PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah
mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme
uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara
simetris. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni
Jumlah mikroorganisme yang berada dalam suatu sampel atau bahan sangat
bervariasi, tergantung dari jenis bahan itu sendiri dan kondisi lingkungannya. Pada individu
multiseluler, bila sel-selnya membelah, maka individunya bertambah banyak, pada
mikroorganisme uniseluler pembelahannya bakteri multiplikasi. Bakteri bermultiplikasi
secara seksual dengan cara pembelahan menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi
delapan, dan seterusnya.
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa dapat :
Menemukan letak ruang hitung di bawah mikroskop
Menentukan konsentrasi sel dari cuplikam (suspensi) yang ditentukan
BAB II
DASAR TEORI
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri.
Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan
jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar
jasadnya. (Sumarsih, 2003)
Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode
tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian bagian
yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga
tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak
mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena
pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter
konsumsi substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil (orifice)
dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur
tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice. Pada saat
inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat
dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini
tidak bisa digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008).
Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan
bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan
media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang
lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer
(Hadioetomo, 1993).
Turbiditas dapat diukur menggunakan alat photometer (penerusan cahaya), semakin
pekat atau semakin banyak populasi mikrobia maka cahaya yang diteruskan semakin sedikit.
Turbiditas juga dapat diukur menggunakan spektrofotometer (optical density/ OD), yang
sebelumnya dibuat kurva standart berdasarkan pengukuran jumlah sel baik secara total
maupun yang hidup saja atau berdasarkan berat kering sel. Unit photometer atau OD
proporsional dengan massa sel dan juga jumlah sel, sehingga cara ini dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah atau massa sel secara tidak langsung.(Sumarsih, 2003).
Dalam metode ini, kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni
beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara ini memiliki keterbatasan,
yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat
berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada
metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan
10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan
yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk
sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk
sampel pengenceran (10-(x+2)) (Purwoko, 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3. Tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
Kocok suspensi dengan benar agar sel dapat tersebar sama rata dalam cairan
Tutup ruang hitung dengan kaca tutup dan teteskan suspensi pada pinggir kaca tutup
Pasang counting chamber pada kaca mikroskop. Amati jumlah sel pada setiap persegi kecil.
apabila lebih dari 10, lakukan pengenceran
Hitung jumlah rata – rata dari tiga kali percobaan yang dilakukan
BAB IV
Data Pengamatan
1 15 35 21
2 25 19 27
3 21 16 23
4 21 21 23
5 30 17 23
Pengolahan Data
1
Konsentrasi Sel dalam 1 ml = 80x0,00025x0,001 Ʃ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
1
= 80x0,00025x0,001 112
= 5600000 sel/mL
Pengenceran 10x (Percobaan 2)
1
Konsentrasi Sel dalam 1 ml = 80x0,00025x0,001 Ʃ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
1
= 80x0,00025x0,001 108
= 5400000 sel/mL
Pengenceran 10x (Percobaan 3)
1
Konsentrasi Sel dalam 1 ml = 80x0,00025x0,001 Ʃ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
1
= 80x0,00025x0,001 117
= 5850000 sel/mL
5600000+5400000+5850000
Konsentrasi Rata-rata = 3
= 5616666.66 sel/mL
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Counting Chamber ini, tujuan yang hendak dicapai adalah untuk
menentukan konsentrasi sel dengan menggunakan metode ruang hitung. Alat yang digunakan
merupakan sebuah kaca objek tebal yang diatasnya diasahkan suatu dataran yang dalamnya
0,1 mm. Alat yang disebut hemasitometer ini kemudian akan diamati dibawah mikroskop
setelah diteteskan sampel yang berupa suspensi dari Saccharomyces cereviceae dan ditutup
oleh kaca tutup sehingga terbentuk ruang yang tingginya 0,1 mm.
Sampel yang digunakan harus mengalami pengocokan terlebih dahulu hingga
homogen sebelum diperiksa dibawah mikroskop. Sampel yang digunakan tidak boleh terlalu
kental karena tidak cocok untuk metode ini. Pada percobaan pertama, mikroba dalam sampel
terlalu banyak sehingga dilakukan pengenceran terlebih dahulu terhadap suspensi sehingga
dapat memudahkan perhitungan mikroba. Pengenceran dilakukan sebesar 10x menggunakan
air steril.
Pada percobaan pertama, jumlah mikroba yang didapatkan yaitu sebanyak 112
mikroorganisme, untuk 5 kali pengambilan gambar, percobaan kedua sebanyak 108
mikroorganisme, namun pada percobaan ketiga jumlah bakteri sebanyak 117 bakteri.
Dilakukan lima kali pengambilan gambar lalu mikroorganisme tsb akan dijumlahkan.
Sehingga konsentrasi sel yang didapatkan dari perhitungan yaitu pada run 1 sebesar
5.400.000 sel/mL; kemudian run 2 sebesar 5.600.000 sel/mL; dan run ketiga sebesar
5.585.000 sel/ml.
Selain itu juga dilakukan pengukuran berat sel kering. Sampel yang digunakan berasal
dari suspensi yang sama dengan counting chamber. Masukkan suspensi sebanyak 1,5 ml
kedalam tabung eppendorf yang selanjutnya akan masuk kedalam alat sentrifugasi. Setelah
kurang lebih selama 15 menit mengalami sentrifugasi, suspensi akan terpisah antara air
dengan biomassanya, air tersebut kemudian dibuang dari tabung eppendorf lalu dipanaskan
dalam oven agar mendapatkan berat sel kering. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk
mengetahui berat sampel tersebut.
Pada percobaan pertama berat sel kering yang didapatkan yaitu sebanyak 0,0234 gram
dan pada percobaan kedua sebanyak 0,0349 gram. Perhitungan mikroba ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya temperatur, pH, ketelitian mikroskop juga penting diperhatikan
agar garis-garis pada ruang hitung dapat terlihat lebih jelas sehingga perhitungan pun akan
lebih akurat.
4.3 Kesimpulan
Daftar Pustaka