Anda di halaman 1dari 4

KERATOSIS SEBOROIK

A. Definisi

Keratosis seboroik adalah tumor hiperplastik benigna yang terdiri dari keratinosit epidermis
dengan pigmentasi meningkat. Keratosis seboroik tidak berhubungan dengan glandula
sebasea.

B. Epidemiologi

Keratosis seboroik adalah lesi kulit yang paling sering terjadi seiring dengan peningkatan
usia, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun.Keratosis seboroik umumnya terjadi pada
iklim sedang tetapi bisa timbul lebih dini pada daerah tropis. Keratosis seboroik mayoritas
terjadi pada pasien Kaukasia yang tua, tetapi banyak juga terjadi pada ras-ras yang lain.
Perempuan dan laki-laki biasanya terkena sama rata.

C. Etiopatogenesis

Etiopatogenesis dari keratosis seboroik belum diketahui. Diduga kemungkinan keterlibatan


virus papiloma karena banyak pasien dengan keratosis seboroik mendapatkan tes Human
Papilloma Virus- Deoxyribose nucleic acid (HPV-DNA) positif pada pemeriksaan
Polymerase chain reaction (PCR). Namun pada penelitian didapati bahwa pada pemeriksaan
HPV-DNA dideteksi kebanyakan hanya pada permukaan keratosis seboroik dan tidak lebih
dalam pada lesi, sehingga diduga hanya kontaminasi permukaan saja. Perkembangan
keratosis seboroik juga dikaitkan dengan growth factor epidermal dan melanocyte-derived
growth factors di samping peningkatan ekspresi lokal dari tumor necrosis factor-α dan
endothelin-converting enzyme. Peningkatan ekspresi lokal dari tumor necrosis factor-α dan
endothelin-converting enzyme berkaitan dengan peningkatan ekspresi melanogen keratinosit
yaitu endotelin-1, yang menghasilkan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik.

D. Faktor Resiko

Faktor risiko Keratosis seboroik akan terjadi pada usia yang lebih tua, dan makin membesar
dan bertambah banyak seiring dengan kenaikan usia. Genetik bisa memainkan peranan
penting sebagai faktor risiko terjadinya keratosis seboroik, karena pasien dengan lesi multipel
sering kali memiliki riwayat keluarga yang positif. Kontroversi masih berlanjut tentang peran
sinar UV dalam perkembangan terjadinya keratosis seboroik. Hanya sedikit penelitian
epidemiologi yang mengindikasikan peran yang mungkin dari sinar UV dalam perkembangan
keratosis seboroik. Pada satu penelitian di Australia, pasien Kaukasia memiliki prevalensi
yang lebih tinggi dibandingkan penelitian di Inggris; penulis penelitian ini melaporkan
kejadian tidak seimbang keratosis seboroik pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari
(misal: kepala, leher, dan punggung tangan). Penelitian di Korea yang disebutkan sebelumnya
memberikan hasil yang sama. Pasien dengan paparan kumulatif lebih dari 6 jam sehari
memiliki 2,3 kali resiko keratosis seboroik yang lebih besar dibandingkan dengan mereka
yang kurang dari 3 jam sehari terkena paparan. Meskipun demikian penelitian kasus-kontrol
di Belanda menemukan bahwa tidak ada riwayat surnburn yang nyeri ataupun paparan
kumulatif tinggi terhadap sinar UV untuk meningkatkan resiko memiliki keratosis seboroik.

E. Gambaran Klinis

Keratosis seboroik bisa terjadi di setiap bagian tubuh kecuali di telapak tangan dan kaki. Lesi
keratosis seboroik bisa multipel atau tunggal. Biasanya asimtomatik namun bisa juga gatal.
Awalnya bisa didapati satu atau lebih lesi berbatas jelas, coklat muda, lesi datar kemudian
berkembang memiliki permukaan seperti beludru sampai permukaan verukosa yang halus.
Lesi-lesi ini timbul pada kulit yang normal. Ukuran awalnya biasanya kurang dari 1 cm,
tetapi lesi dapat berkembang menjadi beberapa cm atau lebih. Seiring dengan waktu, lesi
menjadi lebih tebal dan memiliki penampakan menempel pada permukaan kulit. Keratosis
seboroik yang telah berkembang sepenuhnya seringkali berpigmen dalam dan tidak
merefleksikan cahaya. Banyak lesi yang menunjukkan sumbatan keratotik pada
permukaannya. Di permukaan beberapa lesi didapati sisik berminyak yang melekat dan
meninggi di atas permukaan kulit. Keratosis seboroik ini lembut dan kesan berminyak pada
perabaan. Bentuknya bulat ke oval dan banyak lesi bisa mengikuti lipatan kulit. Lesi-lesi
yang paling kecil terdapat di sekitar orifisium folikuler, khususnya batang tubuh. Kebanyakan
keratosis seboroik memiliki rambut yang lebih sedikit dibanding dengan kulit sekitar.
Beberapa lesi dapat bertumbuh besar, beberapa individu bisa didapati keratosis seboroik
dengan ukuran beberapa sentimeter (cm). Iritasi dapat menyebabkan pembengkakan dan
kadang-kadang perdarahan, oozing, krusta dan warna yang semakin jelas karena inflamasi.
Keratosis seboroik memiliki beberapa variasi klinis seperti keratosis seboroik yang akantotik,
keratosis seboroik reticulated/adenoid, keratosis seboroik pigmented, keratosis seboroik
klonal, keratosis seboroik irritated, stuccokeratosis/ keratosis seboroik hiperkeratotik,
keratosis seboroik flat, dermatosis papulosa nigra, dan keratosis seboroik pedunculated.

F. Diagnosis Banding
Diagnosis banding keratosis seboroik adalah melanoma maligna, nevus melanositik, veruka
vulgaris, kondiloma akuminata, polip fibroepitelial, nevus epidermis, keratosis aktinik,
karsinoma sel basal berpigmen, karsinoma sel skuamosa dan lain-lain.

G. Diagnosis

Diagnosis keratosis seboroik biasanya dapat dibuat berdasarkan tampilan klinis.1


Dermoskopi dapat menolong pada kasus kasus yang tidak jelas. Kriteria dermoskopik primer
untuk keratosis seboroik adalah pseudokista bertanduk dan pembukaan pseudofolikuler.
Suatu susunan spesifik dari pembukaan pseudofolikular pada permukaan dapat memproduksi
suatu “pola sulkus girus”.Keratosis seboroik secara tipikal timbul dengan warna coklat
kuning kusam atau coklat abu-abu dengan struktur vaskular serpiginosa superfisial. Pada
keratosis seboroik berpigmen, bisa juga ada densitas seperti garis, tidak seperti lesi
melanositik yang yang sulit didefenisikan.Bila diagnosis pasti masih tidak mungkin,
konfirmasi histologis kadang-kadang diperlukan, teristimewa untuk menyingkirkan proses
maligna.

H. Tatalaksana

Penatalaksanaan keratosis seboroik tidak wajib karena penyakit ini bersifat benigna.
Pengangkatan lesi kadang diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan malignansi. Iritasi
mekanikal persisten yang menyebabkan inflamasi, perdarahan, atau gatal adalah juga
merupakan indikasi untuk pembuangan. Pada mayoritas pasien, tindakan pembuangan adalah
untuk alasan kosmetik. Penatalaksanaan dengan pengangkatan lesi bisa menggunakan satu
dari prosedur operasi yang bervariasi sekarang ini telah tersedia. Kuretase dengan sendok
tajam atau cincin kuret adalah metode yang umum. Eksisi shave dengan skalpel juga biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang bagus. Keratosis seboroik pedunculated bisa juga dibuang
dengan menggunakan snare listrik. Penggunaan krioterapi juga umum dilaporkan pada
literatur internasional. Untuk lesi flat, sprai dingin 5 – 10 detik direkomendasikan; untuk
tumor yang lebih tebal, durasi bisa lebih lama atau semprotan kedua bisa diaplikasikan.
Elektrodesikasi juga bisa digunakan.Pilihan terapi yang lain dalam pembuangan keratosis
seboroik adalah laser ablatif seperti erbium YAG atau laser CO2. Terapi sistemik pada
keratosis seboroik multipel tentunya dapat diinginkan pada beberapa pasien, karena dapat
membatasi pembedahan yang multipel. Suatu penelitian pada pemberian sistemik 1,25
dihidroksi vitamin D3 menunjukkan hasil yang penting. 1,25 dihidroksi vitamin D3 diberikan
secara oral pada pasien dengan keratosis seboroik multipel dengan dua dosis oral yang
berbeda. Dosis yang lebih tinggi memproduksi perubahan inflamasi pada lesi sesudah 2
minggu dan akhirnya menimbulkan resolusi dengan suatu skar atropi atau makula coklat.
Regresi dapat dilihat pada histologi sebagai vakuolasi dan degenerasi sel basal. Pada
umumnya tidak ada terapi topikal atau sistemik yang telah terbukti menjadi pilihan yang
layak dalam terapi keratosis seboroik. Penatalaksanaan harus selalu diteruskan melebihi
periode yang lama dan keefektifan umumnya jelas lebih inferior dari prosedur operasi.

Anda mungkin juga menyukai