NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
ULYAS RAHIM
201110201172
INTISARI
ABSTRACT
Background: Adolescents are particularly vulnerable to sexual behaviors at risk for
sex encouragement. Moreover, with the advancement of science and technology is
getting rapidly make teens more easily find information about sexual transmitted
disease problems that often arise when it is gonorrhea, syphilis and HIV / AIDS.
This is caused by less of adolescents knowledge about sexual transmitted disease.
Objective : the objective of this research was to determine the effect of spread
diseases sexual health education to change knowledge and attitudes about sexual
transmitted disease.
Methods: This research is a quasi experimental design with non-equivalent control
group design. The research was conducted on January 29, 2013. The subjects were
60 students SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta were divided into 2
groups: the experimental group and the control group with sampling done by
Proportional Stratified random Sampling and statistical tests using the Mann-
Whitney.
The Result: the results showed that there is a difference between knowledge
outcomes experimental group and the control group to changes in knowledge after
treatment with a value of p = 0.001 (p <0.05), meaning that the value of alpha of 5%
is statistically significant difference in the value of the respondents' knowledge ,
while the value of attitude after treatment with p = 0.846 (p> 0.05), meaning that the
alpha value of 5% was not statistically significantly different from the value attitudes
of respondents.
The Conclusion: there was a significant effect of health education sexual transmitted
disease to the change knowledge after eksperiment at students of SMA
Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta, but no significant effect health
education sexual transmitted disease to the change attitude after eksperiment at
students of SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta.
The suggestion: for the next researcher can do the taking of data for the attitude
scale after a week eksperiment. This is done to know about sexual transmitted
disease, because of attitude changing need a long time process.
1
Tittle of The Research
2
Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3
Lecturer of School Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
LATAR BELAKANG lewat majalah dan koran. Dari jumlah itu
Remaja merupakan fase kehidupan 27% melakukannya karena iseng, 10 %
manusia dengan karakter khasnya yang terbawa oleh teman, 4% takut dikatakan
penuh gejolak. Data demografi sebagai remaja yang kurang pergaulan
menunjukan bahwa remaja merupakan (Elli, 2008).
populasi yang besar dari penduduk dunia. Penyakit menular seksual (PMS)
Menurut World Health Organization yaitu adalah penyakit yang timbul akibat dari
1/5 dari penduduk dunia adalah remaja kegiatan seks, yang ditularkan melalui
berusia 10-19 tahun (Soetjiningsih, 2004). hubungan seks (Lubis, 2010). PMS
Populasi remaja yang tidak sedikit ini beresiko tinggi ditularkan pada orang –
menjadi kelompok yang rentan terhadap orang yang berganti-ganti pasangan,selain
pengabaian hak-hak kesehatan reproduksi. itu PMS dapat ditularkan melalui transfusi
Di Indonesia, pada tahun 2007 jumlah darah dan penggunaan jarum suntik yang
remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar berganti-ganti. PMS sangat berbahaya
64 juta atau 28,64 % dari jumlah dapat menyebabkan komplikasi yang
penduduk Indonesia (Proyeksi penduduk bervariasi, diantaranya adalah
Indonesia tahun 2000-2005, dkk. 2005- kemandulan, kecacatan, gangguan
2025, dalam Muadz, dkk 2008). kehamilan, gangguan pertumbuhan,
Remaja adalah suatu masa dimana kanker rahim pada wanita, bahkan bisa
individu berkembang dari saat pertama menyebabkan kematian (Dailli, 2003).
kali ia menunjukan tanda-tanda seksual Tingginya kasus PMS salah
sekundernya sampai saat ia mencapai satunya karena kurangnya sarana edukasi
kematangan seksual, individu mengalami dan penyampaian informasi tentang PMS
perkembangan psikologi dan pola kepada remaja. Generasi muda merupakan
identifikasi dari kanak-kanak sampai salah satu faktor penyebab angka
dewasa (Sarwono, 2011). penyebaran virus ini meningkat.
Media pornografi di Indonesia Pemerintah cenderung hanya
pada masa sekarang sangat mudah memperhatikan penyebaran PMS pada
dinikmati oleh remaja, didapatkan data waria dan Pekerja Seks Komersial (PSK)
yaitu 24% remaja menikmati seks melalui sedangkan pada remaja dan kaum muda
komik, 18% permainan, 16% situs porno kurang diberikan pengetahuan mengenai
diinternet, 14% film, 10% Video Compact PMS (Aliyah, 2009, Pencegahan PMS
Disc (VCD) dan Digital Video Disk dengan edukasi, 4,
(DVD), 8% lewat telepon genggam, 6% http://www.umy.ac.id/2009/07/pencegaha
n-hiv-aids-dengan-edukasi.umy, diperoleh terhadap tertularnya HIV/AIDS
tanggal 9 oktober 2012). (Widyastuti, dkk, 2009).
Di Indonesia prosentase Di Provinsi Jawa Tengah pada
pengetahuan remaja terhadap PMS pada tahun 2009, kasus infeksi menular seksual
tahun 2006 sebesar 89% sedangkan untuk (IMS) diobati sebesar 77,8% mengalami
daerah Yogyakarta sebesar 97% penurunan bila dibandingkan dengan
(Puslitbang KB dan Kesehatan cakupan 2008 sebesar 98,14% ini berarti
Reproduksi BKKBN, 2008, Hasil belum seluruh kasus infeksi menular
sementara survey indikator Kinerja seksual (IMS) yang ditemukan diobati
rencana Pembangunan jangka menengah atau belum mencapai target yaitu 100%
Nasional 2007, 53, selain melakukan survei Human Immuno
(www.bkkbn.go.id/Webs/DetailProgram. Deficiency Virus (HIV), pengamatan
Php?LinkID=2722-Mirip, Diperoleh 9 kasus Acquired Immune Deviciency
Oktober 2012). Prosentase ini termasuk Syndrome (AIDS) Dinas Kesehatan juga
tinggi, tetapi untuk daerah Sleman melakukan pengamatan terhadap hasil
khususnya daerah pakem prosentase virus human immuno deviciency virus
pengetahuan dari hasil studi pendahuluan (HIV),pada tahun 2008 hasil menujukan
13 siswa didapatkan 69% Siswa human Immuno Deficiency Virus (HIV)
mempunyai pengetahuan kurang dan yang paling tinggi yaitu sebesar 520 dari
hanya 31% Siswa yang mempunyai 345.795, jumlah sampel yang diperiksa
pengetahuan baik tentang PMS. (1,49).Sedangkan tahun 2009 terjadi
Pergaulan bebas pada remaja penurunan hasil reaksi yang cukup besar
dapat berdampak tertular penyakit yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel
menular seksual salah satunya yaitu yang yang diperiksa (0,88%) (Profil
HIV/AIDS. Kebanyakan remaja tidak Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
memiliki pengetahuan yang akurat Dinkes DIY (2009) menyatakan
tentang kesehatan reproduksi dan bahwa DIY saat ini telah menempati
seksualitas. Informasi biasanya hanya dari urutan ke- 17 provinsi dengan penderita
teman atau media elektronik maupun penyakit HIV/AIDS terbesar. Penularan
cetak, yang biasanya tidak akurat. telah berubah dengan dominasi dari jarum
Informasi yang salah dapat suntik pengguna narkoba. Penderita
menjerumuskan remaja kedalam HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok
pergaulan bebas yang dapat mengarah remaja. Laporan program P2M
menunjukan bahwa penemuan kasus
HIV/AIDS masih rendah yaitu dari target terjerumus kedalam pergaulan bebas
semula sebesar 2000 hanya mampu (Istiqomah, 2003). Menurut Berkotwits
dicapai 501 kasus. Sementara dari dalam azhar (2005) sikap merupakan
penderita yang ditemukan, pengobatan dasar seseorang untuk berperilaku jika
VCT yang dijalankan juga masih sikap tersebut positif dan sebaliknya jika
menunjukkan rendah hanya mencapai sikap seseorang negatif maka cenderung
62,4%. Laporan kabupaten atau kota akan muncul sebuah perilaku negatif pula,
menunjukkan bahwa kasus tertinggi “perubahan sikap negatif seseorang
HIV/AIDS adalah dikota yogyakarta terhadap seks mencerminkan tahap awal
sementara terendah adalah di Kabupaten dari gangguan perilaku seksual dan
Gunungkidul (Profil Kesehatan menimbulkan berbagai penyebaran
Reproduksi Provinsi D.I. Yogyakarta, penyakit menular seksual, termasuk
2008) HIV/AIDS” (Niven, 2002, dalam
Kurangnya informasi dan Septiningrum, 2007).
pengetahuan seseorang dapat berdampak Stigma yang ada dimasyarakat
terhadap pembentukan sikap. khususnya dikalangan remaja dapat
Pengetahuan yang tinggi dapat dirubah dengan salah satu cara seperti
mempengaruhi seseorang bersikap positif. pendidikan kesehatan. Media yang ikut
Sebaliknya pengetahuan yang kurang berpengaruh membantu pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang bersikap pendidikan remaja adalah sekolah.
negatif. Sikap merupakan reaksi atau Sekolah merupakan kelanjutan pendidikan
respon seseorang masih tertutup terhadap kesehatan bagi keluarga. Kunci
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, pendidikan kesehatan di sekolah adalah
2003). Masa remaja mempunyai sikap guru (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan
ingin tahu yang besar serta ingin coba- kesehatan reproduksi perlu diberikan oleh
coba. Rasa ingin tahu yang besar dan guru terutama guru BK dan penjaskes
emosional jiwa yang tinggi, menyebabkan kepada siswanya, agar siswa mendapatkan
mereka cenderung mudah terpengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi yang
oleh kebiasaan sehari-hari di lingkungan benar. Adanya pendidikan kesehatan
tempat mereka bergaul. Sikap remaja di reproduksi khususnya PMS akan
zaman sekarang ini sering melampaui mempengaruhi pengetahuan seseorang
batas-batas dalam pergaulan. Apabila yang akan berdampak terhadap
remaja terpengaruh kedalam hal yang pembentukan sikap remaja yang baik
tidak baik, ini dapat menyebabkan remaja terhadap pencegahan PMS (Widyastuti,
dkk, 2009). Untuk SMA Muhammadiyah Reproduksi Remaja (KRR). Program
Pakem sendiri, pendidikan kesehatan tersebut dikemas dalam paket “Triad”
PMS secara formal belum berjalan. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Pencegahan PMS selain dengan yang diarahkan pada pemberdayaan
pendidikan kesehatan juga diperlukan remaja dalam pencegahan perilaku
penanaman nilai agama pada seseorang seksual beresiko, pencegahan
yang merupakan batasan hijab yang penyalahgunaan narkoba dan minum
paling penting untuk pencegahan PMS, keras dan penanggulangan PMS. Kegiatan
sebab semakin kuat sikap religius ini diarahkan pada upaya advokasi,
seseorang, semakin kuat seseorang promosi, KIE, pelayanan komunikasi
meninggalkan larangan Allah, seperti di interpersonal atau konseling (KIP/K) yang
jelaskan dalam surat Al-Isro’ ayat 32 “Youth Friendly” baik bagi remaja yang
sebagai berikut: berperilaku positif maupun remaja yang
antara dua kelompok yang diberikan Penyakit menular seksual pada siswa
tentang penyakit menular seksual pada
remaja, dimana didapatkan nilai
signifikansi sebesar p= 0,846. Untuk
mengetahui hipotesis diterima atau
ditolak maka besarnya taraf signifikansi
dibandingkan dengan taraf kesalahan
5%. Jika p lebih kecil daripada 0,05 maka
Artinya: hipotesis diterima dan jika p lebih besar
11. Hai orang-orang beriman apabila daripada 0,05 maka hipotesis ditolak.
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- Hasil uji statistik memberikan nilai p=
lapanglah dalam majlis", Maka 0,846 lebih besar daripada 0,05 (0,846
lapangkanlah niscaya Allah akan >0,05) sehingga dapat disimpulkan
memberi kelapangan untukmu. dan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", yang artinya pendidikan kesehatan
tidak berpengaruh dalam meningkatkan
sikap remaja tentang penyakit menular sebelumnya. Pengalaman buruk di masa
seksual di SMA Muhammadiyah Pakem lalu diubah dengan memberikan
Sleman Yogyakarta. pengalaman baru yang menyenangkan
Hal ini tidak sejalan dengan sehingga kesan negatif berubah
teori yang telah diungkapkan oleh menjadi kesan positif (Barata, 2003)
Brooker (2008) bahwa dengan pendidikan Sikap tidak dapat terbentuk
kesehatan dapat memodifikasi perilaku dengan sendirinya. Sikap terbentuk ketika
seseorang karena proses dari ada korelasi yang baik antara komponen
pendidikan kesehatan adalah dengan sikap (perasaan, pemikiran dan tingkah
mengklarifikasi sikap. Pada dasarnya laku) dengan faktor-faktor yang
sikap dibentuk oleh suatu kejadian yang mempengaruhi pembentukan sikap
kita tidak memiliki kekuatan untuk (lingkungan, media massa, organisasi dan
mengendalikannya. Salah satu cara pengalaman). Sikap dapat diubah ketika
yang dapat digunakan untuk merubah individu berkeinginan untuk mengubah
sikap seseorang adalah dengan sikapnya (internal) selain itu juga
pemberian informasi. Informasi selalu didorong oleh beberapa faktor seperti
tidak mencukupi untuk mengubah keyakinan, minat, cita-cita dan
sikap seseorang, akan tetapi dengan apresiasi. Hal ini sejalan dengan firman
diberikannya informasi akan membantu Allah didalam Surat Ar-Ra’d:11
seseorang untuk merubah sikapnya
menjadi lebih baik lagi, meskipun
memerlukan waktu agar orang tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan
informasi yang baru saja didapatkan
(Abbat, 2003).
Remaja Tentang PMS pada Siswa SMA kelompok eksperimen dan kelompok
Dahlan, S, 2008. Statistika untuk Lubis, N.F. 2010. Situs Porno dan
Kedokteran dan Kesehatan, Persepsi Remaja Tentang Seks
Salemba Medika, Jakarta. Pranikah. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Dailli, 2007.Infeksi Menular
Seksual, Balai Penerbit FKUI, Mubarok, W, I., Chayatin,N.,Rozikin, K
Jakarta. dan Supradi., 2007.Promosi
Kesehatan Sebuah Pengantar
Dikutip dari Proses Belajar Mengajar dalam
http://www.alislam.or.id/artikel/arsi Pendidikan, Graha Ilmu,
p/00000028.html, Diakses Tanggal Yogyakarta.
12 Februari 2013.
Muharmansyah, 2011. Pengaruh Pubertas dan Seksualitas Remaja.
Pendidikan Kesehatan Melalui Studia Press, Jakarta
Small Group Discussion Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Remaja Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi
Tentang Penyakit Menular Seksual Penelitian Kesehatan, Nuha
di SMA Islam 1 Sleman Medika, Yogyakarta.
Yogyakarta, Skripsi tidak
dipublikasikan, STIKES ‘Aisyiah Riyanto, Agus, 2011. Pengolahan dan
Yogyakarta. Analisis Data Kesehatan, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Murti, B., 2003. Prinsip dan Metodologi
Riset Epidemiologi, Edisi Kedua, Santjaka, Aris, 2011. Statistik untuk
Jilid Pertama, GajahMada Penelitian Kesehatan, Nuha
University Press.Yogyakarta Medika, Yogyakarta.
Nadesul, H., 2009. Kiat Sehat Pranikah: Santrock, J, W., 2003. Adolesence
Menjadi Calon Ibu, Membesarkan (Perkembangan Remaja), Erlangga,
Bayi dan Membangun Keluarga Jakarta.
Muda, Kompas Media Nusantara,
Jakarta. Sarwono, S, W 2011. Psikologi Remaja,
Edisi Revisi, Cetakan Keempat
Notoadmodjo, S,. 2003 Pendidikan dan Belas, Raja Grafindo Persada,
Perilaku Kesehatan Rineka Cipta, Jakarta.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Saryono, 2009. Metodologi Penelitian
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Kesehatan, Mitra Cendikia Press,
Rineka Cipta, Jakarta. Yogyakarta