Anda di halaman 1dari 2

Seperti diberitakan sebelumnya, H.

Ahmad Hasan, Warga Kelurahan Penatoi, Rabu (4/3) malam lalu


menghembuskan napas terakhir. Awalnya, tak ada yang aneh saat pria berusia 80 tahun ini tutup usia.
Namun belakangan, pihak keluarga merasa aneh dengan gejala sakit yang dialami almarhum beberapa
saat usai dilakukan transfusi darah di ruangan VIP B RSDU Bima.

Menurut pihak keluarga, almarhum tiba-tiba memperlihatkan gejala yang aneh sebelum meninggal.
Seperti demam tinggi, tidak bisa bicara, lumpuh dan tidak bisa membuka mata. Bahkan beberapa kali
tidak sadarkan diri. Padahal, sebelum transfusi darah alhmarhum tidak pernah menampakkan gejala
sakit seperti itu.

Kejanggalan juga dirasakan pihak keluarga, ketika mengetahui hasil diagnosa darah yang berubah-rubah
menyebabkan perubahan suhu badan H. Ahmad. Semula, saat dirawat di VIP B, darah yang di diagnosa
B, dan telah di transfusi, setelah diperiksa kembali di ruangan ICU, hasil diagnosanya berubah menjadi O.

Darah yang sudah terlanjur masuk menyebabkan H. Ahmad mengalami demam tinggi. Kemudian drop
beberapa kali dan meninggal Rabu Malam (4/3) sekitar pukul 21.20 WITA. "Kami juga heran, karena
setahu kami golongan darah orang tua kami O, bukan B. Ko bisa darah berubah-rubah," sorot anaknya
Iwan, di rumah duka.

Pertama masuk kata Iwan, hari Jumat pekan kemarin, Perawat RSUD Bima dan dr. Ali mengaku H. Hasan
mengalami cairan di paru paru atau TBC. Kemudian oleh dokter spesialis bedah, meminta agar di rontgen
ulang, untuk melihat cairan dalam paru-paru. Hasilnya pun, rontgen tidak bisa dibaca. "Kemudian di
rontgen ulang lagi, tapi kata dokter hasil besok. Sebelum diketahui hasil, orang tua kami sudah
meninggal dunia," tuturnya.

Lalu, sambungnya, hasil pemeriksaan dokter Irma, justru berbeda. H. Ahmad didiagnosa kelainan darah
yang sudah berproses lebih dari dua tahun atau Leukemia, yang akan mempengaruhi tulang dan ginjal.
"Kata dokter Irma, obatnya hanya ada di surabaya. Dan disuruh banyak berdoa," jelasnya.

Namun yang membuatnya bertanya, pemeriksaan darah yang selalu berubah. Dari darah yang diketahui
O, kemudian berubah menjadi B, dan berubah lagi menjadi O. "Berubah dan diperiksa ulang karena
memang tidak teliti. Transfusi darah yang tidak sesuai tentu membahayakan orang, bahkan bisa
meninggal seperti ini. Ini kacau, jelas saja orang tua saya meninggal, karena darah yang masuk tidak
sesuai dengan golongan darahnya," tegas pria yang juga PNS itu.
Pantas saja, lanjut Iwan, orang tuanya mengalami demam tinggi dan drop karena kondisi badan yang
tidak bisa menerima jenis golongan darah lain untuk tubuhnya. "Ini tidak boleh terjadi, bukan karena
kami tidak menerima takdir, tapi masalahnya penanganan yang tidak teliti, dan petugas lalai
menyebabkan pasien meninggal," katanya.

Dia pun meminta pihak RSUD bertanggunjawab atas apa yang menimpa orang tuanya. Dan lebih berhati-
hati dalam mengambil tindakan. Karena tidak menutup kemungkinan, akan dialami oleh pasien lain.
Perawat di VIP B yang berusaha dihubungi, hanya bisa menjelaskan jika transfusi darah berdasarkan hasil
pemeriksaan Laboratorium RSUD Bima dan menyarankan agar konfirmasi di bagian Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai