Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

DISTOSIA BAHU

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

ADRIANO B.D.Z.MONIZ KP.16.01.119


ALFONSA KAKA KP. 16.01.122
ALVINA FIKRIATUZROH KP.16.01.123
LUSSI ARUMISORE KP.16.01.
MESYA
MAGDALENA IRARATU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
T.A 2018/2019
1

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala nikmat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “DISTOSIA
BAHU“ ini kami susun agar pembaca dapat memahami dan semoga makalah ini dapat
memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi.Demikian yang dapat kami sampaikan,semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

3
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan..................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................7

1.3Tujuan.....................................................................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi .............................................................................................................................. 6
2.2 Etiologi ............................................................................................................................. 6
2.3 Manifestasi Klinik ............................................................................................................. 6
2.3 Komplikasi ........................................................................................................................ 7
2.4 Faktor resiko dan pencegahan ........................................................................................... 7
2.5 Diagnosis ........................................................................................................................... 8
2.6 Penanganan ...................................................................................................................... 8
2.7 Asuhan Keperawatan ...................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
3.2 Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 16

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah
bila dalam persalinan pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya
distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal
interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik ,
pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval
waktu tersebut lebih dari 60 detik.American College of Obstetrician and Gynecologist (2002)
menyatakan bahwa angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan
normal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Distosia Bahu?
2. Apa Etiologi distosia bahu ?
3. Apa Manifestasi klinik dari distosia bahu ?
4. Apa Komplikasi dari distosia bahu ?
5.Apa Faktor resiko dan pencegahan nya ?
6. Bagaimana Penanganan dan diagnosa distosia bahu ?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan distosia bahu ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Distosia bahu.
2. Untuk mengetahui etiologi dan manifestasi klinik distosia bahu.
3. Untuk mengetahui komplikasi dan faktor resiko dari distosia bahu.
4. Untuk mengetahui cara penanganan dan asuhan keperawatan distosia bahu.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba
salah satu metode persalinan bahu (Manuaba, 2001).

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetric oleh
karena dengan tarikan bisa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi (Prawirohardjo, 2009).

Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetric karena terbatasnya waktu


persalinan, terjadi trauma janin,dan kompikasi pada ibunya, kejadiannya sulit diperkirakan
setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura dan persalinan bahu mengalami kesulitan
(Manuaba, 2001).

2.2 Etiologi
Distosia bahu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan
b. Bayi berukuran besar
c. Riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).
d. Kelainan tenaga/ power
e. Kelainan jalan lahir/ passagerSS
f. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

2.3 Manifestasi Klinik


 Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
 Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
 Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
 Terjadi distensi berlebihan pada uterus
 Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada,
teraba

6
 bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada

Tanda dan gejala terjadi nya distosia bahu :


a) Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar normal.
b) Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c) Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan
bahu.

2.3 Komplikasi

1. Bagi janin
 Terjadi peningkatan insiden kesakitan dan kematian intrapartum.
 Pada saat persalinan melahirkan bahu beresiko hipoksia sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan otak.
 Kerusakan syaraf. Kerusakan atau kelumpuhan pleksus brakhialis dan keretakan
bahkan sampai fraktur tulang klavikula.
2. Bagi ibu
 Terjadi robekan di perineum yang sangat luas
 Gangguan psikologi sebagai dampak dari pengalaman persalinan yang traumatik
 Depresi jika janin cacat atau meninggal
 Perdarahan pasca persalinan
 Rupture uteri

2.4 Faktor resiko dan pencegahan


Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
Maternal
a) Kelainan anatomi panggul
b) Diabetes Gestasional
c) Kehamilan postmatur
d) Riwayat distosia bahu
e) Tubuh ibu pendek
f) Ibu obesitas

7
Fetal
g) Makrosomia
h) Distosia bahu sebelumnya (chapman,2006)
Upaya pencegahan distosia bahu yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :
a. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi: janin luar

biasa besar (>5 kg ) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg ) dengan riwayat distosia
bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.
b. Identifikasi dan obati diabetes ibu

c. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi

d. Kenali adanya distosia bahu seawall mungkin.


e. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan

risiko cedera pada janinn


f. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi Mc Roberts, pertologan persalinan, resusitasi bayi, dan
tindakan anestesi ( bila perlu ).

2.5 Diagnosis

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :


a. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
b. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengna kencang.
c. Dagu tertarik dan menekan perineum
d. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial
simfisispubis.

2.6 Penanganan
Diperlukan seorang asisten untuk membantu sehingga bersegeralah minta bantuan,
jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah
masuk kepanggul, bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit
dilahirkan tarikan pada kepala, untuk mengendorkan ketegangan yang menyulit bahu

8
posterior masuk panggul tersebut dapat dilakukan episiotomy yang luas, posisi Mcrobert,
atau posisi dada-lutut, dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena akan semakin
menyulit bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan rupture uteri, disamping perlunya
asisiten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan
dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu setelah kepala lahir akan terjadi penurunan
PH arteri umbilikalis dengan lalu 0,04 unit/menit. Dengan demikian pada bayi sebelumnya
tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver
melahirkan bahu sebelum terjadi cidera hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut diagnosis :
a. Hentikan fraksi pada kepala, segera memanggil bantuan

b. Manuver Mcrobert, posisi Mcrobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan

kepala.
c. Manuver Rubin (posisi tetap Mcrobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik tarikan
kepala)
d. Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau maneuver wood.

Langkah-langkah tindakan cara pertolongan distosia bahu antara lain:


1. Langkah pertama : Manuver Mcrobert
Maneuver Mcrobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi Mcrobert yaitu
ibu terlentang memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin
kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi), lakukan episiotomy yang
cukup lebar, gabungan episiotomy dan posisi Mcrobert akan mempermudah bahu
posterior melewati promontorium dan masuk kedalam panggul, mintalah asisten
untuk menekan suprasimfisis kearah posterior menggunakan pangkal tangannya
untuk menekan bahu anterior agar mau masuk dibaik simfisis sementara itu dilakukan
tarikan pada kepala janin kearah postero kaudal dengan mantap, langkah tersebut
akan melahirkan bahu anterior, hindari tarikan yang berlebihan karna akan
mencederai pleksus brakhialis setelah bahu anterior dilahirkan.langkah selanjutnya
sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala maneuver ini cukup
sederhana,aman dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan
sampai sedang (Prawirohardjo,2009).

9
2. Langkah ke Dua : Manuver Rubin
Oleh karna anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari pada diameter oblik
atau tranvernya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi
oblik atau tranversanya untuk memudahkan melahirkannya tidak boleh melakukan
putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu yang dapat
dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik
kearah dorsal, pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior,sehingga pemutaran
lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya,masih dalam posisi Mcrobert
masukkan tangan pada bagian posterior vagina,tekanlah pada daerah ketiak bayi
sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik/tranversa lebih menguntungkan bila
pemutaran itu kearah yangmembuat punggung bayi menghadap kearah anterior
(Manuver Rubin anterior) oleh karna kekuatan tarikan yang diperlukan untuk
melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteros atau punggung
bayi menghadap kearah posterior,ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi
punggung janin anterior akan membuat bahu lebih anduksi sehingga diameternya
mengecil,d engan bantuan tekanan simpra simfisis kearah posterior, lakukan tarikan
kepala kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior
(Prawirohardjo,2009).
3. Langkah ke Tiga : Manuver Wood (Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak)
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu
posisi punggung bayi masukkan tangan penolong yang bersebrangan dengan
punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan
kiri) kevagina temukan bahu posterior, telusuri tangan atas dan buatlah sendi siku
menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti) peganglah lengan bawah
dan buatlah gerakan mengusap kearah dada bayi langkah ini akan membuat bahu
posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk kebawah
simfisis,dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah posterior, lakukan tarikan
kepala kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
Maneuver Wood: manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi
sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan
pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium pada
posisi telentang atau litotomi sandi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya pasien
menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya pada manuverin,bahu

10
posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala bahu melalui
panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai aliran sakrup,
berdasarkan hal itu memutar bahu akan mempermudah melahirkannya, maneuver
woods dilakukan dengan menggunakan 2 jari tangan bersebrangan dengan punggung
bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior dan
posisinya berada dibawah akralis pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas
panggul dan berubah menjadi bahu posterior dalam posisi seperti itu .

2.7 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya,biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia,
panggul sempit,biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin
(lintang,sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
preeklamsi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b. Mata :Biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
d. Abdomen : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap
anak normal atau tidak,raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak,
lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.

11
e. Vulva dan Vagina Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem
pada vulva/ servik, biasanyateraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan,
biasanya teraba jaringan plasentauntuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
f. Panggul : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul
dan kelainan tulang belakang

4. Pengkajian fisik
Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian
fisiktekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi
oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan
palpasi yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.

5. Prosedur diagnostik
a. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
b. Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
c. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase
janin,posisi dan formasi.
d. Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis

6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi
tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan
cairan
4. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama
5. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
6. Cemas b/d persalinan lama

12
7. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Gangguan rasa Tujuan : Tentukan sifat ,lokasi dan


nyaman b/d tekanan  kebutuhan rasa durasi nyeri,kaji kontraksi
kepala pada nyaman terpenuhi / uterus ,hemiragicdan nyeri
servik,partus nyeri berkurang . tekan abdomen
lama,kontraksi tidak Kriteria :  kaji intensitas nyeri
efektif  klien tampak rileks Klien dengan skala nyeri
 Kontraksi uterus  Kaji stress
efektif psikologis/pasangan dan
 Kemajuan renspon emosional terhadap
persalinan baik. kejadian
 Berikan lingkungan yang
nyaman tenang dan aktifitas
untuk mengalihkan nyeri
.bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
 Kuatkan dukungan sosial
/dukungan keluarga

2. Resiko tinggi cedera Tujuan :  Melakukan manuver


janin b/d penekanan leopold untuk menentukan
 cedera pada janin
kepala pada panggul, dapat di hindari posisi janin dan presentase
partus lama, CPD  dapatkan data dasar DJJ
Kriteria :
secara manual dan pantau

 DJJ dalam batas dengan sering perhatiakan


normal variasi DJJ dan periodic
 Kemajuan
persalinan baik. renspon terhadap kontraksi

13
uterus .
 catat kemajuan persalinan
 catat DJJ bila ketuban
pecah setiap 15 menit .
 posisi kan klien pada posisi
punggung janin

3. Resiko tinggi tujuan :  pantau masukan dan

kekurangan cairan b/d  mempertahankan keluaran cairan

hipermetabolisme, keseimbangan,caira  lakukan tes urine untuk


mengetahui adanya keton
muntah, pembatasan n dan bebas dari
 pantau tanda vital,catat
masukan cairan komplikasi
laporan pusing pada
perubahan posisi
 kaji elastisitas kulit
perhatiaka renspon denyut
jantung janin yang abnormal
 berikan masukan cairan
adekuat melalui pemberian
minuman >2500 liter
 berikan cairan secara intra
vena
 tinjau ulang hemoglobin dan
hematokrit

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya peran Bidan sebagai Motivator, masalah pada ibu yang
mungkin berpotensi memberi motivasi untuk ibu.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Llwenllyn Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 Jakarta :


Hipokrates,2001
 Mochtar Rustam, (1998) Sinopsis Obstetri 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta: 2006.
 Winkjosastro, Hanifah. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta : 2006.
 Winkjosastro, Hanifah. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2002.
 Bulechek,Gloria M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) United States of
America: Mosby
 Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa
kebidanan.Jakarta:EGC
 Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:EGC
 NANDA International Nursing Diagnoses : Definition &Classification 2009-2011. United
Kingdom : Wiley-Blackwell.
 Mckinney, Emily Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of
CongressCatologing in Publication Data
 Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). United States of
America:Mosby

16

Anda mungkin juga menyukai