Anda di halaman 1dari 41

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI ASIH KARAWACI


NOMOR 025/PER/DIR/RSSAK/II/2015
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan


yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan
angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya
peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun
dalam keadaaan bencana.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan


peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian,
selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS Sari Asih
Karawaci khususnya.

1
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD RS Sari Asih Karawaci harus berdasarkan standar pelayanan Gawat
Darurat RS Sari Asih Karawaci.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

C. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

2
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit dan sebagainya
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti
halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.

3
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
 Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degerenerasi (failure)
5. Asfiksi

4
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water
and electrolit)
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4 – 6),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama. Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan
oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
 Ditempat kejadian
 Dalam perjalanan ke rumah sakit
 Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

D. Landasan Hukum
1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 5063).
2. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4431).
3. Undang – undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 071/YANMED/RSKS/GDE/VII/1991
tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat

5
E. Kebijakan
A. Kebijakan Umum
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan
cinta kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan
mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian ( option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada
mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi,
Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada
pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan
kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien,
pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang
muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang
mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk
mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.

6
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya
untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan
dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap
pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit
dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar
untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara
keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 (enam)
standar keselamatan pasien dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.

7
21. Rumah Sakit Sari Asih Karawaci adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk
melaksanakan PONEK. Terkait PONEK Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
mengupayakan pelayanan meliputi : penanganan awal / emergency ibu dan bayi
dan pelayanan rujukan kerumah sakit lain yang mampu memberikan pelayanan
lebih lanjut.
22. Rumah Sakit Sari Asih Karawaci bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk
melakukan pelayanan pasien dengan HIV/AIDS, sehingga pelayanan yang
diselenggarakan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci meliputi ; palayanan Voluntary
Conceling and Testing (VCT), pelayanan rujukan HIV ke rumah sakit lain yang di
tunjuk melayanai HIV/AIDS, dan penerapan Universal Precaution.
23. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa ( TB ) sesuia dengan
pedoman stategi DOTS
24. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat
persetujuan pasien / keluarga
25. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
26. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia
medis pasien yang dilayani.
27. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal
ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
B. Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang datang berobat ke instalasi gawat darurat (IGD) harus
mendaftar ke bagian registrasi rawat jalan dan mendaftar ke bagian pendaftaran
(admission) untuk rawat inap, bila pasien yang bersangkutan jadi dirawat.
2. Pelayanan gawat darurat terutama “ life saving” dilaksanakan tanpa membayar
uang muka
3. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak
pasien
4. Selain menangani kasus “true emergency” instalasi gawat darurat (IGD) juga
melayani kasus “false emergency” dimana pelayanan pada kasus “false
emergency“ ini lebih menitikberatkan pada saat praktek pelayanan klinik umum

8
dan atau praktek dokter spesialis sudah selesai dengan jadwal prakteknya yang
sudah ditentukan.
5. Pada pasien Death On Arrival (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas
permintaan keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit
6. Dokter yang bertugas di instalasi gawat darurat (IGD) harus memiliki sertifikat
PPGD / ACLS dan BLS yang masih berlaku
7. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki sertifikat
BLS/ PPGD/ ACLS yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift
8. Obat dan alat kesehatan sesuai standar pelayanan instalasi gawat darurat (IGD)
yang berlaku harus selalu tersedia
9. Rumah Sakit Sari Asih Karawaci memberikan pelayanan kesehatan pasien gawat
darurat selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan.
10. Kriteria pasien akut dan gawat darurat adalah :
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya.
11. Penanganan pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang ke instalasi gawat
darurat (IGD) di luar jam kerja :
Bagi pasien yang tergolong tidak akut dan tidak gawat di instalasi gawat darurat
(IGD) diluar jam kerja tetap diberikan pelayanan sesuai dengan kondisinya
12. Setiap pasien yang datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dilakukan TRIAGE
untuk mendapatkan pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien
13. TRIAGE di instalasi gawat darurat (IGD) dilakukan oleh dokter jaga IGD atau
perawat penaggung jawab shift
14. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnsotik / therapy / spesimen
yang tidak tersedia di rumah sakit dapat dilakukan rujukan ke rumah sakit lain,
termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang
diindikasikan karena penyakitnya
15. Bila terjadi banyak bencana baik yang terjadi di dalam luar rumah sakit, instalasi
gawat darurat (IGD) siap untuk melakukan penanggulangan bencana (disaster
plan)
16. Setiap petugas / staf Instalasi Gawat Darurat (IGD) wajib mengikuti pelatihan yang
sudah diprogramkan oleh bagian diklat Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

9
17. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan dokter
dan diberikan persetujuan oleh pasien dan atau penanggung jawab pasien.
18. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

10
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi Sumber Daya Manusia IGD adalah :

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan


.
1 Kepala Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
2 Kepala Ruangan IGD D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD/ACLS
3 Perawat Penanggungjawab Tim D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD/ACLS
4 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD
5 Dokter Jaga IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Kategori :
 1 orang Kepala Perawat IGD
 2 orang Perawat Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Kategori :
 1 orang Penanggung Jawab Shift (PJT)
 1 orang Pelaksana
c. Untuk Dinas Malam :
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Kategori :
 1 orang Penanggung Jawab Shift
 1 orang Pelaksana
C. Pengaturan Jaga

11
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
 Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh kepala ruangan IGD dan disetujui oleh kepala bidang
keperawatan
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada
buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab
shift/Tim ( PJ Shift atau PJT) dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
kegawat daruratan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu Kepala ruangan IGD : 2 jam sebelum
dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Kepala ruangan IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan
sudah mencari perawat pengganti, apabila perawat yang bersangkutan tidak
mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala ruangan IGD akan mencari
tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat IGD
yang tinggal di lingkungan terdekat Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruangan IGD akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di
lingkungan terdekat Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

12
 Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan jaga
dengan dihitung lembur (SPO pengaturan jadwal dinas perawat IGD terlampir).

2. Pengaturan Jaga Dokter IGD


 Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab kepala instalasi
gawat darurat dan disetujui oleh kepala bidang pelayanan medis.
 Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
a) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari
sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
pengganti.
b) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke kepala instalasi gawat darurat dan diharapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka kepala instalasi gawat darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan (SPO pengaturan jadwal jaga dokter IGD terlampir).
c) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke kepala instalasi gawat darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka kepala instalasi gawat darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan (SPO pengaturan jadwal jaga dokter IGD terlampir).

13
3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab kepala
bidang pelayanan medis dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat setiap 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
a) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
ke sekretaris direktur paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
b) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke sekretaris direktur dan di harapkan dokter tersebut sudah
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka kepala bidang pelayanan medis wajib untuk mencarikan
dokter jaga konsulen pengganti.( SPO pengaturan jadwal jaga dokter konsulen
terlampir).

14
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD Rumah Sakit Sari Asih Karawaci berlokasi di lantai 1 gedung utama yang
terdiri dari ruangan triase, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah, ruangan
tindakan non bedah dan ruangan observasi.

Ruangan resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan bedah terdiri
dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 6 (enam)
tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.

2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan gawat
darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien gawat darurat. Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk
kasus kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction (1 set)
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter (1 set)
3. Laringoskope anak & dewasa (1 set)
4. Spuit semua ukuran (masing – masing 10 buah)
5. Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan)
6. Infus set / transfusi set (5 / 5 buah)

15
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (1 buah)
8. Gunting besar (1 buah)
9. Defribrilator (1 buah)
10. Monitor EKG (1 buah)
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi (1unit)
12. Papan resusitasi (1 buah)
13. Ambu bag (2 buah)
14. Stetoskop (3 buah)
15. Tensi meter (2 buah)
16. Thermometer (2 buah)
17. Tiang Infus (1 buah)

b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah


1.Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2.Verban segala ukuran :
- 4 x 5 cm (5 buah)
- 4 x10 cm (5 buah)
3.Vena seksi set (1 set)
4.Extraksi kuku set (2 set)
5.Hecting set (5 set)
6.Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
- Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
- Jarum (1 set)
7.Lampu sorot (1 buah)
8.Kassa (1 tromol)
9.Cirkumsisi set (1 set)
10.Ganti verban set (3 set)
11. Stomach tube / NGT
- Nomor 12 (3 buah)

16
- Nomor 16 (3 buah)
- Nomor 18 (2 buah)
12.Spekulum hidung (2 buah)
13.Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc (5 buah)
- 2.5 cc (5 buah)
14.Infus set (1 buah)
15.Dower Catheter segala ukuran
- Nomor 16 (2 buah)
- Nomor 18 (2 buah)
16.Emergency lamp (1 buah)
17.Stetoskop (1 buah)
18.Tensimeter (1 buah)
19.Thermometer (1 buah)
20.Elastis verban sesuai kebutuhan
- 6 inchi (1 buah)
- 4 inchi (2 buah)
- 3 inchi (1 buah)
21.Tiang infus (1 buah)

c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :


1. Stomach tube / NGT
- Nomor 16 (2 buah)
- Nomor 18 (2 buah)
- Nomor 12 (3 buah)
2. Urine bag (3 buah)
3. Otoscope (1 buah)
4. Nebulizer (1 buah)
5. Mesin EKG (1 buah)
6. Infus set (1 buah)
7. IV catheter semua nomer (1 set)

17
8. Spuit sesuai kebutuhan :
- 1 cc (5 buah)
- 2.5 cc (5 buah)
- 5 cc (5 buah)
- 10 cc (5 buah)
- 20 cc (3 buah)
- 50 cc (3 buah)
9. Tensimeter (1 buah)
10. Stetoskop (1 buah)
11. Thermometer (1 buah)
12. Tiang infus (2 buah)

d. Alat – alat untuk ruang observasi


1.Tensimeter (1 buah)
2.Oxygen lengkap dengan flow meter (1 buah)
3.Termometer (1 buah)
4.Stetoskop (1 buah)
5.Standar infus (1 buah)
6.Infus set (1 set)
7.IV catheter segala ukuran (1 set)
8.Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc (5 buah)
- 2.5 cc (5 buah)
- 5 cc (5 buah)
- 10 cc (5 buah)
- 20 cc (3 buah)
- 50 cc (3 buah)

e. Alat – alat dalam trolly emergency


1. Obat Life saving (terlampir pada standar obat IGD RS Sari Asih)
2. Obat penunjang (terlampir pada standar obat IGD RS Sari Asih)

18
3. Alat – alat kesehatan :
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak (1 buah / 1 buah)
2. Oropharingeal airway
- Nomor 3 (2 buah)
- Nomor 4 (2 buah)
3. Laringoscope dewasa & anak (1 set)
4. Magyl forcep
5. Face mask (1 buah)
6. Urine bag non steril (5 buah)
7. Spuit semua ukuran
8. Infus set (1 set)
9. Endotracheal tube (dewasa & anak)
- Nomor 2.5 (1 buah)
- Nomor 3 (1 buah)
- Nomor 4 (1 buah)
- Nomor 7 (1 buah)
- Nomor 7.5 (1 buah)
- Nomor 8 (1 buah)
10. Slang oksigen sesuai kebutuhan
11. Stomach tube / NGT
- Nomer 16 (2 buah)
- Nomer 18 (2 buah)
- Nomer 12 (3 buah)
12. IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomor 18 Cath / Terumo (2/2 buah)
- Nomor 20 Cath / Terumo (2/16 buah)
- Nomor 22 Cathy / Terumo (2/11 buah)
13. Suction catheter segala ukuran
- Nomor 10 (3 buah)
- Nomor 12 (2 buah)
14. Neck collar Ukuran S/M (2/1)

19
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci saat ini memiliki 2 (dua) unit ambulance yang kegiatannya berada
dalam koordinasi IGD dan bagian umum.

3. Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


A. Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel

B. Alat & Obat


- Alat –alat untuk life saving :
1. Tabung Oksigen (1 buah)
2. Mesin suction (1 buah)
3. Monitor EKG (1 buah)
4. Stretcher (1 buah)
5. Scope (2 buah)
6. Piala ginjal (5 buah)
7. Tas Emergency yang berisi
- Obat – obat untuk life saving :
1. Cairan infus (RL, NaCL 0,9 % (5/10 kolf )
2. Senter (2 buah)

20
3. Stetoskop (3 buah)
4. Tensimeter (1 buah)
5. Piala ginjal (5 buah)
6. Oropharingeal air way
7. Gunting verban (2 buah)
8. Tongue Spatel (1 buah)
9. Reflex hummer (2 buah)
10. Infus set (1 buah)
11. IV chateter (Nomor 20 , 18, 22, 24)
12. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

Standar Obat IGD Rumah Sakit Sari Asih Karawaci


1. Obat Life Saving
a. Injeksi
No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Adona AC 10 ml Ampul 6 Haemostatic
2. Alupent Ampul 2 Anti asthmatic dan COPD
preparations
3. Aminophilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD
preparations
4 Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodics
5. Buscopan Ampul 14 Anti spasmodics
6 Catapres Ampul 3 Other Anti hypertensives
7 Cedation Ampul 5 Anti emetics
8 Cortidex Ampul 6 Corticosteroid Hormones
9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
10 Dicynone Ampul 5 Haemostatics
11 Dormicum Asmpul 1 Hypnotics dan sedatives
12 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general
13 Lasik Ampul 16 Diuretics
14 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal
15 Metro clopramide Ampul 5 Anti emetik
16 Nicholin 250 mg Ampul 2 Neuroprotector
17 Nicholin 100 mg Ampul 2 Neoroprotector
18 Naotropil 1 gr Ampul 5 Neuroprotector
19 Novalgin Ampul 5 Analgetik
20 Orodexon Ampul 4 Anti inflamasi
21 Phenobarbital Ampul 2 Sedatif

21
22 Pethidine Ampul 2 Sedatif
23 Pulmicortn Naspv Ampul 8 Broncodilator
24 Ranitidine Ampul 5 Antacida
25 Remopain Ampul 5 Analgetik
26 Renatoc Ampul 2 Antacida
27 Toradol 50 mg Ampul 1 Analgetik
28 Panadol Ampul 5 Analgetik
29 Transamin Ampul 7 Haemostatics
30 Valium Ampul 14 Sedatif
31 Vit k Ampul 2 Anti perdarahan
32 Tramal 100 mg Ampul 1 Analgetik
33 ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus
34 Vaksin Engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis
35 Vaccin Engerik 0,5 ml Tube 2 Vaksinasi hepatitis
36 Kallium clorida Flacon 6 Elektrolit
37 Meylon 25 ml Flacon 9
38 Meylon 100 ml Flacon 1

b. Tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/ Betabloker
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi / Betabloker
3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida

c. Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Asering Kolf 4
2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
10. Manitol 250 cc Kolf 2
11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
13. Nacl 3 % Kolf 1
14. Ringer Dextrose Kolf 6
15 Ringer Lactat Kolf 13
16. Ringer Solution Kolf 2

22
17. Dex 40 % 25 ml Flacon 6

d. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik
2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik
3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti emetik
4. Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik, Analgetik
5. Propyretic 160 mg Supp 1 Anti piretik, Analgetik
6. Proris Sup Supp 6 Anti piretik , Analgetik
7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif
8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif

2. Obat Penunjang
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics
7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik
8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik

b. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Aspilet Tablet 7 Anti coagulans, anti trombotics
2. Inderal Tablet 5 Beta –Blockers
3. Inopamil Tablet 5
4. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs
5. Merislon Tablet 2 Anti vertigo
6. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers
7. Strocain Tablet 5 Antacid& Antiulcerant
8. Norit Tablet 15
9. Ponstan Tablet 2 Analgetic& Antipiretic

23
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat IGD
 Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
 Status Medis
3. Tata laksana Pendaftaran Pasien IGD
a) Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian pendaftaran atau admission (002/SPO/IGD/RSSAK/II/2015)
b) Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk
mencari identitas pasien
c) Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian pendaftaran atau admission
akan memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
d) Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian pendaftaran atau admission.

B. Tata laksana Sistim Komunikasi IGD


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Operator
 Dokter / perawat IGD
2. Perangkat Kerja
 Pesawat telpon
 Hand phone
3. Tata laksana sistim komunikasi IGD

24
a) Antara IGD dengan unit lain dalam RS Sari Asih Karawaci adalah dengan
nomor extension masing - masing unit
b) Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone
langsung dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter
jaga atau melalui bagian operator
c) Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone
d) Dari luar Rumah Sakit Sari Asih Karawaci dapat langsung melalui operator

C. Tata Laksana Pelayanan Triage


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope
 Tensimeter
 Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triage
a) Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran atau admission
b) Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
c) Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d) Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah /
non bedah
e) Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan diruang non bedah

25
D. Tata laksana Pengisian Informed Consent
1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
 Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
a) Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat
b) Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
c) Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. Tata Laksana Transportasi Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat IGD
 Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
 Ambulance
 Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a) Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulance Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD
(022/SPO/IGD/RSSAK/II/2015)
b) Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulance (nama pasien
ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
c) Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulance untuk menyiapkan
kendaraan
d) Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Petugas Penanggung Jawab

26
 Perawat jaga IGD
 Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope
 Tensi meter
 Alat Tulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a) Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian pendaftaran atau admission
b) Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c) Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d) Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
e) Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f) Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g) Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

G. Tata laksana Pelayanan Visum Et Repertum


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Rekam Medis
 Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
 Formulir Visum Et Repertum IGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a) Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian
b) Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c) Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait
d) Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian

27
H. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA)
1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter jaga IGD
 Petugas Satpam
2. Perangkat Kerja
 Senter
 Stetoscope
 EKG
 Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
a) Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b) Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
c) Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d) Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian
umum/ keamanan

I. Tata Laksana Sistim informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
 Ambulance
 Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a) Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci.

b) Isi informasi mencakup :


 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )

28
 Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
 Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima
dari petugas ambulance

J. Tata Laksana Sistim Rujukan


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter IGD
 Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
 Ambulance
 Formulir persetujuan tindakan
 Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a) Alih Rawat
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
 Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi Rumah Sakit Sari Asih Karawaci / ambulance 118 sesuai
kondisi pasien
b) Pemeriksaan Diagnostik
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
 Perawat IGD menghubungi petugas ambulance Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci.

29
K. Spesimen
a) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan spesimen
b) Bila keluarga setuju maka harus mengisi informed consent
c) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
d) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju saat
pemeriksaan specimen yang dilakukan tidak bias dilakukan atau tidak bisa
diperiksa di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

30
BAB V
LOGISTIK

Secara umum, untuk logistik di IGD Rumah Sakit Sari Asih Karawaci sudah dibuatkan
sesuai dengan kebutuhan yang ada dan bisa terpenuhi dengan cepat. Hal ini tentunya
merupakan sebuah standar dimana pemenuhannya bisa sedera dilakukan untuk
membantu mengatasi kebutuhan logistic yang sangat mendesak dan penting bagi
terselenggaranya sebuah pelayanan yang efektif dan efisien.

31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a) Asesmen resiko
b) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c) Pelaporan dan analisis insiden
d) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


a) Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b) Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


a) Hak pasien
b) Mendidik pasien dan keluarga
c) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

32
d) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
f) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
g) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

D. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)


1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
a) Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
b) Unpreventable Adverse Event (KTD yang tidak dapat dicegah)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
tindakan appun, walaupun dengan pengetahuan mutakhir

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


a) Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

3. Kesalahan Medis (Medical Errors)

33
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

4. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

34
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

C. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.

35
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua
pihak dari penyebaran infeksi.

Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau


“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

Dengan mematuhi standar prosedur operasional (SPO) yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit maka diharapkan bias meminimalisir atau mampu menjegah terjadinya
pajanan dan atau kejadian lainnya sehingga tenaga kesehatan bias terhindar dari
risiko – risiko yang ada.

D. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

E. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

36
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

F. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

37
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci khususnya untuk unit
pelayanan Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) mengacu kepada Indikator Mutu Area Klinik
( IAK ) yang terdiri dari :
1. Angka keterlambatan pelayanan pertama Gawat Darurat
2. Angka kematian di unit Gawat Darurat

38
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan IGD yang digunakan di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci merupakan
sebuah petunjuk dan sebuah peraturan yang mendasar serta melandasi adanya sebuah
pelayanan yang baku dan terstandar di rumah sakit sehingga ini merupakan bahan rujukan
untuk memberikan sebuah pelayanan yang seragam di IGD khususnya dan Rumah Sakit
Sari Asih Karawaci pada umumnya.

Tangerang, Februari 2015

39
Lampiran 1 : Angka keterlambatan pelayanan pertama Gawat Darurat

ANGKA KETERLAMBATAN PELAYANAN PERTAMA GAWAT


DARURAT
Nomor :
No. Revisi : 00 Halaman : 1/1
030/IAK/RSSAK/II/2015
Ditetapkan :
INDIKATOR MUTU
Tanggal Terbit :
AREA KLINIK
25 Februari 2015
Dr. H. Mahruzzaman Naim, SpA
Direktur
Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat
Judul
Dimensi
Untuk menekan keterlambatan pelayanan pertama pasien gawat darurat
Tujuan
Angka kejadian pasien true emergency yang mendapat pertolongan pertama lebih dari 5
Definisi Operasional
menit di Instalasi Gawat Darurat
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Jumlah pasien true emergency yang mendapat pertolongan pertama lebih dari 5 menit
Numerator
Jumlah semua pasien true emergency yang mendapat pertolongan pertama lebih dari
Denominator
5 menit dalam periode waktu yang sama
Instalasi Gawat Darurat
Sumber Data
0%
Standar

40
Unit pelayanan gawat darurat
Penanggung Jawab

Lampiran 2 : Angka kematian di instalasi gawat darurat

ANGKA KEMATIAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT


Nomor :
No. Revisi : 00 Halaman : 1/1
031/IAK/RSSAK/II/2015
Ditetapkan :
INDIKATOR MUTU
Tanggal Terbit :
AREA KLINIK
25 Februari 2015
Dr. H. Mahruzzaman Naim, SpA
Direktur
Angka kematian di instalasi gawat darurat
Judul
Dimensi
Untuk menekan kematian ( true emergency ) pasien di Instalasi Gawat Darurat
Tujuan
Jumlah pasien true emergency dengan kegawatan medik yang meninggal di Instalasi
Definisi Operasional
Gawat Darurat
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Jumlah pasien true emergency yang meninggal di IGD dalam periode tertentu
Numerator

Denominator Jumlah seluruh pasien true emergency dalam waktu yang sama
Instalasi Gawat Darurat
Sumber Data
0%
Standar
Unit pelayanan gawat darurat
Penanggung Jawab

41

Anda mungkin juga menyukai