Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Pasien wanita umur 83 tahun, datang dengan keluhan utama nyeri perut sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh tidak bisa buang air besar dan tidak kentut
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terutama dirasakan oleh pasien di sekitar
perut kiri bawah, sampai ke paha. Nyeri dikatakan memberat jika pasien menggerakkan kaki
kiri, menjalar sampai ke lutut. Pasien adalah wanita degan perawakan kurus dengan 5 orang
anak. Dari pemeriksaan BOF didapatkan kesan ileus obstruktif. Setelah dilakukan
dekompresi, pasien menjalani operasi laparotomy eksplorasi, didapatkan hernia obturator
sinistra dengan inkarserasi ileum. Dilakukan reseksi dan end to end anastomosis, dan
penutupan defek dengan jahitan purse-string. Setelah 1 minggu kondisi pasien berangsur-
angsur membaik tanpa adanya tanda-tanda kebocoran anastomosis.

Obturator hernia adalah herniasi dari organ visera melalui defek peritoneum yang
dibatasi oleh ramus pubis di bagian superior, dan sisi bebas dari membran obturator1. Hernia
obturator merupakan kasus yang jarang, kejadianya hanya 0,05-0,4% dari seluruh kasus
hernia. Kejadian hernia obturator 9 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria
karena pelvis wanita lebih lebar dan obturator foramen yang lebih lebar2.Mortalitas dari
hernia obturaotr dapat mencapai 70% apabila terjadi inkarserasi dari usus. Gambaran klinins
paling sering dari hernia obturator adalah obstruksi intestinal. Selain itu tanda klasik yang

1
sering dijumpai adalah Howsip-Romberg sign dan Hannington-Kiff sign tanda klasik lainya
antara lain adalah obturator neuralgia. Modalitas pemeriksaan penunjang utama adalah
pemeriksaan CT scan, pemeriksaan penunjang berupa foto polos abdomen akan memberikan
kesan adanya gambaran obstruksi intestinal. Modalitas terapi pilihan adalah laparotomi
eksplorasi2

LAPORAN KASUS
Pasien wanita umur 83 tahun, rujukan RSUD dengan diagnosis ileus obstruktif ec susp. Ca
colon. Pasien datang dengan keluhan utama nyeri perut sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluh tidak bisa buang air besar sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri terutama dirasakan oleh pasien di sekitar perut kiri bawah, sampai ke paha. Nyeri
dikatakan memberat jika pasien menggerakkan kaki kiri, menjalar sampai ke lutut. Status
general dalam batas normal, kecuali frekwensi denyut jantung yang meingkat 98x/menit.
Pemeriksaan fisik secara geneal dalam batas normal, perawakan kurus. Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan perut agak distensi, dengan bising usus yang meningkat, tanpa adanya
defans muskular. Pemeriksaan colok dubur, dalam batas normal, tanpa adanya teraba massa.
Riwayat penyakit lainya disangkal. Pasien adalah wanita dengan 6 orang anak, riwayat
penurunan berat badan secara cepat juga disangkal. Pemeriksaan laboratorium dalam batas
normal, hanya didapatkan peningkatan BUN (66mg/dl) dan serum kreatinin (2,7mg/dl) fungsi
hati dan gula darah dalam batas normal.
Pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan kesan gambaran obstruksi usus halus,
dengan pemeriksaan USG abdomen didapatkan adanya hidronefrosis GrIV pada ginjal kanan.
Pasien didiagnosa awal dengan total ileus obstruktif dengan kecurigaan adanya tumor
kolon. Dilakukan dekompresi dengan pemasangan selang nasogastrik dan kateter urine dan
direncanakan untuk dilakukan operasi laparotomy explorasi. Saat operasi ditemukan adanya
hernia obturator sinistra dengan strangulasi ileum distal. Dilakukan pembebasan isi hernia,
didapatkan perforasi ileum 30cm dari ileocecal junction. Kemudian dilakukan reseksi ileum

2
dan end to end anastomosis. Dilakukan repair pada hernia dengan jahitan purse-string. Pasca
operasi pasien dipuasakan selama 5 hari, dengan total parenteral nutrition. Setelah itu
dilanjutkan dengan diet cair selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan diet bubur, kondisi
pasien berangsur-angsur membaik, tanpa adanya tanda-tanda kebocoran dari anastomosis
ileum.

Gambar1. Foto polos abdomen (BOF) menunjukkan adanya kesan obstruksi.

Gambar 2. Isi hernia berupa segmen ileum distal yang sudah mengalami nekrosis.

3
Gambar 3. Hernia obturator S.

DISKUSI
Obturator hernia adalah herniasi dari organ visera melalui defek peritoneum yang
dibatasi oleh ramus pubis di bagian superior, dan sisi bebas dari membran obturator1. Hernia
obturator pertama kali dilaporkan tahun 17244.Hernia obturator merupakan kasus yang
jarang, kejadianya hanya 0,05-0,4% dari seluruh kasus hernia. Kejadian hernia obturator 9
kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria karena pelvis wanita lebih lebar dan
obturator foramen yang lebih lebar2.Mortalitas dari hernia obturaotr dapat mencapai 70%
apabila terjadi inkarserasi dari usus.
Obturator foramen merupakan foramen terbesar pada tubuh manusia, tebentuk dari
ramus ischium dan pubic bone. Obturator foramen di lapisi oleh membarn obturator4.
Obturator kanan terletak di sebelah anteromedial dari obturator membrane dengan panjang 2-
3cm dengan lebar 1cm, didalamnya terdapat obturator nerve, pembuluh arteri dan vena4.

There are three


stages of obturator hernia.1 The first stage is the entrance
of preperitoneal tissue into the pelvic orifice of
the obturator canal, while the second stage involves the
development of a dimple in the peritoneum overlying
the canal. The third stage is the onset of symptoms
produced by entrance of an organ into the canal. The
hernia sac may contain the small bowel, large bowel,
omentum, fallopian tube, or appendix.1 In more than
half of all patients with obturator hernia, the presenting
symptom is partial small bowel obstruction.1
We compared our experience with the previously
published data to establish standards for the diagnosis
and treatment of this hernia.

4
Gambaran klinins paling sering dari hernia obturator adalah obstruksi intestinal.
Selain itu tanda klasik yang sering dijumpai adalah Howsip-Romberg sign dan Hannington-
Kiff sign tanda klasik lainya antara lain adalah obturator neuralgia. Modalitas pemeriksaan
penunjang utama adalah pemeriksaan CT scan, pemeriksaan penunjang berupa foto polos
abdomen akan memberikan kesan adanya gambaran obstruksi intestinal. Modalitas terapi
pilihan adalah laparotomi eksplorasi.
An obturator hernia is an infrequent but significant cause of intestinal
obstruction. The incidence of obturator hernias is between 0.05 and 1.4% of all hernias.
The mortality rate can be as high as 70% when acutely incarcerated due to the
difficulty in diagnosis and delay in surgical treatment Three progressive stages of
obturator herniation have been classified and can be one of three different varieties
depending on the pathway the herniated sac follows. Knowledge of the anatomy and
pathogenesis of obturator herniation is essential in diagnosis and treatment. The most
common clinical presentation is intestinal obstruction (90%) and this is often seen in
elderly, emaciated, multiparous women with predisposing conditions. Other classic
signs, though not always present include obturator neuralgia, the Howship-Romberg
sign and the Hannington-Kiff sign. Computed tomography scan is the most favored
diagnostic imaging method. The abdominal surgical approach is most preferred when a
diagnosis is uncertain and laparoscopy should be employed in elective early surgeries.
This aim of this article is to review the diagnosis and treatment of obturator hernia by
describing the anatomy, embryology, clinical presentation, diagnosis, and management
currently in use. Increased awareness and proper management of this condition will
result in decreased morbidity and mortality.

An obturator hernia is a herniated viscera through the peritoneal defect that is


bounded superiorly by the pubic ramus and inferiorly by the free edge of the obturator
membrane[2]. The incidence was approximately nine times higher in women than in men due
to the wider pelvis and relatively greater diameter of the obturator foramen in females[3].
Recent published series show nearly exclusive incidence in women[4-7]. It occurs most
commonly in emaciated elderly women between 70 and 90 years of age. The loss of
protective preperitoneal fat from aging or malnutrition makes a larger space in the obturator
canal and facilitates the formation of a hernia[8,9]. Thus, it is not surprising that most of the
patients are markedly underweight. The majority of obturator hernias occur on the right side
probably because the sigmoid colon may cover the left obturator foramen and prevents
herniation[10]. About 6% of cases are bilateral and some may be associated with other types
of hernia, such as the indirect inguinal hernia, the direct inguinal hernia, or the femoral
hernia[11]. It is uncertain if concomitant conditions that lead to constant and increased intra-
abdominal pressure such as constipation, ascites, chronic obstructive pulmonary disease,
kyphoscoliosis, or multiparity are risk factors for obturator hernia. Our case presented most
of these predisposing factors, including old age, emaciation, constipation and chronic
bronchitis.

5
1. Skandalakis LJ, Androulakis J, Colborn GL, Skandalakis JE. Obturator hernia.
Embryology, anatomy, and surgical applications. Surg Clin North Am.
2000;80:71–84.
2. Petrie A, Tubbs RS, Matusz P, Shaffer K, Loukas M. Obturator hernia:
anatomy, embryology, diagnosis, and treatment. Clin Anat. 2011
Jul;24(5):562-9. doi: 10.1002/ca.21097. Epub 2011 Feb 14.
3. Shapiro K, Patel S, Choy C, Chaudry G, Khalil S, Ferzli G. Totally
extraperitoneal repair of obturator hernia. Surg Endosc. 2004;18:954–956
4. Takamori Nakayama, Seiji Kobayashi, Kou Shiraishi, Takao Nishiumi, Syunji
Mori, Kiyoshi Isobe and Yoshiaki Furuta. Diagnosis and treatment of
obturator hernia Departments of Surgery and Radiology, Shizuoka Red Cross
Hospital, Shizuoka city, Shizuoka, Japan. June 21, 2002

Anda mungkin juga menyukai