Anda di halaman 1dari 2

Hizbullah

Latar Belakang Hizbullah

Barisan Hizbullah lahir dari rahim umat Islam untuk mengentaskan masyarakat dari
kesengsaraan akibat penjajahan. Landasan utama perjuangan laskar rakyat ini adalah
menggunakan Al Quran dan Shunnah sebagai pedoman hidup. Dalam konsep Islam, kebatilan
dan kedzaliman harus dienyahkan. Dengan diiringi semangat cinta tanah air dan keinginan untuk
merdeka menentukan nasib sendiri, maka terbentuklah barisan Hizbullah.Pada masa pendudukan
Jepang di tanah air, Dai Nippon mulai memperkenalkan programnya untuk membebaskan Asia
dari penindasan dan hegemoni Barat. Program yang dikenal dengan sebutan “3A” ini disambut
baik oleh rakyat Indonesia. Masa itu belum nampak sama sekali motif Pemerintahan Jepang yang
hakikatnya setali tiga uang dengan kedatangan bangsa Kristen Eropa yang telah menjajah
terlebih dahulu. Tidak heran, dukungan mengalir dari berbagai kalangan, mulai dari golongan
nasionalis hingga agamis, termasuk umat Islam.Apalagi pada masa-masa sebelum
kedatangannya, nama Jepang sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai lawan Barat.
Berbagai media di Tanah Air pada masa itu sering memberitakan bahwa Jepang telah menjadi
kekuatan baru yang tidak terbendung di Asia pasca berhasil menguasai China. Bahkan muncul
opini bahwa tidak ada lagi yang mampu mematahkan perkembangan Jepang, termasuk Barat.
Harapan bermunculan dari berbagai pelosok Asia, ketika Jepang menyerukan hendak mengusir
bangsa-bangsa Barat dari Asia. Majalah “Berita Nahdlatoel Oelama’” terbitan 1938 misalnya,
berupaya meyakinkan bahwa dengan kemunculan Jepang di pentas Internasional, – Perancis
akan diusir dari Indo-China, Australia dan India akan dibebaskan dari cengkraman Inggris,
Siberia akan dimerdekakan dari penjajahan Rusia, dan juga Indonesia dari kungkungan Belanda.
Semboyan Jepang, “Asia boeat bangsa Asia” rasanya seperti menjanjikan angin surga untuk
bangsa-bangsa yang merindukan bebas dari penindasan bangsa Kristen Barat.Selain membentuk
tentara PETA (Pembela Tanah Air), Jepang mengijinkan para pemimpin ormas Islam yang
terdiri dari Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), PSII, dan lain-lain yang tergabung dalam
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) untuk membentuk barisan relawan yang berisi
para pemuda Islam yang tidak bisa bergabung di PETA.

Tujuan dibentuk Hizbullah

Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang
dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen
Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :

 melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.


 membantu tentara Dai Nippon.
 menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.
 menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.

2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam,
memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam
Indonesia.

Tokoh-Tokoh Laskar Hizbullah


Berikut ini kita akan membahas tokoh-tokoh yan pernah terlibat dalam Laskar Hizbullah ;
1.KH. Zaenul Arifin, adalah seorang panglima Hizbullah. Beliau dilahirkan di Kota Barus,
sebuah kota kecil di sebelah pantai barat Sumatra, yang saat ini termasuk wilayah Sumatra Utara.
Ketika wadah perjuangan fisik para pemuda Islam terbentuk dalam Hizbullah (1942), KH.
Zaenul Arifin turut masuk ke dalamnya. Selain pernah mendapat pelatihan militer dari tentara
Jepang kemenonjolan dan ketangkasannya membuatnya diangkat menjadi Komandan Batalion
dan kemudian Panglima Hizbullah. Anggotanya yang ribuan, terutama di Jawa dan Sumatra
sebagian besar mengikuti pendidikan militer gaya Jepang di Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat. Para
pemuda santri, tanpa gamang, terutama ini merupakan panggilan jihad membela negara bangsa,
antri mendaftarkan diri masuk Hizbullah. Sedangkan para kiai, ulama, dan mereka yang sudah
dewasa masuk dalam barisan Sabilillah, dengan panglimanya KH. Masykur, yang juga dari NU.
Dalam kapasitasnya sebagai anglima Hizbullah itu, KH. Zaenul Arifin kerap melakukan inspeksi
pasukan, terutama dibasis - basis perjuangan umat Islam yanitu pondok-pondok pesantren.
Konsolidasi yang terus menerus ditambah dengan penigkatan keterampilan bertempur, membuat
Hizbullah menjadi wadah laskar rakyat yang disegani dan berwibawa. Ketika akhirnya Hizbullah
dilebur dke dalam TNI (1945), kedudukan KH. Zaenul Arifin di partai Masyumi adalah kepala
Bagian Umum yang berada dibawah Sekret aris Jendral. Dalam proses penggabungan itulah
beliau diangkat sebagai Sekretaris pada pucuk pimpinan TNI atau semacam Sekretaris Jendral
Departemen Pertahanan Keamanan sekarang. Ketika terjadi penggabungan yang disertai program
rekonstruksi dan rasionalisasi dalam tubuh kelaskaran itu, beliau sangat kecewa dan prihatin oleh
banykanya anggota Sabilillah dan Hizbullah yang tidak lulus untuk masuk TNI. Padahal dimata
beliau, mereka itulah yang paling gigih dalam memperjuangkan Kemerdekaan.
Di bidang kerohanian, mereka berada di bawah bimbingan sejumlah ulama antara lain K.H.
Musthafa Kamil dari Jawa Barat untuk pembinaan jasmani; K.H. Mawardi dari Surakarta
untuk bidang tauhid; K.H. Imam Zarkasyi dari Pesantren Gontor, Ponorogo; Kyai Mursyid
dari Pacitan; Kyai Syahid dari Kediri, K.H. Abdul Halim dari Majalengka untuk bidang politik;
K.H. Thohir Dasuki dari Surakarta untuk bidang Sejarah; Kyai Roji’un dari Jakarta; dan KH.
Abdullah.

Anda mungkin juga menyukai