskusi. Pembelajar tipe ini akan lebih menyukai diskusi dan interaksi
dengan orang lain bila dibandingkan harus bekerja sendiri. Mereka tidak
bergantung pada suatu struktur dan memiliki orientasi berdasarkan orang
sekitarnya (Sanaghan & Gabriel, 2011).
Tabel 2.2 Concrete and Abstract Thinker

(Sumber: Allen et al, 2010)

2.2.6 Model Sudbury tentang Pendidikan Demokratis


Model ini dikembangkan di Sudbury Valley School. Menurut model ini
diyakini bahwa ada banyak cara bagi siswa untuk belajar. Mereka menyatakan

Modalitas Belajar 15
bahwa belajar adalah proses yang harus dilakukan siswa sendiri, dan bukan suatu
proses yang telah ditetapkan guru untuk dikerjakan siswa. Model ini mengemukakan
bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk belajar tanpa harus ada intervansi
oleh guru. Model ini juga mengemukakan bahwa tidak boleh ada paksaan mengenai
cara belajar siswa. Siswa dapat memilih sendiri metode apa yang digunakan untuk
belajar tanapa campur tangan guru. Guru hanya sebagai motivator bagi siswa dalam
belajar (Suyono, 2011).

2.2.7 Model HBDI (Hermann Brain Dominance Instrument)


Model HBDI dikembangkan oleh N. Hermann pada tahun 1990. Dalam metode
ini, siswa digolongkan dalam kaitan preferensi relatifnya dalam berpikir dalam empat
modus yang berbeda, dan dilandasi dengan fungsi spesialisasi tugas dari bagian-
bagian otak. Model iniberlandaskan dominasi otak (brain dominance). Pada model
ini dikenalkan empat modulitas belajar yang didasarkan pada kuadran otak (Suyono,
2011).

Gambar 2.5 Whole Brain Model


(Sumber: http://www.hbdi.com/HBDI-book/a/index.html)

a. Kuadran A (otak kiri, serebral)


Orang yang berada pada kuadran ini memiliki tipe belajar kombinasi dari
logis, analitis, kuantitatif, factual dan kritis. Kuadran A memiliki kecenderungan
pada pendekatan kognitif dan rasional. Dalam kuadran ini siswa akan lebih

Modalitas Belajar 16
memilik memecahkan masalah dengan logis dan memperhitungkan fakta, statics,
dll. Memilih kesimpulan dengan data yang mendukung.
b. Kuadran B (Otak kiri, Limbik)
Tipe belajar kuadran B adalah kombinasi dari sekuensial, terorganisasi,
terencana, terinci, dan terstruktur. Pada kuadran ini lebih menyukai struktur
praktek dan procedural. Dapat mengatur waktu dengan fektif.
c. Kuadran C (Otak Kanan, Limbik)
Tipe belajar kuadran C adalah kombinasi dari emosiaonal, antarpribadi,
sensori, kinestetik, dan simbolik. Pada kuadran ini lebih cenderung pada mood,
tindakan, keadaan, dan level energy. Memiliki kemampuan untuk dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain, memiliki interpersonal yang baik
dengan memperhatikan orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik.
d. Kuadran D (Otak Kanan, Serebral)
Tipe belajar untuk kuadran D adalah kombinasi visual, holistic dan inovatif.
Dappat menghubungkan konsep-konsep abstrak. Memiliki kemampuan untuk
memberikan kesimpulan secara langsung bila dibandingkan dengan mempelajari
terlebih dahulu. Memiliki intuisi yang baik.

Gambar 2.6 Skill dan Style HBDI


(Sumber: http://www.hbdi.com/HBDI-book/a/index.html)

2.2.8 Modalitas Belajar Felder-Silverman


Tipe modalitas belajar ini dikembangkan oleh R.M. Felder seorang profesor
teknik kimia dengan rekannya L.K Silverman pada tahun 1988 lewat publikasinya

Modalitas Belajar 17
Learning Styles and Teaching Style in Engineering Education. Model ini
menggolongkan pembelajar dalam klasifikasi:
1) Pembelajar indrawi, sensing learner (konkret, praktis, berorientasi fakta, dan
prosedur) atau pembelajar intuitif (konseptual, inovatif, berorientasi kepada
makna dan teori).
2) Pembelajar visual (menyukai representasi visual dalam penyajian misalnya
gambar, diagram, diagram alir) atau pembelajar verbal (menyukai penjelasan
tertulis dan ceramah).
3) Pembelajar induktif (menyukai presentasi yang diproses dari hal-hal khusus ke
umum), atau pembelajar deduktif (menyukai presentasi yang diproses dari hal-hal
umum ke khusus).
4) Pembelajar aktif (belajar dengan mencoba atau melakukan sesuatu, bekerja sama
dengan yang lain) atau pembelajar reflektif (belajar dengan memikirkan sesuatu
dalam-dalam, bekerja sendiri).
5) Pembelajar sekuensial (linier, beraturan, belajar dalam langkah-langkah kecil
yang inkremental/bertahap) atau pembelajar global (holistik, pemikir sistem,
belajar dalam lompatan-lompatan besar).

2.3 Menentukan Tipe Modalitas Belajar


Untuk mengukur modalitas belajar dapat menggunakan beberapa instrumen,
salah satunya adalah menggunakan Kolb’s Learning Style Questionnaire
(Lampiran 4). Dimana pada instrumen ini terdapat 80 pernyataan yang dapat
mengkategorikan siswa ke dalam beberapa tipe modalitas belajar. Saat ini banyak
juga situs interaktif yang menyediakan jasa untuk menentukan tipe modalitas
belajar seseorang sehingga dapat memperoleh manfaat karena pemahaman
terhadap tipe belajarnya sendiri. Biasanya tipe belajar seseorang bersifat
kombinasi, walaupun dimungkinkan dominasi dari salah satu tipe belajarnya.
Kombinasi tipe belajar ini dapat membentuk suatu diagram. Salah satunya adalah
seperti yang dikembangkan oleh www.learning-styles-online.com. Situs ini
banyak dikunjungi karena selain dapat diunduh secara gratis, hasilnya juga
langsung ditampilkan segera, asal pengirim memiliki alamat e-mail.
Situs ini mendasari tipe belajar berdasarkan adanya memletic style setiap
individu yang mengkoordinasikan berbagai modalitas belajar yang meliputi

Modalitas Belajar 18
visual, aural, verbal, physical, logical, social, dan solitary. Tipe belajar yang
dikembangkan ini berlandaskan brain-based learning (pembelajaran berbasis
otak) dan implementasi belajar yang dipercepat (accelerated learning) seperti
yang digambarkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Memletic Style


(Sumber: www.learning-styles-online.com)

 Tipe visual (spasial) menyukai penggunaan gambar-gambar, pencitraan dan


pemahaman spasial.
 Tipe aural (auditori-musikal) menyukai musik dan bunyi-bunyian.
 Tipe verbal (linguistik) menyukai penggunaan kata-kata, dalam ucapan
maupun tulisan.
 Tipe physical (kinestetik) menyukai olah tubuh, tangan, dan sentuhan indera.
 Tipe logical (matematical) menyukai penggunaan logika, penalaran, dan
sistem-sistem.
 Tipe social (antarpersonal) menyukai belajar dalam kelompok atau dengan
orang lain.
 Tipe solitary (interpersonal) menyukai belajar sendiri, menerapkan self-
study.

Gambar 2.2 Tipe Modalitas Belajar


(Sumber: www.learning-styles-online.com)

Modalitas Belajar 19
2.4 Penggunaan Tipe Modalitas Belajar Dalam Pembelajaran
Banyak ahli telah melakukan penelitian terkait dengan bagaimana modalitas
belajar atau gaya belajar mempengaruhi pembelajaran, di antaranya mereka
antara lain adalah Rita Dunn dan Kenneth Dunn. Dalam bukunya yang berjudul
Teaching Student Through Their Individual Learning Style: A Practical
Aprroach, mereka menganalisis bahwa para siswa yang memapu
mengindentifikasi gaya belajarnya sendiri memperoleh skor yang tinggi dalam
tes, memiliki sikap yang lebih baik, dan lebih efisien dalam pembelajaran yang
sesuai dengan gaya belajarya. Oleh sebab itu, menjadi tugas guru untuk
mengajar dan menguji siswa sesuai dengan preferensi gaya belajar. Lebih lanjut
disampaikan bahwa untuk mengakomodasikan berbagai modalitas belajar
tersebut, guru wajib menyesuaikan rancangan ruang kelasnya, pengembangan
teknik kelompok kecil, dan pengembangan “paket kontrak kegiatan” (contract
activity package).
Paket kontrak kegiatan adalah perencanaan pendidikan yang memfasilitasi
belajar dengan unsur-unsur berikut: (1) penyataan yang jelas tentang apa yang
diperlukan siswa untuk belajar, (2) dalam pembelajaran dipergunakan sumber-
sumber multisensori, memfasilitasi respon seluruh pancaindera (auditorial,
visual, taktil, kinestetik), (3) adanya aktivitas yang memungkinkan materi
pembelajaran yang baru dapat dimanfaatkan secara kreatif, (4) saling berbagi
proyek-proyek kreatif dengan kelompok kecil lain di kelasnya, (5) minimal
dibentuk tiga kelompok dalam satu kelasnya, (6) melakukan pretes mandiri, dan
postes (Suyono, dkk, 2017).
Peneliti lain yang juga merekomendasikan penerapan modalitas belajar yang
sesuai dengan setiap pribadi siswa adalah Merilee Sprenger. Untuk
mengupayakan pembelajaran yang efektif dengan menerapkan modalitas belajar
ini menyarankan hal-hal berikut, (1) guru dapat berlaku sebagai pembelajar,
sedangkan pembelajar dapat berlaku sebagai guru, (2) setiap pembelajar dapat
belajar dengan baik jika dalam keadaan yang mendukung, dan (3) belajar
menggembirakan.

Modalitas Belajar 20
2.5 Upaya Untuk Memaksimalkan Modalitas Belajar
Suyono, dkk (2017) menyatakan dampak modalitas belajar kepada
pendidikan secara umum disini terkait dengan apa yang harus dilakukan guru
terhadap materi pembelajaran (kurikulum), pengajaran, dan penilaian sebagai
tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Terutama yang harus diperhatikan benar-
benar oleh guru adalah kesesuaian antara metode pengajaran dengan modalitas
belajar. Hal ini sulit jika sistem kelas klasikal dengan isi setiap ruang kelas
sekitar 40 siswa. Guru wajib mengenali gaya belajar setiap siswanya kemudian
dilihat mana modalitas belajar yang paling dominan, hal itulah yang harus
disesuaikan dengan metode pembelajarannya. Tentu tidak semua siswa terwakili
sesuai gaya belajarnya masing-masing, dalam pemilihan metode tersebut,
mengingat berbagai variasi modalitas belajar siswa, sehingga tidak mungkin
terpenuhi semua. Diharapkan kelompok minoritas ini lambat laun dapat
menyesuaikan diri. Dalam kaitannya ini dapat saja guru pada kesempatan lain
sesekali memberi variasi pemilihan metode pengajaran sesuai dengan modalitas
belajar pada peringkat nomor dua di kelasnya, dan seterusnya. Pendeknya
peranan guru sebagai “dalang” tetap harus dijaga.
 Kurikulum: Guru harus memberikan penekanan kepada intuisi, perasaan,
penginderaan, dan imajinasi siswa sebagai pelengkap dari peningkatan
kemampuan seperti menganalisis, menalar, dan memecahkan masalah secara
urut.
 Pengajaran: Guru wajib merencanakan metode pembelajarannya sesuai
dengan berbagai modalitas belajar siswa, menggunakan berbagai kombinasi
seperti pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru dapat
memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas misalnya
dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman
dan bahkan percakapan.
 Penilaian: Guru wajib menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus
kepada pengembangan kapasitas totalitas otak (whole brain) dan berbagai
modalitas belajar yang berbeda-beda. Dalam tes bahasa misalnya di samping
digunakan tes tulis juga tes lisan serta listening comprehension (memahami
konten dan rekaman ucapan).

Modalitas Belajar 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini, antara lain:
a) Gaya belajar adalah respon siswa dalam menerima informasi dengan
melakukan proses berupa menyerap, mengatur, dan mengolah informasi di
otak sebagai bentuk kecenderungan siswa dalam mengadaptasi suatu
pendekatan belajar tertentu.
b) Terdapat beberapa tipe modalitas belajar Modalitas Belajar VAK, MBTI,
KOLB, Honey & Mumford, Anthony Gregorc, Sudbury, HBDI, dan Felder-
Silverman.
c) Untuk mengukur modalitas belajar dapat menggunakan beberapa instrumen,
salah satunya adalah menggunakan Kolb’s Learning Style Questionnaire dan
juga dapat memanfaatkan situs interaktif yang menyediakan jasa untuk
menentukan tipe modalitas belajar www.learning-styles-online.com.
d) Untuk mengupayakan pembelajaran yang efektif dengan menerapkan
modalitas belajar ini di sarankan melakukan hal-hal berikut, (1) guru dapat
berlaku sebagai pembelajar, sedangkan pembelajar dapat berlaku sebagai
guru, (2) setiap pembelajar dapat belajar dengan baik jika dalam keadaan
yang mendukung, dan (3) belajar menggembirakan.
e) Upaya untuk memaksimalkan modalitas belajar yang dapat dilakukan
pendidik, antara lain:
1) Kurikulum: Guru harus memberikan penekanan kepada intuisi, perasaan,
penginderaan, dan imajinasi siswa sebagai pelengkap dari peningkatan
kemampuan seperti menganalisis, menalar, dan memecahkan masalah
secara urut.
2) Pengajaran: Guru wajib merencanakan metode pembelajarannya sesuai
dengan berbagai modalitas belajar siswa, menggunakan berbagai
kombinasi seperti pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan
eksperimentasi. Guru dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman
ke dalam kelas misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual,
gerakan-gerakan, pengalaman, dan bahkan percakapan.

Modalitas Belajar 22
3) Penilaian: Guru wajib menerapkan berbagai teknik penilaian yang
berfokus kepada pengembangan kapasitas totalitas otak (whole brain) dan
berbagai modalitas belajar yang berbeda-beda. Dalam tes bahasa misalnya
di samping digunakan tes tulis juga tes lisan serta listening
comprehension (memahami konten dan rekaman ucapan).

3.2 Saran
Sebagai seorang calon pendidik sebaiknya dapat memaksimalkan modalitas
belajar yang dimiliki siswa dengan sebaik-baiknya dengan harapan dengan
memanfaatkan modalitas belajar ini maka siswa dapat lebih memahami konsep
pada pembelajaran biologi dengan lebih baik.

Modalitas Belajar 23
DAFTAR PUSTAKA

Armansyah, Wawang. 2015. Macam-macam Gaya Belajar Serta Kelemahan dan


Kelebihannya. http://www.belajarbagus.com/2015/03/gaya-belajar.html di akses
tanggal 16 Februari 2016.
Chatib, Munif. 2012. Orang tuanya manusia: Melejitkan potensi dan kecerdasan dengan
menghargai Fitrah setiap Anak. Bandung: Kaifa
De Porter., B & Hernacki., & Mike. 2000. Quantum Learning. Bandung: PT. Kaifa.
Diah. 2012. Macam-Macam Gaya Belajar Karakteristik.
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/macam-macam-gaya-belajar-
karakteristik.html di akses tanggal 2 Februari 2016.
Ellen, Kelli, Scheve, Jeanna, Nieter, Vicki. 2010. Understanding Learning Styles: Making
Difference for Differ Learners. California: Shell Education.
Gregory, Gayle H., Chapman, Carolyn. 2007. Differentiated Instructional Strategies: One
Size Doesn’t Fit All 2nd Editions. California: Corwin Press.
Herman National. (Online), http://www.hbdi.com/HBDI-book/a/index.html diakses pada 10
Maret 2018.
Honey, P. and Mumford, A. 1986. Learning Styles Questionnaire. Maidenhead: Ardingley
House.
Kolb, A.Y. & Kolb, D. A. 2005. The Kolb Learning Style Inventory Version 3.1.
Online.http://www.haygroup.com/tl/Questionnaires_Workbooks/Kolb_Learning_Sty
le_Inventory.aspx. diakses 10 Maret 2018.
Kolb, D. A. 1985. Learning Style Inventory, Revised Edition. Boston: Hay Group, Hay
Resources Direct.
Kolb, D. A., Boyatzis, R. E., & Mainemnelis, C. 2000. Experiential Learning Theory:
Previous Research and New Directions. In R. J. Sternberg & L. F. Zhang (Eds.).
Perspectives on cognitive, learning, and thinking styles. Marwah, NJ: Lawrence
Erlbaum.
Mahfudz, Asep. 2012. Cara Cerdas Mendidik yang menyenangkan “Berbasis Super
Quantum Teaching”. Bandung: Simbiosa Rekatama Putra.
Rosewell, Jon. 2005. Learning Style. Networked living: exploring information and
communication technologies. The Open University.
Sanaghan, Patrick & Gabriel, Paulette A. 2011. Collaborative Leadership In Action: A Field
Guide for Creating Meetings That Make A Difference. Massachusetts: HRD Press.
Septian El Syakir. 2014. Islamic Hypno Parenting: Mendidik Anak Masa Kini ala
Rasulullah. Jakarta: PT Kawan Pustaka
Suyono dan Hariyanto. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Modalitas Belajar 24

Anda mungkin juga menyukai