Anda di halaman 1dari 439
HSI RE SET ore Teg Edisi 2 Thomas C. Timmreck, PhD PENERBIT BUKU KEDOKTERAN fil EGC EGC 1422 ANINTRODUCTION TO EPIDEMIOLOGY, 2E Original English Language Baition Published by Jones and Bartlett Publishers, Inc. One Exeter Plaza, Boston MA 02116 Copyright © 1998 All Rights Reserved EPIDEMIOLOGI: SUATU PENGANTAR, E/2 ‘Alin bahasa:- Munaya Fauziah, SKM; Apriningsih, SKM; Palupi Widyastuti, SKM; ‘Mulia Sugiarti, SKM; dr. Ratnawat Editor edisi bahasa Indonesia: Palupi Widyastuti, SKM Hak cipta terjemahan Indonesia © 2001 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O, Box 4276/Sakarta 10042 ‘Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Samson P. Barus Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilararig mengutip, memperbanyek, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Cetakan I: 2005 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ‘Timmreck, Thomas C. Epidemiologi: suatu pengantar / Thomas C. Timmrec Munaya Fauziah ... [etal]; editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti, — Ed. 2 — Jakarta : EGC, 2004. xvi, 480 bm. ; 21 x 27m. Judul asi: An introduction to epidemiology, 2/e. ISBN 979.448.643-4 1, Bpidemiologi. 1. Judul. 11. Fauziah, Munaya. TIL. Widyastuti, Palupi. 6144 ‘onarinama aw paRaTAN Klasifikasi Umum Penyakit 31 Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Penyebab 34 ‘Sumber Tak Hidup yang Menycbablan Kesakitan dan Kecacatan 34 Jalan Masuk Agens Penyakit Infeksius ke dalam Tubuh Manusia 35 Masa Inkubasi Penyakit Menular 36 39 asi Internasional Penyakie 41 Penyalit yang harus Dilaporkan Di Amerika Serikat (Centers for Discase Control and Prevention) 42 Imunisasi: Melindungi Masyarakat terhadap Penyakit 45 Imunitas Kelompok 47 ‘Pencegahan dan Pengendalian Penyakie Menular 48 ‘FILEBERITA _ Penularan Penyakit dan Tindakan Pencegahan Universal 55 ‘Klasifikasi Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Kronis 55 Penyakit dan Gangguan Akibat Defisiensi Gizi 57 Penyakit dan Kondisi Kronis 58 Sasaran Kesehatan Tahun 2009 a Latihan a Referensi 66 Bab3 ——_Sejarah Perkembangan Epidemiologi o7 ‘Tujuan Instruksional Khusus 67 Pendahuluan 68 Hippocrates, Abli Epidemiologi Pertama 68 Observasi Penyakit oleh Sydenham oo Epidemiologi Penyakit Skorbut di Tahun 1753 70 ‘Cowpox dan Hubungan Epidemiologinys dengan Smallpox 7m Epidemiologi Demam Nifas di Rumah Sakit Bersalin 72 Sejarah Pengkajian Epidemiologi tetnadap Kolera di London 2B FILE BERITA Epidemi Kolera 76 Koneribusi Pasteur dan Koch pada Epidemiclogi 7 ‘Mikroskop dan Kontribusinya dalam Epidemiologi 79 John Graunt dan Perkembangan Data Sutistke Vital 7 Ramazzini dan Epidemiologi Kesehatan Kerja serta Higiene Industri 81 “Typhoid Mar 82 Epidemiologi Vieamin dalam Mengatasi Penyakit yang Derlaitan dengan Gi 83 Permulzan Epidemiologi di Amerika Serikat (1793—1913) 84 ‘Scjarah Perkembangan Morbiditas dalam Epidemiologi 85 Penelitian Sifilis Tuskegee 86 Studi Jancung Framingham _ 89 Epidemiologi Merokok dan Kanker 89 yal Latihan. 90 Referensi 91 Bab4 Ukuran Status Kesehatan dalam Epidemiologi: Mortalitas—~Rate dan Rasio 93 Tajuan Insieuksional Khusus 93 Pendahub 94 ratiscik Mortaita 94 viii Be 9! Rasio ~ ey] Proporsi 100 -Martalita 101 FILE BERITA _Penyebab Utama Kematian di Seluruh Dunia 105 ‘Tiga Tingkacan Rate (Penggunaan Umum) 106 Tipe Rate/Rasio Morvalitas. 106 Mortalitas Bayi 108 born 13 Angka Kematian Thu 4 ‘Angka Kematian yang Disemailan 115 Mortality Crossover 121 ‘Then Waleeu Morrali 121 Years of Potential Life Lost (YPLL)_ 121 al Latihan 122 Referensi L BabS __Uuran Status Kesehatan dalam Epidemiolagi: Morbiditas—-Rate dan Rasio 126 Tujuan Instrulsional Khusus 126 ‘Pendahuluan L Anglea [nsidensi dan Angka Prevalensi 127 ‘Metode Angka Insidenst 130 Beberapa Konsep Dasar Insidenst 131 FILE KASUS Rubella (tnsidensi Penyakit) 133 Risiko pada Morbiditas 133 a : 34 Insidensi dan Angla Serangan. 140 Prevalensi_ 14: FILE KASUS Gonorrhea Pingpong (Penyakis Kambuban) 147 Dea Tipe Epidemi: Common Source dan Propagated Source 148 Odds Ratio 151 FILE BERITA Hantavirus (Kemunculan infobi) 152 Seeker RaRUE Tee Sac ia Salad Referensi 161 Bab6 Data Statistik Vital Epidemiologi dan Indikator Status Kesehatan 162 “‘Tujuari Instrulsional Khusus 162 Pendabuluan 163 ‘ScnsusPendudule 00a Standard Metropolitan Statiaical Area (SMSA) 168 “Registrasi Kejadian Vital 169 ‘Angka Kelahiran dan Angka Kelahiran Kasar 170 Kematian dan Akte Kematian pada Dawa Statistik Vital 171 eran Petugas Autopsi dan Ahli Koroner 172 ‘Daubuteeneis Penggunaan Komputer dalam Dara Statistik Vital dan Epidemiologi 176 ‘Sumber Pilihan untuk Data Epidemiologi dan Informasi Statistik Vical 177 Asosiasi Profesional Swasta Sebagai Sumber Daca, 186 Soal Latihan 1s Refetensi 18 Bab 7 Statistik Deskriptif dalam Epidemiologi 189 “Tujuan Instruksional Khusus 189 Pendzhuluan 190 Komputer di dalam Statistik Deskriptf Epidemiologi 190 Dasar Statistik Deskriptif 191 FILE BERITA AIDS/HIV (Epidemi, Prevalensi, Pencegahan, dan Pengendalian) 193 Tipe dan Sumber Data Statistik Desksiptif 193 Daca Parameuik dan Nonparamessik 195 Kecendenungan Sentral 196 ‘Kemiringan Kurva Lonceng Distibusi Standaz 197 Tabel dan Penyajian Data dalam Epidemiologi 200 Grafik dan Tebel untuk Menyajikan Data Statistik Deskripa™ 201 Rate, Rusio, Proporsi dalam Epidemiologi 205 Contoh Tabel dan Diagram yang Digunakan dalam Laporan Epidemiclogi 206 al Larihan 1 Refaxensi 4 Bab 8 Metodologi Penelitian, Desain Studi, dan Studi Analitile 215 “Tujuan Inscruksional Khusus 215 Tendabuluan 16 Studi Epidemiologi Obsecvasi 216 Studi Epidemiologi Deskriptif vs. Studi Epidemiologi Analitik 217 Desain Studi 2 Desain Ekspesimental/Anslicix di Bidang Epidemiologi 219 Studi Ohservasi 20 FILE KASUS Kumpulan Data dalam Studi Kasus Kontrol 222 FILE KASUS Studi Retvospetsif dan Hasil 226 sudi G nallPenclivian Survei 2 Selelsi Populasi Penclitian 231 urvei dalam Studi Cross-Sectional 232 Lima Teknik Pengumpulan Data 233 Tengambilan Sampel Populasi untuk Stadi Epidemiclogi 234 ‘Metodologi Survei Epidemiologi Kesehatan Nasional 238 Studi Prospekif/ Scudi Longitudinal 239 Kohort dan Studi Koborr “a, Studi Ketahanan Hidup dalam Epidemiologi 247 Delt Be ae 5 Erika Penelitian _250 Kesimpulan 250 Lasihan 251 Referensi 253 Bab 9 Waktu, Tempat, dan Orang 255 Pendahul 256 Waku 256 Pengklasteran Waktu 267 Tempet 271 Pera dan Peta Titik dalam Epidemiologi 276 Penggunaan Peca Bangunan dalam Epidemiologi 285 FILE BERITA Pemetaan dalam Epidemiologi 201 Orang 201 Jenis Kelamin 298 Ras dan Emile 301 Status Perkawinan dan Keluarga 304 Struktur Keluarga dan Penelitian Genealogis 305 Pekerjaan 306 Pendidikan Sebagai Karakteristik Orang 307 Soal Latihn 308 Referensi aa Bab 10 Perkembangan Metodologi Observasi, Asosiasi, dan Kausalitas 313 ‘Tyjuan Instrulsional Khusus 313, Pendabuluan a4 Kausalitas dalam Epidemiologi 314 ‘Metode Pencegahan dan Pengendalian yang Dirancang dari Kausalivas 318 Faktor-Fakcor dalam Kausalitas Penyakit 318 Jaringan Penyebab : 320 ‘Asosiasi Epidemiologi dalam Kausalivas Penyakie 325 ‘Pembentukan Hipotesis dalam Epidemiologi 330 dan Deteksi Penyakit dalam Populasi 337 Sensitivitas dan Spesifisicas: Uji Validitas 340 Seal Latihan 346 Referensi 347 Bab 11 Pengembangan dan Pelaksanaan Investigasi dan Seudi 349 ‘Tujuan Instruksional Khusus 349 Pendahuluan 0 Perencanaan dan Pelaksanaan Studi Epidemiologi 390 Penywsunan Studi Epidemiologi 351 Langkah-langkah dalam Investigasi Epidemiologt 351 "FILE BERITA — Investigasi dan Pengendalian Penyaki 357 Perencanaan Studi Epidemiologi Kohore Okupasi 358 Langlah-langkah Penyusunan Investigssi Penyaldie Bawaan Makanan 359 Pertanyaan Pokok dalam Epidemiclogi 361 Soal Latihan 363 Referensi 365 Bab 12 ___Epidemiologi Penyahit Kronis dan Perilaku 366 “Tujuan Instruksional Khusus 366 Pendabuluan 36: Epidemiologi Penyakit Kronis 367 Faktor-Faktor Risiko pada Penyakit Kronis dan Penyalde Aldbat Perilalew 369 FILE BERITA _ Perokok Remaja (Epidemiologi Perilaku) 371 Odds Ratio dalam Penyakit Kronis 372 Pengembangan Jaringan Peayebab uncuk Penyakit Kronis atau Gangguan Akiba: Peilaka 372 Penyakit Menular (Beberapa Contoh) 377 Pencegahan dan Pengendalian: Suacu Ciri Khas Epidemiologi 387 Quality of Adjusted Life Years HEALTHY PEOPLE 2000 388 Prioritas dalamProgram Pencegahan dan Promosi Kesehatan dalam Epidemiologi 389, Health Belief Model dalam Epidemiologi Penyakit Kronis 389 Soal Latihan 391 Referensi 393 Lampiran I Studi Kasus 395 Studi Kasus No. I John Snow dan Kolera 396 (A) Kolera—Contoh, Kasus, dan Observasi 396 Percanyaan 400 (B) Kolera dan KLB Broad Street 401 Pertanyaan 408 (©) Epidemi Kolera Tahun 1853 dan Dua Perusahaan Air Bersih di London 408 Epidemi Kolera Tahun 1854 410 Pertanyzan 414 (D) Isu-Isu Epidemiologi 414 Pereanyaan 418 Studi Kasus No. H Pelaksanaan Investigasi Terbadap Epidemi Penyakie Bawaan ‘Makanan—Demam Tifuid di Schenectady 419 Kasus Demam Tifeid di Schenectady, New York 420 Pertanyaan 422 Studi Kasus No. Ht KLB Shigellosis Waterborne dari Sumber Air Umum di Sekolah 426 Kasus KLB Shigellosis Waterborne dari Sumber Air Umum di Sekolah 426 ‘Pertanyaan 431 Studi Kasus No. IV Analisis Retrospebsif Antara Deherjaan dan Kematian Akibat Algohol | 4 Kesus Pekerjaan dan Penycbab Kematian Terkait Alkobol di California Percanyaan Studi Kasus No. V_ Studi Kohort Retrospektif Terbadap Hubungan Antara Cacat Bawaan 432 435 dan Limbah Berbahaya 436 Kasus Cacat Bawaan yang Berhubungan dengan Kedekatan Lerak dengan Lokasi Limbah Berbahaya 436 Pertanyaan 44) Studi Kasus No. VI Sejarah dan Epidemialogi Epidemi Polio 442 (A) Ulasan Tentang Poliomielitis yang Dikenal Dewasa Ini 443 Pertanyaan 443 n dan Laporan Pertama Tentang Epidemi Polio di Swedia 444 450 (© Epidemi Mayor Percama Poliomielitis di Amerika: Rutland, Vermont 451 Pertanyaan 452 {D) Simon Flexner, M.D. dan Wade Hamilton Frost, M.D.: Abli Epidemiologi - Amecika yang Menyelidiki Poliomictiis 452 Pertanyaan 456, (E) Epidemi_ Poliomielitis di Los Angeles, Tahun 1934 457 Pertanyaan 458 Epilog 458 Referensi 459 Lampiran H Asosiasi dan Rekanan di Bideng Epidemiologi 460 Lampiran HII Peranghat Lunak Epidemiologi Epi Info dan Epi Maj 462 " EPLINEO. 42 EPI MAP. 463 Lampiran IV Situs Internet 465 Kata Pengantar Bidang epidemiologi sudch lama dikenal, yaitu semenjak maraknya hari-hari penelitian penyakic menular yang dilakukan oleh ilmuwan terkenal, seperti Louis Pasteur, Dr. Rober: Koch, dan Dr. John Snow. Perkembangan besai-besaran pengetahuan di bidang ilmu biologi dan kedokteran berlangsung sangat cepat schingga sulitdiikuti, Perkembangan ita memberikan koneribusi yang sangat besar untuk bidang epidemiologi, samz halnya dengan pengetahuan yang didapat dalam ilmu sosial dan perilaku. Kemajuan di bidang statistik sangat membantu upaya penelician yang dilakukan di bidang imu biomedis dan ilmu perilaku Karena memberikan cara-cara analisis yang logis dan cfelaif terhadap temuan penelitian. Akan tetapi, kemajuan itu juga telah memengaruhi persepsi beberapa tenaga profesionzl di bidang ilmu biomedis dan epidemiologi, mis, rentang apa yang ada di dalam bidang epidemiologi. Persepsi seperti iu cenderung mengaburkan arti pening dasar-dasar epidemiologi yang tampaknya semakin menghilang di dalam proses analisis temuan penelitian biomedis. ‘Alhir-akhir ini, banyak buku yang menggunakan judul epidemiologi ternyata hanya merupakan buku biostatistik belaka yang dilengkapi dengan sedikit informasi tentang dasar-dasar investigasi epidemiologi atau studi epidemi, Biostatistik, sebuah cabang penting dalam ilmu statistik tradisional, sangat penting untuk menyelesaikan tahap terakhir investigasi epidemiologi, Akan tetapi, biostatistike bukanlah epidemiologi. Beberapa buku epidemiologi kelihatannya ditulis oleh ahli biostatistik untuk ahli biostatistik, dengan banyak prinsip yang disingkirkan, atau masih lebih baik, cepat-cepat disamarkan, agar dapat langsng membahas biostistik. Buku epidemiologi lainnya ditulis oleh dokeer yang memiliki banyak gelar di bidang keschatan masyarakat dan keahlian menonjol lainnya, yang menganggap bahwa peserta didik juga memiliki pengetahuan dan laar belakang biomedis tingkat lanjut. Buku seperti itu, yang ditulis oleh ilmuwan ali dan ditujukan untuk ahli biomedis Jainnya, menyebabkan peserta didik pemula menjadi tidak paham dan bingung, Buku ini diculis dan dikembangkan sebagai tcks pengantar epidemiologi untuk peserta didik yang hanya memiliki sedikit pengetahuan di bidang ilmu biomedis dan statistik. Buku Epidemiolog: Suatu Pengantar ni dcalis untuk mengisi kebutuhan akan teks pengantar dan bahwa analisis tingkatlanjut terhadap studi riset empiri, yang menggunakan metode statistik tingkat lanjut, menjadi cenderung. kee bidang biestatistik bukan epidemiolog schingga tidak dimasukkan dalam buku ini dan dapat ditemukan pada mata kuliah atau bul biostatstik. Sudah banyak buku bagus yang membahas tentang statistik, desain penelitian empiris, biostatistik sehingga topik tersebus tidak perlu lagi dibahas dalam buku pengantar epidemiologi ini. Buku ini akan mengenalkan epidemiologi pada pescrta didik pemula melalui penjelasan ventang iptifdan akan berakhir pada penjelasan tentang biostatistik inferens. Dengan demikian, jika pesertadidik ingin mengerahui cara melakukan studi eksperimentalringkatlanjut dan kemudian menganalisis temuannya dengan menggunakan uji-T, analisis multivariat, atau ANOVA, mereka harus mencari buku-buku tentang biostatistik dan statistik terkaie. Kata Pengantar Edisi Kedua Di zaman dengan jumlah penyakit menular,infeksi baru yang tidak dikenal, dan parogen mutasi yang semzkin banyak ini, epidemiologi menjadi lebih penting dari sebelumnya. Minat yang ditunjulkan pada bidang investigasi penyakit semakin tinggi dengan munculnya berica yang teratur di surat kabar, radio, dan televisi—termasuk program TV di tabloid—tenteng wabah penyakic dan infeksi yang tidak biasa. Semakin banyak program kesarjanaan di bidang ilmu kesehatan, pendidikan dan promosi keeschatan, serea keperawatan dan petawatan kesehatan, yang menyzdari pentingnya mempelajari imu epidemiologi schingga mereka sekarang banyak yang memasukkan mata kuliah tersebut dalam pro- gram studinya. Dewasa ini, epidemiologi telah dipelajari baik di tingkat sarjana maupun pascasasjana, dengan alasan yang tak lain dan cak bukan adalah untuk mempertinggi kewaspadzan ckan peryakit dan mempromosikan tindakan pencegahan penyakit pada peserta didik yang kelak akan menjadi praktisi perawaran kesehatan. Buku ini, Epidemiolog: Suatu Pengantar, telah dikenal karena kemudahan penggunzannya, keter- bacaannya, dan mudah dimengerti, oleh peserca didik. Edisi kedua ini bahkan lebih mudah dimengerti karena adanya tambehan gambar yang diberikan oleh Centers for Disease Control aiid Prevention, “file kasus’, dan “file beria”, juga karena dicombak ulang. Edisi baru ini juga menyertakan Jeasus baru tentang “Riwayat dan Epidemiologi Polio”. Dalam Lampiran juga termuat beberapa alamat Internet yang berkaitan dengan bidang epidemiologi, asosiasi di bidang epidemiologi, dan Epi Info. Ada beberapa tugas yang harus dikerjakan dengan menggunakan komputer, dan konsep tentang relative rick disajikan secara singlet. Buku ini disusun sebagai buku ajar untuk pengantar dsar-dasar epidemiologi yang komprehensif baik untuk mata kuliah epidemiologi program sarjana maupun pascasarjana atau sebagai bahan pengantar bagi praktisi pemula yang baru mengenal kegiatan bidang epidemiologi. Alasan sebenarnya i balile penulisan buku ini adalah bahova banyak informasi dan materi yang ada dalam buleu-buku pengantar epidemiologi yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan delam mata kuliah biostasistik. Kolega, profesor yang mengajarkan mata kuliah ini, dan peserca didik, semuanya menéukung alasan pemisahan kedua jenis buku atau mata kuliah ini, dan tetap mempertahankannya sebagai epidemiologi dasar tanpa harus beralih ke statistik atau bioseatistik inferens. Dengan demikian, bul Epidemiologi Suan Pengantar ini tdale mengubsh pendekatan dasarnya dan terap mempertshankean segala kemudahannya sehingga menjadikan edisi pertama buku ini menjadi teks pengantar yang unik. dijadikan sebagai karier. Mata kuliah pengancar dasar-dasar epidemiologi dipertukan di kebanyakan program sarjana dan pascasarjana bidang kesehatan komunitas dan Kesehatan masyaralat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan higiene industri, pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, administiasi lyanan kesehatan dan program lsinnya yang berlaitan dengan gelar keschatan schingga hal ini merupakan salah satu alasan ditulisnya buku ini. Buku Epidemiologi: Suatu Pengantar ini juga dapat digunakan oleh ahli epidemiologi sebagai buku pegangan untuk prakcie. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat menjadi buku pegangan yang berguna dan praktis dalam mata kuliah pengantar epidemiologi, dan juga bagi ahli epidemiologi yang bekerja di lapangan. Abli epidemiologi itu bisa jadi merupalean orang yang ahli dalam penyelenggsrzan proyek international di negara berkembang, arau ahi higiene industri pada pabrik industri besar, atau perawat di bagian penyakit menular suatu rumah sakit dan pusat keschatan, ahli epidemiologi penyakit kronis pads badan pemerin:ah, abli imu perilaku yang sedang melakukan investigasi epidemiologi tethadap kesehatan perilaku, atau staf epidemiologi pada departemen kesehatan masyarakat setempat. BAB 1 Dasar-Dasar Epidemiologi TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Bab ini membahas landasan dan konsep dasar epidemiologi menyajikan konsep dasar, pemikiran, dan landasan-landssan prinsip dari epidemiologi: mendefinisikan istilah epidemiologi, abli epidemiologi, dan istilah lain yang, berhubungans rmenyajikan maksud, cajuan, rang lingkup, dan kegunaan epidemiologi menyajikan beberapa konsep dasar, pemikiran, dan landasan prinsip dari peran seorang ahli epidemiologis menyajikan segitiga epidemiologi: mengulas jenis dan klasifikasi epidemiologis ‘menyajikan segitiga epidemiologi yang lebih mutakhir pada penyakit kronis dan gangguan perilakcu; menyajikan konsep dan prinsip-prinsip Aasus yang digunakan dalam epidemiologis menyajikan tiga tahap pencegahan yang dipergunakan di bidang kescharan masyarikat dan epidemiolo ‘menyajikan istilah kunci dan soal latihan untuk mengkaji pemahaman terhadap_ -Konsep dalam bab ini. 2 Bab 1 /Dasar-dasar Epidemiolog! PENDAHULUAN ‘Apakah epidemiologi itu? Apa arti epidemiologi dan bagaimana cara mendefinisikennya? Dengan menelaah kembaliistlah dasar medisnya kita dapat mengetahui arti dari istlah ini, perama-tama istlah epidemiolog didahului dengan awalen epi- yang berarti “permukaan, di atas, menimpa,” misalnya dalam istlah medis epidermis, yang berarti di atas “permukaan tubuh (kulie).” Kata dasarnya demo berarti “orang, populasi, manusia,” misalnya dalam istilah demograf, yaivu studi tencang data statistik kependudukan, Akhirennya -ologi berarti “ilmu tentang.” Delam istilah medis yang sebenarnya, teseorang membacanya dengan cara akchiran terlebih dahulu kemudian awalan, setelah itu baru kata dasarnya. Dengan demikian, istilah epidemiologi jika diartikan eara-perkata memiliki arti “sesuatu yang menimpa manusia™’ DEFINISI EPIDEMIOLOGI ‘Ada beberapa profesional keschatan masyarakat yang memandang cpidemiologi sebagai ilmu pe- ngetahuan, Profesional lainnya memandang epidemiologi lebih sebagai suatu metode bukan sebagai ilmu murni karena ketidakjelasan definisi mengenai bidang ilmunyz. Dalam buku ini epidemiobogi diasumsikan sebagai suatu metode ilmiah, Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab arau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakie, cedera, cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Seorang ahli epidemiologi sering kali diangeap sebagai scorang “detektif penyakix dan epidemi”. Epidemiologi telah didefinisikan dengen berbagai cara, Salah satu definisinya adalah ilmu yang ‘mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi satus kesehatan, penyakit, atau masalah Kesehatan masyarakat lainnya berdasarkaa usa, jenis kelamin, ras, geograi, agama, pendidikan, pekesjaan, perilaleu, wakeu, tempat, orang, dan sebagainya. Karakterisasi ini dilakukan guna menjelaskan distribusi suacu penyakit acau musalah yang terkait dengan Kesehatan jila dihubungkan dengan falcor penyebab, Epidemiologi berguna uncuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi kinis, dan pelayanan keseharan terhadap penyakit atau mengkaji dan ‘menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyzkit juga dapac menyereakan deskeipsi keberadaanaya di dalam populasi dan faktor-fukror yang me- ngendalikan ada atau tidakaya penyakit tersebut2? Sain berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau penyakit yang menimpa suatu keelompok stau populas, epidemiologi juga menangani fakeorrisiko yang dapat memberilan dampak, peagatuh, pemicu, dan efek pada distribusi penyakie, cacat/defek, ketidakmampuan, dan kematian. Sebagai metode ilmiah, epidemiologi digunakan untuk mengkaji pola kejadian yang memengaruhi faktor-faktor di atas. Tugas seorang ahli epidemiologi adzlah menentukan ada tidaknya kenaikan atau penurunan faktor-faktor tersebut selama berbagei periode wektu—hari, minggu, bulan, tahun, Tugas yang harus dilakukannya juga mencakup penencuan apakah suatu daerzh atau lokasi tertentu mengalami peningleatan arsu penurunan yang lebih dibandinglan daerah atau lolasilainnya, Foleusnya yang ketiga Definis Ahi Epiderrologi 3 adalah pada karakteristik manusia yang terlibat dan apakah karakteristik itu berbeda atau sama dalam beberapa hal. Dengan kata lain, seoreng abli epidemiologi sangat betkepentingan dengan aspek sucktu, tempat, dan onang dati suatu kejidian penyakir, cacatidefek, ketidakmampuan, dan kematian. Distribusi kondisi patologi dari populasi manusia atau falaor-faktor yang memengaruhi distribusi teisebut, semuanye menjadi subjek yang dibahas dalam epidemiologi.*# DEFINISI AHLI EPIDEMIOLOGI Abi epidemiologi adalah seorang ilmuwan bidang keschatan masyarakat yang bertanggung jawab melakukan semua kegiatan yang berguna dan efektif yang diperlukan untuk kebethasilan pelaksanaan kegiatan epidemiologi. Dia menggunakan penalaran deduktif dan induktif untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dan menemparkan observasi centang kejadian penyakit ke dalam pengetahuan medis dan ilmiah. Ahli epidemiologi melakukan serangkaian penalaran dan menarik kesimpulan dari beberapa hasil observasi centang kejadian penyakit, defek, ketidakmampuan, cedera, atau kemacian, dalam kelompok atau populasi, Di dalam melakukan aktivitasnya, selain menggunakan pengetahyan medis, biologi, dan petilaku (ancropologi, psikologi, sosiologi, pendidikan), ahli epidemiologi juga smenggunakan ilmu stats, demogrefi, nyanan kesehatan, dan perawatan medis, sera ilmu komputer!#3 Latar belekang pendidikan seorang ahli epidemiclogi bisa beragam, mulai dari dokrer yang menjalani pelatihan di bidang keschatan masyarakat dan epidemiologi, program S3 di dalam ilmu- ilmu kesehatan dan keseharan masyarakat, program master, dan beberapa program sarjana keschatan masyarakat dan sarjana ilmu keschatan. Ada bebcrapa profesional yang mengejar gelar sarjana dan master dengan kelehususan epidemiologi yang kemudian menjadi pakar lapangan yang sangat ahli dan terlatih. Beberapa dokter pengobatan pencegahan khusus pun mengambil spesialsasi jurusan epide- miologi. Ahli epidemiologi dapac bekerja di semus tingkatan pemerin:ahan baik di pemerintahan federal, negara bagian, maupun pemetintahan loka, di dalam badan-badan keschatan yang sesuai Mercka juga mempunyai karier di organisasi perawatan keschatan, organisasi keschatan swadaya dan niclaba, rumah sakit, milicer, dan industi swasta. Abli epidemiologi juga dipekerjakan oleh universi- tas dan fakultas kedokteran untuk mengzjar mata kuliah atau untuk mdakukan penelitian epi- demiologi. TUJUAN EPIDEMIOLOGI ‘Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld, ada tiga eujuan umum studi epidemiologi Berkut tiga tujuan epidemiologi yang sudah diperbaharui: 1. uncuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebzb penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis tethadap dita medis dan epidemiclogi dengan menggunakan manajemen informesi, sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/ petilakus é 2. untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang digjulan dan dengzn ilmu pengetahuan, ilmu perilaleu, dan ilmu biomedis yang terbarus 3. untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkch-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langlah- fangkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlulan; yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkeh-langkah, kegiatan, dan program incervensi. 4 Beb 1 / Dasar-asar Epideriolog! RUANG LINGKUP DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI Dalam sejarahaya, epidemiologi ikembangkan dengan menggunakan epidemi penyakit menular sebagai suatu model studi. Landasan epidemiologi masih berpegang pada model peayakit, metode, dan pendekatannya. Dahulu banyak metode dan pendekatan epidemiologi yang dikembangkan seiring dengan pencarian terhadap penyebab terjadinya berbagai penyakit menular dan epidemi yang sangat menghancurkan yang ada pada waktu itu. Pengerahuan dan pendekatan yang digunalan pada awal perkembangan ilmu epidemiologi temyara masih berguna untuk abli epidemiologi di masa modein ini, Bahkcn pada zaman dahulu, beberapa epidemi setelah direlusuri ternyata berasal dari penyebab- penycbab noninfeksius. Di tahun 1700, hasil penyelidikan James Lind tethadap penyakit skorbut mengarah pada kekurangen vitamin C dalam makanan sebagai penyebabnya (Bab 3). Penyakit defisiensi gizi lainnya dihubungkan dengan kekurangan vitamin A dan vitamin D. Beberapa studi telah menghubungkan keracunan timbal dengan beragam penyakit ringan, kolik, gout, keterbelakangan mental, dan kerustkan saraf pada anak, pelukis, dan pengeajin tembikar. Contoh, hasil pengamatan menunjuldkan bahwa pelukis di zaman dahulu yang menggunakan cat bertimbal dan sering menempelkan ‘jung kuas pada bibir dan lidahnya pada akhirnya akan menderita gejala keracunan timbal, penyzkit mental, dan penyakit kronis sejenis. Observasi serupa juga dilakukan pada pengrajin tembikar yang ‘menggunakan timbal untuk melapisi tembikaraya. Dewasa ini, epidemiologi sudah terbukti efektif dalam mengembangkan hubungan sebsb akibat pada kondisi-kondisi noninfeksius seperti penyalah- gunaan obat, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kankes, dan penyakit jantung. ‘Area epidemiologi penyakic kronis dan penyakit perlaku merupakan cabang ilmu epidemiologi yang paling cepat berkembang.?”* Sebagai metode investigasi, epidemiologi merupakan landasan bidang keschatan masyarakat dan pengobaran pencegahan. Epidemiologi digunakan untuk menentukan kebutuhan akan program- program pengendalian penyakit, untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan perencanaan layanan kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik, dan pandemik. Endemi (awalan en- berarti “dalam atau di dalam”) adalah berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyzkit yang terus-menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu—prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok. terentu Hiperendemi (awalan Ayper- berarti “di atas") adalah istilah yang dihubungkan dengan endemi, ‘tetapi jarang digunakan. Istilah ini menyatakan akeivitas yang terus-menerus melebihi prevalensi yang diperkirakan, sering dihubungkan dengan populasi tertencu, populasi yang kecil, atau populasi yang jarang seperti yang ditemukan di rumah sakit, Klinik bidan, atau institusi lain. Istilah ini juga menunjukkan keberadaan penyakit menular dengan tingkat insidensi yang tinggi dan terus-menerus melebihi angle prevalensi normal dalam populasi dan ternyata menyebar merata pad: semua usia dan kelompok. Kejadian endemi penyakit yang berhubungan tetapi dengan tipe yang jelas berbeda, discbut holoendemi Holoendemi (awalan bolo- berarti “keseluruhan atau semua”) menggambarkan suatu penyakit yang kejadianaya dalam populasi sangat banyak dan umumnya didapat di awal kehidupan pada sebagian besar anak dalam populas.. Prevalensi penyakit menurun sejalan dengan pertambahan usia kelompok sehingga penyakit lebih sedikic muncul pada orang dewasa dibandingkan pads ansk-anak. Penyakit yang sesuai uncuk kategori ini adalah chickenpox dan pada ildim negara tropis, malaria. Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyaraksr, atau wilayah, yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan, Epidemi terjadi jika kasus baru melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar biasa Manfaat Epidemiologi 5 (KLB) akut—peningkatan secara tajam dari kasus baru yang memengaruhi kelompok terrentu— biasanya juga disebut sebagai epidemi, Keparahan dan keseriusan penyakit juga memengaruhi definisi suatu epidemi. Jika penyakit sfatnya mengancam kehidupan, hanya diperlukan sedikic kasus (seperti pada rabies) untuk menyebabkan terjadinya epidemi. Pandemi (awalan pan- berarti “semua atau melintasi”) adalch epidemi yang menyebar luas melintasi negara, benua, ztau populasi yang besar, kemungkinan seluruh dunia. AIDS merupakan * penyakit pandemi. DESKRIPSI INSIDENSI DAN PREVALENSI Bagsimana KLB penyakit memengaruhi populasi dan apakah penyakit itu termasuk endemik atau epidemik di dalam populasi dideskripsikan dan ditecapkan dalam suatu cara yang spesifik. Insidensi merupakan salah sacu ukuran uncuk menetapkan terjadinya KLB. Insidensi menjelaskan sampai sejauh mana seseorang—di dalam populasi yang tidak menderita penyakit—terserang penyakit sclama periode wakcu tertentu. Kunci untuk mengukur insidensi adalah dengan melihat jumlah kasus baru satu penyakit dalam populasi tertentu selama periede waktu tertentu. Fokus mengukur insidensi adalah pada kasus baru dalam periode waktu tertentu pada sekelompok orang tertentu. Derajat insidensi yang tinggi menandskan bahwa epidemi telah terjadi. Insidensi dapat diobservasi dengan ‘cara membuat kurva epidemi. Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan, atau kondisi tertentu pada satu titik waktu, Prevalensi sepadan dengan insidensi, dan tanpa insidensi penyakit tidak akan ada prevalensi penyakit. Kunci untuk mengukur prevalensi adalah dengan rmelihat populasi dari berbagai sudut pandang, pada satu tik wakeu. Hal ini bagaikan menghentikan pataran jarum jam sejenak dan menanyskan berapa kasus penyakie ertentu yang terjadi dalam sekelompok orang pada saat itu. Ini yang disebut dengan point prevalence. Insidensi memberitahukan kita tentang kejadian asus baru. Prevalensi memberitchukan tentang derajat penyakit yang sedang berlangsung dalam populasi pada satu titik wakeu. Prevalensi berpegang pada dua faktor: (1) berapa banyak orang yang telah mendapatkan penyakit itu sebelumaya (berdasarkan insidensi terdahulu) dan (2) durasi atau lamanya kejadian penyakit ivu dzlam populas.. Angka insidensi, angka prevalensi, point prevalence, dan hubungan antar-variabel akan dibahas dalam Bab 52%: MANEFAAT EPIDEMIOLOGI Bidang kesehatan masyarakat telah membuktikan bahwa epidemiologi memang sangat membancu dari segi pelaksanaan misi,cujuan, dan kegiatannya di dalam melindungi kesehatan populasi maupun 6 Bab 1 / Dasar-dasar Epidemiologi TABEL1.4 (Lagjutan) ‘Fakir risiko, masalah, dan perilaku apa salakah yang dapat mempengaruh kelompok atau populasi? * Sotiap Kelomeok dkali dengan melakukan pengtaiian terhadap faktorrisiko dan ‘menggunakan teknik pemerksaan kesehatan, mis, (isiko Kesehatan, pemeriksaan, skrlning Kesehatan, tes Kesehatan, pengkalen Fenyaki, can sebagainya. 4. Pengkajian, evaluasi, dan perelitian * Sebalk pa pelayanan kesetatan masyarakat can pelayenan Kesehatan dalam mengalas! masala dan memenuhi Kebutunan pepulas! atau kelompok * Untuk mengkali keefektfan; eisiens; Kuallas; kuantias; akses; ketorsediaan layanan untuk mengobatl, ‘morgendalikan atau menoogah ponyskit; cedora; Keidakmampuan; atau kematian. 5, Melengkapl gambaran klinis * proses iventitkasi dan clagnosis untuk menstapkan banwa sualu kondis! memang ada atau banwa sessorang ‘memang merderia penyaki tert. ‘+ Merentukan hubungan sebeb akbat, mis.,radang terggorokan daat manyebabkan demam rematk. 6. Identifikasi sincrom ‘+ Membantu menyusun dan menetapkan ktteria untuk merdefinsikan sindrom, mis. sindrom Down, fetal alchol, Kematian mencadak pada bay, ds. 7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit * Temuan epidemiologi memungkirkan diakukannya pengendalian, pencegahan, den perusnahan penyebeb enyakit,Kondisi, cedera, ketidakmampuan, ata kematian. kelompok masyarakat. Tabel 1.1 menyajikan cujuh manfaat epidemiologi, dan meskipun tidak lengkap dan rinci, setidaknya daftar manfaat tersebut sudah mewakili hal mendasarnya. Perlu dliperhatikan bahwe diagnosis atau verifikasi suatu kondisi harus dilengkapi sebelum tuasi ini mirip dengan situasi yang dihadapi detektif saat menyelidiki pembunuhan, Dia harus memastikan bahwa kejahatan memang terjadi sebelum penyelidikan dimulai SEGITIGA EPIDEMIOLOGI KLB penyskie dalam populas sering kali melibatkan sekumpulan atau beberapa faktor. Banyak orang, benda, cara penularan, dan organisme yang dapat terlibat dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu, model epidemiologi sangat membantu di dalam mempelajari dan meagkaji lebih dalam fenomera yang memiliki beragam aspek ini, Untuk menimbulkan suatu penyakit infeksius, satu faktor tunggal harus ada dart faktor tunggal itu disebut sebagai agens. Pada penyakit menular misalnya, spirochete merupakan agens penyakitsifilis sementara bakceri merupakan agens kolera. Pada penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan, timbal merupakan agens dari keracunan timbal dan asbestos merupakan agens dati asbestosis. Epidemiologi menggunakan cara pandang ekologi untuk menglaji intersksi berbagai elemen dan faktor dalam lingkungan dan implikasi yang berkaitan dengan penyakit. Ekologi merupakan hubungan organisme, antara satu dengan lainnya. Organisme berbagi lingkungen yang serupa dan berkontribusi pada lingkungan tersebut, Semua penyakit atau kondisi tidak selalu dapat dikaitkan hanya pada satu faktor atau penyebab tunggal. Jike diperlukan lebih dari satu penyebab untuk menimbulkan satu penyakit, hal ini disebut sebagai penyebab ganda (multiple causation). Sara bakteri tunggal yang hidup dalam isolasi tidak cukup untuk menimbulkan KLB penyakit dan dengan sendirinya tidak dapat bertanggung jawab cethadap terjadinya KLB maupun dinyatakan sebagai penyebab. Cara penularan harus imbangkan, tingkar sanitasi di dalam masyarakat, kemampuan organisme untuk cumbub dan berkembang biak, lingkungan atau media yang sesuai untuk perkembangbiakan, daya tular (communicability) organisme, tingkat imunitas dalam populasi, kepadatan populasi atau Sogtiga Epidemiciogi 7 kkedekatan kasus antara satu dengan yang lain juga berkontribusi ke dalam tingkatan arau intensitas KLB yang terjadi, Ketika koloni Inggris menetap di benua Amerika, mereka menularkan penyakit smalipex kepada penduduk asli Amerika. Epidemi kemudian merajalela dan menyebabkan kematian seluruh anggota sebuah suku. Pada tahun 1500-an, seluruh penduduk asli Kepulauan Jamaika meninggal begitu small pox masuk ke kepulauan tersebut. Tidak adanya pajanan, tingkat imunitas dalam populasi, ber ‘ara penularan, kurangnya sanitasi, kurangnya pengetahuan, dan kondisi lingkungan menyebabkan epidemi menjadi tidak terkendali dan memusnahkan seluruh populasi. Situasi epidemiologi yar bertumpuk seperti itu menyebabkan terjadinya epidemi. Keterkaitan antara empat faktor epidemiologi sering berkontribusi dalam terjadinya KLB suatu penyakit. Keempat faktor tersebut meliputi (1) peran pejamu, (2) agens atau organisme penyebab penyakit, (3) keadaan lingkungan yang dibutuhkan penyakie untuk berkembang pesat, bertahan, dan menycbas, dan (4) permasalahan yang berkaitan dengan wakeu. Kererkairan antara berbagai fiktor yang berkontribusi dalam KLB penyakit akan lebih dipah jika disajikan dalam bentuk model. Gambar 1.1 mempesliharkan segitiga epidemiologi. Model ini berguna untuk memperlihatkan interaksi dan ketergancungan satu sama lainnya antara dingkungar, pejamu, agens, dan waktu seperti yang digunakan dalam investigasi penyalcit dan epidemi, Segitiga epidemiologi ini didssarkan pada model penyakit menulat. Segitiga epidemiologi digunalan uncuk smenganalisis peran dan kererkaitan setiap faktor dalam epidemiologi penyakic menulzr, yzitu pengaruh, reaksivitas, dan ofte yang dimiliki setiap fektor tethadap fakcor lainnya. Untuk memahami model segitiga epidemiologi ini, geseorang harus memahami istiah yang digunaken dalam segitiga tersebut. Agens adzlah penyebab penyakit. Bakteri, virus, parast, jamus, atau kapang merupakan berbagai agens yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada penyakit, kondisi ketidakmampuan, cedera, atau situasi kematian lain, agens dapat berupa zat kimia seperti pelarut/solven, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi gizi, atau beberapa substansi hain seperti racun ular berbisa. Satu atau beberapa agens dapat berkontribusi pada aru penyakit. Pejamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit, Pejamu bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit. Pejamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suacu patogen, (Patogen merupakan mikroorganisme penyebab penyakic atau Waktu GAMBAR 1.1 Seytige epidemiclogt Bab 1 / Dasar-desar Epidemiclogi GAMBAR 1.2 Petugas kesohaian masyarakat sering menyerang perantara (reservoir) suatu agens di bagan kaki {ingtungan dari seaitiga epidemiciog|. Ranta infeks! dapat dipvtus dengan membasmi vektor yang hidup di lingkungan. Pesawal terbang sering dipakal untuk meryemprotlokasi beralr(lingkungan) yang menjadi tempat perkembangbiakan ‘ayamuk guna membasmi vektor yang menyebabkan penyakit malaria, kaki gajah St. Louis, dan yellow fever. (Gambar atas kebaikan Ceniers for Dsease Control and Prevention, Atlanta, Georgia) substansi terkait lainny2,) Tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan kebugaran tubuh pejamu dapat menentukan efek yang ditimbulkan organisme penyakit terhadap tubuh. Kondisi rubuh pejamu dan kemampuan organisme untuk menerima lingkungan yang baru juga menjadi faktor penencu, karena beberapa organisme hanya dapat rumbuh subur pada kondisi yang ideal dan terbatas. Contohnya, banyak organisme penyakit infeksius yang hanya dapat hidup dalam rentang suhu yang sempit Lingkungan adalah segala sesustu yang mengeliling} dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit. Fakcor-faktor lingkungan dapat mencakup. aspek biologis, sosial, budaya, dan aspek fisik lingkungan."Sekitar tempat hidup organisme dan efeke dari lingkungan tethadap organisme itu juga merupakan bagian dari lingkungan. Lingkungan dapat berada di dalam pejamu atau di luar pejamu (dalam masyarakat), Waktu dapat memengaruhi masa inkubasi, harapan hidup pejamu atau patogen (agens),: dan durasi perjalanan penyakit stau kondisi. Permasalahen lain yang berkaitan dengan wakeu mencakup kkeparahan penyakit, dalam hal berapa lama seseorang terinfeksi atau sampai suatu kondisi menyebabkan kematian atau sampai melewati ambang bahaya menuju kesembuhan. Penundaan waktu dari infeksi sampai munculnya gejala, durasi, dan ambang epidemi dalam populasi (kurva epidemi) merupakan clemen wakeu yang harus dipethatikan seorang abli epidemiologi. (Lihat Bab 2 dan 9 untuk penjelasan lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang bethubungan dengan penyakit dan kurva epidemi.) Konsep Penularan Penyakit 9 Misi seorang ali epidemiologi adalah mematahkan salah satu kaki segitige epidemiologi, yang mengganggu hubungan ancara lingkungan, pejamu, dan agens untuk menghentikan KLB yang tengah berlangsung. Demikian pula dengan bidang keschatan masyarakat, sasaran bidang ini adalah mengendalikan dan mencegah penyakit (ihac Gambar 1.2). Dengan mematahlean salah satu kaki segitiga epidemiologi, intervensi kesehatan masyarakat dapat memenuhi sebagian sasiran ini dan rmenghentikan epidemi. Epidemi dapat dihentikan jka salah saca elemen dalam segitiga epidemiclogi diubah atau dibuang schingga penyakic tidak legi meneruskan penularan dan rute infeksiny2. KONSEP PENULARAN PENYAKIT Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan atau memengaruhi segitiga epidemiologi antara lain benda tak hidup (fomie), vektor, reservoir, dan carrer. Fomite atau benda mati adalah benda yang mempunyai peran dalam penularan penyakit. Fomite dapat berupa penuil, pulpen, gelas, gagang pintu, mata pena, pakaian, atau benda mati lainnya yang menghancarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme penyebab penyakit yang kemudian disentuh oleh orang lain (lihat Gambar 1.3). Yektor adalah serangga, mis.,lalat, kuru, nyamuk, hewan kecil seperti mencit,rikus, atau hewan. pengerat lain. Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa penyakit (carrier) yang menyebzrkan dan menjalani proses penularan penyakie. Vektor menyebarkan agens infeksi dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau hewan ain yang rentan melalui kotoran, gigitan, ddan cairan tububnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organi (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius. Sewaleu organisme infeksius berkembang biak dalam reservois, mereka melakukannya sedemikian rupa sehinggs penyakit dapat dlitularkan pada pejamu yang rentan, Manusia sering berperan sebagai reservoir sckaligus pejamu. Jika hewan menularkan penyakit pada manusia, inilah yang disebut dengan zoonosis. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa zoonoses adalah penyakit dan infeksi yang ditularkan ancara hewan vertebrata dan manusia (WHO, Technical Report #378 of the Expert Committee on Zoonoses, 1967). Satu istilah lain terkait yang menggambarkan proses yang berkontribusi dalam penyebaran penyekit, adalah carrier. Carrier mengandung, menyebarkan, dan merupakan tempat persinggahan GAMBAR 1.3 Penyakit dapat dituarkan dengan bertagai care. Seorang ahil epidemiologi harus mempethitungkan ‘semua cara penularan yang memungkinkan ketika melekukan Investigasi waban pery@kit. Gendang yang dibali di Halt inv merupakan fomite yang menyetabkan penularan penyatit aniraks Kult pada seorang wanita usla 22 tahun yang membelinya, (Gembar atas ketalkan Centers for Disease Contr j 10 Bab 1 / Dasar-dasar Epidemiolog| SIKLUS EPIDEMIOLOG! PENYAKIT PES. ‘imodthas dar Kanner, Gokrea dn Huber, "Racal Observant ‘nthe Eeumisooy of Pagve ante Sine AJPH 2591068 GAMBAR 1.4 Tkus dan anjing hutan sering kali menjadi cerviar penyakit pes. Pinjal berperan sebagal vaktor dalam ponularan penyakit peo kepade manuela eopert torihat dalam siklus epiemiologi bubonic plague, (Gambar atas kebalkan Centers for Disease Control and Prevention, Atanta, Georgia) organisme penyebab infeksi (lihat Gambar 1.4). Orang yang terinfeksi organisme penyebab infeksi seting kali tidele menunjuklean tanda-tanda penyaleie aeau maniferrasi klinis dari penyaleie. Akan terapi, orang atau hewan juga dapat menjadi sumber infekci dan penyebaran penyakit yang potensial terhadap orang (atau hewan) lain. Kondisi carrier dapat betlangsung dalam keseluruhan perjalanan penyakie atau selama perjalanan hidup manusia jika tidak diobati dan bahkan tidak terlihat karena. carrier munglcin tidale sakie (carcer yang schat). Beberapa carrier dari penyakit vereentu bisa terinfeksi dan menjadi carrier seumur hidup, seperti Tjphoid Mary (Bab 3), Tuberkulosis adalah salah satu peayakic lain yang umumnya dikenal mempunyai carrier, Beberapa carrier dapat sembuh dari kondisi ini. Typhoid Mary dapat disembuhkan dengait pembedzhan (pembuangan kandung empedu adalah pengobatan pada masa itu). Jika ia hidup di zaman modern ini, ancibiouk pasti digunakan dengan cfectif2 Pada carrier ditemukan beberapa kondisi atau keadaan yang berlainan, Ada enam tipe carrier yang diidentifikasi oleh bidang ilmu kedokteran dan keschatan masyarakat. Active carrier Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit dan kondisi ini peayakitnya, disebut cart Convalescent carrier Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme pe- nyebab penyakic (patogen) dan berada dalam masa pemulihan, tetapi masih dapat menularkan penyakit ke orang lain disebut carrier konvalesen. Gara Penularan Penyakit uw Healthy carrier Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarang organisme penysbab pe- nyakit (patogen), tetapi tidak sakie atau tidak menunjukkan gejala sakit disebur carrer sehat. Kasus seperti itu bisa disebut sebagai kasus subklinis. Incubator carrier Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit (patogen), masih berada pada tahap awal penyakit serta menunjukkan gejala dan kemampuan uncuk menularkan penyakit disebut carrier inkubator. Intermittent Carrier Sescorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme pe- nyebab penyskit (patoger) dan secara berulang dapat menyebarkan penyakit disebut sebagai carrier intermiten, carrier ini dapat menyebarkan penyakit kapan saja dan di mane saje. Passive carrier Sescorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangaya organisme penyebab penyakit (patogen), tetapi tidake menunjukkan tanda-tanda dan gejala penyakit disebut carrier pas, hal ini sama seperti carrier sehat."""? CARA PENULARAN PENYAKIT Beberapa cara penularan penyakit telsh diidentifikasi. Ada bermacam metede yang digunakan agens untuk becpindah dari pejamu yang satu ke pejamu lainnya, atau kefuar dari pejamu untuk menginfeksi pejamu lainnya yang rentan—baik manusia maupun hewan. Ada dua cara umum penularan penyakit: penularan langsung dan penularan tidak langsung, Penularan langsung, atau juga dikenal sebagai penularan dari orang ke orang, adalah perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera dari pejamu/teservoir ke pejamu yang rentan. Penularan langsung dapat tctjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang per orang, seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit, berciuman, atau hubungen seksua. Penularan tidak langsung terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu yang rentan schingga menimbullean penyakit. Fomite, vektor, udara yang beredar, partkel debu, droplet aie, sit, maksnan, Kontak oral-feal, dan mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan orgenisme penyebab penyakit adalch alat penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung dilakukan melalui salah sat atau beberapa cara penularan berikut: penularan airborne (melalui. droplet atau partikel debu), water- borne, vebicleborne, atau penularan vectorborne. Penularan airborne tesjadi ketika droplet atau partkel debu membawa patogen ke psjamu dan menginfeksinya. Penularan waterborne terjadi ketkea patogen, mis, kolera atau shigella, terbavwa dalam air minum, kolam renang, sungai, atau danau yang digunaken untuk berenang. Penularin vehiclebome berhubungan dengan fomite (barang/benda), misalnya peralacan makan, pakaian, peralatan cuci, sisi, bocol air minum, dan scbagainya. Penularan airborne tetiadi ket sescorang bersin, batule, tau berbicara, memercikkan parogen mikroskopik yang terbawa dalam droplet ke udsra dan dihirup oleh seseorang yang rentan yang berada di dekatnya. Cara lainnya adalah jika droplec terbawa melalui saluran pemanas atau pendingin ruangan di dalam gedung atau discbarkan melalui kipas angin ke scluruh bangunan atau kompleks bangunan. Beberapa abli epidemiologi mengelompokkan penyebaran melalui droplet sebagai penularan Jangsung, karena biasanya berlangsung dalam jarak beberapa mecer dari pejamu yang rentan dan karena memang langsung. Bagaimanapun, secara logika droplet dari bacuk atau bersin disebarkan melalui mekanisme perantara untuk membawa patogen ke pejamu yang rentan. Dengan demiian, 12 Bab 1 / Daser-dasar Epidemiciog! penularan semacam ini adalah penularan tidak langsung. Penularan ini juga merupakan penularan dari orang ke orang dan sangat umum terjadi pada penularan influenza dan pilek, Penyebaran droplet juga dapat terjadi melalui peralatan pengisap udara dan proses sirkulasi udara (alat pemanas dan AC) dalam bangunan, yang membawa penyakie bawaan dropler ke tempat yang jauh, sering kali ke tempat yang terpencil, dan menyebabkan penyakit, Penyakit tuberkulosis dan Legionnaie disebarkan melalui cara seperti ini (jhat contoh kasus, hal 285—288). Beberapa penuleran penyakt secara vectorbome memiliki proses mekanis yang sederhana, seperti etika parogen menggunakan pejamu (mis. lalat, pinjal, kucu, cikus) sebagai mekanisme untuk menumpang, untuk memperoleh makanan, atau sebagai proses perpindahan fisik untuk menyebat. Penularan ini disebue penularan mekanis. Saat patogen menjalani perubahan sebagai bagian dari sildus hidupnya selama berada pada pejamu atau vektor dan perubahan ini berlangsung sebelum disebarkan ke pejamu yang baru, maka penularan ini disebut penularan biologis. Penularan biologis dengan mudah dapat dilihae pada penyakit malaria; darah yang diisap nyamuk Anopheles bevina diperlukan protozoa Plasmodium untuk menyempurnakan siklus perkembangan seksualnya. Hal ini hanya dapat terjadijika nutrien darah yang dicerna ditemukan dalam usus nyamuk Anopheles, MATA RANTAI INFEKSI Ada hubungan yang erat antara segitiga epidemiologi dengan mata rantai infeksi (Gambar 1.5). Penularan penyakit terjadi kerika patogen atau agens meninggalkan reservoir melalui jalan keluar (portal of exit) dan disebarkan dengan salah satu cara penularan. Patogen atau agens penyebab penyakir memasuki tubuh melalui jalan masuk (portal ofenery) dan menginfeksi pejamu jika pejamu dalam keadaan rentan. Rantai agers/patogen etiologis mencakup bakceri virus, cacing, zat kimia, atau substansi hewan atau tumbuhan atau faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit, ketidakmampuan, kesakitan, sindrom, atau kematian. Sumber/revervoir adalah media atau habitat tempat patogen atau agens infeksius tumbuh subur, memperbanyak diri, dan berkembang biak dengan cepat, Reservoir mencakup manusiz, hewan, kondisi, atau substansi lingkungan tertentu, mis, makanan, tinja, acau bahan organik yang membusuk, yang kondusif untuk pertumbuhan patogen. Banyak penyakit infeksius atau meaular yang mempunyai reservoir manusia dan beberapa reservoir hewan. Ada dua jenis reser voir manusia dan hewan yang umum diketahui; orang sakit bergejala (simptomatik) yang menderita, penyakit, dan carrier, atau orang yang menjadi tempat persinggahan patogen, yang tidak menunjukkan. gejala (asimptomarik) sakit, terapi dapat menularkan penyakit Begitu agens atau patogen meninggalkan reservoir, agens dengan menggunakan suatu cara penularan akan berpindsh ke pejamu yang rentan, baik melalui penularan langsung (Ikontak orang ke orang) atau penularan tidak langsung (droplet atau partikel debu bawaan udara, vekror, fomite, substansi makanan). Rantai paling akhir dalam mata rantai infeksi adalah individu atau pejamu yang rentan—biasanya manusia atau hewan, Pejamu umumnya dilindungi dari serangan patogen oleh =] oe | =a Lomond GAMBAR 1.5. Mata rantalinteksi Penggolongan Epide/KLB 1B FILE BERITA Pedikulosis (Penularan Orang ke Orang) ‘atu Kepala: Epidem Beant oberapa orang berpendapat bahwa kuti kepala tau kutu rambut merupakan cangauan yang hanya menyusahkan. rmasyerakat keles baviah atau orang yang higiene perorangannya buruk. Namun, epdemi pedkulosis ditingkat rnasional semakn menjad-jadl baik dl sekolah negeri maupun swasta. Kutu pengisap darah (ordo Anoplura leh menyukel pelamu mamalia dan jerang yang meryerang spesies lain bbahkan yang terdokat sekall pun seperthewan pelharaan. Kutu kepale hidup pada rambut Kepela dekattonghuk dan telings. Sikus hidup kutu kepala dhabiskan pada pejamu, biesanya pada orang yang same. Kei tahapan kehidupan. ut Kopala (tel nimfe, can vasa) berangsung Sekar tiga minggu. Jka Kulu Kepela Keluar atau dak menstap lg] pada pejamu, mereka akan mati dalam sohri atau dua har. Kutu Kepela ini sangat kecl sekitar 2—S mm dan mereka terhat menggenggam balang rambut deka Kult Kepala dengan kukunya yang berbertuk krusus. Kutu betina dewasa Iidup sekiar sbulan dan menghasikan 150 atau iabihlelur yang disebut nt Kurang lebih 10 tour sehari Ni jangan sampal dianggao setagal buss hal spray atau Ketombe. Nit yang benema puth Kekuningan, berbentuk oval nlokat ‘at pada tagian bawah tatang rarrbut dan rrembutuhkan walt aatu minggu untuk menetae, Hanya secitt penyekt yang divarkan meal Kutu Kepala, ttepikutu torsebut sudeh merupakan masaiah seni, Mereka mengisep dareh dart menyurdikkan airiiumya selama pengisapan yeng menyebabkan rasa gatal dan Infeksi sokunder akibat kotoran, gigtan, dan oakavan mereka. Penuleran teradi balk secara langsung, melalui Kontak dengan orang yang berkutu, atau secara tidak langsung ‘melalui omit yang dipakai bergantan atau tersama sepert scart, ton, jaket, sir, balu hangs, den sepral. Kutu ‘epale tdek dapat melorrpatetau tarbang sehingga penularan melalui forte tejaci teruiama di sekolah, saat anak sling mercoba dan bertucar pakaian dengan anek lairnya, Karena kutu kopale menyukal darah untuk makenanryya dan lingkungan yang hangat dan berbulu, penularan orang ke orang paling umum teyjadl. Tindakan pengendalian lebih

Anda mungkin juga menyukai