*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
ABSTRACT
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
AKTIVITAS EKSTRAK CACING LAUT Siphonosoma australe
SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS GALUR
Sprague Dawley YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aktivitas Ekstrak
Cacing Laut Siphonosoma australe sebagai Antihiperglikemik pada Tikus Galur
Sprague Dawley yang Diinduksi Streptozotocin”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1 Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi dan Prof Dr Ekowati Handharyani, PhD
APVet selaku dosen pembimbing atas segala saran, arahan, motivasi dan
ilmu yang diberikan kepada penulis,
2 Dr Desniar, SPi MSi selaku dosen penguji, terima kasih atas segala saran,
bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis,
3 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Komisi Pendidikan dan Ketua
Departemen Teknologi Hasil Perairan atas segala saran dan bimbingan
yang diberikan,
4 Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa serta dukungannya
baik secara moril maupun materil,
5 Laboran dan teknisi yang telah membantu penulis selama penelitian,
6 Teman–teman Teknologi Hasil Perairan atas segala doa, bantuan,
semangat dan dukungan yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih ada kekurangan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
perut, dan terjadinya komplikasi jangka panjang yang dapat membahayakan otak.
Terapi farmakologi juga membutuhkan biaya yang mahal, sehingga banyak
penderita yang berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan
pengobatan berbahan alami (Dalimunthe 2004).
Cacing S. australe diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif sumber
pengobatan diabetes berbahan alami. Pengujian aktivitas ekstrak S. australe
sebagai antihiperglikemik secara in vivo perlu dilakukan untuk mendukung hasil
penelitian secara in vitro Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah mengenai khasiat antihiperglikemik S. australe secara in vivo,
serta dapat dijadikan dasar pengembangan cacing laut menjadi produk obat yang
dapat digunakan secara luas oleh masyarakat.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas ekstrak cacing laut
S. australe sebagai antihiperglikemik pada tikus galur Sprague Dawley yang
diinduksi streptozotocin.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan nilai tambah terhadap cacing laut
S. australe sebagai bahan baku hasil perairan. Hasil penelitian diharapkan menjadi
sumber informasi baru dan sebagai bahan nutraseutika maupun farmaseutika.
Tahap penelitian dimulai dari preparasi bahan baku yang dilanjutkan dengan
proses ekstraksi. Ekstrak yang didapat digunakan untuk analisis aktivitas
antihiperglikemik secara in vivo menggunakan hewan uji. Hewan uji yaitu tikus
putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dengan jenis kelamin jantan.
Ekstrak diberikan selama 14 hari. Parameter kadar glukosa darah dan bobot tubuh
diamati pada hari ke 1, 7 dan 14. Jumlah kebutuhan minum tikus diukur setiap
hari selama 14 hari. Semua tikus dikorbankan dengan cara eutanasi
intraperitoneal setelah 14 hari perlakuan untuk mendapatkan organ hati serta
dilakukan pengambilan sampel darah dari jantung untuk mendapatkan serum
3
darah. Serum darah digunakan untuk mengukur kadar serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Organ
hati digunakan untuk pengujian malondialdehida (MDA).
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu ekstraksi cacing
laut S. australe dan tahap kedua yaitu pengujian aktivitas antihiperglikemik
ekstrak cacing S. australe pada tikus galur Sprague Dawley. Diagram alir
prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Cacing Laut
S. australe
Maserasi
Filtrasi
Residu Filtrat
Evaporasi
Perhitungan rendemen
Ekstrak cacing Analisis fitokimia
S. australe Uji aktivitas
antihiperglikemik secara
in vivo
-
Perlakuan selama 14 hari
pada tikus -
Pemanenan
dengan kelompok yang telah ditentukan. Pemberian obat metformin dan ekstrak
cacing dilakukan secara peroral. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pengukuran
bobot dan glukosa darah diamati pada hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14
perlakuan. Pengukuran bobot tubuh menggunakan timbangan digital. Pengukuran
kadar glukosa darah menggunakan glucometer.
Semua tikus dikorbankan dengan cara eutanasi intraperitoneal setelah 14
hari perlakuan, untuk mendapatkan organ hati serta dilakukan pengambilan
sampel darah dari jantung untuk mendapatkan serum darah. Serum darah
digunakan untuk mengukur SGOT dan SGPT. Organ hati digunakan untuk
pengujian MDA.
Prosedur Analisis
Dragendorff dengan endapan jingga, jika terdapat endapan tersebut maka sampel
dikatakan positif.
b) Flavonoid
Sebanyak 0,05 g sampel ditambahkan serbuk Mg sebanyak 0,05 mg, setelah
itu ditambahkan 0,2 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol 70%. Hasil uji positif bila
larutan berwarna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.
c) Saponin
Uji saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Sebanyak 0,05
g sampel diletakkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas kemudian
tabung reaksi dikocok. Setelah tabung dikocok, dibiarkan selama 30 menit dan
ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1 tetes. Hasil uji positif saponin ditunjukkan
dengan adanya busa yang stabil.
d) Tanin
Sebanyak 0,05 g sampel ditambah air panas, kemudian sampel tersebut
ditetesi dengan FeCl3 1% sebanyak 2 tetes. Hasil uji positif jika larutan berwarna
biru tua atau hijau kehitaman.
e) Fenol hidrokuinon
Sebanyak 0,05 g sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
dicampurkan dengan 0,25 mL etanol 70%. Selanjutnya ditambahkan FeCl3 5%
sebanyak 2 tetes. Hasil uji positif jika terbentuknya warna hijau atau hijau biru.
f) Steroid/ Triterpenoid
Sebanyak 0,05 g sampel ditambah dengan 2 mL kloroform kemudian
ditetesi dengan anhidrida asam asetat sebanyak 5 tetes. Setelah itu ditetesi dengan
H2SO4 2 N sebanyak 3 tetes. Hasil uji steroid positif bila warna larutan berubah
menjadi biru, sedangkan hasil uji triterpenoid positif bila terbentuk warna merah
kecoklatan pada lapisan permukaan sampel.
Analisis Data
Sampel cacing S. australe yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari
Desa Toronipa, Kecamatan Toronipa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Cacing S. australe termasuk filum Sipuncula. Sipuncula dalam bahasa Latin
berarti tabung kecil atau menyedot. Sipuncula sering dikaitkan dengan Annelida,
namun Sipuncula tidak memiliki segmen tubuh (Cutler 1994). Pengukuran
morfometrik cacing S. australe disajikan pada Gambar 2.
diameter= 2,63 cm
panjang= 13,67 cm
Gambar 2 Pengukuran morfometrik cacing S. australe
kimia tertinggi terdapat pada kadar air. Hasil analisis proksimat S. australe
disajikan dalam Tabel 2 dan Lampiran 2.
kandungan protein pada cacing Nereis sp. berasal dari plankton yang
dikonsumsinya. Plankton diketahui sebagai sumber protein sekaligus simbion
dalam sistem pencernaan pada Nereis sp.
Hasil analisis proksimat pada cacing S. australe memiliki kadar karbohidrat
sebesar 5,91 ± 1,78%. Kadar karbohidrat hasil penelitian Syaputra et al. (2007)
pada sampel cacing kapal (tembilok) sekitar 16%. Kadar karbohidrat tembilok
mirip seperti kerang-kerangan yang cenderung menyimpan hasil pencernaan
dalam bentuk glikogen (gula otot).
menjalakan penelitian yang tidak bisa secara langsung dilakukan dalam tubuh
manusia. Hewan coba diasumsikan memiliki jaringan, sel-sel penyusun tubuh,
serta enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh sama dengan manusia.
700
Kadar Glukosa Darah
600
500
(mg/dL)
400
300
200
100
0
1 7 14
Hari
Gambar 3 Grafik kadar glukosa darah hari ke 1, 7, dan 14 hari pada kelompok
perlakuan kontrol normal, diabet, metformin, E22,5,
E45, E90
250 212
Perubahan Kadar Glukosa
200
150
Darah (mg/dL)
100
50 23,33
0
-50 N D M E22,5 E45 E90
-5 -32
-100
-86,33
-150 -104
Perlakuan
Gambar 4 Grafik perubahan kadar glukosa darah setelah 14 hari perlakuan pada
kelompok N= normal, D= diabet, M= metformin, E22,5= ekstrak 22,5
mg/kgBB, E45= ekstrak 45 mg/kgBB, E90= ekstrak 90 mg/kgBB
250
200
Bobot Tubuh (g)
150
100
50
0
Hari 1 Hari 7 Hari 14
Hari
Gambar 5 Grafik bobot tubuh tikus hari ke 1, 7, dan 14 hari pada kelompok
perlakuan kontrol normal, diabet, metformin, E22,5,
E45, E90.
Bobot tubuh tikus pada kelompok normal, metformin, E45 dan E90
mengalami peningkatan pada hari ke 7 dan 14 perlakuan. Kelompok diabet dan
E22,5 mengalami penurunan bobot tubuh pada hari ke 7. Kedua kelompok ini
mengalami peningkatan bobot tubuh kembali setelah 14 hari perlakuan.
Bobot tubuh tikus mengalami perubahan setelah 14 hari perlakuan. Nilai
perubahan bobot tubuh merupakan hasil perhitungan bobot tubuh setelah 14 hari
perlakuan dengan bobot tubuh pada hari ke-1. Hasil perubahan bobot tubuh dapat
dilihat pada Gambar 6.
50 45,57
Perubuhan Bobot Tubuh
40
30
(g)
18,2
20 13,67
11,1
10
0,5 2,1
0
N
M E22,5D E45 E90
Kelompok
Gambar 6 Grafik perubahan bobot tubuh tikus setelah 14 hari perlakuan pada
kelompok N= normal, D= diabet, M= metformin, E22,5= ekstrak 22,5
mg/kgBB, E45= ekstrak 45 mg/kgBB, E90= ekstrak 90 mg/kgBB
18
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Hari
Gambar 7 Grafik rataan jumlah kebutuhan minum selama 14 hari pada kelompok
perlakuan kontrol normal, kontrol diabet, metformin,
E22,5, E45, E90
19
Krysanti dan Simon (2014) menyatakan uji fungsi hati merupakan salah satu
pemeriksaan kimia yang sering kali dianggap sangat penting untuk menilai
kesehatan. Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) merupakan sebuah
enzim yang biasanya terletak didalam sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam
darah ketika hati atau jantung rusak. Enzim SGOT terdapat dalam mitokondria
dan sebagian kecil di sitosol. Serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT)
adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), sehingga lebih spesifik
digunakan sebagai indikasi adanya penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain.
Enzim ini akan mengalami kenaikan jika terjadi kerusakan hati. Hasil uji serum
darah kadar SGOT dan SGPT dapat dilihat pada Gambar 8.
350 331,67
296,33
300 255,33
250 242
188 184
200 169
Nilai
154 152,67
144,67
150 115,33 116,33
100
50
0
N D M E22,5 E45 E90
Perlakuan
Gambar 8 Grafik rata-rata kadar SGOT dan SGPT pada pada kelompok
N= normal, D= diabet, M= metformin, E22,5= ekstrak 22,5 mg/kgBB,
E45= ekstrak 45 mg/kgBB, E90= ekstrak 90 mg/kgBB
2
1,62
Kadar MDA (nmol/mL)
1,5
1,02
1 0,85
0,65
0,49 0,54
0,5
0
N D M E22,5 E45 E90
Perlakuan
Gambar 9 Grafik rata-rata kadar MDA pada kelompok N= normal, D= diabet,
M= metformin, E22,5= ekstrak 22,5 mg/kgBB, E45= ekstrak 45
mg/kgBB, E90= ekstrak 90 mg/kgBB
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sani M. 2010. Aktivitas ekstrak etil asetat daun mimba sebagai antihiperglikemik
pada tikus yang diinduksi aloksan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanias Bogor.
Sari EM, Maruf WF, Sumardianto. 2014. Kajian senyawa bioaktif ekstrak
teripang hitam (Holothuria edulis) basah dan kering sebagai antibakteri
alami. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(4):16-24.
Scalecsky E, Prechl J, Feher J, Somogy. 1999. Alteration in enzymatic antioxidant
defence in diabetes mellitus. Post Graduate Medical Journal. 75:15-17.
Sompong R, Siebenhandl ES, Linsberger MG, Berghofer E. 2011.
Physicochemical and antioxidative properties of red and black rice
varieties from Thailand, China and Sri Lanka. Journal of Food
Chemistry. 124: 132-140.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Principles and Procedures of Statistics: A
Biometrical Approach. Sumantri B, Penerjemah. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Syaputra D, Ibrahim B, Poernomo D. 2007. Produk fermentasi dari cacing kapal
Bactronophorus sp. segar. Jurnal Sumberdaya Perairan. 1:12-14.
Tiong SH, Looi CY, Hazni H, Arya A, Paydar M, Wong WF, Cheah SC, Mustafa
MR, Awang K. 2013. Antidiabetic and antioxidant properties of alkaloids
from Catharantus roseus (L.) G. Don. Molecules. 18: 9770-9780.
[WHO] World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes
Mellitus and Intermediate Hyperglycemia. Geneva (CH): WHO Press.
Widarta IWR, Nocianitri KA, Sari LPIP. 2013. Ekstraksi komponen bioaktif
bekatul beras lokal dengan beberapa jenis pelarut. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 2(2): 75-79.
Widowati L, Sumali W, Pudjiastuti. 2006. Pengaruh ekstrak etanol biji klabet
(Trigonella foenum-graecum L.) terhadap kadar gula darah tikus
NIDDM. Buletin Penelitian Kesehatan. 32: 172-182.
Wikanta T, Rahma D, Lestari R. 2008. Pengaruh pemberian κ-karahenan dan ι-
karagenan terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus hiperglikemia.
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 3(2): 131-
138.
Wills ED. 1987. Biochemical Toxicology, a Practical Approach. Oxford (UK):
IRL Press Limited.
Wirda Z, Hakimah H, Tanwirul M, Rahmi Z. 2011. Pengaruh berbagai jenis
pelarut dan asam terhadap rendemen antosianin dari kubis merah
(Brassica oleraceae capitata). Agroscientiae. 18(2): 57-63.
Yoshikawa M, Toshio M, Ning L, Akifumi N, Zian L, Hisashi M. 2005. Bioactive
saponins and glycosides. XXIII.1) triterpene saponins with
gastroprotective effect from the seeds of Camellia sinensis teasaponins
E3, E4, E5, E6, and E7. Chemical and Pharmaceutical Bulletin.
53(12):1559-1564.
27
LAMPIRAN
30
31
b. % Kadar Abu
Ulangan 1 = 16,66
Ulangan 2 = 14,50
% kadar abu rata-rata = 15,58
c. % Kadar Lemak
Ulangan 1 = 0,32
Ulangan 2 = 0,35
% kadar lemak rata-rata = 0,335
d. % Kadar Protein
Ulangan 1 = 6,29
Ulangan 2 = 6,77
% kadar protein rata-rata = 6,53
30,8282 gram
Rendemen ekstrak= x 100% = 1,71%
1800 gram
RIWAYAT HIDUP