Anda di halaman 1dari 9

RESUME INSTRUMEN TEKNIK

SOD+VC ATAS INDIKASI CYSTOMA OVARII PADA NY. S


DI OK 5 RSSA MALANG

1. Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebihan atau abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong tumor (Brunner dan Suddarth, 2000).
Ovarium kista adalah ovarium yang mengandung kista folikular kecil yang multiple yang
terisi dengan cairan serosa encer, berwarna kuning atau terwarnai oleh darah (Kamus Kedokteran
Dorland, 812).
Salpingo oophorectomy adalah pengangkatan tuba fallopi dan ovarium pada salah satu sisi
(kanan/kiri saja) yang disebabkan adanya kista ovarium, kanker, atau untuk mencegah
berkembangnya kanker ovarium. Apabila pengangkatan tuba falopii dan ovarium pada kedua sisi
(kanan/kiri) maka disebut bilateral salpingo oophorectomy (BSO). Sedangkan veries coupe (VC)
adalah salah satu pemeriksaan patologi anatomi pada kanker. Jika pada pemeriksaan ini diketahui
sel ganas, maka akan dilakukan tindakan histerektomi utnutk mencegah adanya metastase ke
organ lain (Mansjoer, 2000)

Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
 Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan progresterone
diantaranya adalah :
 Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di
dalam korteks
 Kista fungsional
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada molahidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
( Mansjoer : 2000 )
 Kista neoplasma
 Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi
( putaran tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis kistadenoma serosum
yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
 Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
 Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
( Winjosastro : 2005 )

2. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe
kista yang paling banyak ditemukan.Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel
ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan
normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel
telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan
carian yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah
yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini
disebut dengan Kista Dermoid. (Manuaba, 2008)

3. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan
menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal
dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang
bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. ( Price, Sylvia : 2006 )

4. Indikasi
Klien kista ovarium dengan resiko keganasan

5. Kontraindikasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan tindakan operasi

6. Persiapan
a) Pasien
 Foto polos abdomen 3 posisi
 USG
 ECG
 Puasa
 Premedikasi anastesi
 Antibiotik profilaksis
 Personal hygiene
 Informet consent
 Persiapan psikologi
 Menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
b) Lingkungan
 Kamar operasi dalam kondisi bersih
 Mesin Coagulan ( Elektro Surgery Unit ) + arde
 Mesin Suction
 Lampu Operasi
 Meja operasi lengkap
 Meja mayo dan instrumen
 Tempat sampah medis dan non medis
c) Persiapan alat
 Instrumen operasi
No Nama instrumen Dasar Jumlah
1 Hanvand mess no.4 1 buah
2 Gunting halus / Metzenbaum 1 buah
3 Gunting kasar 1 buah
4 Gunting benang 1 buah
5 Pinset anatomi 2 buah
6 Pinset Chirurgis 2 buah
7 Desinfeksi klem 1 buah
8 Ring klem 3 buah
9 Duk klem 5 buah
10 Mosquito klem 2 buah
11 Klem pean bengkok sedang 2 buah
12 Klem pean bengkok panjang 4 buah
13 Nald voeder 2 buah
14 Klem kocker bengkok sedang 2 buah
15 Canule suction 1 buah
16 Langenbeck / Us army retraktor 1 buah
17 Mikulik / Peritonium klem 4 buah
18 Hak dalam 1 buah
- Set tambahan
No Nama instrument Jumlah
1 Venster/Ring klem 1 buah
2 Klem pean cantik (nissen) 1 buah
3 Pincet cantik 1 buah
4 Trokar Suction 1 buah
- Penunjang
No Nama Alat Jumlah
1 Waskom besar 1 buah
2 Waskom kecil / chucing 1 buah
3 Bengkok 2 buah
4 Perlak meja instrumen steril 1 buah
5 Perlak meja mayo 1 buah
6 Selang suction 1 buah
7 Handpiece elektro cauter 1 buah
8
 Linen
No Nama instrument Jumlah
1 Duk besar 2 buah
2 Duk sedang 2 buah
3 Duk kecil 6 buah
4 Handuk steril 6 buah
5 Sarung meja mayo 1 buah
6 Scort (baju operasi) 6 buah
7 Meja: Duk besar 1 buah
Duk sedang 2 buah
Duk kecil 2 buah

 Bahan Habis Pakai


No Nama bahan Jumlah
1 Under pad steril 2 buah
2 Handscoon 8 buah
3 Mess no 22 1 buah
4 Deppers 5 biji
5 Kasa kecil 30 biji
6 Kasa besar 5 buah
7 Povidone iodine 10 % 50 cc
8 Benang safill 1 / 0 1 buah/2 buah
9 Benang plain 1 1 buah
10 Benang monosin 3-0 1 buah
11 Catheter 16 double way 1 buah
12 Spuit 50 cc 1 buah
13 Wfi aquades 1 buah
14 Normal Saline 0,9 % Twist 1 liter
15 Jelly secukupnya
16 Urin bag 1 buah
17 Sufratule 1 buah
18 Hypafik 1 buah
19 Mersilk 2.0 1 buah

d) Teknik Instrumen
 Sign In
 Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan
lembar persetujuan? Sudah
 Apakah area operasi telah ditandai? Sudah
 Apakah mesin anesthesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya? Sudah
 Apakah pulse oksimetri pada pasien telah berfungsi baik? Sudah
 Apakah pasien mempunyai riwayat alergi? Tidak
 Apakah ada Penyulit airway dan resiko aspirasi? Ya tapi telah tersedia peralatan untuk
mengatasinya dandua IV line atau akses vena sentral
 Setelah pasien dibius, lakukan pemasangan kateter
 Atur posisi pasien supine, pasang arde kemudian lakukan pencucian area operasi ,
dikeringkan dengan duk kecil steril.
 Instrumen melakukan surgical scrub (mencuci tangan), gowning (memakai schort) dan
gloving (memakai sarung tangan steril)
 Instrumentator memberikan, handuk steril, memakaikan schort dan hand schoen kepada
operator dan asisten
 Berikan antiseptik klem, betadine dalam cucing dan deppers kepada asisten untuk
desinfeksi area operasi
 Pasang underpad steril didaerah operasi
 Drapping area operasi dengan memberikan 2 duk besar double untuk regio atas dan
bawah area operasi serta 2 duk sedang untuk regio samping kanan kiri kemudian tutup
bagian bawah menggunakan duk kecil . Berikan duk klem untuk fiksasi
 Pasang slang suction dan canule suction, dan kabel couter, kemudian fiksasi dengan
kassa dan duk klem, cek fungsi kelayakan alat.
 Time out
 Konfirmasi bahwa team operasi telah meperkenalkan nama dan tugas masing-masing?
Sudah
 Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan dioperasi? Sudah
 Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit sebelum operasi?
Cefazolin 1 gram
 Apakah ada tindakan darurat atau prosedur di luar standart operasi yang akan
dilakukan? tidak
 Berapa lama operasi? 2-3 jam
 Bagaimana antisipasi kehilangan darah ? Haemostatik dengan baik dan rawat
perdarahan, PRC 2 labu
 Apakah ada perhatian khusus mengenai pembiusan pada pasien ini? Tidak
 Apakah peralatan sudah steril? Sudah
 Apakah ada perhatian khusus pada peralatan? Hati-hati penggunaan alat tajam ( kassa
kecil 30, deppers 5, kassa besar 3, jarum 2 )
 Apakah diperlukan instrumen radiologi? Tidak
 Berikan operator pinset chirurgis untuk test pain
 Berikan handle dengan mess no. 22 yang diletakkan dalam bengkok kepada operator
untuk incisi daerah operasi
 Berikan klem mosquito dan kasa pada asisten untuk rawat perdarahan dengan cauter
 Berikan double pinset cirurgis pada operator dan asisten serta couter untuk memperdalam
area insisi lapis demi lapis sampai tampak facia
 Setelah facia nampak berikan mess no. 22 untuk insisi facia, setelah lapisan facia terbuka
berikan gunting mayo pada operator dan berikan langenbeck pada asisten untuk
memperluas lapangan operasi.
 Berikan pinset anatomis kepada operator untuk membuka otot secara tumpul.
 Setelah nampak peritoneum, berikan double pinset anatomis pada operator dan asisten
untuk menjepit peritonium serta gunting metzembaum kepada operator untuk membuka
lapisan peritonium
 Setelah lapisan peritonium terbuka berikan klem peritonium kepada operator untuk
menjepit peritonium dan gunting mebzembaum untuk memperlebar lapangan operasi
 Berikan abdominal retraktor / hack daun dalam untuk membuka lapangan operasi lebih
luas
 Operator melakukan explorasi rongga abdoment dan didapatkan:
 Uterus dengan diameter dalam batas normal
 Tuba kanan dalam batas normal
 Tuba kiri dalam batas normal
 Ovarium kanan didapatkan kista berisi cairan bening, berbentuk bulat dan
perlengketan terhadap omentum serta dinding usus.
 Ovarium kiri dalam batas normal
 Operator memutuskanmelakukan tindakan SOD + VC
 Operator membebaskan perlengketan antara kista dengan omentum
 Perawat instrumen memberikan 2 klem pean untuk menjepit omentum lalu
memotong diantara klem dan dijahit dengan mersilk 2.0
 Perawat instrumen memberikan bighass untuk melindungi usus
 Operator mengengkat kista
 Perawat instrumen memberikan 2 klem pean untuk menjepit tangkai kista lalu
memotong diantara 2 klem lalu menjahit dengan vicryl 0
 Kista ovarium dekstra diangkat lalu diserahkan kepada perawat sirkuler untuk
diperiksakan VC
 Operator melakukan cek dan rawat perdarahan
 Berikan nald fouder + safil no.0 pada operator untuk menjahit jaringan yang tertinggal
agar tidak mengalami perdarahan. Berikan klem dan gunting mayo ke asisten untuk
membantu operator.
 Berikan deppers dan ring klem untuk evaluasi perdarahan
 Berikan pincet anatomis dan couter untuk merawat perdarahan pada bekas jahitan.
 Hasil vries coupe jinak, operator memutuskan untuk menutup lapangan operasi
 Setelah dipastikan tidak ada perdarahan, berikan peritoneum klem 4 buah untuk menjepit
peritonium selanjutnya cuci area operasi dengan NS 0,9% secukupnya
 Sign out
 Hitung jumlah alat dan kassa sebelum area operasi ditutup, pastikan semua dalam
keadaan lengkap
 Berikan jahitan plain no. 1 dengan jarum round sedang + pincet anatomis pada operator
untuk menjahit jaringan peritoneum dengan jahitan jelujur dan berikan langenback pada
asisten untuk memudahkan operator
 Berikan jahitan plain no 1 untuk menjahit lapisan otot
 Setelah lapisan otot terjahit, berikan koker 2 buah untuk menjepit 2 sisi fasia lalu
berikan jahitan dengan benang vicryl no. 1 + pincet cirurgis untuk jahit facia
 Berikan jahitan dengan benang plain 2.0 untuk menjahit lapisan fat
 Untuk menutup kulit, berikan nald fouder + monocyn 3-0 + pincet cirurgis.
 Bersihkan luka oprasi dengan kasa basah dan keringkan
 Tutup luka dengan supratul, kasa kering dan viksasi dengan hepavix
 Oprasi selesai bereskan semua instrumen selang suction dan kabel couter di lepas
 Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadin yang masih menempel
dengan menggunakan towel dan keringkan
 Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery
 Semua instrument didekontaminasi menggunakan larutan presep 2.5 gram (9 buah) dalam
5 liter air.
 Rendam selama 10 - 15 menit kemudian cuci sampai bersih dan keringkan, kemudian alat
diinventaris dan diset kembali bungkus dengan kain (packing) siap untuk disterilkan
 Bersihkan seluruh ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan semua
alat – alat penunjang yang dipakai pada tempatnya
 Dokumentasi atau Inventaris bahan – bahan habis pakai yang telah digunakan dan
dikembalikan ke depo farmasi beserta lembar bahan habis pakai

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC

Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawan Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Kamus Kedokteran Dorland. Cetakan I. 1998. Terjemahan Poppy Kumala.Jakarta :


EGC

Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.


Jakarta : EGC

Mansjoer, A.2000. Kapita Selekta kedokteran edisi 3. Jakarta : FKUI

Winknjosastro, Hanifah. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Pembimbing OK 5

( )
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. S dengan
SOD+VC atas indikasi CYSTOMA OVARII di OK. 5 RSSA Malang

OLEH
YUSNIAR HUTAHAEAN

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai