Anda di halaman 1dari 13

Paramita Vol. 20, No.

1 - Januari 2010

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SEJARAH SISWA MELALUI PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DENGAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN

Atno
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNS

ABSTRACT ABSTRAK

The purpose of this study was to improve learn- Tujuan dari kajian ini adalah untuk meningkat-
ing outcomes of students with the application of kan hasil belajar siswa dengan penerapan pembe-
contextual learning using VCD learning media lajaran kontekstual dengan media pembelajaran
in the subject of history, in grade XI IPA 1 SMA VCD pada pelajaran sejarah siswa kelas XI IPA
N 1 Banjarnegara, in the academic year of 1 SMA N 1Banjarnegara pada tahun ajaran
2009/2010. The study used class action research 2009/2010. Pelitian ini menggunakan pendeka-
approach with stages consisting of two cycles. tan penelitian tindakan kelas yang terbagi men-
Research data obtained by using interviews and jadi dua siklus. Pengumpulan data penelitian
observation with the observation sheet and menggunakan wawancra dan observasi dengan
evaluation tests. Data analysis technique used in instrument berupa lembar observasi dan tes
this study is simple descriptive statistical analy- evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sis. The results showed that there was an in- terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarkan
crease on teaching outcomes. Based on research, hasil penelitian disarankan bahwa penerapan
it is results suggested that contextual learning pembelajaran kontekstual dengan media VCD
models with learning VCD media need to be im- pembelajaran dapat digunakan untuk pembela-
plemented in the classroom learning, because jaran di dalam kelas. Hal ini karena model pem-
learning model can enhance the understanding of belajaran ini dapat menghubungkan antara ma-
materials and student learning outcomes and can teri dan pemahaman siswa, serta mewujudkan
introduce local history, so students understand pemahaman terhadap sejarah lokal. Dengan
more and they can,P utilize, and understanding demikian, siswa menjadi lebih paham, mampu
the existing memorial in the neighbourhood. memanfaatkan dan mengetahui memori kolektif
di lingkungan sekitarnya.
Keywords: Learning Results, Contextual Learn-
ing, VCD Learning Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran kon-
tekstual, VCD pembelajaran

PENDAHULUAN disampaikan menjadi kegiatan yang


menyenangkan dan mudah dipahami
Pendidikan merupakan salah satu oleh siswa. Apabila guru tidak dapat
upaya untuk meningkatkan kualitas menyampaikan materi dengan tepat dan
sumber daya manusia, baik secara pri- menarik, hal ini dapat menim-bulkan
badi maupun sebagai modal dasar pem- kesulitan belajar, sehingga siswa men-
bangunan bangsa. Dalam proses belajar galami ketidaktuntasan dalam bela-
mengajar, guru tidak hanya bertugas jarnya.
menyampaikan materi tetapi juga harus Berkaitan dengan masalah pen-
berupaya agar materi pe-lajaran yang didikan sejarah, pada saat ini yang ma-
92
Paramita Vol. 20 No. 1 - Januari 2010 [ISSN: 0854-0039]
Hlm. 92-104
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

sih sering terjadi adalah semakin mem- gara sangat sulit untuk memperoleh ba-
buruknya pembelajaran sejarah. Keban- tas tuntas nilai ujian > 68. Dari 40 siswa
yakan guru sejarah ketika mengajar kelas XI IPA 2, yang berhasil mencapai
hanya memberikan cerita yang diulang- batas tuntas belajar sebanyak 17 siswa
ulang, membosankan, menyebalkan, (42,50%), sedangkan yang belum tuntas
dan guru sejarah dianggap siswa seba- sebanyak 23 siswa (57,50%).
gai guru yang memberikan pelajaran Penyempurnaan kurikulum pen-
yang tidak berguna (Suharso, 1992:23). gajaran sejarah menempatkan sejarah
Geoffrey Partington (dalam Widja lokal sebagai materi ajar. Sejarah lokal
1989:103) menyatakan bahwa praktik- memiliki arti khusus, yaitu sejarah den-
praktik pengajaran yang berlaku selama gan ruang lingkup spasial di bawah se-
ini sering dicap sebagai pelajaran hafa- jarah nasional. Sejarah lokal barulah ada
lan. Hal ini yang kadang mengakibatkan setelah adanya kesadaran sejarah na-
kebosanan pada peserta didik yang ber- sional (Abdullah, 2004:3). Sementara itu
dampak pada kurangnya pemahaman I Gde Widja (1989:11) menyebut sejarah
siswa terhadap materi yang disampai- lokal adalah suatu bentuk penulisan se-
kan sehingga hasil belajarnya kurang jarah dalam lingkup yang terbatas yang
maksimal. Dampak negatif lain adalah meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah
dengan pendekatan pembelajaran se- lokal diartikan sebagai studi tentang
jarah yang lebih banyak bercerita mem- kehidupan masyarakat atau khususnya
buat siswa berpersepsi bahwa pelajaran komunitas dari suatu lingkungan seki-
sejarah dapat dikuasai hanya dengan tar (neighborhood) tertentu dalam di-
hafalan saja tanpa mempersoalkan kon- namika perkem-bangannya dalam ber-
teks serta esensi yang diharapkan dari bagai aspek kehidupan manusia (Widja,
pembelajaran sejarah yang sebenarnya. 1989: 13).
Berdasarkan informasi dari guru Sejarah lokal diperlukan untuk
sejarah kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ban- membangkitkan kesadaran sejarah na-
jarnegara, sebagian besar siswa berang- sional serta menghindarkan siswa tidak
gapan bahwa pelajaran sejarah adalah tahu atau tidak mengenal nilai sejarah
pelajaran yang membosankan dan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran
cenderung bersifat hafalan. Sebagian sejarah hendaknya dimulai dari fakta-
dari mereka mengalami kejenuhan fakta sejarah yang dekat dengan ling-
dalam proses pembelajaran di kelas. kungan tempat tinggal anak, baru ke-
Banyak siswa yang takut untuk ber- mudian pada fakta-fakta yang jauh dari
tanya tentang sesuatu yang belum di- tempat tinggal anak (Wasino, 2005:1).
mengerti serta mengemukakan penda- D a la m sa tu pem bela ja ran di
pat atau gagasan. Banyak dari mereka dalamnya dapat terintegrasi dengan
yang memilih duduk, diam, mencatat, materi yang lain. Sebagai bahan acuan
dan mendengarkan pada saat pembe- belajar, dapat dipergunakan berbagai
lajaran berlangsung, sehingga proses sumber sejarah lokal yang ada di ling-
pembelajaran terkesan membosankan. kungan sekitarnya, sehingga siswa aktif
Hal ini berakibat pada hasil belajar mencari sumber yang diperlukan. Di
siswa yang kurang maksimal. Hasil be- sini, siswa terlatih berdiskusi dengan
lajar siswa pada mata pelajaran sejarah teman dan terlatih menjalin komunikasi
yang diujikan dalam ulangan harian dengan orang lain atau masyarakat seki-
masih rendah. Berdasarkan data yang tar sedangkan guru lebih berperan seba-
diperoleh, hasil belajar sejarah siswa gai fasilitator.
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Banjarne- Guru sejarah harus dapat

93
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

mengembangkan materi ajar sejarahnya. yang dapat diterapkan dan berkaitan


Guru perlu memahami dan mengem- dengan upaya pemanfaatan nilai-nilai
bangkan serta menerapkan model atau sejarah lokal adalah pembelajaran kon-
strategi yang tepat dalam mata pela- tekstual (Con-textual Teaching and
jaran sejarah. Selain itu dalam mengem- Learning/CTL) Pendekatan Pembela-
bangkan materi ajar sejarah, selain ma- jaran konteks-tual merupakan konsep
teri-materi umum yang terdapat dalam belajar yang membantu guru mengait-
silabus, para guru dapat mengembang- kan antara materi dan situasi dunia
kan sesuai dengan nuansa lokal. Tu- nyata siswa serta mendorong siswa
juannya agar siswa dapat belajar secara membuat hubungan antara pengeta-
mandiri dan mampu meningkatkan mo- huan yang dimilikinya dan penera-
tivasi siswa dalam belajar sejarah yang pannya dalam kehidupan sehari-hari
didasarkan pada situasi dunia nyata (Nurhadi dkk., 2003: 4).
siswa dan mendorong siswa men- Pembelajaran kontekstual
ghubungkan antara pengetahuan yang (Contextual Teaching and Learning) meru-
dimiliki dan pene-rapannya dalam ke- pakan konsep belajar yang membantu
hidupan sehari-hari. guru mengaitkan antara materi yang
Dari kenyataan yang ada tersebut, diajarkan dengan situasi dunia nyata
kualitas pembelajaran sejarah perlu di- siswa dan mendorong siswa membuat
maksimalkan, utamanya dalam upaya hubungan antara pengetahuan yang di-
meningkatkan kemampuan dan hasil milikinya dengan penerapannya dalam
belajar sejarah, khususnya terhadap pe- kehidupan mereka sebagai anggota
mahaman nilai-nilai sejarah lokal den- masyarakat (Depdiknas, 2003:5).
gan pemanfaatan monumen peringatan. Lebih lanjut Nurhadi (2002:1)
Untuk itu diperlukan model atau menjelaskan bahwa model pembela-
strategi yang tepat dalam pembelajaran jaran dengan pendekatan kontekstual
di kelas agar pembelajaran menjadi le- (Contextual Teaching and Learning) meru-
bih efektif. pakan konsep belajar yang membantu
Di Banjarnegara banyak terdapat guru mengaitkan antara materi yang
monumen perjuangan yang dapat di- diajarkannya dengan situasi dunia nyata
jadikan sebagai sarana mempelajari se- siswa dan mendorong siswa membuat
jarah lokal. Namun demikian, berkaitan hubungan antara pengetahuan yang di-
dengan pemanfaatan monumen perin- milikinya dengan penerapannya dalam
gatan yang ada di Banjarnegara, banyak kehidupan mereka sebagai anggota ke-
siswa yang belum paham akan sejarah luarga dan masyarakat.
lokal yang ada di lingkungan seki- Sulaiman Zein (2008) juga menam-
tarnya. Padahal, khususnya di Banjarne- bahkan bahwa pembelajaran kon-
ga ra, banyak dijumpa i ban guna n tekstual adalah suatu proses pendidikan
berupa monumen peringatan yang men- yang holistik dan bertujuan memotivasi
jadi sumber sejarah yang masih ber- siswa untuk memahami makna materi
kaitan dengan materi yang diajarkan di pelajaran yang dipelajarinya dengan
kelas. mengkaitkan materi tersebut dengan
Dalam mengimplementasikan Ku- konteks kehidupan mereka sehari-hari
rikulum Tingkat Satuan Pendidikan (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
(KTSP), guru, khususnya guru sejarah sehingga siswa memiliki pengetahuan /
perlu mengan-tisipasinya dengan keterampilan yang secara fleksibel da-
menerapkan model Pendekatan Pembe- pat diterapkan (ditransfer) dari satu per-
lajaran yang tepat. Salah satu model masalahan/konteks ke permasalahan/

94
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

konteks lainnya. dia pembelajaran diartikan sebagai se-


Pendekatan Pembelajaran kon- mua alat (bantu) yang digunakan dalam
tekstual merupakan pendekatan pembe- kegiatan pembelajaran, dengan maksud
lajaran yang membantu guru mengkait- untuk menyampaikan pesan (informasi)
kan antara materi yang diajarkan dan pembelajaran dari sumber (guru mau-
situasi dunia nyata siswa, mendorong pun sumber lain) kepada penerima
siswa membuat hubungan antara pen- (dalam hal ini anak didik atau warga
getahuan yang dimilikinya dan penera- belajar) yang dapat merangsang
pannya dalam kehidupan nyata mereka pemikiran, perasaan, dan perhatian pen-
sebagai anggota keluarga dan masyara- erima pesan sehingga tercipta bentuk
kat. komunikasi (pembelajaran).
Pembelajaran kontekstual adalah Setiap media yang digunakan
suatu proses pembelajaran yang meli- pada umumnya memiliki manfaat un-
puti relating, experiencing, applying, coop- tuk tujuan pencapaian proses belajar
erating, dan transfering. Tujuan yang mengajar. Menurut Sudjana (2002: 2)
ingin dicapai dalam pembelajaran kon- media pembelajaran memiliki empat
tekstual adalah: (1) meningkatkan hasil manfaat, yakni: (1) pembelajaran akan
pembelajaran siswa, (2) penyusunan lebih menarik perhatian siswa sehingga
materi pelajaran yang praktis dan sesuai dapat menumbuhkan motivasi belajar,
dengan kehidupan di Indonesia dan (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas
konteks sekolah. maknanya sehingga dapat lebih dipa-
Achmad Sugandi (2004: 41) menje- hami oleh para siswa, dan memung-
laskan bahwa pembelajaran kontekstual kinkan siswa menguasai tujuan dari
memiliki tujuh kom-ponen utama pem- pembelajaran yang lebih baik, (3) me-
belajaran yang efektif, yaitu: (1) kon- tode mengajar akan lebih bervariasi, ti-
struktivisme (constructivism), (2) mene- dak semata-mata komunikasi verbal
mukan (inquiry), (3) bertanya melalui penuturan kata-kata oleh guru,
(questioning), (4) masyarakat belajar sehingga siswa tidak bosan dan guru
(learning community), (5) pemodelan tidak kehabisan tenaga, apalagi guru
(modelling), (6) refleksi (reflection), dan mengajar untuk setiap jam pelajaran, (4)
(7) penilaian yang sebenarnya (authentic siswa lebih banyak melakukan kegiatan
assesment). Kegiatan siswa dalam pem- belajar, sebab tidak hanya mendengar-
belajaran kontekstual diarahkan agar kan uraian guru, tetapi juga aktivitas
siswa dapat bekerja sama dalam kelom- lain seperti mengamati, melakukan,
pok dan lingkungan sekitar. Situasi be- mendengarkan, mendemonstrasikan,
lajar dibuat menyenangkan dan tidak dan lain-lain juga dilakukan oleh siswa.
membosankan sehingga siswa belajar Agus Triarso (2004: 14) mengemu-
dengan gairah dan minat yang tinggi. kakan bahwa format video multimedia
Untuk mata pelajaran sejarah, Pendeka- yang paling populer hingga saat ini
tan Pembelajaran kontekstual sangat adalah Video Compact Disc (VCD). Peng-
mendukung dengan pemanfaatan nilai- gunaan media, dalam hal ini VCD
nilai sejarah lokal yang ada di lingkun- dalam kegiatan pembelajaran sejarah
gan sekitar siswa. khususnya berkaitan dengan peman-
Dewasa ini berkembang media faatan monumen peringatan sangat
pembelajaran berupa Video Compact Disc menguntungkan. VCD pembelajaran
(VCD) pembelajaran yang dapat mem- dipilih karena media ini memiliki ciri-
bantu meningkatkan hasil belajar siswa ciri yang mampu membangkitkan minat
terhadap materi yang dipelajarinya. Me- siswa untuk belajar dikarenakan bentuk

95
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

dan warna menarik, membuat siswa prestasi belajar sejarah rendah. Ber-
tertarik untuk mempelajarinya, cukup dasarkan data yang diperoleh, hasil be-
populer dalam masyarakat, dan yang lajar sejarah siswa kelas XI IPA 2 SMA
paling penting dapat memperjelas kon- Negeri 1 Banjarnegara sangat sulit un-
sep belajar bagi siswa. tuk memperoleh batas ketuntasan mini-
Dari uraian di atas, permasalahan mal > 68, sehingga diperlukan adanya
yang perlu dikaji secara kritis apakah tindakan untuk meningkatkan kemam-
dengan Pendekatan Pembelajaran kon- puan siswa.
tekstual dengan media VCD pembela- Indikator keberhasilan penelitian
jaran mampu meningkatkan hasil bela- tindakan kelas ini adalah apabila 85%
jar sejarah siswa kelas XI IPA 2 SMA siswa memperoleh nilai di atas batas
Negeri 1 Banjarnegara tahun ajaran ketuntasan. Siswa dinyatakan tuntas
2009/2010? apabila nilai tes mata pelajaran sejarah
Sesuai dengan permasalahan yang lebih dari atau sama dengan > 68. Data
telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang diperoleh akan dianalisis dengan
penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis statistik deskriptif sederhana,
penggunaan Pendekatan Pembelajaran yaitu dengan menghitung mean atau
kontekstual dengan media VCD pembe- nilai rata-rata hitung.
lajaran dalam upaya untuk meningkat-
kan hasil belajar sejarah siswa kelas XI
IPA 2 SMA Negeri 1 Banjarnegara tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
ajaran 2009/2010.
Pada pelaksanaan siklus I,
kegiatan yang dilakukan oleh guru se-
METODE PENELITIAN lama proses pembelajaran adalah dua
kali pertemuan yang masing-masing
Penelitian ini merupakan peneli- pertemuan selama dua jam pelajaran.
tian tindakan kelas (classroom action re- Kegiatan pada siklus I meliputi: refleksi
search). Penelitian tindakan kelas awal, perencanaan, tindakan, analisis
(classroom action research) adalah peneli- dan refleksi.
tian yang dilakukan oleh guru di kelas- Kegiatan refleksi awal adalah den-
nya (sekolah) tempat ia mengajar den- gan melakukan pengamatan terhadap
gan penekanan pada penyempurnaan proses dan pengalaman mengajar yang
atau peningkatan proses dan praksis selama ini ber-langsung di kelas XI IPA
pembelajaran (Aqib, 2006: 127). Peneli- 2 sehingga ditemukan kekuatan dan
tian ini dilaksanakan bersiklus, masing- kelemahan. Pada kegiatan selanjutnya
masing siklus dengan tahapan: yaitu tahapan perencanaan, peneliti
“perencanaan-implementasi-observasi- menyiapkan Rencana Perbaikan Pembe-
refleksi”, dan dilaksanakan dengan ko- lajaran (RPP) dengan materi pokok
laborasi-parsitipatif. adalah pembentukan lembaga-lembaga
Subjek dalam penelitian ini adalah kelengkapan negara dan pengalaman
siswa Sekolah Menegah Atas Negeri 1 bangsa Indonesia awal kemerdekaan.
Banjarnegara kelas XI program Ilmu RPP dibuat juga dengan berpedoman
Pengetahuan Alam kelas 2 (XI IPA 2) pada tujuh komponen utama Pendeka-
tahun ajaran 2007/2008. Pengambilan tan Pembelajaran kontekstual yang efek-
kelas XI IPA 2 ini sebagai sampel peneli- tif, yaitu: konstruktivisme, menemukan,
tian dikarenakan dibandingkan dengan bertanya, masyarakat belajar, pemode-
kelas lainnya, kelas XI IPA 2 memiliki lan, refleksi, dan penilaian yang se-

96
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

benarnya. Peneliti bekerjasama dengan mempengaruhi hasil belajar sejarah


guru mata pelajaran sejarah juga mem- siswa. Permasalahan umum yang teri-
persiapkan VCD pembelajaran yang su- dentifikasi dalam siklus I diantaranya
dah dibuat yang isinya telah disesuai- masih kurangnya keberanian siswa
kan dengan durasi dan materi yang se- dalam mengemukakan pendapatnya
suai dengan Standar Kompetensi yang serta kurang aktif dalam bertanya.
berlaku. Standar Kompetensi yang di- Dalam pembelajaran kontekstual,
pakai adalah “Merekonstruksi perjuan- guru harus dapat mengaitkan antara
gan bangsa Indonesia sejak masa Prok- materi yang diajarkan dan situasi dunia
lamasi hingga lahirnya Orde Baru”. nyata siswa dan juga mendorong siswa
VCD pembelajaran yang diputar saat membuat hubungan antara pengeta-
pembelajaran pada siklus I ini berjudul huan yang dimilikinya dan penera-
Janji Kemerdekaan dari Jepang. pannya da-lam kehidupan mereka seba-
Pada tahapan tindakan, pada awal gai anggota masyarakat. Selain itu,
pembelajaran guru mengkondisikan peneliti mempersiapkan VCD pembela-
siswa agar selalu siap mengikuti jaran dengan judul ”Banjar-negara Ber-
kegiatan pembelajaran serta menjelas- juang” dengan durasi sekitar 15 menit.
kan kepada siswa tentang semua tujuan Materi VCD pembelajaran memuat nilai
dan materi pembelajaran yang ingin di- sejarah lokal dan disesuaikan dengan
capai, kemudian guru memberikan kompetensi dasar yang berlaku yaitu:
apersepsi. “Merekonstruksi perkembangan
Pada pertemuan berikutnya, guru masyarakat Indonesia sejak proklamasi
memberikan evaluasi kepada siswa, di- hingga Demokrasi Terpimpin.”
mana pemberian evaluasi ini dimaksud- Pembuatan VCD Banjarnegara
kan untuk mengetahui sejauh mana Berjuang disebabkan Kabupaten Banjar-
siswa memahami materi. Hasil belajar negara menjadi salah satu medan per-
siswa pada siklus I menunjukan bahwa ang dalam usaha mempertahankan ke-
setelah siswa mengerjakan evaluasi sik- merdekaan pada kurun waktu tahun
lus I, nilai rata-rata hasil evaluasi siklus 1945-1949. Meskipun Kabupaten Banjar-
I sebesar 68,75 dengan nilai tertinggi 90 negara merupakan Kota kecil yang ada
dan nilai terendah 50. Siswa yang mem- di Jawa Tengah, tetapi dalam perang
peroleh nilai > 68 sebanyak 24 siswa se- kemerdekaan terhadap Belanda, baik
hingga persentase ketuntasan belajar Agresi Militer I tanggal 21 Juli 1947
siswa hanya sebesar 60 % sedangkan maupun Agresi Militer II tanggal 19 De-
yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa sember 1948, Banjarnegara menjadi
dengan presentase 40 %. medan perang yang patut diperhitung-
Siklus II dilaksanakan dalam dua kan baik bagi pejuang Indonesia mau-
kali pertemuan. Kegiatan refleksi awal pun bagi Belanda. Hal ini dikarenakan
pada siklus II adalah dengan melakukan letak Banjarnegara yang berada pada
refleksi terhadap proses belajar menga- jalur hubungan antara Purwokerto,
jar, pengalaman mengajar, dan perma- Wonosobo, Kedu, Banyumas, dan Peka-
salahan yang terjadi pada siklus I. Dari longan. Berdasarkan hasil peundingan
refleksi awal yang dilakukan diperoleh Renville, daerah Banjarnegara menjadi
gagasan serta rumusan permasalahan garis terakhir dan wilayahnya terbagi
secara umum sehingga kemudian dite- dua bagian yakni daerah yang masuk
mukan cara yang tepat untuk mengatasi Republik Indonesia dan daerah pen-
permasalahan pembelajaran dalam sik- dudukan Belanda.
lus I yang terjadi di kelas XI IPA 2 yang Makhlani Yudhokusumo (1988: 2)

97
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

menyatakan bahwa posisi geografis dan Merden Kecamatan Purwonegoro (Tim


keadaan alam Banjarnegara yang strate- Penyusun 1985: 96). Monumen ini di-
gis menjadikan Banjarnegara menjadi bangun untuk mengenang pertempuran
sangat penting dan strategis sebagai yang terjadi di Desa Merden pada per-
ujung tombak front barat-tengah ang Kemerdekaan II atau saat Belanda
wilayah Pulau Jawa dalam upaya melakukan Agresi Militer II. Desa Mer-
menghadapi intervensi Belanda untuk den merupakan basis dari pasukan di-
memasuki ke daerah-daerah yang lebih bawah komando Kapten Yasir Hadi-
dalam lagi. Lebih lanjut mengenai jalur broto (Tim Penyusun 1985:96).
supply bagi kepentingan Belanda selalu Pertempuran di Desa Merden ini
melintasi Banjarnegara dibandingkan banyak menimbulkan korban karena
harus menyusur pantai utara atau pan- kekuatan persenjataan yang tidak seim-
tai selatan yang dipandang rawan bagi bang. Selain itu, terdapat tokoh setem-
kepentingan Belanda. pat yakni Kyai Muhammad Masrur
Banjarnegara menjadi daerah yang berhasil mengobarkan semangat
pertempuran yang tak henti-hentinya juang para pemuda dengan membentuk
dan terus bergolak. Peristiwa pembumi- barisan pemuda Sabilillah dan laskar
hangusan desa Kalimendong, peristiwa Hisbullah. Tujuan pendirian ini adalah
penghadangan tentara Jepang di alun- sebagai peringatan danjuga sebagai
alun Kota, insiden di desa Selamerta pembangkit semangat juang kepada
dan juga di desa Gumelem adalah salah generasi sekarang untuk berjuang
satu dari sekian banyak peristiwa yang mengisi kemerdekaan.
getir dan mengharukan. Monumen Dares terletak di desa
Dari berbagai peristiwa dan ke- Dares, Gumelem Kulon Kecamatan
jadian yang amat penting akan sia-sia Susukan, Banjarnegara (Tim Penyusun
bila dibiarkan atau berlalu tanpa ada 1985:98). Monumen ini dibangun seba-
suatu usaha untuk mengenang kembali gai peringatan atas perjuangan dari
kejadian-kejadian heroik dalam suatu pasukan dari Divisi II Gunung Jati dan
bangunan berupa monumen peringatan dibantu oleh masyarakat desa Dares
sebagai warisan atau bukti sejarah se- dalam melawan tantara pendudukan
hingga generasi muda dapat mengambil Belanda pada aksi polisionil I saat me-
nilai dari suatu peristiwa sejarah dan masuki wilayah Banjarnegara pada bu-
juga turut melestarikannya. lan Oktober 1947 (Yudhokusumo, 1988:
Pendirian monumen-monumen 150).
perjuangan yang terdapat di Banjarne- Monumen Status quo berada di
gara memberikan gambaran tentang se- Desa Joho, Kecamatan Bawang, Banjar-
mangat juang dari para pejuang dan negara (Tim Penyusun, 1985:101). Salah
rakyat dalam mempertahankan kemer- satu usaha yang dilakukan oleh Belanda
dekaan. untuk memecah belah kesatuan Repub-
Monumen perjuangan yang ada di lik Indonesia dalah dengan politik
Banjarnegara diantaranya adalah monu- “devide et empera”. Berdasarkan hasil
men Merden, monumen Dares, dan dari perjanjian Renville pada 17 Januari
monumen Status quo serta masih banyak 1948, sangat merugikan Republik Indo-
lagi diantaranya prasasti perjuangan di nesia. Di desa Joho, menjadi batas
alun-alun Banjarnegara, pendapa Kabu- antara wilayah Republik Indonesia den-
paten, monumen Tentara Pelajar, dan gan wilayah yang dikuasai oleh
monumen Bandingan. Belanda. Pada saat itu wilayah Banjarne-
Monumen Merden berada di Desa gara terbagi dua bagian dan hanya Ban-

98
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

jarnegara yang meski hanya sebagian II ini menggambarkan bukti-bukti se-


yang sudah dikuasai Belanda yang me- jarah Banjarnegara dalam perlawanan
rupakan wilayah karsidenan Banyumas terhadap kedatangan Belanda untuk
yang masih dapat bertahan dari Agresi menjajah kembali Indonesia. Pemutaran
Belanda I. Pada monumen ini juga dihi- VCD pembelajaran ini berlangsung se-
asi dengan relief sebagai berikut: (1) teks lama 20 menit.
Proklamasi, (2) adegan perjuangan dan Pada pertemuan berikutnya, guru
pengungsian, (3) adegan serangan udara memberikan evaluasi atau tes kepada
oleh Belanda, (4) penanda tanganan per- siswa, dimana pemberian evaluasi ini
janjian di atas kapal Renville 17 Januari dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
1948, dan (5) peta keletakan monumen mana pemahaman siswa terhadap ma-
Status quo (Tim Penyusun, 1985:101). teri pelajaran sejarah yang sudah diajar-
Bangunan ini dibangun sebagai bukti kan. Hasil belajar siswa pada siklus II
sejarah pasang surut perjuangan di Desa diperoleh setelah siswa mengerjakan
Joho dan sebagai peringatan peristiwa soal evaluasi siklus II. Nilai rata-rata
pemecahbelahan Negara Republik Indo- hasil evaluasi siklus II sebesar 74,88 den-
nesia. gan nilai tertinggi 92,5 dan nilai teren-
Keberadaaan monumen- dah 52,5. Siswa yang memperoleh nilai
monumen itulah yang menjadi materi > 68 sebanyak 34 siswa dengan persen-
ajar tentang sejarah perjuangan Banjar- tase ketuntasan belajar siswa mencapai
negara. 85 %, hanya 6 siswa atau sekitar 15 %
Pada kegiatan awal, guru meny- siswa yang tidak tuntas belajar.
iapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran Pada akhir siklus ini peneliti ber-
(RPP) dan mengkondisikan siswa agar sama guru mengadakan refleksi terha-
selalu siap mengikuti kegiatan pembela- dap data yang diperoleh untuk menge-
jaran serta menjelaskan kepada siswa tahui kelebihan dan kekurangan yang
tentang semua tujuan dan materi pem- ada selama pembelajaran di siklus II.
belajaran yang ingin dicapai, kemudian Indikator keberhasilan pada siklus II
guru memberikan apersepsi dengan yakni siswa dinyatakan tuntas apabila
cara melakukan refleksi kembali materi nilai tes mata pelajaran sejarah lebih
pada pertemuan sebelumnya tentang dari atau sama dengan > 68, serta nilai
pembentukan lembaga-lembaga ke- rata-rata kelas > 70 dengan presentase
lengkapan negara dan pengalaman ketuntasan klasikal lebih dari atau sama
bangsa Indonesia awal kemerdekaan. dengan 75% telah tercapai sehingga ti-
Pokok bahasan pada siklus II adalah dak dilaksanakan siklus lanjutan.
“Perkembangan Indonesia sejak prokla- Hasil belajar kognitif diperoleh
masi sampai masa demokrasi ter- dari nilai tes/evaluasi di setiap akhir
pimpin” dengan dua kali pertemuan. pembelajaran atau siklus, sehingga
Pada kegiatan inti pembelajaran diperoleh dua nilai kognitif yaitu nilai
diawali dengan menyampaikan materi tes siklus I dan nilai tes siklus II. Soal
pelajaran oleh guru. Penyampaian ini yang diberikan pada siswa pada tes sik-
berlangsung se-lama 15 menit. Kegiatan lus I sebanyak 30 soal pilihan ganda,
selanjutnya adalah memutarkan VCD dan siklus II sebanyak 40 soal pilihan
pembelajaran yang sudah disiap-kan, ganda juga. Seorang siswa dikatakan
kemudian menyuruh siswa agar mem- tuntas belajar apabila nilai hasil belajar
perhatikan dan meng-amati VCD pem- siswa tersebut > 68. Sedangkan nilai
belajaran. VCD pembelajaran dengan ketuntasan rata-rata kelas dalam mata
judul Banjarnegara Berjuang pada siklus pelajaran sejarah > 70.

99
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Persentase Aktivitas Persentase


No Item yang Diamati Siklus I Siklus II Kenaikan
1 Aktif bertanya saat penjelasan materi 10% 27,5 % 175%
2 Aktif menjawab pertanyaan saat pen- 7,5 % 30% 300%
jelasan materi
3 Aktif memberikan pendapat 15% 20% 33.33%
4 Interaksi siswa dalam kelompok saat 92,5 % 92,5 % 0%
diskusi
5 Aktif bertanya saat pemaparan hasil 12,5 % 25% 100%
diskusi
6 Aktif menjawab saat pemaparan hasil 27,5 % 30% 9.09%
diskusi
7 Kerjasama dalam kelompok 90% 95% 5.56%
8 Hadir mengerjakan tes/evaluasi 100% 100% 0%
Sumber: Diolah dari hasil penelitian
Nilai rata-rata kognitif siswa men- disertai refleksi di setiap akhir siklus
ingkat dari prasiklus, siklus I hingga yang telah dilakukan. Gambaran umum
siklus II. Siklus I nilai rata-rata kognitif dari hasil penelitian yang telah dilaku-
siswa 68,49 dengan ketuntasan klasikal kan, dapat terlihat bahwa hasil belajar
55,00 %, dibandingkan sebelum diada- mata pelajaran sejarah, pemahaman ma-
kan penelitian dengan nilai rata-rata teri, dan aktivitas siswa mengalami pen-
kognitif siswa 66,75 dengan ketuntasan ingkatan di setiap siklusnya.
klasikal 42,50 % dan terus meningkat Pada pelaksanaan proses pembe-
pada siklus II yaitu nilai rata-rata kogni- lajaran di siklus I, indikator yang di-
tif siswa 74,88 dengan rata-rata ketunta- inginkan belum tercapai, akan tetapi
san klasikal 85,00 %. Kenaikan nilai rata- pada siklus berikutnya indikator keber-
rata kognitif siswa dari prasiklus hasilan telah menunjukkan hasil pening-
menuju siklus I sebesar 29.41 %, sedang- katan baik aktivitas siswa maupun hasil
kan kenaikan nilai rata-rata siswa dari belajar sejarah melalui Pendekatan Pem-
siklus I menuju siklus II sebesar 54,55 belajaran kontekstual dengan meng-
%. gunakan VCD pembelajaran. Pelak-
Aktivitas siswa selama proses sanaan pembelajaran siklus I ini, sesuai
pembelajaran selalu dinilai dengan dengan silabus dan Rencana Perbaikan
kriteria atau indikator yang telah diten- Pembelajaran (RPP) yang telah diper-
tukan, yaitu dengan penskoran tiap ak- siapkan. Pokok bahasan materi pada
tivitas tertentu. Skor yang diambil siklus I adalah pembentukan lembaga-
adalah skor siswa selama pembelajaran. lembaga kelengkapan negara dan pen-
Pada siklus I sampai dengan siklus II galaman bangsa Indonesia awal kemer-
aktivitas siswa juga mengalami kenai- dekaan.
kan, kenaikan aktivitas siswa tertera Indikator keberhasilan hasil bela-
pada tabel 1. jar siswa pada siklus I belum tercapai,
Pembahasan hasil penelitian di- akan tetapi terjadi peningkatan antara
dasarkan pada hasil pengamatan yang nilai sebelum dan setelah dilakukan

100
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

Pendekatan Pembelajaran kontekstual buah perang pada awal kemer-dekaan.


dengan menggunakan VCD pembela- Sehingga pada siklus II ini pokok materi
jaran. Sebelum dilakukan model pembe- dan permasalahan tersebut dibahas
lajaran kontekstual dengan meng- kembali sehingga siswa memperoleh
gunakan VCD pembelajaran nilai rata- kejelasan.
rata siswa 66,75 dengan 42,5% (17 Suasana yang kondusif adalah
orang) siswa tuntas belajar. Nilai salah satu strategi yang terdapat pada
tertingginya adalah 90 dan nilai terten- Pendekatan Pembelajaran konteks-tual
dah 50. Setelah Pendekatan Pembela- dengan menggunakan VCD pembela-
jaran kontekstual dengan menggunakan jaran, sehingga kondisi ini harus diu-
VCD pembelajaran dilaksanakan dalam payakan. Pada siklus II telah mencapai
pembelajaran, nilai rata-rata siswa men- suasana yang kondusif. Suasana kondu-
ingkat menjadi 68,75 dengan 60% atau sif yang dirasakan siswa antara lain
24 siswa tuntas belajar. Nilai terendah siswa sudah tidak merasa takut dan
50 dan nilai tertinggi 90. Hal ini menun- tertekan saat pembelajaran berlang-
jukkan bahwa Pendekatan Pembelajaran sung. Hal inipenting untuk mencapai
kontekstual dengan menggunakan VCD kondisi yang nyaman ini pada awalnya
pembelajaran yang diterapkan mem- guru motivasi yang dapat membawa
berikan hasil peningkatan, walaupun anak dalam keadaan yang rileks. Setelah
indikator keberhasilan belum tercapai. dilakukan hal ini, hasilnya adalah san-
Berdasarkan refleksi keseluruhan gat bagus yaitu dimana siswa berada
pada siklus I disimpulkan bahwa pema- pada kondisi fisik yang nyaman dan
haman materi dan ketuntasan belajar mendukung. Ketika susana kondusif
siswa telah mengalami peningkatan tapi maka siswa dengan mudah menguasai
belum mencapai target atau indikator dan memahami materi.
yang diinginkan. Yaitu mening-katkan Pada siklus II indikator keber-
hasil belajar siswa yaitu sekurang- hasilan yang diinginkan peneliti telah
kurangnya 70% siswa tuntas belajar tercapai yaitu secara klasikal siswa
dengan skor sesuai harapan yaitu ≥ 68. memperoleh nilai diatas 70 dengan per-
Berdasarkan hal tersebut, maka di siklus sentase 70% telah tercapai. Indikator
II akan dilakukan perbaikan peng- ketuntasan aktivitas belajar siswa juga
gunaan Pendekatan Pembelajaran kon- telah tercapai, yaitu pada siklus II ini
tekstual dengan menggunakan VCD persentase aktivitas belajar siswa adalah
pembelajaran dan memperbaiki semua 85 %. Peningkatan nilai kognitif dan ak-
kekurangan-kekurangan pada sik-lus I. tivitas siswa selama pembelajaran ter-
Siklus II dilakukan dan di- jadi karena siswa berperan aktif dan su-
sempurnakan langkah-langkah model dah mulai terbiasa dengan model yang
pembelajaran guna memperbaiki diterapkan. Siswa juga tertarik dengan
keadaan pada siklus I. Tindakan pada pemutaran VCD pembelajaran dengan
siklus II ini berdasarkan hasil refleksi judul Banjarnegara Berjuang. Pendeka-
pada siklus I dimana masih terdapat tan Pembelajaran kontekstual dengan
kekurangan dan kesalahan. Pokok ba- menggunakan VCD pembelajaran mem-
hasan pada siklus II adalah perkemban- buat siswa menjadi lebih memahami
gan Indonesia sejak proklamasi sampai materi yang diajarkan. Selain itu siswa
masa demokrasi terpimpin. Pokok ma- menjadi lebih aktif mengungkapkan ide
teri yang belum dikuasai siswa pada mereka, bertanya khususnya tentang
siklus II adalah siswa kurang bisa men- sejarah Banjarnegara saat perang kemer-
jelaskan latar belakang terjadinya se- dekaan dalam menghadapi kedatangan

101
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

tentara NICA/Belanda. pun media yang digunakan yaitu VCD


Kegiatan diskusi kelompok se- pembelajaran terbukti menarik dan me-
makin tertib dan menarik dilakukan. nentang bagi siswa, sehingga siswa da-
Siswa semakin terarah dan paham akan pat menerima pelajaran, baik secara
materi yang diberikan. Setiap pelajaran fisik maupun psikologis.
sejarah siswa menjadi aktif dan mereka Pembelajaran kontekstual yang
selalu membawa referensi dari sumber diterapkan guru terhadap siswa terbukti
lain. Siswa sudah tidak kaku lagi dalam dapat meningkatkan aktivitas pembela-
diskusi. Siswa juga sudah mulai biasa jaran sejarah se-hingga hasil belajarnya
dalam menceritakan pengalaman men- meningkat di setiap siklusnya. Dalam
genai peristiwa sejarah yang ada di ling- proses pembelajaran di setiap siklusnya,
kungan sekitar siswa. Siswa lebih ter- siswa membangun sendiri pengetahuan
tarik dalam mendiskusikan perjuangan mereka melalui keterlibatan aktif den-
yang ada di Banjarnegara. gan munculnya pendapat/gagasan dari
Berdasarkan refleksi yang dilaku- siswa tentang materi yang sedang dipe-
kan secara terus menerus dari siklus I lajari. Dalam proses pembelajaran siswa
hingga siklus II, hasil dari nilai kognitif menjadi pusat kegiatan pembelajaran.
juga mengalami kenaikan secara berlan- Guru memberikan kesempatan kepada
jut. Nilai rata-rata kognitif siswa men- siswa untuk menemukan dan menerap-
ingkat dari prasiklus hingga siklus II. kan idenya sendiri, serta menyadarkan
Pada tahap prasiklus, nilai rata-rata siswa agar menerapkan strategi mereka
kognitif siswa 66,75 dengan ketuntasan sendiri. Guru merancang kegiatan pem-
klasikal 42,50%. Siklus I nilai rata-rata belajaran yang merujuk pada kegiatan
kognitif siswa 68,49 dengan rata-rata menemukan (inquiry) materi yang dia-
ketuntasan klasikal 55% dan nilai terus jarkannya. Materi belajarnya banyak
meningkat di siklus II yaitu 74,88 den- yang bersumber dari lingkungan belajar
gan rata-rata ketuntasan klasikal 85%. di sekitar siswa. Materi sejarah yang se-
Kenaikan nilai rata-rata kognitif siswa suai dengan kompetensi dasar diguna-
dari prasiklus menuju siklus I sebesar kan, banyak yang berasal dari sejarah
29.41%, sedangkan kenaikan nilai rata- lokal di sekitar siswa.
rata siswa dari siklus I menuju siklus II Dalam proses inquiry, siswa disu-
sebesar 54,55%. Hal ini menunjukkan ruh menganalisis dan menyajikan hasil
keberhasilan akan model pembelajaran rumusan masalah materi yang dipelajari
yang digunakan. dalam bentuk tugas kelompok. Ke-
Peningkatan pembelajaran di mudian siswa mengomunikasikan atau
setiap siklus dikarenakan adanya kese- menyajikan hasil karyanya kepada te-
suaian proses pembelajaran dengan ciri- man sekelas maupun guru dalam
ciri pembelajaran. Pembelajaran dilaku- diskusi kelompok.
kan dan direncanakan oleh guru secara Kegiatan bertanya merupakan
sistematis yaitu dengan membuat per- bagian penting dalam melaksanakan
baikan di setiap siklus. Guru juga beru- pembelajaran kontekstual yang berbasis
saha menumbuhkan perhatian dan inquiry. Siswa dapat menggali informasi,
memotivasi siswa setiap belajar. Selain mengkonfirmasi apa yang sudah diketa-
itu, guru sebagai pengajar menyediakan hui, dan mengarahkan pada aspek yang
bahan belajar yang menarik dan menan- belum diketahuin ya . Pertanyaan-
tang bagi siswa, serta menggunakan alat pertanyaan spontan yang diajukan
bantu belajar yang tepat dan menye- siswa dapat digunakan untuk merang-
nangkan bagi siswa. Bahan belajar atau- sang siswa berfikir, berdiskusi, dan ber-

102
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

spekulasi. Selain itu, guru selalu melak- menumbuh-kan kesadaran dalam diri
sanakan pembelajaran dalam kelompok- siswa sebagai bagian dari bangsa Indo-
kelompok belajar. nesia yang memiliki rasa bangga dan
Dari nilai rata-rata kelas dan cinta tanah air yang dapat diimplemen-
ketuntasan klasikal tersebut dapat disa- tasikan dalam berbagai bidang ke-
jikan dalam bentuk tabel sebagai beri- hidupan. Dengan mema-sukkan nilai-
kut: nilai yang terkandung dalam sejarah

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa


Prasiklus Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata kelas 66.75 68.49 74.88
Persentase ketuntasan klasikal (%) 42.50% 55.00% 85.00%
Sumber: Diolah dari hasil penelitian

Pada siklus II ini, indikator keber- lokal dalam pembelajaran di kelas me-
hasilan ketuntasan belajar klasikal telah lalui VCD pembelajaran, siswa dapat
tercapai, yang pada mulanya di siklus I mengambil manfaat atau hikmah dari
indikator ketuntasan belajar belum ter- terjadinya suatu peristiwa sejarah yang
capai. Aktivitas selama pembelajaran terjadi di tingkat lokal.
siklus I hingga siklus II mengalami pen- Pembelajaran memberi inspirasi
ingkatan secara berkelanjutan. Dari bagi siswa untuk terus menerus bekerja
uraian diatas, dapat dikatakan bahwa keras, rela berkorban, dan menjaga per-
pembelajaran melalui Pendekatan Pem- satuan agar cita-cita dan tujuan Indone-
belajaran kontekstual dengan meng- sia bisa tercapai. Hal ini sesuai dengan
gunakan VCD pembelajaran dapat men- pendapat dari Kuntowijoyo (1995) yang
ingkatkan pemahaman materi sejarah menerangkan bahwa fungsi sejarah
siswa yang nantinya bisa meningkatkan dalam kaitannya dengan sarana pen-
hasil belajar sejarah siswa. didikan, adalah sebagai pendidikan
Selain dapat meningkatkan hasil moral, penalaran, politik, kebijakan, pe-
belajar sejarah, pembelajaran dengan rubahan, masa depan, dan keindahan.
menggunakan model pembelajaran kon-
tekstual dengan media VCD pembela-
jaran juga dapat menjadikan siswa lebih SIMPULAN
memaknai sejarah lokal pada khususnya
dan sejarah nasional pada umumnya. Berdasarkan hasil penelitian dan
Setelah pembelajaran yang dilaku-kan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
selama dua siklus, ternyata dapat Pendekatan Pembelajaran kontekstual
menumbuhkan apresiasi dan penghar- dengan media VCD pembelajaran den-
gaan siswa terhadap pe-ninggalan se- gan mengangkat nilai-nilai sejarah lokal
jarah dalam hal ini berupa monumen yang dilak-sanakan di kelas XI IPA 2
peringatan sebagai bukti perjuangan SMA Negeri 1 Banjarnegara dapat me-
rakyat Banjarnegara di masa perang ke- ningkatkan hasil belajar sejarah siswa.
merdekaan. Pembelajaran juga dapat Nilai rata-rata kelas sebelum diadakan
menumbuhkan pemahaman siswa ter- penelitian sebesar 66,75 dengan ketunta-
hadap proses terbentuk-nya bangsa In- san belajar hanya mencapai 42,5%. Ke-
donesia melalui sejarah yang panjang, mudian pada siklus I mengalami pen-

103
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

ingkatan sebesar 68,49 dengan ketunta- Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan
san belajar mencapai 55%, sedangkan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
pada siklus II nilai rata-rata kelas men- Widya.
galami peningkatan pesat sebesar 74,88 Darsono, Max. 2002. Belajar dan Pembela-
dengan ketuntasan belajar mencapai jaran. Semarang: IKIP Semarang
85%. Press.
Dari hasil kesimpulan penelitian Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual
maka penulis mengajukan saran sebagai (Contextual Theacing and Learning).
berikut (1) Pendekatan Pembelajaran Jakarta: Depdiknas.
kontekstual dengan media VCD pembe- Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan.
lajaran perlu dilaksanakan dalam pem- Cetakan 7. Bandung: Citra Aditya
belajaran di kelas, karena model pembe- Bakti.
lajaran tersebut dapat mening-katkan Munib, Ahmad, dkk. 2004. Pengantar
pemahaman materi dan hasil belajar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes
siswa serta dapat mengenalkan sejarah Press.
lokal sehingga siswa lebih mengenal, Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kon-
memanfaatkan, dan melestarikan monu- tekstual dan Penerapannya dalam
men peringatan yang ada di lingkungan KBK. Malang: UM Press.
sekitar, (2) guru hendaknya menjaga Sadiman, Arief W. dkk. 1996. Media Pen-
hubungan yang baik dengan siswa, didikan; Pengertian, Pengembangan,
menerapkan program yang terencana dan Pemanfaatannya. Jakarta: Ra-
dan menerapkan strategi belajar sejarah jawali Press.
yang menarik sehingga siswa berminat Soedarsono, F.X. 2001. Aplikasi Penelitian
dan antusias mengikuti pelajaran terse- Tindakan Kelas. Jakarta: PAU P2AI
but, (3) pada pembelajaran mengguna- Dirjen Dikti.
kan Pendekatan Pembelajaran kon- Suharso, R. 1992. “Persepsi Siswa terha-
tekstual dengan media VCD pembela- dap Pengajaran Sejarah”. Jurnal
jaran, guru perlu melakukan analisis Paramita, Nomor 3 Tahun 1992.
terhadap kemampuan siswa, sehingga Sudjana. 2002. Media Pengajaran. Band-
pencapaian belajar dengan Pendekatan ung: Sinar Baru Algensindo Off-
Pembelajaran kontekstual dengan media set.
VCD pembelajaran dapat berjalan den- Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembela-
gan efektif, (4) perlu adanya peng- jaran. Semarang: Unnes Press.
gunaan variasi media pembelajaran agar Tri Anni, Catharina. 2004. Psikologi Bela-
dapat meningkatkan pemahaman siswa jar. Semarang: Unnes Press.
akan materi sejarah sehingga dapat Triarso, Agus, 2004. “Dasar-Dasar In-
mening-katkan hasil belajar, (5) bagi struksional Penulisan Naskah
siswa perlu adanya peningkatan keak- Multimedia”, Makalah disajikan
tifan siswa dalam pembelajaran sejarah, dalam Seminar Multimedia di
sehingga pemahaman da-pat diperoleh Bandungan, Semarang, 12 Agus-
secara menyeluruh. tus 2004.
Wasino. 2005. “Sejarah Lokal dan Pen-
gajaran Sejarah di Sekolah”. Jurnal
DAFTAR PUATAKA Paramita, Vol. 15 No. 1 Juni 2005.
Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu
Abdullah, Taufik, (Ed.) 1979. Sejarah Lo- Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.
kal di Indonesia. Yogyakarta: Gad- Jakarta: Departemen Pendidikan
jah Mada University Press. dan Kebudayaan.

104

Anda mungkin juga menyukai