Anda di halaman 1dari 5

HK-154 1225: Oka Sudiana & Singgih Satrio Wibowo

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL ROKET KENDALI


BERDASARKAN MODELING SYSTEM

Oka Sudiana dan Singgih Satrio Wibowo

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)


Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
Telp. 021-75790379, Hp. 081314915916
Fax. 021-91303456

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK
Pemodelan dan simulasi dapat menyederhanakan dan mempercepat proses desain wahana terbang, termasuk didalamnya
roket kendali. Menggunakan contoh pemodelan roket kendali dapat menunjukkan bagaimana geometri roket tersebut bisa
dioptimalkan, stabilitas dan koefisien kontrol diketahui, sehingga dapat memastikan sistem kendali dapat beroperasi sesuai
dengan target yang diinginkan. Penggabungan dari penurunan model matematis diterapkan pada teknik kontrol modern
serta klasik kontrol dimana waktu-domain dan teknik frekuensi domain bekerja. Pemodelan sistem kendali roket divalidasi
melalui simulasi open-loop dan closed-loop. Pemodelan yang dikembangkan sangat berguna untuk penelitian lebih lanjut
pada optimalisasi kendali dan kontrol pada roket kendali. Diharapkan dengan adanya model ini akan meningkatkan akurasi
dari autopilot dinamika roket dan akan digunakan untuk sistem kendali dan kontrol roket yang terintegrasi dan adaptif
terhadap lingkungan luar.

Kata kunci: Roket kendali, pemodelan, simulasi, open-loop, closed-loop.

I. PENDAHULUAN kesalahan antara yang perintah yang masuk dan keluaran


yang akan dicapai dapat diminimalkan.
Pengembangan roket kendali generasi sekarang, Hasil riset ini menjadi template untuk mendesain kontrol
khususnya sehubungan dengan kemampuan roket untuk sistem pada roket kendali dengan konfigurasi yang berbeda-beda.
melakukan kecepatan tinggi dengan manuver yang sulit, Hal ini sangat menguntungkan karena dapat mereduksi biaya
serta target yang bergerak dan tingkat presisi, telah pengembangan sistem peroketan dan mempercepat iterasi dan
mendorong perubahan desain kendali dan kontrol. koreksi jika terjadi kesalahan.
Menciptakan baru atau memodifikasi sebuah roket kendali
II. METODOLOGI
yang ada adalah proses yang kompleks dan memakan
waktu. Engineer harus membuat keputusan tentang Langkah-langkah utama dalam perancangan kendali
konfigurasi roket dan desain kontrol terbang yang akan berdasarkan MBD adalah [1- 5]:
memastikan bahwa spesifikasi terpenuhi. Setiap perubahan
A. Plant modeling.
pada perangkat keras akan sangat mahal dan memakan
Plant modeling bisa menjadi data-driven atau prinsip dasar
waktu. Oleh karena itu penting untuk menyelesaikan dan
pertama dari proses. Data-driven pemodelan menggunakan
memverifikasi desain sebanyak mungkin sebelum hardware
teknik seperti identifikasi Sistem. Dengan identifikasi sistem,
dibangun. Model-Based Desain memungkinkan Engineer
model diidentifikasi dengan memperoleh dan mengolah data
untuk menguji dan memverifikasi ide-ide mereka pada
mentah dari sistem dunia nyata dan memilih algoritma
tahap awal proses desain ketika membuat perubahan pada
matematika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
desain sehingga masih relatif mudah dan murah.
Tujuan dari riset ini adalah mengembangkan desain sistem model matematika. Berbagai analisis dan simulasi dapat
kendali dan kontrol roket berdasarkan pemodelan sehingga dilakukan dengan menggunakan identifikasi model sebelum
engineer dapat mendesain autopilot dengan beberapa input / digunakan untuk merancang kontroler berbasis model.
output dan untuk mensintesis pengendali sehingga
1225: Oka Sudiana & Singgih Satrio Wibowo HK-155

B. Controller analysis dan synthesis pesawat baru seharusnya tidak memerlukan modifikasi
Model matematika yang telah disusun pada langkah 1, dalam kode inti.
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dinamik Persamaan matematika dinamika terbang roket translasi dan
rotasi dideskripsikan dengan persamaan nonlinear diferensial [8,9]:
dari model. Sebuah controller dapat kemudian disintesis
berdasarkan karakteristik ini.
C. Offline simulation dan real-time simulation.
Respon waktu dinamika sistem untuk kompleks,
berubah terhadap waktu input diidentifikasi. Simulasi
memungkinkan spesifikasi, persyaratan, dan kesalahan pada
pemodelan dapat ditemukan segera.
D. Deployment.
Idealnya hal ini dilakukan melalui pembuatan kode
otomatis dari controller yang dikembangkan pada langkah
........(1)
ke-3. Hal ini tidak mungkin bahwa controller akan bekerja di mana, U, V, W adalah kecepatan komponen pada sumbu badan
pada sistem yang sebenarnya juga seperti yang terjadi dalam roket; P, Q, R merupakan kecepatan sudut putar badan roket; Fxg,
simulasi, sehingga proses berulang-ulang debugging Fyg, Fzg adalah gaya gravitational disepanjang sumbu badan; dan
dilakukan dengan menganalisis hasil pada target yang Ix, Iy, Iz momen inersia roket. Koefisien gaya dan momen
sebenarnya dan memperbarui model controller. Model dijelaskan dalam bentuk polinomial terhadap sudut
desain mengizinkan semua ini dilakukan secara berulang- serangan , sudut simpang , defleksi pitch Q, yaw R, dan
ulang yang harus dilakukan dalam lingkungan visual. roll P. Variable s merupakan luas area penampang roket dan l
adalah panjang referensi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecepatan roket VT , Mach number M, tekanan dynamik q ,
sudut serang , dan sudut simpang  di definisikan:
Saat ini, penggunaan simulasi penerbangan baik penerbangan
sipil dan pelatihan militer diterima secara luas. Simulator ini ..............(2)
memungkinkan awak wahana untuk berlatih manuver, demikian Identifikasi parameter pada gerak longitudinal bertujuan untuk
pula pilot militer dapat berlatih misi kompleks dan untuk melatih mendapatkan nilai-nilai state-space berikut, dengan input tunggal
kemampuan piloting yang mungkin tidak dapat diterima dalam hal (Single Input) yaitu defleksi elevator:
lingkungan (di waktu damai) atau mahal, misalnya, pelepasan
senjata mahal. ̇
Secara khusus, skema simulasi perlu memenuhi ̇
= + ..........(3)
persyaratan berikut [6,7]: ̇
̇ 0 0 1 0 0
1. Pemodelan langsung struktur wahana udara, seperti
yang didefinisikan oleh satu set planforms dan objek maka jika gerak roket yang dinyatakan dalam state-space di atas
tambahan direkam dalam suatu himpunan selang waktu diskrit =
2. Perhitungan secara otomatis gaya aerodinamis yang (0), (1), ⋯ , ( ) dan jika persamaan diatas berlaku maka pada
bekerja pada konfigurasi dan kondisi penerbangan yang setiap titik waktu persamaan-persamaan berikut juga berlaku:
telah ditentukan, dengan cukup akurat.
̇ (0) = (0) + (0) + (0) + (0) + (0) + (0)
3. Kemampuan simulasi penerbangan non-linear.
̇ (0) = (0) + (0) + (0) + (0) + (0) + (0)
4. Persamaan gerak harus terintegrasi dengan system ̇ (0) = (0) + (0) + (0) + (0) + (0) + (0)
kendali yang presisi. ̇ (0) = 0 + 0 + (0) + 0 + 0 + (0)
5. Perhitungan aktuator momen dan tenaga dorong −−− −−−−−−−−−−−−−−−−−−
wahana dan harus dihitung secara otomatis pada gaya ̇ (1) = (1) + (1) + (1) + (1) + (1) + (1)
aerodinamis dan inersia. ̇ (1) = (1) + (1) + (1) + (1) + (1) + (1)
6. Dapat berintegrasi dengan MATLAB untuk input ̇ (1) = (1) + (1) + (1) + (1) + (1) + (1)
̇ (1) = 0 + 0 + (1) + 0 + 0 + (1)
definisi pesawat, kontrol definisi sistem dan pos-
−−− −−−−−−−−−−−−−−−−−−
pengolahan. ⋮
7. efisiensi pada computer. Non-linear simulasi −−− −−−−−−−−−−−−−−−−−−
penerbangan harus dilakukan di dekat real-time atau ̇( ) = ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )
lebih cepat. ̇( ) = ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )
8. pemodifikasi dan penambahan perhitungan dapat ̇( ) = ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )+ ( )
̇( ) =0+0+ ( )+0+0+ ( )
dilakukan secara sederhana. Penambahkan jenis
..........................................(4)

`
HK-156 1225: Oka Sudiana & Singgih Satrio Wibowo

Persamaan di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut: (0) 0 × 0 × 0 ×


⎡ ⎤
0× (0) 0 × 0 ×
⎧ ⎫ ⎢ ⎥
̇ (0) (0) 0× 0× 0× ⎪ ⎪ (0) ⎢0 × 0 × (0) 0 × ⎥
⎧ (0)⎫ ⎡ ⎤

̇ 0
⎪ ⎢ ×
(0) 0× 0× ⎪ ⎪ ⎧ (0)⎫ ⎢0 × 0 × 0 × (0)⎥

⎪ ̇ (0) ⎪ ⎢0 × 0× (0) 0 × ⎥⎪ ⎪ ⎪ (0)⎪ ⎢− − − − − − − −⎥
⎪ ̇ (0) ⎪ ⎢0 × 0× 0× (0)⎥ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ (0)⎪
⎪ ⎢ (1) 0 × 0 × 0 × ⎥
⎪ − − ⎪ ⎢− − ⎪ ⎪ ⎪− −⎪ ⎢0 × (1) 0 × 0 × ⎥
−− −− − −⎥
⎢0 × 0 × (1) 0 × ⎥
⎪ ̇ (1) ⎪ ⎢ (1) 0× 0× 0 × ⎥⎪ ⎪ ⎪ (1)⎪
=⎢ ......... (7)
⎪ (1)⎪ ⎢
̇ 0× (1) 0× 0 × ⎥⎪
⎪ ⎪ ⎪
(1)⎪ 0× 0× 0 × (1)⎥
⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎢− − − − − − − −⎥
̇ (1) ⎢0 × 0× (1) 0× ⎥ (1) ⎢ ⎥
=⎢ + ⋮
⎨ ̇ (1) ⎬ 0× 0× 0× (1)⎥ ⎨ ⎬ ⎨ (1)⎬ ⎢ ⎥
⎢− − −− −− −− −−
⎪− −⎪ −− −− − −⎥ ⎪ ⎪ ⎪− −⎪ ⎢ ⎥
( ) 0× 0 × 0×
⎪ ⋮ ⎪ ⎢ ⋮

⎪ ⎪ ⎪ ⋮ ⎪ ⎢ ⎥
⎪ − − ⎪ ⎢− − −− −− −− ⎪

⎪ ⎪− −⎪ ⎢0 × ( ) 0 × 0× ⎥
⎪ ̇ ( )⎪ ⎢ ( ) 0× 0 × 0 × ⎥⎪

⎪ ⎪ ( )⎪ ⎢0 × 0 × ( ) 0× ⎥
⎪ ⎪ ⎢ ⎪ 0 ⎪ ⎪ ( )⎪
⎪ ⎪ ⎣0 × 0 × 0 × ( )⎦
( )
⎪ ̇ ( )⎪ ⎢0 × 0× 0× ⎥
⎪ ̇ ( ) ⎪ ⎢0 × 0× ( ) 0 × ⎥ ⎪ 0 ⎪ ⎪ ( )⎪ Sementara adalah vektor parameter yang dicari, yaitu:
⎩ ̇ ( )⎭ ⎣0 × 0× 0× ( )⎦ ⎪ 1 ⎪ ⎩ ( )⎭
⎪ 0 ⎪
⎩ 0 ⎭ ⎧ ⎫
........................................................(5) ⎪ ⎪
⎪ ⎪
( )={ ( ) ( ) ( ) ( ) ( )} dan 0 × = ⎪ ⎪
{0 0 0 0 0}. Persamaan ini dapat ditulis ulang dalam bentuk ⎪ ⎪
yang umum, yaitu: ⎪ ⎪
⎪ ⎪
= + ⎪ ⎪
⎪ ⎪
di mana adalah matrix atau vektor nilai parameter keadaan
= … … … … … … … … … … … … (8)
yang telah direkam, pada selang waktu diskrit = ⎨ ⎬
(0), (1), ⋯ , ( ), yaitu ⎪ ⎪
̇ (0) ⎪ ⎪
⎧ (0)⎫
̇ ⎪ ⎪
⎪ ⎪
⎪ ⎪
⎪ (0) ⎪
̇
⎪ ̇ (0) ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪− −⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ ̇ (1) ⎪ ⎪ 1 ⎪
⎪ (1)⎪ ⎪ 0 ⎪
̇ ⎩ 0 ⎭
⎪ ⎪
̇ (1) Vektor parameter yang dicari adalah (yang belum diketahui),
= ..................(6)
⎨ ̇ (1) ⎬ dihitung menggunakan kriteria kesalahan OLS (Ordinary Least
⎪− −⎪ Square), yaitu:
⎪ ⋮ ⎪ =[ ′ ] ′ (9)
⎪− −⎪
⎪ ̇ ( )⎪ Gerak longitudinal yang lebih lengkap dengan memasukkan
⎪ ⎪ unsur gaya dorong propulsi, sehingga ada dua input (Multi Input),
⎪ ̇ ( )⎪ yaitu:
⎪ ̇ ( )⎪ ̇
⎩ ̇ ( )⎭ ̇
(10)
̇ = +

adalah matrik keadaan, sebagaimana telah disajikan dalam ̇ 0 0 1 0 0 0


persamaan yang memiliki dimensi × 20 yaitu: A. Identifikasi parameter uji terbang virtual
Uji terbang merupakan suatu upaya menerbangkan
wahana terbang yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik dari wahana tersebut. Dalam pelaksanaannya, uji
terbang merupakan proses yang beresiko tinggi, perlu waktu lama,
dan memerlukan biaya besar. Uji terbang juga perlu waktu lama,
karena untuk menerbangkan wahana perlu ditentukan lokasi yang
sesuai, waktu yang tepat, dan sumber daya yang diperlukan untuk
melakukannya. Dan tentu saja hal ini akan berakibat langsung
terhadap kebutuhan dana yang besar.
1225: Oka Sudiana & Singgih Satrio Wibowo HK-157

Untuk mengatasi berbagai resiko dan tangangan berat dalam uji (b) Matlab sebagai alat identifikasi parameter untuk
terbang yang sesungguhnya, maka penggunaan simulator terbang mendapatkan karakteristik dinamis dari wahana
(flight simulator) untuk kegiatan uji terbang virtual merupakan
terbang yang diuji.
jawaban tepat. Penggunaan simulator terbang untuk hal ini
memberikan berbagai keuntungan dan kelebihan [7]: B. Pengembangan sistem kendali terbang
1. Jaminan Keselamatan, tanpa ada resiko kegagalan baik berupa Pada tahapan pengembangan sistem kendali, data output uji
kerugian benda maupun nyawa terbang virtual dimasikkan sebagai bank data dalam
2. Biaya ringan, karena tidak memerlukan modal benda, dan tahapan proses desain kendali.
berbagai biaya lain yang terkait dengan kegiatan uji terbang
nyata.
3. Jangka waktu pendek, karena proses uji terbang virtual dapat
dilakukan kapan saja dengan berbagai pilihan kondisi
lingkungan.

Penggunaan HIL untuk pengembangan roket kendali


memberikan manfaat yang sangat penting karena sistem yang
dibangun dapat didesain dan diuji dengan baik dan aman sebelum
digunakan untuk uji terbang yang sesungguhnya. Untuk keperluan
tersebut ada dua software yang akan digunakan, yaitu X-Plane dan
Matlab.
Gambar 3. Data output uji terbang dalam MATLAB

Bank data tersebut diproses untuk melihat system kendali yang


telah di desain dapat bekerja dengan baik, ataupun terjadi
kegagalan. Sehingga dapat diatasi lebih dini.

Gambar 1. Tampilan antarmuka X-Plane dari plugin XP8UIPC

Gambar 4. Sistem kendali terbang pda MATLAB


Gambar 2. Perangkat Uji Terbang Virtual, Matlab dan X-Plane ada dalam
C. Uji validasi sistem
satu komputer
Untuk memvalidasi desain uji terbang visual dan kendali, maka
Pada kegiatan pengembangan teknologi uji terbang virtual ini, perlu di ujikan dan dibandingkan dengan uji terbang sebenarnya.
Matlab/Simulink akan terhubung/ berkomunikasi dengan X-Plane Wahana yang dijadikan validasi adalah pesawat boeing 747-
di dalam satu komputer, dimana masing-masing berfungsi sebagai 300. Pemilihan pesawat diatas dikarenakan data karakteristik
berikut: terbang sudah tervalidasi dan tersedia di berbagai literature untuk
(a) X-Plane sebagai simulator wahana terbang (fligh memudahkan validasi system ini.
dynamic model dan visualisasi), atau dengan kata lain: Dari hasil simulasi gerak longitudinal pesawat didapatkan
perbandingan antara garak sebenarnya dari simulasi dan prediksi
X-Plane sebagai lingkungan uji terbang virtual.

`
HK-158 1225: Oka Sudiana & Singgih Satrio Wibowo

gerak longitudinal yang didapat dari persamaan matematika state ini dapat digunakan dalam analisa desain wahana maupun dalam
space, hasilnya sebagai berikut: pengembangan system kendali terbang wahana udara.

IV. KESIMPULAN
Hasil yang telah di capai pada saat ini adalah:
 Telah dikembangkan perangkat uji terbang virtual guna
mengganti pengujian fisik.
Gambar 5. Perintah defleksi elevator
 Telah dikembangkan sistem kendali dari perangkat uji
terbang virtual yang dapat digunakan dalam
perancangan sistem kendali rudal jelajah
 Hasil pengembangan sistem kontrol cukup memuaskan

Gambar 6. Perubahan kecepatan terbang


DAFTAR PUSTAKA
[1] (2002). “Clarus Concept of Operations”. Publication No.
FHWA-JPO-05-072, Federal Highway Administration
(FHWA).

[2] Gabriela Nicolescu, Pieter Mosterman. (2009). “Model-


Based Design for Embedded Systems (Computational
Analysis, Synthesis, and Design of Dynamic Systems)”, CRC
Press, ISBN 1-4200-6784-2

[3] Greg Walker. 2002. “Model-Based Development of X-35


Flight Control Software”. Lockheed Martin Aeronautics
Company

[4] Isaksson, Alf. 1999. “Model based control design”.


supplement to course book in Automatic Control Basic
course (Reglerteknik AK)

[5] Kevin Forsberg and Harold Mooz. (1991). “The


Relationship of System Engineering to the Project
Cycle”. in Proceedings of the First Annual Symposium
of National Council on System Engineering.

[6] Thampi, G.K. et.al. 2002. “Multiple Model Based Flight


Control Design”. IEEE Circuits and Systems, Vol. 3, 4-
7Aug. 2002, pp. III 133-136

[7] Zipfel, Peter H. 2000. “Modeling and Simulation of


Aerospace Vehicle Dynamics”. Virginia: American Institute
of Aeronautics and Astronautics, Inc.
Gambar 7. Perubahan percepatan, kecepatan sudut dan sudut terbang
akibat defleksi [8] Singgih Satrio Wibowo. (2007). “Aircraft Flight Dynamics,
Control and Simulation using Matlab and Simulink”.
Bandung.
Dari Gambar 5, elevator wahana udara digerakkan pitch-up dan
pitch-down sebesar 50%. Wahana bereaksi terhadap perintah [9] Singgih Satrio Wibowo. (2002). “Perhitungan Karakteristik
elevator tersebut, terlihat pada gambar 6 terjadi perubahan Aerodinamika dan Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak
kecepatan, saat didefleksikan pitch-up, kecepatan terbang menurun, Dua Dimensi Pada Modus Longitudinal Roket RX 250
dan naik kembali ketika didefleksikan pitch-down. Pada gambar 7,
LAPAN” Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi
adanya perubahan percepatan, kecepatan sudut dan sudut terbang
akibat defleksi. Dari keseluruhan gambar tersebut diatas, terlihat Bandung.
trend grafik antara prediksi menggunakan persamaan matematika
dan data terbang pada simulasi mendekati sama, sehingga system

Anda mungkin juga menyukai