DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Bapak A Khususnya Ibu L Dengan Gastritis Di Rt 05 Rw 01 Kelurahan
Jatirahayu Kecamatan Pondok Melati Bekasi” sesuai waktu yang ditentukan.
Adapun tujuan makalah ini disusun dalam rangka memenuhi mata kuliah
keperawatan Keluarga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga khususnya
Prodi DIII Keperawatan.
Dalam penyusunan, kami mendapat banyak pengarahan dari berbagai pihak, untuk
itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Rohayati., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku pembimbing dalam menyusun makalah ini
yang telah banyak memberikan pengarahan dan revisi kepada kami serta teman-
teman kelompok yang telah meluangkan waktu untuk bersama-bersama
mengerjakan makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Kami telah berusaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian kami menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Dengan harapan semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
perawat dalam peningkatan kualitas pemberian asuhan keperawatan keluarga
lansia.
Bekasi, 20 Maret 2019
Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
PENUTUP ............................................................................................................. 52
A. Kesimpulan ................................................................................................ 52
B. Saran ........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan suatu gangguan pencernaan yang banyak diderita
masyarakat dunia. Hampir 10 persen penduduk dunia menderita gastritis.
Beberapa penyebab gastritis adalah terlalu banyak makanan pedas, asam,
minuman beralkohol obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi seperti aspirin dan
golongan anti inflamasi non steroid (AINS), Infeksi bakteri/ virus terutama
Helicobacter pylori, anemia, penyakit ginjal, diabetes, rokok dan sebagainya
1
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
30.154 kasus (4,9%)
Penyakit gangguan saluran cerna merupakan penyakit yang sering diderita oleh
orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran pencernaan merupakan
organ yang sangat vital bagi manusia, karena apabila sistem pencernaan
terganggu, tubuh pun akan mengalami sakit. Bila hal tersebut terjadi, maka
proses metabolisme tidak dapat berjalan dengan baik (Ratna, 2009). Masalah
kesehatan pada sistem pencernaan yang banyak terjadi adalah penyakit gastritis,
data dari dinkes Ponorogo selama tahun 2016 penyakit pada sistem pencernaan
seperti gastritis, apendisitis, hernia, penyakit lainnya pada sistem pencernaan
pada tiap-tiap puskesmas di Kabupaten Ponorogo, jumlah penderita gastritis
lebih tinggi dibanding masalah penyakit sistem percernaan yang lainnya.
Penyakit gastritis yang diakibatkan oleh produksi asam lambung yang
berlebihan dapat diperparah oleh faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan
gastritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kelompok mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
keluarga pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada
teori dan kasus kelolaan.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor penghambat, serta
mencari solusi untuk pemecahan masalah.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
pasangan baru menikah dengan masalah gastritis.
C. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu
dengan memperoleh bahan ilmiah yang bersifat teoritis baik dalam konsep
medik maupun konsep asuhan keperawatan dengan menggunakan media cetak
yaitu menggunakan sumber-sumber buku yang berkaitan dengan masalah klien
dan media elektronik yaitu internet.
D. Sistem Penulisan
Penulisan makalah ini kelompok membagi bagian makalah ini yang terdiri dari
lima bab yang secara sistematika disusun sebagai berikut: Bab I pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan teoritis yang terdiri dari
konsep dasar penyakit seperti definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan
3
medis, konsep asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
dan evaluasi keperawatan. Bab III berisi tentang tinjauan kasus yang terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV berisi tentang
pembahasan yang membahas antara kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus kelolaan dengan pendekatan proses keperawatan. Bab V berisi tentang
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta diakhiri dengan daftar
pustaka.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Gastritis menurut Nuari (2015) jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis paling sering diakibatkan oleh pola diet, misalnya makan
terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi.penyebab lain termasuk alcohol, aspirin,
refluk empedu dan terapi radiasi. Gastritis juga menjadi tanda
pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis yang lebih parah
disebabkan oleh asam alkali, ang menyebabkan mukosa menjadi
ganggren atau perforasi.
b. Gastritis Kronis
Infeksi yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung
jinak maupun ganas, oleh naktri H. Pylori. Gastritis kronis mungkin
diklasifikasikan sebagai tipe A dan tipe B. Tipe A terjadi pada
fundus atau krpus lambung. Tiope B mngenai antrum dan pylorus.
Factor diit seperti minuman panas, bumbu penyedap, penggunaan
obat, alcohol, merokok atau refluk isi usus ke lambung.
6
3. Etiologi
Etiologi gastritis menurut Nurani (2015)
a. Infeksi Bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup dibagian alam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Bekteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
ditularkan melalui oral atau akibat memakan makanan ata minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi
pada masa ana-anak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukakn perawatan. Infeksi dalam waktu lama dapat
menyebabkan peradangan menyebar dan kemudianmenyebabkan
perubahan pada lapisan dinding lambung. Salah satu perubahan
tersebut adalah atropic gastritis, dimana kelenjar penghasil asam
lambung rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam
lambung yang rendah mengakibatkan racun.
b. Pemakaian obat nyeri secara terus-menrus
Obat analgesic anti inflamasi non steroid (AINS) seperti apirin,
ibuprofen, dan naproxen apat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaianna obat hanya sesekali
maka masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaian dialakukn
secaa terus-menerus atau pemakaian berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis.
c. Penggunaan alcohol secara berlebihan
Alcohol dapat mengiritasi lambung dan membuat dinding lambung
menjadi rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal.
d. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak asam lambung dan menyebabkan perarahan
dan gastritis.
7
e. Stress fisik
Akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis atau borok serta perdarahan pada
lambung.
f. Kelainan autoimmune
Sistem kekebalan tubu menyerang sel-sel yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini menyebabkan penipsan lambung secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar
penghasil asam lambung, dan menggangu produksi factor intrinsic.
Autoimmune attropic gastritis biasanya dialami oleh orang tua.
g. Crohon’s disease
Penuyakit ini menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran
cerna dan jga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini adalah sakit perut dan
diare dalam bentuk cairan yang tampak mencollk dari penyakit
gastritis.
h. Radiasi dan kemoterapi
Radiasi atau kemoterapi dapat mengakbatkan peradangan lambung
yang selanjutya dapat berkembang menjadi gastritis. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara
4. Patofisologi
a. Proses Perjalanan Penyakit
Menurut Nuari (2015) yaitu :
8
mukosa, karena itu gangguan tersebut sering kali menghilang dengan
sendiriya. Dengan iritasi yang terus, jaringan menjadi meradang dan
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang
besifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding
lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitif.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atrofi kelenjar lambung
dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-
abu kehiajuan (gastritis atrofik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya
akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya
anemia pernisiosa. Gastritis atrofik boleh jadi merupakan pendahuluan
untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan
dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan
gastroyeyunostomi
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penyakit gastritis yaitu:
a. Gastritis akut. Berkisar dari keadaan asimtomatik, nyeri abdomen
yang ringan hingga nyeri abdomen akut dengan hematemesis
b. Gastritis kronis. Biasanya asimtomatik, gejala nausea, vomitus atau
keluhan tidak nyaman pada abdomen atas bisa terjadi. Kadang-
kadang terjadi anema pernisiosa. Hasil laboratorium menunjukan
hipoklorhidria lambung dan hipergastinemia serum.
c. Komplikasi
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna
bagian atas berupa hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat
berakhir syok hemoragik. Gastritis kronik komplikasinya adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia
(Mansjoer, 2001)
9
5. Pemeriksaan Diagnostik
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gastritis, yaitu :
1. Gastritis akut
a. Pantang minum alcohol dan makan sampai gejala menghilang
b. Jika gejala menetap, diberikan cairan IV
c. Jika gastritis terjadi arena menelan asam yang kuat, encerkan dan
netralkan asam dengan antsida umum
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka diencerkan.
e. Jika korosi parah, hindari muntah dan bilas lambung untuk
menghindari bahaya perforasi
2. Gastritis kronis
a. Modifikasi diit, istirahat,reduksi stress, farmakoterapi.
b. Antibitika seperti tetrasiklin atau amoksilin
10
B. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep Keluarga
a. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2008).
Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih individu
yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan setiap
individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Fatimah, 2010).
Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau
lebih individu yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan
darah, ataupun adopsi, dan setiap anggota keluarga saling
berinteraksi satu dengan lainnya.
b. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986) dalam Ali (2009) membagi tipe keluarga
menjadi beberapa bagian berikut ini:
Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari
keluaga yang lainnya.
2) Extended family (keluarga besar)
Keluarga besar terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah dan mendukung satu sama lain.
3) Single parent family
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
11
4) Nuclear dyad
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang tinggal dalam satu
rumah dan tidak memiliki anak.
5) Blended family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
6) Three generation family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
7) Single adult living alone
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa dan tinggal sendiri
dalam rumahnya.
8) Middle age atau elderly couple
Keluarga yang terdiri dari suami istri paruh baya.
Tipe Keluarga Non Tradisional
12
satu rumah tangga.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan
lainnya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai – nilai,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang – barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau masalah kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
c. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan proses komunikasi
2) Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka, jujur,
selalu menyelesaikan konflik keluarga, dan berfikiran positif.
13
3) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi social yang diberikan.
4) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain kea rah positif.
d. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peranan anak
Anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
14
e. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2010) antara lain:
1) Fungsi Afektif
Fungsi ini berhubungan dengan fungsi internal keluarga, untuk
pemenuhan kebutuhan psikososia, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih serta saling menerima dan mendukung.
Dengan terpenuhinya fungsi ini, maka keluarga akan menjalankan
tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku kemampuan menjalin hubungan secara lebih akrab.
2) Fungsi sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di
lingkungan social.
3) Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan
individu.
Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut
Friedman adalah :
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarga
b) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
15
d) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota
keluarga dan fasilitas kesehatan
16
c) Mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan lain.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga
(hubungan pernikahan dan hubungan orang tua – anak) dan
di luar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan
komunitas).
4) Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan keluarga:
a) Menyosialisasikan anak – anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak – anak yang
sehat dengan teman sebaya.
b) Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5) Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga:
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada
saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi.
b) Memfokuskan kembali hubungan pernikahan.
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
6) Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa muda
Tugas perkembangan keluarga:
a) Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa
muda, termasuk memasukan anggota keluarga baru yang
berasal dari pernikahan anak – anaknya.
b) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan pernikahan.
c) Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan
sakit.
7) Tahap VII: Keluarga dengan orang tua paruh – baya
Tugas perkembangan keluarga:
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
b) Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna
17
antara orang tua yang telah menua dan anak mereka.
c) Memperkuat hubungan pernikahan.
c. Genogram
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.
Terdapat keterangan gambar dengan symbol berbeda (Friedman,
1998) seperti:
Laki-laki :
Perempuan :
d. Tipe keluarga
e. Suku bangsa
1) Asal suku bangsa keluarga
2) Bahasa yang dipakai keluarga
18
3) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
f. Agama
1) Agama yang dianut keluarga
2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g. Status social ekonomi keluarga
1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3) Tabungan khusus kesehatan
4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,
transportasi)
h. Aktifitas rekreasi keluarga
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti:
1) Riwayat terbentuknya keluarga inti
2) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit
menular atau penyakit menular di keluarga)
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
1) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga
2) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi
kesehatan
III. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Ukuran rumah (luas rumah)
2) Kondisi dalam dan luar rumah
3) Kebersihan rumah
4) Ventilasi rumah
5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
19
6) Air bersih
7) Pengelolaan sampah
8) Kepemilikan rumah
9) Kamar mandi/wc
10) Denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
1) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
2) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga
1) Apakah keluarga sering pindah rumah
2) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga
(apakah menyebabkan stress)
d. Perkumpulan keluarga dan iteraksi dengan masyarakat
1) Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota
keluarga
2) Digambarkan dalam ecomap
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami
masalah
IV. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2) Cara keluarga memecahkan masalah
b. Struktur kekuatan keluarga
1) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang
mengalami masalah
2) Power yang digunakan keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
1) Peran seluruh anggota keluarga
V. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
20
1) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih
saying
2) Perasaan saling memiliki
3) Dukungan terhadap anggota keluarga
4) Saling menghargai, kehangatan
b. Fungsi sosialisasi
1) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan
dunia luar
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga
(bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana
prevensi/promosi
2) Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan
penjajakan tahap II (berdasar 5 tugas keluarga seperti
bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan).
VI. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi yang disfungsional : adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptif.
VII. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
21
c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, telinga, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas
dan bawah, sistem genitalia
d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
VIII. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai
dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2008).
1. Analisa data
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya
dilakukan analisa data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga
2. Perumusan masalah
Langkah berikutnya setelah analisa data adalah perumusan masalah.
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga meliputi:
a. Masalah (problem)
22
b. Penyebab (etiologi)
c. Tanda (sign)
23
c. Gangguan fungsi kognitif
d. Gangguan persepsi
e. Hambatan pengambilan keputusan
f. Keterampilan komunikasi tidak efektif
g. Penurunan keterampilan motorik halus
h. Penurunan keterampilan motorik kasar
i. Stretegi koping tidak efektif
j. Sumber daya tidak cukup (misal: finansial, sosial, pengetahuan)
k. Tugas perkembangan tidak tercapai
Batasan karakteristik
24
j. Persepsi hambatan
k. Persepsi kerentanan
l. Persepsi keseriusan kondisi
m. Persepsi keuntungan
n. Tuntutan berlebihan
Batasan karakteristik
Batasan Karakteristik:
25
Faktor yang berhubungan:
Skor × bobot
Angka tertinggi
Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Tabel 2.2
26
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera 2
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
27
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan
tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan sokongan masyarakat
3. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah.
Faktorfaktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dnegan
penyakit atau masalah.
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakantindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah
d. Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang
sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Kriteri IV, menonjolnya masalah
Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah keluarga tersebut
C. Intervensi
Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosa keperawatan keluarga
adalah melakukan perecanaan. Perecanaan diawali dengan merumuskan
tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah
yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor
dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkatan pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan
pencegahan terseier untuk memeperkuat garis pertahanan resisten.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
penentuan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana
mengatasi problem atau masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan
tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengecu pada bagaimana mengatasi
28
etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S: spesifik, M:
mesurabel atau dapat diukur, A: achievable atau dapat dicapai, R: reality, T:
time limited atau punya limit waktu).
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
keluarga, dan memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program
yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk
merencanakan implementasi.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan
program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan
terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai (Patton,
1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan
informasi kepada perencanaan program dan pengambilan kebijakan tentang
efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode
dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan
rencana dan tuntutan keluarga.
Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan
telah tercapai dan apakah interval yang dilakukan efektif untuk keluarga
setempat sesuai dengan kondisi dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan
rencana atau apakah dapat mengatasi masalah keluarga. Evaluasi ditunjukan
untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan keluarga dan program apa
yang dibutuhkan keluarga, apakah media yang digunakan tepat, ada
tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah
program dapat menjangkau keluarga, siapa yang menjadi target sasaran
program, apakah program yang dapat dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam
perkembangan program dan penyelesaiannya.
29
Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program
sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program,
sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan.
Evaluasi juga memenuhi kebutuhan keluaga, dengan membandingkan
perbedaan program terkait keefektifannya
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar
proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan
kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar Keluarga
Pada tanggal 15 Maret 2019 dilakukan pengkajian kepada keluarga Bapak
A yang berusia 28 tahun, pendidikan terakhinya adalah S1 Teknik,
pekerjaan Bapak H adalah sebagai IT (Informed and Technology), alamat
Pondok Gede, Bekasi. Bapak A mempunyai istri bernama Ibu L yang
sedang hamil dengan usia kehamilan 9 minggu.
Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga Bapak A terdiri dari mertuanya, istri, serta kakak dan
adik dari istrinya. Istri Bapak A bernama Ibu L, berusia 27 tahun,
pendidikan terakhir D3 Keperawatan, dan bekerja sebagai perawat di salah
satu Rumah Sakit swasta. Bapak A juga tinggal bersama mertuanya yaitu
Bapak R, berusia 60 tahun, pendidikan terakhir SMP, dan bekerja sebagai
wiraswasta dan Ibu A yang berusia 50 tahun, pendidikan terakhir SMA,
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan perias pengantin. Kakak dari Ibu L
berusia 32 tahun, pendidikan terakhir S1 Ekonomi dan bekerja sebagai
pegawai swasta. Adik dari Ibu L yang berusia 20 tahun, pendidikan terakhir
SMA, dan bekerja sebagai mahasiswa.
Genogram
Kedua orang tua Bapak A, yaitu Bapak G dan Ibu S, kedua orang tua Bapak
A masih hidup namun tinggal di Tambun. Orang tua Bapak A mempunyai
dua orang anak dan Bapak A merupakan anak pertama. Adik Bapak A
berusia 24 tahun, bekerja sebagai mahasiswa. Orang tua dari Ibu L, yaitu
Bapak R dan Ibu A masih hidup. Orang tua Ibu L memiliki tiga orang anak
dan Ibu L merupakan anak kedua.
31
Tipe Keluarga
Suku Bangsa
Bapak A merupakan orang Jawa Timur namun telah lama tinggal di Bekasi.
Ibu L merupakan orang Sunda dan telah lama juga tinggal di Bekasi.
Dekorasi rumah Ibu L tidak dipengaruhi oleh budaya. Mayoritas masyarakat
di lingkungan rumah Ibu L bersuku Jawa dan Sunda dan bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia.
Agama
32
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
33
Tugas kesehatan keluarga yang sudah terpenuhi:
a. Gastritis
1) Mengenal masalah kesehatan
Ibu L mengatakan sudah mengerti apa penyakit gastritis. Ibu L
mengatakan gastritis adalah penyakit lambung yang disebabkan
karena telat makan, sering mengkonsumsi makanan pedas dan
kafein, sehingga menyebabkan asam lambung meningkat.
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga Bapak A dan Ibu L mengambil keputusan untuk selalu
berobat ke Rumah Sakit jika mempunyai keluhan.
3) Menggunakan fasilitas kesehatan
Ibu L mengatakan dirinya dan Bapak A sudah menggunakan fasilitas
kesehatan seperti memiliki jaminan kesehatan BPJS serta memiliki
asuransi swasta.
Ayah dari Bapak A merupakan orang asli Jawa Timur dan Ibu Bapak A
merupakan orang Sunda. Keduanya masih hidup dan tinggal di Tambun.
Ayah dari Bapak A bekerja sebagai wiraswasta sekaligus sebagai ketua RW
di tempat tinggalnya. Sedangkan ibu Bapak A bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Kedua orang tua Bapak A tidak memiliki riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, TBC, dan lain-lain. Ayah dan
34
Ibu dari Ibu L merupakan orang asli Sunda dan sudah lama tinggal di Bekasi.
Ayah Ibu L bekerja sebagai wiraswasta dan Ibu Ibu L sebagai ibu rumah
tangga namun juga sebagai perias pengantin. Kedua orang tua Ibu L tidak
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, TBC, dan lain-lain.
2. Lingkungan
a. Perumahan dan Denah
Bapak A dan Ibu L masih tinggal dirumah orang tua Ibu L. Rumah
tersebut bertingkat dua dengan luas 100 m2, di bagian bawah terdapat 1
kamar tidur, ruang tamu, ruang tv, dapur, 1 kamar mandi serta teras
yang dipenuhi oleh tanaman. Di bagian atas terdapat 3 kamar tidur, 1
kamar mandi, ruang tv, dan di balkon terdapat banyak tanaman yang
dirawat oleh ibu Ibu L. Penerangan menggunakan listrik, lantai nya
sendiri terbuat dari keramik, dan atap nya menggunakan genting.
Barang-barang dirumah orang tua Ibu L tersusun rapih dan bersih. Ibu
L mengatakan menyapu dan mengepel rumah di pagi dan sore hari.
b. Pengelolaan Sampah
Pembuangan sampah diletakkan di tempat sampah, dan sampah tidak
dipilah mana yang organik dan non-organik. Setiap 2 atau 3 hari sekali
petugas kebersihan akan mengambil sampah tersebut untuk dibuang.
c. Sumber Air
Ibu Y mengatakan kebutuhan air atau sumber air berasal dari pompa
listrik, air yang dihasilkan bersih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Air
digunakan untuk kebersihan diri, cuci piring, dan cuci baju. Air yang
digunakan untuk minum adalah air mineral.
d. Jamban Keluarga
Keluarga Ibu L menggunakan jamban tipe duduk dan jongkok.
e. Pembuangan Air Limbah
Ibu L mengatakan pembuangan air limbah langsung ke sungai.
f. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan
Fasilitas sosial yang terdapat di lingkungan Ibu L yaitu seperti masjid,
TK, SD, kantor kelurahan. Sedangkan fasilitas kesehatan yang terdapat
35
di lingkungan rumah Ibu L yaitu seperti klinik, puskesmas, dan Rumah
Sakit
g. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Pemukiman lingkungan keluarga Ibu L termasuk pemukiman padat
penduduk, dimana jarak antar rumah saling berdekatan. Lingkungan
rumah Ibu L jauh dari jalan raya sehingga tidak banyak polusi udara.
Tetangga Ibu L mayoritas beraga islam, bekerja sebagai wiraswasta dan
pegawai swasta. Fasilitas yang ada di lingkungan rumah Ibu L yaitu ada
pasar, sekolah, tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan wihara. Ibu L
mengatakan di lingkungan rumah nya pernah ada kasus pencurian
motor.
h. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ibu L sudah tinggal dirumah nya yang sekarang sejak lahir dan
tidak pernah pindah-pindah.
i. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ibu L mengatakan tidak mengikuti perkumpulan dirumahnya karena ia
sibuk bekerja. Ibu L mengatakan ibunya mengikuti acara pengajian di
daerah rumah nya setiap 2-3x/minggu.
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Seluruh anggota keluarga Bapak A saling berkomunikasi dan
komunikasi tersebut dapat berfungsi dengan baik, keluarga juga dapat
menjadi pendengar yang baik jika salah satu anggota keluarga memiliki
masalah. Pola komunikasi keluarga Ibu L menggunakan bahasa
Indonesia.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan diputuskan oleh Bapak A sebagai kepala
keluarga, dan pengambilan keputusan penting seperti pindah kerja dan
tempat tinggal juga diputuskan oleh Bapak A. Dalam proses
pengambilan keputusan dibicarakan secara baik-baik.
36
c. Struktur Peran
Peran Bapak A dalam keluarganya yaitu sebagai kepala keluarga,
pencari nafkah, dan pengambilan keputusan. Peran Ibu L yaitu sebagai
seorang istri, dan ibu rumah tangga.
d. Nilai dan Norma Budaya
Dalam keluarga Bapak A dan Ibu L tidak ada nilai dan norma budaya
yang dianutnya.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ibu L mengatakan semua anggota keluarganya saling memperhatikan,
saling menyayangi, saling mendukung, dan saling memberikan motivasi
satu sama lain. Salah satu cara menunjukkan kasih sayang di anggota
keluarga Ibu L yaitu jika ada anggota keluarga yang berulang tahun
maka akan diberikan kejutan seperti membelikan kue dan hadiah.
Keluarga Ibu L menanamkan kebersamaan yaitu dengan kumpul
bersama jika di hari libur.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dalam keluarga Bapak A kurang baik karena Bapak A sibuk
bekerja dari hari senin sampai jumat dan sabtu minggu dihabiskan untuk
beristirahat dirumah serta berkumpul dengan keluarga. Ibu L juga sibuk
bekerja sebagai perawat dan jadwal dinas yang tidak menentu sehingga
Ibu L tidak mengikuti kegiatan apapun dirumahnya.
c. Fungsi Reproduksi
Saat ini Ibu L sedang hamil dengan usia kehamilan 9 minggu dan Ibu L
mengatakan ingin memiliki 3 orang anak dan ingin anak pertamanya
berjenis kelamin laki-laki. Saat ditanyakan mengenai kontrasepsi, Ibu L
mengatakan belum memikirkan akan memakai kontrasepsi jenis apa jika
sudah melahirkan.
37
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Bapak A
Bapak A makan 3x sehari yaitu pagi, siang, dan malam hari dengan
nasi serta lauk pauk seperti ayam, ikan, dan sayur-sayuran.
Kebiasaan Bapak A di pagi hari sebelum berangkat kerja meminum
kopi susu dan air putih. Bapak A minum air putih sebanyak 6-7
gelas/hari. Pola eliminasi fekal sebanyak 1x/hari di pagi hari dengan
konsistensi lembek, berwarna kuning kecokelatan, dan tidak ada
keluhan. Pola eliminasi urine sebanyak 4-5x/hari berwarna kuning
jernih, dan tidak ada keluhan. Bapak A mandi 2x/hari, sikat gigi
2x/hari, keramas 2x/hari. Bapak A merorok dengan frekuensi 2
bungkus/hari. Pola istirahat tidur Bapak A hanya tidur malam yaitu
dari jam 11.00 – 05.00 (6 jam) dan tidak tidur siang dikarenakan
bekerja. Sebelum tidur tidak ada kebiasaan khusus yang dilakukan
Bapak A.
2) Ibu L
Ibu L makan 2x sehari dan Ibu L mengatakan sering mual dan
muntah jika makan, nafsu makan menurun. Frekuensi muntah ±2-
3x/hari, konsistensi cair. Pola eliminasi fekal sebanyak 1x/hari dan
waktunya tidak tentu dengan konsistensi lembek, berwarna kuning
kecokelatan, dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi urine sebanyak
5-6x/hari berwarna kuning jernih, dan tidak ada keluhan. Ibu L
mandi 2x/hari, sikat gigi 2x/hari, keramas 2x/hari. Pola istirahat
tidur Ibu L tidak menentu dikarenakan jadwal bekerja yang tidak
tentu. Jika bekerja shift pagi atau siang Ibu L hanya tidur malam dari
jam 10.00 – 05.00 (7 jam). Jika Ibu L bekerja shift malam maka
hanya tidur dari jam 09.00 – 16.00 (7 jam). Sebelum tidur tidak ada
kebiasaan khusus yang dilakukan Ibu L.
5. Stress dan Koping Keluarga
a. Stresor Jangka Pendek
Ibu L mengatakan ia khawatir karena terlalu sering muntah jika
memakan sesuatu
38
b. Stressor Jangka Panjang
Ibu L mengatakan cemas karena ini merupakan kehamilan pertama nya,
dan ia takut terkait pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Ibu L mengatakan jika ada masalah selalu diselesaikan secara
kekeluargaan dan dibicarakan baik-baik bagaimana solusi yang tepat
untuk masalah tersebut.
d. Strategi Koping yang Digunakan
Koping yang digunakan keluarga Ibu L dalam menghadapi masalah
adalah koping konstruktif yaitu dengan menahan diri untuk tidak emosi,
tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan serta tidak melarikan diri
dari masalah yang ada.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Bapak A
Setelah dilakukan pemeriksaa didapatkan hasil tanda-tanda vital
dengan tekanan darah 120/90 mmHg, suhu 36,3oC, nadi 78x/menit,
pernafasan 18x/menit, tinggi badan 167 cm berat badan 66 kg hasil
IMT 22 (normal). Pemeriksaan kepala dan rambut di dapatkan
rambut berwarna hitam, tidak ada lesi, tidak rontok, tidak ada
ketombe. Pemeriksaan mata, kedua mata simetsris, konjungtiva
ananemis, sklera anikterik, pupil isocor (2mm). Pemeriksaan
telinga, kedua telinga simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada
lesi. Pemeriksaan hidung, hidung bersih, tidak ada sumbatan, tidak
ada sinusitis. Pemeriksaan mulut, mukosa bibir kering, lidah sedikit
kotor, terdapat karang gigi, tidak ada stomatitis. Pemeriksaan leher
yaitu tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran vena jugularis. Pemeriksaan dada/thorax yaitu suara
nafas vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada lesi.
Pemeriksaan abdomen yaitu bising usus 7x/menit, tidak ada lesi,
abdomen supel, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.
Pemeriksaan ekstremitas atas yaitu kekuatan otot 5/5 dan tidak ada
keluhan. Pemeriksaan ekstremitas bawah yaitu kekuatan otot 5/5
39
dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan kulit yaitu turgor kulit elastis,
CRT <3 detik, tekstur kulit kasar. Kesimpulan, tidak ada masalah
kesehatan.
2) Ibu L
Setelah dilakukan pemeriksaa didapatkan hasil tanda-tanda vital
dengan tekanan darah 110/90 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 80x/menit,
pernafasan 17x/menit, tinggi badan 160 cm, berat badan 50 cm hasil
IMT 19 (normal). Pemeriksaan kepala dan rambut di dapatkan
rambut berwarna hitam, tidak ada lesi, rambut rontok, tidak ada
ketombe. Pemeriksaan mata, kedua mata simetsris, konjungtiva
anemis, sklera anikterik, pupil isocor (2mm). Pemeriksaan telinga,
kedua telinga simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada lesi.
Pemeriksaan hidung, hidung bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada
sinusitis. Pemeriksaan mulut, mukosa bibir kering, lidah sedikit
kotor, terdapat karang gigi, tidak ada stomatitis. Pemeriksaan leher
yaitu tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran vena jugularis. Pemeriksaan dada/thorax yaitu suara
nafas vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan pada payudara. Pemeriksaan abdomen yaitu
bising usus 9x/menit, tidak ada lesi, abdomen supel, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran hepar. Pemeriksaan ekstremitas atas
yaitu kekuatan otot 5/5 dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan
ekstremitas bawah yaitu kekuatan otot 5/5 dan tidak ada keluhan.
Pemeriksaan kulit yaitu turgor kulit elastis, CRT <3 detik, tekstur
kulit halus. Kesimpulan, tidak ada masalah kesehatan.
40
Analisa Data
41
DO:
1. Tekanan darah = 120/90
mmHg.
Prioritas Masalah
42
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada bapak S : merokok.
Tabel 3.3 Prioritas masalah 2
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/3x1=1 Tekanan darah =
Aktual = 3 120/90 mmHg.
Jumlah 3,33
43
B. Diagnosa Keperawatan
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga Bapak A khususnya
Ibu L dengan gastritis dengan total skor 3,6
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada bapak A: merokok dengan
total skor 3,33
C. Rencana Tindakan
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga Bapak A khususnya
Ibu L dengan gastritis
Tujuan umum : Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan
dalam waktu 1 minggu, diharapkan manajemen kesehatan keluarga kembali
efektif.
a. TUK 1 : setelah dilakukan intervensi dalam pertemuan 1 selama 1x45
menit diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan tentang
hipertensi dengan kriteria hasil :
1) Nursing outcome clasification (NOC)
Pengetahuan : Proses penyakit (1803) (hal. 424)
Domain IV: Pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku
Kelas: Pengetahuan tentang kesehatan
Pengetahuan dan pemahaman keluarga meningkat dari skala 2
(pengetahuan terbatas) menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
tentang:
(1) Keluarga mampu mengetahui faktor resiko (180304)
(2) Keluarga mampu mengetahui faktor-faktor penyebab
penyakit gastritis (180303)
(3) Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala
gastritis (180306)
(4) Keluarga mampu menyebutkan komplikasi dari
penyakit gastritis (180310)
(5) Keluarga mampu mengetahui strategi untuk
meminimalkan perkembangan penyakit
gastritis(180308)
44
2) Nursing Intervention Classification (NIC)
Pengajaran : Individu (5606), Pendidikan kesehatan (5510)
(1) Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga saat
ini tentang gastritis
(2) Nilai tingkat kemampuan keluarga untuk menerima
informasi tentang penyakit gastritis
(3) Berikan informasi tentang gastritis
(4) Berikan informasi tentang penyebab gastritis
(5) Berikan informasi tentang tanda dan gejala gastritis
(6) Berikan informasi tentang komplikasi atau akibat dari
gastritis
(7) Berikan informasi tentang penanganan gastritis
45
(5) Keluarga mampu mengidentifikasi hambatan untuk
mencapai outcome yang diinginkan (160607)
46
(2) Keluarga mampu mengetahui makanan yang sesuai
dengan pedoman gizi (185408)
(3) Keluarga mampu mengetahui pedoman untuk porsi
makanan (185413)
(4) Keluarga mampu mengetahui porsi sayuran harian yang
direkomendasikan (185418)
47
(4) Keluarga mampu membuat perencanaan menu makanan
sesuai dengan yang dianjurkan (180211)
(5) Keluarga mampu mengetahui strategi untuk mengubah
kebiasaan diet (180212)
48
(3) Keluarga mampu mengetahui pentingnya perawatan
tindak lanjut (180606)
(4) Keluarga mampu menyusun rencana perawatan tindak
lanjut (180608)
(5) Keluarga mampu mengetahui strategi untuk mengakses
layanan kesehatan (180608)
Waktu
No Kegiatan Tujuan Maret
15 17 18 19
Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga
Bapak A khususnya Ibu L
1 Pendidikan Meningkatkan
kesehatan dan pengetahuan keluarga
diskusi tentang tentang penanganan dan
konsep gastritis pencegahan gastritis
49
2 Diskusi terkait Memberikan dukungan
pengambilan keluarga dalam membuat
keputusan dalam keputusan perawatan
perawatan kesehatan kesehatan
3 Diskusikan Meningkatkan pemahaman
mengenai diet yang keluarga terkait diet
tidak meningkatkan
asam lambung
4 Diskusi tentang Meningkatkan pemahaman
pengaturan diet pada keluarga terkait diet yang
penderita gastritis dianjurkan pada gastritis
5 Diskusi tentang Meningkatkan pemahaman
fasilitas pelayanan keluarga terkait fasilitas
kesehatan yang kesehatan yang tersedia
tersedia
6 Evaluasi akhir dan Meningkatkan klien untuk
reinforcement positif mempertahankan perilaku
sehatnya
E. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan TUK 1 (pertemuan 1) pada tanggal 15 Maret 2019, pukul 11.00
WIB, dengan menggunakan media video, laptop dan leaflet.
50
3. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala
penyakit hipertensi. Dengan hasil : keluarga mengatakan tanda gejala
penyakit gastritis adalah nyeri di ulu hati, mual, dan muntah.
4. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi atau akibat
dari gastritis. Dengan hasil : keluarga mengatakan komplikasi gastritis
yaitu perdarahan di saluran pencernaan
5. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penanganan gastritis.
Dengan hasil : keluarga mengatakan penangan gastritis dengan
mengurangi konsumsi makanan pedas dan kafein.
F. Evaluasi Keperawatan
S : keluarga mengatakan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang terjadi
ketika asam lambung meningkat, keluarga mengatakan penyakit gastritis
disebabkan karena telat makan, terlalu banyak mengkonsumsi makanan pedas
dan kafein, keluarga mengatakan tanda gejala penyakit gastritis adalah nyeri di
ulu hati, mual, dan muntah, keluarga mengatakan komplikasi gastritis yaitu
perdarahan di saluran pencernaan
51
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan praktik
dalam melakukan asuhan keperawatan dari mulai pengkajian,
pemeriksaan fisik, penentuan diagnosa berdasarkan sumber NANDA
52
NIC NOC dan dalam melakukan tindakan mandiri keperawatan dengan
benar.
2. Bagi institusi pendidikan diharapkan institusi dapat sebagai berikut :
a. Memperbanyak referensi agar memudahkan dalam melakukan
pembelajaran. Referensi yang disediakan harus lebih banyak buku-
buku referensi terbaru baik dalam media cetak maupun elektronik.
b. Meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar sehingga
kemampuan mahasiswa dalam segi kognitif lebih mampu
memahami konsep penyakit dan asuhan keperawatan. Selanjutnya
institusi pendidikan dapat meningkatkan kemampuan psikomotor
agar mahasiswa mampu melakukan komunikasi terapeutik sehingga
mudah melakukan bina hubungan saling percaya, mampu
melakukan pemeriksaan fisik dengan benar, dan harus mampu
melakukan terapi modalitas dan tindakan mandiri secara tepat dan
benar.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
55