Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktikum Farmakologi I yang
berjudul ”Pemberian Obat Fenobarbital Secara Intramuskular Pada Tikus Putih”. Penulisan
laporan praktikum ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmakologi.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam mengerjakan laporan praktikum ini, penulis juga menucapkan terima
kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Jayapura, 23 Maret 2016

Tim Penyusun
Kelompok 8B

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian obat dapat dilakukan secara oral, dibawah lidah (sublingual), rektal,
intramuskuler, dan lain-lain. Masing-masing cara pemberian akan mempengaruhi
absorbsi obat tersebut yang mana nantinya akan didistribusikan melalui aliran darah
menuju sel atau organ target untuk menimbulkan efek. Efek obat sendiri ada bermacam-
macam, diantaranya ada efek hilangnya sensasi nyeri baik disertai maupun tanpa
disertai hilangnya kesadaran (anastetik), dan efek depresi SSP yang pada dosis terapi
dapat menenangkan atau menyebabkan kantuk (hipnotik-sedatif).
Fenobarbital merupakan obat golongan barbiturat yang selain memiliki efek
hipnotik-sedatif, fenobarbital juga digunakan sebagai obat anti konvulsi. Fenobarbital
masih merupakan obat anti konvulsi pilihan karena cukup efektif dimana memiliki
dosis efektif yang relatif rendah dan tergolong murah. Berdasarkan hal-hal di atas, maka
dilakukan praktikum ini sehingga kita dapat mengetahui cara pemberian fenobarbital
secara intramuskular dan efek yang terjadi pada tikus putih.

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui teknik dan cara pemberian fenobarbital secara


intramuskular (parenteral) pada tikus putih
2. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan dosis obat sesuai berat badan hewan coba
(tikus putih)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat


(SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang sampai kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran,
keadaan anastesi, koma, dan mati. Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas
mental, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat
hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur
yang menyerupai tidur fisiologis. (Depfar FK UI, 2007)
Golongan barbiturat disamping sebagai obat hipnotik sedatif, golongan ini
efektif sebagai obat antikonvulsi. Efek antikonvulsi prototipe barbiturat salah satunya
yaitu fenobarbital yang struktur kimia nya mirip dengan barbiturat. Fenobarbital asam
5,5 fenil etil barbiturat merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam
pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas dan bangkitan dan
menaikan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi pilihan
karena cukup efektif dan harga nya relatif terjangkau. Fenobarbital juga memberikan
efek samping seperti sedasi, psikosis akut dan agitasi. (Depfar FK UI, 2007).
Fenobarbital natrium adalah barbiturat yang sering digunakan karena efikasi
antikonvulsannya, namun bahkan jika diberikan secara intravena, kemungkinan
diperlukan 15 menit atau lebih untuk mencapai konsentrasi puncak di otak. (Goodman
and Gilman, 2008)
Cara pemberian Golongan Barbiturat dapat dilakukan secara Oral, IM, IV,
Rektal. Untuk fenobarbital dapat diberikan secara Oral, Intra Muskular dan Intra Vena.
Fenobarbital kurang larut dalam lemak. Barbiturat dimetabolisme dan /atau dikonjugasi
hanpir sempurna dihati sebelum diekskresikan lewat ginjal. fenobarbital adalah
golongan berbiturat dengan masa kerja pendek. Fenobarbotal bekerja pada korteks
sensori, menurunkan aktivitas motorik, mengubah fungsi serebral, dan membuat
ngantuk, sedasi dan hypnosis. Sebagai antikonsulvan pada dosis tinggi.
Jalur pemberian obat dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu enteral dan
parenteral.

3
1. Enteral
yaitu obat yang diberikan melalui jalur pencernaan yang terbagi menjadi
beberapa cara yaitu,
a. Oral
diberikan melalui mulut (ingesti) dan saluran pencernaan, lalu
diserap dan didistribusikan ke organ target . diindikasikan pada pasien
sadar, dikontraindikasikan pada pasien tidak sadar, kelebihan yaitu
aman, praktis dan ekonomis, serta kekurangan nya yaitu absopsi pelan
dan variatif, terkena jalur panjang metabolisme, pila pahit tidak disukai.
b. Sonde
diberikan secara langsung ke saluran cerna dengan sonde
lambung. Diindikasikan pada distensi lambung, keracunan, keracunan
nutrisi. Bahaya jika salah dalam pemasangan alat.
c. Sublingual
obat yang di absopsi langsung dari rongga mulut ke sirkulasi
umum tanpa melalui sistem portal hati, sehingga menghindari first pass
metabolism
2. parenteral
a. injeksi intracutan
injeksi ke jaringan kulit dengan injeksi sudut 15 derajat.
Diindikasikan pada pasien yang tidak sadar, tidak boleh pada pasien
dengan luka, aleargi, infeksi kulit. Kelebihan nya adalah proses nya
yang sederhana namun efeknya lama.
b. Injeksi subkutan
Injeksi pada jaringan subkutan atau jaringan antara kulit dengan
otot dengan teknik penyuntikan dengan sudut 45 derajat.
c. Injeksi intramuskular
“onset og action” bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih
cepat diabsopsi dari pada obat yang berupa larutan dalam minyak, dan
juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan
penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel
yang tersuspensi, semakin kecil partikel semakin cepat proses
absopsi.(lucky dkk, 2010)

4
Pemberian obat melalui injeksi pada otot dengan teknik
penyuntikan dengan sudut 90 derajat, dapat dilakukan pada pasien yang
tidak sadar, dikontraindikasikan pada infeksi, lesi kulit, tonjolan tulang.
Kelebihannya yaitu absopsinya cepat, kekurangannya yaitu dapat terjadi
iritasi lokal dan butuh steril.
d. Injeksi intravena
Memberikan obat melalui injeksi pembuluh vena, dpat dilakukan pada
pasien yang tidak sadar, kerjanya akurat, butuh kondisi steril dan perlu
tenaga ahli.
3. Topikal
Diberikan secara lokal, hanya di tempat tertentu saja misalnya salep
(kulit), tetes mata (mata)
4. Suppositora
Yaitu pada rektal dan vaginal
5. Inhalasi
Digunakan untuk obat anastesi yang mudah menguap dan gas anatesi.

5
BAB III
METODE KERJA

A. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu praktikum : Selasa, 22 Maret 2016
2. Tempat : Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih

B. ALAT DAN BAHAN


1. AlAT
a. Timbangan
b. Beaker glass
c. Spluit
d. Papan lilin
e. Labu ukur
2. BAHAN
a. Fenobarbital

C. BINATANG PERCOBAAN
Binatang percobaan adalah tikus putih

D. CARA KERJA
1. Siapkan satu buah beaker glass
2. Masukkan tikus putih kedalam beaker glass kemudian timbang berat nya dan
catat hasil nya
3. Menghitung dosis obat yang akan diberikan kepada hewan coba dengan rumus
yang sudah ditetapkan
4. Ambil larutan fenobarbital yang ada pada labu ukur dengan spluit sesuai dosis
yang sudah didapat (0,05 ml = 2,5 strip pada spulit)
5. Perhatikan spluit jangan sampai mengandung gelembung udara
6. Siapkan tikus diatas papan lilin
7. Suntikan fenobarbital secara intramuskular pada tikus tepat nya di tungkai
bawah
8. Injeksi intramuskular yaitu Pemberian obat melalui injeksi pada otot dengan
teknik penyuntikan dengan sudut 90 derajat
9. Kemudian nyalakan stopwatch tepat pada saat selesai penyuntikan
10. Mengamati dan mencatat lamanya gejala dan perubahan yang timbul

6
BAB IV
PEMBAHASAN

A. HASIL
a. Perhitungan Dosis Phenobarbital
Pemberian 1 ampul : 1 ml = 50 mg Pb
C1.V1 = C2.V2
50mg. 1 ml = C2.50ml
C2 = 50 mg . 1 ml
50 ml
C2 = 1 mg

Perhitungan dosis konversi


Berat tikus putih (minimal) = 200 gr
Penentuan faktor konversi = 0,018 mg
Faktor konversi = 25 mg x 0,018 mg
= 0,45 mg
Berat tikus = 220 gr
Dosis konversi = berat tikus x 0,45 mg
berat min tikus
= 220 gr x 0,45
200 gr
= 0, 495 mg
Dosis phenobarbital pada tikus :
Dosis phenobarbital maksimal ≠ ≤ 0,1
Dosis phenobarbital pada tikus = dosis konversi x dosis Pb max
larutan stock
= 0,495 mg x 0,1 ml
1 mg
= 0,0495 ml
= 0,05 ml (skala spuit)

7
b. Tabel Hasil Pengamatan
Berat waktu Onset Durasi
sedasi hipnotik
220 gr 11.30 WIT 21 51 9 menit

B. PEMBAHASAN
Phenobarbital adalah obat golongan barbiturat, obat ini bekerja sebagai
depresan sistem saraf pusat yang sering digunakan sebagai obat sedatif hipnotik
dan juga sebagai anti konvulsan dalam dosis subhyphypnotic. Penggunaan obat
ini dapat memperlambat denyut jantung dan membuat nafas menjadi dangkal.
Jika diberikan secara tiba-tiba dan dalam dosis yang tinggi, maka akan ada
resiko nafas terhenti.
Pemberian phenobarbital kepada tikus dengan berat 220 gram
menimbulkan efek sedasi pada dosis 0,05. Ketika memasuki efek sedasi, tikus
memperlihatkan gejala berkurangnya aktifitas tubuh, tikus lebih banyak
berdiam diri. Gejala lainnya adalah berkurangnya tonus otot dan frekuensi
nafas, sedangkan frekuensi jantungnya meningkat. Pada tahap ini tikus hanya
melakukan sedikit perlawanan ketika tubuhnya diputar, namun gerak refleksnya
masih sangat bagus. Ketika tikus memasuki tahap hipnotik, gerak refleks
hampir tidak ada. Tonus otot pada fase hipnotik sudah sangat lemah sehingga
tidak terasa perlawanan pada tikus ketika tikus diputar.

8
Kesalahan dapat terjadi pada praktikum yang disebabkan oleh
1. Kesalahan dalam memberikan dosis obat
Hal ini sangat mungkin terjadi, mengingat akurasi dosis yang tidak dapat
ditegakkan dengan baik. Spluit tidk memiliki garis penunjuk volume yang
mendetail sehingga kekurangan/kelebihan dosis amat mungkin terjadi. Selain
spluit kesalahan lain karena mata praktikan yang tidak sejajar dengan garis
penanda volume pada spluit atau karena praktikan kurang cermat dan tergesa-
gesa.
2. Kesalahan dalam melakukan teknik pemberian obat
Dapat disebabkan karena kurang terambilnya praktikan dalam
melalukan prosedur pemberian obat, dimana hal ini terkait pengalaman
praktikan yang belum terbiasa melakukan prosedur tersebut. Selain itu, gerakan
dari binatang percobaan yang cukup kuat membuat praktikan kesulitan
melalukan prosedur dengan baik.
3. Kekurangan waktu dalam eksperimen
Beberapa cara pemberian obat belum sempat menunjukkan keseluruhan
respon efek obat, hal ini menyebabkan praktikan tidak dapat dengan cermat
melakukan prosedur, selain itu praktikan tidak dapat mengamati seluruh proses
timbulny respon efek obat hingga selesai
4. Binatang percobaan yang kurang kooperatif
Tikus putih yang kami gunakan saat praktikum kali ini terlihat
mengantuk dan lemas, sehingga kami sulit membedakan efek sedatif dan
hipnotik.

9
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Cara pemberian fenobarbital secara intramuskular dilakukan pada muskulus daerah tungkai
bawah dengan arah 90 derajat. Dapat dilakukan penyuntikan de..
2. Volume dosis yang diberikan terhadap hewan uji tergantung dari berat yang di miliki tiap
hewan uji serta dosis Phenobarbital yang di gunakan (25-75 mg). Pada praktikum ini di
gunakan dosis Phenobarbital yang paling kecil yaitu 25 mg.

10
LAMPIRAN

1. 2.

3.

Labu ukur untuk menampung


larutan fenobarbital

Timbangan untuk menimbang berat tikus


tikus
4. 5.

11
7. 8.

Tikus dalam keadaan sedasi

9.

Tikus dalam
keadaan hipnotik
atau tidur

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Farmakologi dan Terapi FK UI, edisi 5, 2012, editor: Sulistia Gan Gunawan,
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Jakarta.
2. Goodman and Gilman, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10 volume 1 , Jakarta : EGC :
2007
3. Mariam Lucky, Muarif, Arsy nurul, dkk, Cara Pemberian Obat, Fakultas Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto : 2010.
4. www.mims.com

13

Anda mungkin juga menyukai