Anda di halaman 1dari 4

Kooperatif Learning

1. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi


pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
2. Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan
strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok
belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
3. Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.
4. Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru”.
5. Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four
member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti
bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari
beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan
diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
6. Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama”.
7. Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama proses pembelajaran”.
8. Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
9. Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) “Cooperative learning merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai
tujuan”.
10. Djajadisastra (1982) “Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana
murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan
soal-soal dan tugas-tugas”
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa


pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang
diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan
siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/
belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan
adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif
tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1.Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.

2.Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam
model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3.Tatap muka.

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi,
karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan
proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh
Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini:

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1:
Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
pembelajaran dan memotivasi dicapai pada mata pelajaran tersebut dan memotivasi belajar
siswa siswa

Fase 2: Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan


Menyajikan infornasi demonstrasi atau lewat bahan bacan

Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk
dalam kelompok – kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
belajar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4: Guru membimbing kelompok-kelompok belajar siswa pada


Membimbing kelompok bekerja saat mereka mengerjakan tugas
dab belajar

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah


Fase 5: dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
Evaluasi hasil kerjanya.

Fase 6: Guru mencari cara-cara untuk menghargai siswa, baik dalam


Memberi penghargaan proses maupun hasil secara individual atau kelompok

Anda mungkin juga menyukai