Anda di halaman 1dari 16

III.

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi ekperimen (eksperimen semu).

Penelitian ini menyeleksi dua kelas dengan pertimbangan tertentu. Satu kelas sebagai

kelas eksperimen (treatment) dan satu kelas yang lain sebagai kelas pembanding atau

kontrol dengan jumlah yang relatif sama. Kelas eksperimen diberikan treatment yaitu

akan mendapatkan perlakuan pembelajaran fisika dengan metode praktikum yang

memanfaatkan kolaborasi rangkaian ggl induksi dengan hukum oersted sedangkan

pada kelas kontrol tidak diterapkan metode praktikum yang memanfaatkan kolaborasi

rangkaian ggl induksi dengan hukum oersted.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian menggunakan Perbandingan Kelompok Statis

(the static group comparison design). Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2011:

158) bahwa perbandingan kelompok statis (the static group comparison) adalah

penelitian yang dilakukan dengan cara menyeleksi dua kelas untuk penelitian. Dua

kelas tersebut antara lain adalah satu kelompok kelas eksperimen dan satu kelas

kontrol yang berjumlah sama. Maka rancangan yang digunakan penelitian ini adalah

rancangan the static group comparison design sebagaimana berikut.

X O1
− O2 (Borg & Gall, 2003: 420)
Keterangan:
O1 : Pengukuran variabel terikat setelah fase praktikum berakhir
(pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum)
O2 : Pengukuran variabel terikat setelah fase pembelajaran konvensional
berakhir (menggunakan pembelajaran secara konvensional)
X : Perlakuan
− : Tanpa perlakuan

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat..

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode praktikum (A) yang

diterapkan dalam pembelajaran fisika, dalam hal ini adalah pembelajaran materi

medan magnet di sekitar kawat berarus dan ggl induksi.

b. Variabel terikat (tak bebas)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman prosedural fisika

yang dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran setelah diberikan perlakuan

dengan metode praktikum yang memanfaatkan kolaborasi rangkaian ggl induksi

dengan hukum oersted.


C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda terhadap beberapa

istilah yang digunakan, peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

a. Metode praktikum adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana peserta didik di

dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian dituntut untuk

melakukan percobaan yang memanfaatkan kolaborasi rangkaian ggl induksi

dengan hukum oersted sesuai dengan LKPD yang telah dipersiapkan. Dalam

kegiatan praktikum peserta didik melakukan aktivitas seperti: merancang

percobaan, merangkai alat dan bahan yang digunakan, melakukan praktikum,

mengemukakan hipotesis, menganalisis data, memprediksi dan menarik

kesimpulan

b. Konvensional. Dalam penelitian ini, adalah suatu proses belajar mengajar yang

umum digunakan di sekolah MTsN 2 Jeneponto adalah menggunakan metode

ceramah dan metode diskusi.

2. Variabel Tak Bebas atau Terikat

Pemahaman prosedural fisika adalah kemampuan intelektual yang dimiliki

peserta didik setelah diterapkan metode praktikum yang memanfaatkan kolaborasi

rangkaian ggl induksi dengan hukum oersted. Adapun indikator pemahaman

prosedural fisika peserta didik meliputi teknik, keterampilan, metode dan algoritme.

D. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX MTsN 2 Jeneponto.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX MTsN 2

Jeneponto tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 6 kelas paralel sebanyak 254

peserta didik. Distribusi peserta didik pada setiap kelas ditampilkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Distribusi Peserta Didik Kelas IX MTsN 2 Jeneponto

Nama Kelas IX Jumlah Peserta Didik

IX.1 34
IX.2 34
IX.3 34
IX.4 35
IX.5 35
IX.6 34

Jumlah 206

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara rambang sederhana (Simple

random sampling) yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari populasi yang

ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode praktikum

dan satu lagi sebagai kelas kontrol yang diajarkan secara konvesional. Pada teknik ini
menggunakan asumsi bahwa populasi itu adalah homogen karena pada saat pertama

penentuan kelas peserta didik telah diacak sehingga yang dilakukan peneliti adalah

rambang kelas. Penarikan rambang kelas dilakukan agar tidak terlalu banyak

mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Adapun distribusi sampel dalam

penelitian ini selengkapnya disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel. 3.3: Distribusi Peserta Didik kelas IX MTsN 2 Jeneponto

NO. Sampel Nama Kelas IX Jumlah


1 Eksperimen IX.1 34
2 Kontrol IX.2 34
Jumlah 68

F. Teknik Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini akan dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan tahap persiapan yang meliputi observasi pada lokasi

penelitian untuk mendapatkan sampel penelitian. Observasi yang dilakukan dalam

bentuk wawancara. Beberapa persiapan yang akan dilaksanakan sebelum

mengadakan penelitian yakni sebagai berikut:

a. Konsultasi dengan pembimbing

b. Konsultasi dengan Kepala Sekolah (Kepsek) dan guru

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD), dan bahan ajar, untuk kelas eksperimen.

d. Mempersiapkan instrumen berupa tes pemahaman prosedural fisika.


e. Menarik sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian.

a. Melaksanakan proses pembelajaran fisika dengan menggunakan metode

praktikum untuk kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran secara

konvensional untuk kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan

seberapa banyak kali pertemuan untuk tiap-tiap kelompok metode

pembelajaran baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Dan

jadwal pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan perencanaan.

3. Tahap Akhir

Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian. Pada tahap ini peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes akhir berupa tes pemahaman prosedural

fisika dalam bentuk soal pilihan ganda.

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat

pembelajaran RPP, LKPD, dan materi ajar. Semua instrumen perlakuan ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti, yang penyusunannya disesuaikan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar Fisika MTsN 2 Jeneponto kelas IX semester genap.

2. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

tes. Instrumen tes yang berupa lembar tes pemahaman prosedural fisika untuk

mengukur kemampuan pemahaman prosedural peserta didik. Instrumen pemahaman

prosedural fisika kemudian divalidasi oleh validator ahli, sehingga instrumen tersebut

layak diterapkan dalam penelitian ini dengan beberapa penyesuaian.

Tes Pemahaman Prosedural Fisika

Tes pemahaman prosedural fisika digunakan untuk mengukur tingkat

pemahaman prosedural fisika peserta didik yang diberikan setelah perlakuan. Tes ini

disusun dalam tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda dan terdiri dari 5 (lima) item

pilihan untuk setiap butir soal, yaitu A, B, C, dan D. Setiap soal hanya memiliki satu

pilihan jawaban yang benar, jika peserta didik menjawab benar akan mendapatkan

skor 1 (satu) dan jika salah mendapatkan skor 0 (nol).

3. Pengujian Instrumen

Sebelum instrumen diterapkan dalam pembelajaran, maka terlebih dahulu

diadakan uji instrumen diantaranya uji validitas isi, validitas empiris, uji reliabilitas,

uji daya beda, dan uji tingkat kesukaran. Berikut akan dijelaskan secara rinci

mengenai pengujian instrumen tersebut.

a. Uji Validitas isi

Uji validitas isi ini dilakukan terhadap instrumen pengukuran. Validasi isi

terhadap tes pemahaman prosedural fisika, dimaksudkan untuk menilai apakah kisi-

kisi yang dibuat telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi yang telah mewakili isi yang
akan diukur. Validasi isi ini dilakukan oleh dua orang dosen pakar dari Universitas

Negeri Makassar yang berkualifikasi guru besar atau doktor.

Analisis Instrumen secara teoritis yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan analisis Gregory berupa model kesepakatan antar penilai untuk validitas

isi instrumen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisis Gregory untuk

kesahihan instrumen adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Model Kesepakatan antar Validator Untuk Validitas Isi


Validator I Relavansi lemah butir Relavansi kuat butir
Validator II bernilai (1 atau 2) bernilai (3 atau 4)
Relavansi lemah butir
A B
bernilai (1 atau 2)
Relavansi kuat butir
C D
bernilai (3 atau 4)

𝐷
Konsistensi Internal =
(𝐴+𝐵+𝐶+𝐷)

b. Uji Validitas Empiris

Uji validitas empiris bertujuan untuk menguji validitas butir soal tes

pemahaman prosedural fisika berdasarkan data empiris yang diperoleh melalui uji

coba yang dilakukan di kelas yang setara. Pengujian ini dilakukan di kelas.

Instrumen tes pemahaman digunakan untuk mengukur pemahaman prosedural

fisika peserta didik setelah diberi perlakuan dalam proses pembelajaran yang berupa
soal pilihan ganda (PG). Pengujian validitas setiap item tes pemahaman prosedural

fisika menggunakan rumus korelasi Point Biserial (Kadir‚ 2016 : 484).

𝑟 ̅̅̅̅̅
𝑋𝑝 − 𝑋̅̅̅̅̅
𝑞
𝑃𝑏𝑖= √(𝑝𝑞)
𝑆𝑥

Keterangan :

Sx = Standar deviasi variabel kuantitatif X


P = Proporsi untuk kategori 1

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑃= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎

q = Proporsi untuk kategori 0


̅𝑋̅̅𝑝̅ = Rerata X yang mempunyai kategori 1
̅̅̅𝑞 = Rerata X yang mempunyai kategori 0
𝑋

Kriteria pengujian : (1) jika 𝑟𝑝𝑏𝑖 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir item dikatakan valid

(dipakai) pada taraf signifikansi 5%‚ (2) jika 𝑟𝑝𝑏𝑖 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir item dikatakan

tidak valid (dibuang) pada taraf signifikansi 5%. 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ditentukan berdasarkan

banyaknya jumlah responden (n).

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah bahwa instrumen yang disusun dapat

dipercaya sebagai alat pengambil data. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki

tingkat keajegan dalam mengukur aspek yang diukur. Nilai keajegan ini dimaksudkan

apabila instrumen tersebut diberikan pada subyek yang berbeda akan memberikan

hasil yang relatif sama.


Untuk uji reliabilitas tes pemahaman konsep menggunakan rumus K-R 20

(Suharsimi, 2013: 109) berikut.

𝑛 𝑆 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = (𝑛−1) ( )
𝑆2

Keterangan :
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
P = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1- p)
∑ 𝑝𝑞 = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya Item
S = Standar Deviasi dari tes

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor yang diperoleh

setelah perlakuan dari semua variabel dalam penelitian ini. Pada teknik ini penyajian

data berupa skor maksimum, skor minimum, rata-rata skor, standar deviasi, varians,

dan persentase skor hasil pemahaman prosedural fisika. Kemudian dibuat tabel

distribusi frekuensi berdasarkan rentang, banyak kelas dan panjang kelas.

a. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan rentang nilai, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.

R = Xt – Xr

Keterangan: R = Rentang nilai


Xt = Data terbesar
Xr = Data terkecil
2) Menentukan panjang kelas interval (p):

𝑟
𝑝=
𝑘

3) Menentukan skor penentu (skor awal dan skor akhir pada tabel)
𝑝 ∗ 𝑘 = (𝑅 + 1) + 𝑋
Keterangan :
𝑅 = rentang
𝑘 = banyak kelas
𝑋 = skor penentu (skor awal dan skor akhir pada tabel)
(Ali, 2012:35)
b. Menentukan skor rata-rata
f i x i
X
f i

Keterangan : X = skor rata-rata


xi = tanda kelas interval
f i = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi
(Sudjana,2005:70)
c. Menentukan standar deviasi :

𝑛 ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )2
S=√ 𝑛(𝑛−1)

Keterangan :
S = standar deviasi
𝑥𝑖 = tanda kelas interval
𝑓𝑖 = frekuensi yang sesuai dengan kelas 𝑥𝑖
𝑁 = jumlah responden (n=∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 )

d. Menghitung Varians

2
𝑛 ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )2
𝑆 =
𝑛(𝑛 − 1)
e. Menentukan taksiran rata-rata
Untuk menentukan skor rata-rata (𝑥) dan standar deviasi/simpangan baku (Sd)
digunakan rumus sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖
Rata-rata skor (𝑥) = 𝑛

∑(𝑥𝑖 −𝑥)2
Standar deviasi (Sd) = √ 𝑛

Penaksiran rata-rata untuk memberikan gambaran skor rata-rata, digunakan


rumus sebagai berikut:

S N n S N n
X tp    X  tp (Sudjana,2005:203)
n N 1 n N 1
Keterangan:
𝑥 = rerata total skor responden
S = standar deviasi
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
1
tp = nilai t yang diperoleh dari daftar distribusi stundent dengan 𝑝 = 1 (1 + 𝛾) dengan
𝛾 adalah koefisien kepercayaan 𝛾 = (1 − 𝛼)

2. Analisis Inferensial

a. Uji Asumsi Dasar (Uji Prasyarat Analisis)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal

dari populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode chi kuadrat (𝜒 2 ), dengan rumus sebagai berikut:

𝑘
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝜒ℎ2 =∑
𝐸𝑖
𝑖=1

(Sudjana,2005273)

Keterangan:
2
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = nilai chi-kuadrat hitung
𝑂𝑖 = frekuensi observasi
𝐸𝑖 = frekuensi harapan
𝑘 = banyaknya kelas interval

2 2
Dengan kaidah pengujian, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka data dinyatakan

berdistribusi normal pada taraf signifikan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan

taraf signifikan α = 0.05.

Pengujian normalitas dihitung dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS versi

22 for Windows dengan analisis Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi

α = 0,05, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Nilai sig. ≥ 0,05; H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Nilai sig. < 0,05; H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua

sampel yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varians

yang sama atau homogen. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas dilakukan

dengan menggunakan uji-Fmax dari Hartley-Pearson, dengan rumus sebagai berikut:


2
𝑠𝑚𝑎𝑥
𝐹𝑚𝑎𝑥 = 2
𝑠𝑚𝑖𝑛

(Purwanto, 2011: 179)

Keterangan:
𝐹𝑚𝑎𝑥 : nilai F hitung
2
𝑠𝑚𝑎𝑥 : varians terbesar
2
𝑠𝑚𝑖𝑛 : varians terkecil

Dengan kriteria pengujian, jika nilai Fhitung < Ftabel maka dikatakan homoge n

pada taraf kesalahan tertentu.

Pengujian homogenitas dihitung dengan menggunakan program IBM SPSS

versi 22 for Windows pada taraf signifikan α = 0,05.

b. Pengujian Hipotesis

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah menggunakan uji-t dua pihak,

dengan pengujian statistiknya sebagai berikut.

Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 : skor rata-rata pemahaman prosedural fisika peserta didik yang diajar

menggunakan metode praktikum.

µ2 : skor rata-rata pemahaman prosedural fisika peserta didik yang diajar secara

konvensional

Dengan kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut.

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak


Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman prosedural

fisika peserta didik yang diajar menggunakan metode praktikum dan yang

diajar secara konvensional di kelas IX MTsN 2 Jeneponto.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman prosedural fisika

peserta didik yang diajar menggunakan metode praktikum dan yang diajar

secara konvensional di kelas IX MTsN 2 Jeneponto.

Uji hipótesis dihitung dengan bantuan program IBM SPSS 22 for Windows.

Setelah uji perbandingan secara keseluruhan dilakukan dan menunjukkan perbedaan

yang signifikan, perbandingan diteruskan dengan uji-t yang digunakan untuk menguji

signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Uji ini juga digunakan untuk menguji

pengaruh variabel indeoendent terhadap variabel dependent. Uji ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh metode praktikum terhadap pemahaman prosedural fisika

peserta didik. Adapun rumusnya sebagai berikut:

̅̅̅1 − 𝑋
𝑋 ̅̅̅2
𝑡=
1 1
𝑆√𝑛 + 𝑛
1 2

Keterangan:
𝑡 : koefisien pasangan yang diuji
̅̅̅1 dan 𝑋
𝑋 ̅̅̅2 : rata-rata sampel satu dan rata-rata sampel dua
𝑆 : nilai varian
𝑛1 dan 𝑛2 : jumlah sampel satu dan jumlah sampel dua

Uji lanjut lainnya jika ukuran sampel tidak sama adalah dengan uji Schefee.

Pengujian statistiknya sebagai berikut.


(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22
𝑆2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Untuk criteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.


Apabila taraf signifikansi α ditentukan sebesar 0.05, maka:

Jika, −𝑡1−1𝛼 <thitung < 𝑡1−1𝛼 , dimana 𝑡1−1𝛼 didapat dari daftar distribusi t
2 2 2

dengan 𝑑𝑘=𝑛1 + 𝑛2 − 2 dan peluang (1 − 1/2𝛼) maka Ho diterima artinya


signifikan. Untuk harga-harga 𝑡 lainnya Ho ditolak.

Anda mungkin juga menyukai