Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak akan pernah usang.
Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Beragam program
inovatif ikut serta memeriahakan reformasi pendidikan.

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita
lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses
untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Dan pada akhirnya diharapkan akan berguna bagi bangsa, negara,dan
agama. Melihat peran pendidikan yang begitu vital, maka menerapkan metode yang
efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Beragam metode pembelajaran
efektif dapat menjadi pilihan untuk bisa kita persiapkan dalam sebuah kegiatan
pembelajaran.
Setiap metode pembelajaran akan memiliki satu rana pembelajaran yang paling
menonjol meskipun juga mengandung rana pembelajaran lainnya. Ranah pembelajaran
tersebut ada 3, yaitu: Rana kognitif atau rana perubahan pengetahuan ( P ); Rana afektif
atau rana perubahan sikap-perilaku (S ) ; dan Rana psikomotorik atau rana perubahan
maupun peningkatan keterampilan ( K ).
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Metode Pembelajaran ?
2. Apa sajakah macam-macam Metode Pembelajaran?
3. Bagaimana penjelasan tentang Metode Ceramah itu?
4. Bagaimana penjelasan tentang Metode Ekspositori itu?
5. Bagaimana penjelasan tentang Metode Demonstrasi itu?
6. Bagaimana penjelasan tentang Metode Drill dan Latihan itu?
7. Bagaimana penjelasan tentang Metode Tanya Jawab itu?
8. Bagaimana penjelasan tentang Metode Penemuan?
9. Bagaimana penjelasan tentang Metode Pemecahan Masalah?
10. Bagaimana penjelasan tentang Metode Inkuiri?
11. Bagaimana penjelasan tentang Metode Pemberian Tugas?
12. Bagaimana penjelasan tentang Metode Eksperimen?
13. Bagaimana penjelasan tentang Metode Diskusi?
14. Bagaimana penjelasan tentang Metode Permainan?
15. Bagaimana penjelasan tentang Metode Tutorial/Bimbingan?
16. Bagaimana penjelasan tentang Metode Kegiatan Lapangan?
17. Bagaimana penjelasan tentang Metode Simulasi?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Metode Pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam Metode Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Ceramah
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Ekspositori
5. Unutk mengetahui penjelasan tentang Metode Demonstrasi
6. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Drill dan Latihan
7. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Tanya Jawab
8. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Penemuan.
9. Untuk mengetahui tentang Metode Pemecahan Masalah.
10. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Inkuiri.
11. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Pemberian Tugas.
12. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Eksperimen.
13. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Diskusi.
14. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Permainan.
15. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Tutorial/Bimbingan.
16. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Kegiatan Lapangan.
17. Untuk mengetahui penjelasan tentang Metode Simulasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran


Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta berarti
“melalui” dan hodos “jalan”. Dengan demikian metode bisa berarti cara atau jalan yang
harus ditempuh untuk mencapi tujuan tertentu.
Adapun Defenisi Metode Pembelajaran antara lain :
1. Menurut BIGGS ( 1991 )
Metode Pembelajaran adalah Cara – cara untuk menajikan bahan – bahan
Pembelajaran kepada Siswa – siswi untuk tercapainyatujuan yang telah
ditetapkan.
2. Menurut Sangidu (2004)
3. Metode Pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai
pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang elah
ditentuakan.
4. Menurut ADRIAN ( 2004 )
Metode Pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara – cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan
peserta didik untuk saling beriteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga
proses belajar berjalan dengan baik dalam artian tujuan pengajaran tercapai.
5. Menurut Sudjana (2005)
Metode Pembelajaran merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pembelajaran bahasa secara tertur, tidak ada satu bagian yang
bertentangan dan semua berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.
6. Menurut Salamun (2009)
7. Metode Pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah dan cara yang
digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan
kedalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah
prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa.
5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Perkembangan mental siswa di sekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja
secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan
pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran
harus memperhatikan minat dan kemampuan siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran. Pembelajaran matematika perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta
didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran matematika.
Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tingkah laku, serta perlu
menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah
kedewasaan. Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan sebelumnya,
pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain. Berikut
dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu:

1. Metode Ceramah

Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang
kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan
komunikasi terjadi searah dari pembicara kepada pendengar. Metode ceramah merupakan
metode mengajar yang paling banyak dipakai, hal ini mungkin dianggap sebagai metode
yang paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan
urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikan di depan kelas.
Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah guru
mendominasi kegiatan belajaran mengajar, definisi dan rumus diberikan, penurunan
rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, siswa diberitahu apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana menyimpulkan, contoh-contoh soal diberukan dan dikerjakan
oleh guru, langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa, siswa meniru cara kerja
guru.
Kekuatan metode ceramah:
a. Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendengarkan, dan biayanya menjadi relatif murah.
b. Konsep yang disajikan secara hirarkis akan memberikan fasilitas belajar pada
siswa.
c. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu energi
dapat digunakan sebaik mungkin.
d. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak
menghambat pelaksanaan pelajaran dengan ceramah.

Kelemahan metode ceramah:


a. Pelajaran berjalan membosankan, siswa pasif, hanya aktif membuat catatan.
b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan.
c. Pengetahuan lebih cepat terlupakan.
d. Belajar menjadi menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya
pengertian.

Matematika merupakan ilmu yang memerlukan prasarat untuk dapat dimengerti.


Untuk mengajarkan matematika dengan metode ceramah, perlu diperhatikan:

1. Bertujuan untuk memberikan informasi


2. Materi yang diberikan belum ada pada sumber-sumber lain.
3. Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok yang akan
menerimanya.
4. Materinya menarik atau dibuat menarik.
5. Setelah ceramah selesai diberikan pengendapan agar lebih lama dapat diingat.

Metode ceramah tidak dilakukan jika:


a. Tujuannya agar siswa kreatif, terampil, atau menyangkut aspek kognitif
yang lebih tinggi.
b. Diperlukan ingatan yang tahan lama.
c. Diperlukan partisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan
d. Kemampuan kelas rendah.
2. Metode Eksposiori

Metode ini sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru
sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak
berkurang. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal,
pada waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mencatat, tetapi juga membuat soal
latihan dan bertanya. Guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual. Pada metode ini
siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Kalau dibandingkan dominasi guru
dalam kegiatan belajar mengajar,metode ceramah lebih terpusat pada guru daripada
metode ekspositori. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode
ceramah. Murid mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga dilakukan sambil
bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya, atau mengerjakan tugas
dipapan tulis.
Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan matematika yang pada
umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai
menggunakan metode ekspositori daripada ceramah. Yang biasa dinamakan mengajar
matematika dengan metode ceramah (seperti yang tercantum dalam satuan pelajaran)
menurut penjelasan di atas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab guru
memberikan pula soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa di kelas
Metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien,
tetapi metode ekspositori bukan satu-satunya metode mengajar yang baik. Tiap metode
kalau digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang baik.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori. Tetapi pada metode
demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi, dengan demikian dominasi guru lebih
banyak berkurang. Metode ini dapat menghilangkan verbalisme, sehingga siswa semakin
memahami materi pelajaran.
Ciri khas metode ini terlihat dari adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan
(guru maupun siswa), misal kemmapuan guru membuktikan dalil, menurunkan rumus,
atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan alat, misalnya
pemakaian sepasang segitiga untuk menggambarkan dua buah garis sejajar atau saling
tegak lurus, penggunaan daftar atau kalkulator untuk perhitungan merupakan kemampuan
siswa.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif dan
efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
2) Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi yang
tepat untuk didemontrasikan.
3) Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai
dan dipahami baik oleh siswa maupun guru.
4) Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh siswa atau oleh
guru kemudian diikuti siswa.
5) Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah
suasana yang tenang dan menyenangkan.
6) Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
7) Lakukanlah   evaluasi   terhadap   pembelajaran   yang   telah   dilaksanakan, baik
terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil belajar siswa.

Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode demonstrasi, pada akhir pertemuan
dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.

4. Metode Drill dan Latihan

Metode drill dan latihan dimaksudkan agar siswa cepat dan cermat menyelesaikan soal.
Metode ini berhubungan dengan kemampuan untuk cepat ingat dan kegiatan-kegiatan
yang bersifat lisan yang memerlukan hafalan. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar
berhitung, rumus, definisi, sifat, serta aplikasi-aplikasinya dan hal-hal yang tidak
memerlukan prosedur pengerjaan bergantung pada ingatan. Cepat mengingat,
kemampuan mengingat kebali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan
hal yang perlu “hafal”.
Kemampuan yang dipelukan untuk menyelesaikan soal dengan cepat dan cermat tidak
dapat diperoleh dengan metode drill. Keculi hafal fakta-fakta dasar berhitung, diperlukan
pula hafal dan terampil menggunakan algoritma berhitung, dan jika dilakukan tanpa
kesalahan akan menghasilkan jawaban yang benar untuk sebuah soal.

Dalam matematika terdapat banyak prosedur pengerjaan yang pasti dan tetap seperti
algoritma berhitung.mislanya dalam aljabar untuk menentukan hasil kali dan hasil
pemangkatan . Dalam geometri misalnya, melukis garis garis istimewa dalam segitiga
ditentukan oleh tiga buah unsur.

Hafal algoritma dan prosedur matematika serta cepat dengan cermat menggunakannya
merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran matematika, sedangkan tujuan
daari metode drill adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika.

Metode latihan diperlukan agar siswa terampil menyelesaikan soal-soal yang pengertian
dan prosedur penyelesaiannya sudah dipahami. Metode latian secara tertulis dapt
diberikan di kelas atau sebagai tugas pekerjaan rumah, dan diberikan secara teratur. Soal-
soal latihan untuk di rumah hendaknya mudah, sehingga tidak menimbulkan keengganan
siswa untuk mengerjakannya.

5. Metode Tanya Jawab

Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran disajikan melalui
tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru,
bisa juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru
maupun peserta didik. Dengan menggunakan metode ini siswa menjadi aktif dari pada
belajar-mengajar dengan menggunakan ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan
diberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang diajarkan
masih terbatas pada hal-hal yang dintanyakan oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru.
Sesudah pengarahan, dimulailah dengan pengajuan pertanyaan. Pertanyaan jangan terlalu
sulit, karena akan membut kelas diam. Agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan metode tanya jawab, hendaknya guru berlaku sebagai berikut:
1) Mengahargai jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa bagaimanapun
jelek mutunya.
2) Menerima jawaban siswa, kemudian memeriksa dengan pertanyaan.
3) Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
4) Mengajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan.
5) Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang
disengaja.
6) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
7) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya. Bandingkan “benarkah ini?”,
“Apakah jawaban ini benar?”, “Mengapa jawabnanya demikian?”, “Bagaimana
cara kau peroleh jawabn itu?”. Pertanyaan yang jawabnnya hanya “ya atau tidak”,
“benar atau salah” digolongkan dalam pertanyaan yang kurang bermutu.
8) Pertanyaan dengan kata-kata “Mengapa”, “Bagaimana”, “darimana”, “Bilamana”
akan menghasilkan jawaban-jawabna yang lebih bermutu. Siswa harus memberi
alasan, penjelasan, keterangna dan pendapatnya. Dengan demikian siswa tidak
dapat asal menjawab atau hanya menyebutkan fakta saja sebagai hasil ingatan
(hafalan, recall).

Metode ini dapat digunakan untuk menghubungkan topik-topik pembelajaran yang


lampau dengan yang baru. Langkah ini dapat digunakan untuk meyakinkan apakah
siswa sudah siap menerima materi baru atau belum. Pertanyaan yang dapat juga
digunkan untuk memperkecil kelalaian siswa dan mengembalikan perhatian siswa
pada proses belajar dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang
diajukan pada akhir pelajaran dapat memebantu menentukan sejauh mana siswa telah
mengerti pengetahuan yang diberikan.

6. Metode Penemuan

Kata penemuan sebgai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan siswa
dalam belajarnya. Siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, bukan berarti baru
bagi dirinya saja karena hal itu sudah dikenal oleh orang lain. Pembelajaran dengan
metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan cara belajar
yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan
Socrates dianggap orang sebagai pemula yang menggunakannya.

Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar siswa benar-benar aktif


belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Untuk mengajarkan sifat komutatif
perkalian dengan penemuan, dapat dilakukan dengan memberikan sejumlah soal
perkalian, misalnya sebagai berikut:

Kemudian siswa diminta untuk mncari hasil-hasil yang sama, atau membuat kesimpulan
dari hasil pengerjaannya.

Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa konsep,
teorema, rumus, pola, aturan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau usaha lain dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya melalui cara induksi, deduksi, observasi,
ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini tidak dapat direncanakan, karena sangat
tergantung kemampuan siswa, dan bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan
metode ini harus memperhatikan:
1) Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
2) Hasil (bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa
3) Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.
4) Guru haya bertindak sebgaia pengarah dan pembimbing saja, bukan pemberitahu.

Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau dengan
menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat dengan pendekatan induktif,
deduktif atau keduanya.
Metode ini mempunyai kelebihan antara lain :

1) Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan untuk


menemukan hasil akhir.
2) Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih diingat.
3) Menemukan sendiri menmbulkan kepuasan. Kepuasan intrinsic ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat.
4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
5) Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
6) Menurut J. Bruner metode ini mampu mengembangan kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan problem, menjadi lebih
peka terhadap problem solving yang dihadapinya dan motivasinya meningkat
karena terlibat dalam proses penemuan.
7) Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki persamaan
terhadap sejarah matematika, mengerti bahwa matematika itu ditemukan, siswa
dapat menilai kemampuannya untuk menemukan dan mengabtraksi.

Sedangkan kelemahan metode ini adalah:

1) Banyak menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat


menemukan. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan menggunakannya.
2) Tidak semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat akan
merusak struktur pengetahauannya, karena tidak sesuai dengan kesiapan
intelektual siswa. Juga jika terlalu banyak bimbingan akan mematikan
insisatifnya.
3) Tidak dapat digunakan untuk setiap topic.
4) Guru akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini.
7. Metode Pemecahan Masalah

masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks
dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang
sebagai dasar aktivitas matematika. Matematika kelihatannya tidak dapat dipahami jika
tanpa masalah (Cooney, 1975: P.244). Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan
yang mana siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma
yang rutin (Russeffendi, 1977: P.216). Suatu persoalan menjadi masalah atau
memberikan tantangan yang sapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang diketahui
siswa (Cooney, 1975 : P.242). Menurut Russeffendi suatu persoalan menjadi masalah,
jika :
1) Siswa tidak mengenal persoalan itu,
2) Siswa menganggap persoalan itu jadi masalah karena siswa belum memiliki
prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya.
3) Siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun
pengetahuan siapnya. Terlepas ia sampai atau tidak pada jawabannya.
4) Siswa punya niat untuk menyelesaikan.

Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi seorang siswa maka guru
harus menyeleksi dan membuat soal yang merupakan pemecahan masalah. Pentingnya
pemecahan masalah dalam pembelajaran disebabkan oleh :

 Pemecahan masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam membuat


keputusan.
 Pemecahan masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, beranekaragam
dan dapat menambah pengetahuan baru.
 Pemecahan masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari ilmu yang
diperolehnya.
 Pemecahan masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala
kemampuannya.
 Pemecahan masalah dapt menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi kreatif.
8. Metode Inkuiri

Metode inkuiri adalah proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi dengan maksud
mencari informasi dan kebenaran. Metode ini adalah keadaan khusus dari pemecahan
masalah dan merupakan cara belajar aktif dan mencakup proses ketrampilan. Karena
proses inkuiri adalah suatu teknik khusus untuk mengembangkan pengetahuan melalui
penelitian.

Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri yang dapat dilaksanakan
secara individu atau dalam kelompok. Situai inkuiri ideal dalam kelas matematika terjadi
jika siswa-siswa merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam
kelompok kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Tujuan penggunaan metode ini
adalah agar siswa belajar metode ilmiah dan dapat menerapkan kedalam suasana lain.

Dalam metode ini guru selain berperan sebagai pengarah dan pembimbing, juga sebagai
sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi
tambahan, membuat hipotesis dan mengetesnya. Jasdi, peran utama guru dalam hal ini
adalah sebagai moderator. Metode ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
1) Merangsang siswa dengan pertanyaan, pernyataan, permaianan, teka-teki dan
sebagainya
2) Sebagai respon atas rangsangan yang diterima, siswa menentukan prosedur
mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk
memecahkan masalah.
3) Menghayati pengetahuan yang diperoleh dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
4) Menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan
metode umum yang dapat diaplikasikannya ke situasi lain.

Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang paling mirip dengan metode
penemuan, perbedaannya adalah:

Metode Penemuan Metode Inkuiri


Dengan ekspositori dalam kelompok kecil di Dengan ekspositori dalam kelompok dan
laboratorium, bengkel atau kelas. individual.

Hasil akhir merupakan sesuatu yang baru bagi Hasil akhir baru dari siswa dan juga belum
dirinya, tetapi sudah diketahui guru. diketahui guru.

Guru sebagai pengarah, pembimbing dan sumber


Guru sebagai pengarah dan pembimbing.
informasi data.

Siswa diharapkan dapat menemukan sesuatu,


Siswa membuat hipotesis dan mengujinya.
hasilnya nomor dua.

9. Metode Pemberian Tugas

Metode ini disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering diberikan dalam
pembelajaran matematika adalah pekerjaan rumah sebagai latihan soal-soal. Metode ini
mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya tanggungjawab dari siswa. Misalnya,
mencari bukti lain dari sebuah teorema , membaca sejarah perkembangan geometri,
mempelajari dulu topic yang akan dibahas. Tetapi dapat timbul atas inisiatif siswa setelah
disetujui guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan.

Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Bagaimana


memberi nilai kepada seorang siswa jika ia bekerja dalam kelompok? Apakah ia benar-
benar aktif berperan dalam menghasilkan laporan kelompok? Jika laporan individu
apakah tulisan itu benar-benar hasil pemikirannya sendiri atau bukan? Agar penilaian
lebih obyektif dan menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan
pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan.

Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar siswa terampil menyelesaikan
soal, lebih memahami dan mendalami pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain itu agar
siswa biasa belajar sendiri, menumbuhkan rasa tanggungjawab dan sikap positif terhadap
matematika. Karena itu janganlah memberi tugas yang rerlalu sukar, terlalu banyak
sehingga murid tidak mempunyai waktu untuk melakukan tugas lain dari sekolah atau
kegiatan lain di luar sekolah. Komposisi soal hendaknya terdiri atas yang mudah, sedang
dan sukar. Memberikan tugas yang berlebihan tidak akan menimbulkan sikap-sikap yang
positif, malah mungkin menjadi sebaliknya.

Tugas yang diberikan dapat berupa tugas membuat atau merancang model-model, alat-
alat atau permaianan yang berhubungan dengan pelajaran matematika. Misalnya,
mmbaca buku mengenai alat peraga atau permaianan matematika, merancang model dan
alat, memberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kepada teman-teman,
menyimpan hasil karya dilabmat. Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan intrinsik dan
selanjutnya sikap positif terhadap pelajaran matematika.

10. Metode Eksperimen

a. Definisi Metode Eksperimen


”Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajar.”(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 84.).

Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa diiberikan


kesempatan untuk mengalami  sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan tentang suatu
permasalahan terkait materi yang diberikan. Peran guru sangat penting pada metode
eksperimen, khususnya dalam ketelitiandan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan
dan kesalahan memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran.

Pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam jika siswa diberikan kesempatan untuk
mengalami secara langsung dalam suatu proses, analisis dan pengambilan kesimpulan
terhadap suatu masalah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan pada siswa bahwa yang
dipelajari merupakan suatu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran
matematika dikatakan ilmu pasti, yang artinya bahwa setiap pernyataan dalam
matematika dapat dibuktikan secara analitis dan logis. Mengingat  hal tersebut maka
metode eksperimen sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi-materi yang membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung, misalnya materi
Peluang, Konsep bilangan, dan Bangun-bangun geometri.

Sehinnga dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan metode
ini adalah harus didasarkan pada tingkat kemampuan pendidik, apakah pendidik
mempunyai keahlian melakukan eksperimen dari meteri yang akan di ajaran dengan
menggunakan metode ini.
b.  Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Kelebihan-Kelebihan metode eksperimen adalah:


1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku
saja.
2) Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan teknologi,
suatu sikap dari seorang ilmuan.
3) Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern. (Syaiful Sagala, Konsep
dan Makna, h. 220-221.)

Kekurangan metode eksperimen adalah:

1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.


2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh dan mahal.
3)  Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan dan ketabahan.

Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian.
(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 85.)
11. Metode Diskusi
a. Definisi Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru 
dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan untuk
diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa
untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun pengalaman masing-masing dalam
memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak
akan ada siswa yang pasif.
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang
diungkapkan Killen (1998) adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakan
suatau permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan
siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h.
154.)
Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan
pendapat secara lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat
digunakan pada materi-materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya
materi bangun-bangun geometri, peluang dan konsep bilangan.
Adapun  dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus benar-benar mampu
mengorganisasikan siswa sehingga diskusi dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Menurut Bridges (1979) dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus mengatur kondisi
yang memungkinkan agar:
1) Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.
2) Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.
3) Setiap harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.
4) Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengatahuannya serta
memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. 
dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan diskusi
didasarkan pada beberapa aspek, yaitu Tingkat kemampuan siswa itu sendiri, Materi
( bahan ajar ) dengan karakteristik yang berbeda atau materi yang telalu banyak maka
boleh menggunakan metode pembelajaran ini.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Kelebihan dari metode diskusi adalah:
1) Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.
2) Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara
bebas.
3) Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
4) Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
5) Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat
orang lain. (Syaiful Sagala,Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 208.)
Kekurangan dari metode diskusi adalah
1) Diskusi terlalu menyerap waktu.
2) Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan
waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup
berdiskusi.
3) Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi,
maka kecenderungannya diskusi tanya jawab

12. Metode Permainan

a Defenisi metode permainan


Metode permainan dalam pembelajaran matematika adalah metode belajar
dengan melakukan kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan instruksional matematika yang menyangkut aspek kognitif,
psikomotorik, atau efektif.
Permainan yang mengandung nilai matematika dapat meningkatkan
keterampilan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya;
meningkatkan kemampuan menemukan, memecahkan masalah, dan lain-lain.
Metode permainan sama dengan metode-metode lain yang memerlukan
perumusan tujuan instruksional yang jelas, penilaian topik atau subtopik,
perincian kegiatan belajar mengajar, dan lain-lain. Selanjutnya hindari permainan
yang bersifat teka-teki atau yang tidak ada nilai matematikanya.
b Kelebihan metode permainan
 Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian.
 Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi
hidup.
 Anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil
kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri.
 Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.
c Kelemahan metode permainan
 Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan.
 Memerlukanbanyak waktu
 Penentuan kalah menangdan bayar-membayar dapat berakibat negatif.
Mungkin juga terjadi pertengkaran.
 Mengganggu ketenangan belajar di kelas-kelas lain.

13. Metode Tutorial/Bimbingan

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara
perorangan atau kelompok kecil siswa.

Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:


Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama
digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori
dan prinsip.

14. Metode Kegiatan Lapangan


Kegiatan pembelajaran di luar kelas disebut kegiatan lapangan, yang materinya
merupakan aplikasi konsep yang telah dipelajari di kelas.
15. Metode Simulasi
Simulasi Simulasi merupakan kegiatan pembelajaran yang bertindak memerankan peran
tertentu dalam kehidupan nyata di masyarakat.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta berarti “melalui”
dan hodos “jalan”. Metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan.

Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan sebelumnya, pembelajaran harus
dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Tiap metode tidak
berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain. Berikut dikemukakan beberapa metode
pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu:

1. Metode Ceramah
2. Metode Eksposiori
3. Metode Demonstrasi
4. Metode Drill dan Latihan
5. Metode Tanya Jawab
6. Metode Penemuan
7. Metode Pemecahan Masalah
8. Metode Inkuiri
9. Metode Pemberian Tugas
10. Metode Eksperimen
11. Metode Diskusi
12. Metode Permainan
13. Metode Tutorial/Bimbingan
14. Metode Kegiatan Lapangan
15. Metode Simulasi
Saran

Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai Metode Pembelajaran
Matematika dapat meningkat kualitas guru dalam proses pembelajaran. Adapun saran yang dapat
dikemukakan bagi para pembaca yaitu agar mereka mampu mengimplementasikan Metode
Pembelajaran Matematika yang benar ini dalam melakukan pengajaran di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, dkk. 1983.  Metodik Khusus Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.


Pande Ali & Imansyah. 1984.  Didaktik Metode. Surabaya: Usaha Nasional.
Sagala Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATI
KA/METODE__PEMBELAJARAN__MATEMATIKA,_BERMAIN__SAMBIL__BEL
AJAR.pdf
http://kurtek.upi.edu/media/sources/6-pemilihan.pdf
http://www.damandiri.or.id/file/mariasugiharyaniunmuhsolobab1-5.pdf
http://syasmkn2tb.wordpress.com/2012/08/02/kriteria-pemilihan-metode-pembelajaran/
http://sofyanhipan.blogspot.com/2013/07/makalah-macam-macam-metode-
pembelajaran.html
http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/metode-dalam-pembelajaran-
matematika.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196303311988031-
NANANG_PRIATNA/Strategi_Pemb_Mat.pdf

Anda mungkin juga menyukai