Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan
kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang
yang beriman (mu’min).Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam
diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli.
Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani
dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
Pengertian Aqidah cera etimologi berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan
yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah
terbentuk menjadi ‘aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan.
Aqidah juga memiliki istilah-istilah lain yang disebut dengan iman, tauhid,
ushuluddin, ilmu kalam, dan fiqih akbar. Istilah-istilah lain dari aqidah ini yang akan
dibaha dalam makalah ini, sehingga kita dapat memahami definisi dari masing-
masing istilah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Apa itu Iman ?
2. Apa itu Tauhid?
3. Apa itu Ushuluddin?
4. Apa itu Ilmu Kalam?
5. Apa itu Fiqih Akbar?
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari iman
2. Untuk memahami definisi dari tauhid
3. Untuk mengetahui definisi ushuluddin
4. Untuk memahami definisi ilmu kalam
5. Untuk mengetahui definisi fiqih akbar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Iman
1. Pengertian Iman
Pengertian Iman dari bahasa Arab dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu'
(‫ )يؤمن‬yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian Iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan
dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya,
Sebagaimana firman allah SWT dalam Q.S. An-Nisa ayat 136:
 
  
 
   
  
     
 
 
   
 

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya”.
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah,
maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.

2. Hakikat Iman
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan
dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman
dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4:
 
   
  
  
  
  
  
  
  
   
  
   
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal(2).
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rizki yang kami berikan kepada me-reka(3). Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya(4).”

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas
ulama memandang keimanan beriringan dengan amal sholeh, sehingga mereka
menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal sholeh. Akan
tetapi ada sebagian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia
merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang
hanya memiliki dua kemungkinan saja yaitu mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan
lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan
tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui
kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati
kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala nilai dari
hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita
mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita. Karena Iman bertambah karena
taat dan berkurang karena maksiat.
3. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Iman
Pembatal iman atau "nawaqidhul iman" adalah sesuatu yang dapat menghapuskan
iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
a. Mempersekutukan Allah SWT (yakni syirik) dalam beribadah.
b. Meyakini bahawa ada kekuatan lain selain kekuatan Allah SWT, berdoa
kepadanya, meminta pertolongan, bahkan bertawakkal (berserah diri) kepada
perantara tersebut.
c. Tidak menganggap bahwa orang-orang musyrik itu kafir, atau ragu-ragu atas
kekafiran mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian
ini adalah kafir.
d. Meyakini bahawa ajaran selain ajaran Nabi Muhammad SAW lebih
sempurna, atau meyakini bahawa hukum selain dari yang telah dijelaskan oleh
Baginda SAW lebih baik, seperti mereka yang mengutamakan aturan-aturan
thaghut (aturan–aturan manusia yang melampaui batas serta menyimpang dari
hukum Allah), dan mengetepikan hukum yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW.
e. Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
f. Memperolok–olokkan sebahagian dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, atau memperolok–olokkan pahala mahupun siksaan yang telah
ditetapkan di dalam Al-Quran serta yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW.
g. Melakukan sihir, antaranya termasuklah mengaplikasikan ilmu guna-guna
yang menjadikan seorang suami benci terhadap isterinya, atau yang
menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau sesuatu yang dibencinya
dengan cara yang zalim.
h. Membantu orang–orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin.
i. Meyakini bahawa sebahagian manusia dibenarkan untuk meninggalkan
syari’at Nabi Muhammad SAW.
j. Berpaling dari agama Allah SWT, tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan
ajaran-Nya.
Dalam hal-hal yang membatalkan keislaman ini, tidak ada perbeaan hukum
antara yang main-main, yang sungguh-sungguh (yakni yang sengaja melanggar)
ataupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Semua itu merupakan hal-hal yang
paling berbahaya dan paling sering terjadi. Maka setiap orang Islam mestilah
menghindarinya. Kita berlindung kepada Allah SWT dari hal-hal yang mendatangkan
kemurkaan-Nya dan kepedihan siksaan-Nya. Semoga selawat dan salam dilimpahkan
kepada makhluk-Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat Baginda.

B. Tauhid
1. Pengertian Tauhid
Tauhid menurut bahasa adalah meng-Esakan. Sedangkan menurut syariat
adalah meyakini keesaan Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang
membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan
pada dalil-dalil yang benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-
Nya. Mustahil ada yang mampu menyamai-Nya.
Beberapa ayat Al-qur’an telah dengan jelas menyatakan keesaan Allah.
Diantaranya surah Al-Ikhlas ayat 1-4:
     
    
    
  
Artinya :
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
2. Kedudukan Tauhid Dalam Islam
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam
kalimat “Laailaahaillallah” yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan
mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan
Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta ( Tauhidur
Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya
( Tauhidul Uluhiyyah).
Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia.
Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari
penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid
kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan
sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang
lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba
Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan
mereka kepada Allah SWT.

C. Ushuluddin
Ushuluddin berasal dari bahasa Arab, yaitu ‫)أصول الدين‬. Uṣūl adalah dasar, fondasi.
Sedangkan al-Dīn adalah agama. Sehingga apabila digabungkan menjadi Uṣūl al-
Dīn berarti adalah dasar-dasar keyakinan agama Islam. Uṣul al-Dīn juga bahkan
sering disebut dengan ilmu kalam, atau bahkan ilmu tauhid, dan mungkin juga ilmu
teologi.
Ilmu usuluddin dinamakan dengan ilmu kalam antara lain kerana:
1. Di antara persoalan yang menjadi pokok pembahasannya ialah kalam Allah SWT,
iaitu Al-Qur’an, apakah azali atau non azali
2. Ulama’ kalam (mutakalimin), kerana pengaruh penggunaan dalil-dalil yang jelas
pada pembicaraan-pembicaraan mereka mengesahkan mereka sebagai ahli-ahli
bicara. Hal ini sesuai dengan ucapan kata kalam itu sendiri yang bererti bicara atau
ucapan.
3. Pembuktian kepercayaan yang digunakan serupa dengan lojika dalam filsafat.
Untuk membezakan dengan lojika, maka dinamakan ilmu kalam.

Ilmu Ushuluddin dinamakan ilmu tauhid kerana pokok pembahasannya bertujuan


memurnikan keesaan Allah SWT, di samping memantapkan keyakinan terhadap
pokok-pokok kepercayaan lainnya.
D. Ilmu Kalam
1. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam secara terminologi /definisi / istilah ada beberapa pendapat :
a. Menurut Musthafa Abdul Raziq definisi ilmu kalam adalah ilmu yang
berkaitan dengan aqidah imani yang dibangun dengan argumentasi-
argumentasi rasional.
b. Menurut AlFarabi definisi ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas
dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang
berlandaskan doktrin Islam.
c. Menurut Ibnu Khaldun definisi ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung
berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.
d. Menurut Syekh Muhammad Abduh definisi ilmu kalam adalah ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib baginya, sifat-sifat
yang jaiz baginya dan tentang sifat-sifat yang ditiadakan darinya dan juga
tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan mustahil dari
mereka.

Jadi Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan/membahas tentang masalah


ketuhanan/ketauhidan (mengesakan Tuhan) dengan menggunakan dalil-dalil fikiran
dan disertai alasan-alasan yang rasional.

2. Ruang Lingkup Ilmu Kalam


Masalah yang dibahas dalam aqidah ilmu kalam adalah mempercayai adanya
Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul Allah, hari kiyamat, Qadha’ dan
Qadar, Akhirat, akal dan wahyu, surga , neraka, dosa besar, dan masalah iman dan
kafir. yang diperkuat dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari aqidah yang
menyimpang. Jika digolongkan, maka ruang lingkup Ilmu Kalam terbagi dalam 3
aspek, yakni;
a.
Ilahiyyaat yaitu masalah ketuhanan membicarakan masalah : Dzat Tuhan-
Nama dan sifat Tuhan, Perbuatan Tuhan.
b. An Nubuwwaat yaitu masalah kenabian membicarakan : Kemukjizatan nabi,
Nabi terakhir
c. As sam’iyyaat yaitu hal-hal yang tak mungkin kita ketahui melainkan ada
informasi dari nabi, yaitu berbicara masalah wahyu.Masalah sam’iyyaat
meliputi antara lain : Masalah azab kubur, Neraka, dan Surga.

E. Fiqih Akbar
Kata fiqih (‫ )فقه‬secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu
al-mujarrad (‫المجرد‬
ّ ‫)الفهم‬, yang artinya kurang lebih adalah mengerti secara langsung
atau sekedar mengerti saja. Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (‫)الفهم الدقيق‬,
yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan
berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan
ilmu fiqih itu sendiri. Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik,
yaitu :

‫علَ ْي َها‬
َ ‫َم ْع ِرفَة النَّ ْف ِس َمالَ َها َو َما‬
Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah
akidah dan keimanan dan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang
dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al-Fiqih Al-Akbar. ilmu fiqh
membahas masalah hukum-hukum praktis berkenaan dengan kewajiban dan hak
manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang
beriman (mu’min).Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri
seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli.
Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani
dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Aqidah juga memiliki istilah-istilah
lain yang disebut dengan iman, tauhid, ushuluddin, ilmu kalam, dan fiqih akbar.
Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang
akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar.
Ushuluddin adalah ilmu tentang pokok-pokok agama. Jadi Ilmu Kalam adalah Ilmu
yang membicarakan/membahas tentang masalah ketuhanan/ketauhidan (mengesakan
Tuhan) dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan disertai alasan-alasan yang
rasional. Ilmu fiqh hanya membahas masalah hukum-hukum praktis berkenaan
dengan kewajiban dan hak manusia.
DAFTAR PUSTAKA
As-suhaili, Wahbah. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani.
http://www.nomifrod.com/2016/03/pengertian-fungsi-dan-faktor-timbulnya-ilmu-
kalam.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/11/pengertian-tauhid-dan-macam-macam-
tauhid.html
http://hamkaqolbu.blogspot.co.id/2013/03/makalah-ilmu-tauhid.html
Usman, Ida Inayahwati. 2011. Ayo Mengkaji Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah
Kelas X. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai