Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Pendidikan Biologi/Sains

Pemberian pendidikan Biologi/Sains di sekolah menengah bertujuan agar siswa paham dan
menguasai konsep alam. Pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode
ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut. Pendidikan biologi/sains itu sendiri memiliki
peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik
yang berkualitas yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat.
Perkembangan Biologi/Sains ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang saat
ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan.
Menyadari hal ini maka pendidikan biologi/sains perlu mendapat perhatian, sehingga dapat
dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi sendiri merupakan proses
pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntunan zaman. Dengan demikian
modernisasi pendidikan biologi/sains memiliki upaya untuk mengubah system menjadi lebih
modern dan akan terus berjalan dinamis
Modernisasi dalam pendidikan biologi/sains meliputi dua hal yaitu materi biologi/sains dan
matematika, serta system penyampaian. Modernisasi pendidikan biologi/sains telah berkembang
di Negara-negara maju seperti Amerika, namun untuk Indonesia sendiri belum nampak
perkembangannya. Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya perubahan
kurikulum yang dominant terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini berpengaruh pada
kurikulum 1984 dan 1994. selanjutnya berubah menjadi Kurikulum 2004 yang biasa dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (K13).
Kurikulum ini tidak atau kurang mengena pada siswa untuk pendidikan biologi/sains,
mengingat bahwa pendidikan biologi/sains tidak sekedar mengajarkan konsep namun
membutuhkan proses keterampilan. Sebagai contoh meneliti, mengalami dan membuat rancangan
prosedur sehingga kurikulum ini dirasa kurang baik dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum
yang disebut KBK.
KBK tidak ditetapka dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan dirubahnya kurikulum
1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang
tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk
menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan
dengan mudah lupa. Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan
dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam
menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan “kemampuan yang
dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan
bertindak”
Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad joko (2007:102)
yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3)
pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar
tuntas”. Dalam kurikulum KBK ini sekolah dimberi keleluasaan dalam menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah,
kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Di samping
itu kurikulum ini juga menuntut siswa untuk aktif dan diharapkan lulusan dari tingkat SMP siswa
dapat berpikir logis, kritis dan inovatif serta dapat memecahkan masalah sesuai metode ilmiah
KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang di sempurnakan
dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau
sekolah. Prinsipnya hamper sama dengan KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007.
Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan
kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan
siswa didik.
Perubahan kurikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan
dimasyarakat. Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih dikenal dengan KTSP lebih
mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa.
Keberhasilan pendidikan akan tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum
tersebut. Harapannya dapat meningkatkankualitas SDM.
Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan biologi/sains di SMP telah
dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena biologi/sains sangat penting
sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi. Kurikulum sebelum KTSP
biologi/sains di SMP diajarkan dengan memisahkan mata pelajaran kedalam tiga aspek yaitu
Fisika, Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek
IPA tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA bukan hanya pada
konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis.
Harapan arah Pembelajaran Biologi di abad 21 (Era Globalisasi) Memberikan peluang dan
tantangan yang besar bagi perkembangan profesional, baik pada preservice dan inservice guru-
guru kita. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya,
sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan
faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan
yang dilakukan guru. Guru profesional harus mampu mengembangkan sepuluh kemampuan dasar
yang harus dimiliki.
1) Penguasaan bahan ajar dan konsep-konsep dasar keilmuan.
2) Pengelolaan program belajar-mengajar.
3) Pengelolaan kelas.
4) Penggunaan media dan sumber pembelajaran.
5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan.
6) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.
7) Penilaian prestasi siswa.
8) Pengenalan fungsi dan program bimbingan konseling.
9) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah,
10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan
peningkatan mutu pelajaran.
Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan
profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu
mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses
belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian
diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat.
Trilling dan Hood (1999) mengemukakan bahwa perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah
untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Nilai-nilai keluarga hendaknya tetap
dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan;
1) Asas belajar sepanjang hayat harus menjadi landasan utama dalam mewujudkan pendidikan
untuk mengimbangi tantangan perkembangan jaman
2) Penggunaan berbagai inovasi Iptek terutama media elektronik, informatika, dan komunikasi
dalam berbagai kegiatan pendidikan
3) Penyediaan perpustakaan dan sumber-sumber belajar sangat diperlukan dalam menunjang
upaya pendidikan dalam pendidikan
4) Publikasi dan penelitian dalam bidang pendidikan dan bidang lain yang terkait, merupakan suatu
kebutuhan nyata bagi pendidikan di abad pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai