BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk penatalaksanaan stres, karena hospitalisasi. Anak-anak
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa
pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar
dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2009).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan dari terapi bermain ialah untuk mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas supaya beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
pengobatannya. Dengan bermain anak dapat mencapai tugas perkembangannya
secara optimal, sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi sakit
(Soetjiningsih, 2015).
2. Tujuan khusus
b. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna dalam menunjukkn
gambar.
e. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga anak
tidak kehilangan waktu bermain.
(Wong, 2008).
BAB II
TERAPI BERMAIN
A. Pengertian
Bermain adalah suatu konsep yang sangat penting bagi anak. Konsep
pembelajaran pada anak adalah bagaimana mereka bermain. Dengan bermain
mereka belajar tentang dunia luar dan lingkungannya dimana mereka berada.
Fungsi khusus bermain pada anak mencakup perluasan ketrampilan sensori
motorik, kreativitas, intelektual dan perkembangan sosial. Berikut adalah fungsi
bermain pada anak (Wong, 2005).
1. Perkembangan fisik
a. Perkembangan ketrampilan gerakan halus dan kasar
b. Koordinasi oto-otot
c. Eksplorasi
d. Stimulasi kinestetik
e. Perkembangan sendi dan tulang
2. Perkembangan kognitif
a. Penggunaan rasa : sentuhan, penglihatan, pendengaran, bau dan rasa
b. Belajar mengenal warna, ukuran, ketajaman, tekstur, objek yang penting
c. Penyelesaian masalah, berpikir kritis
d. Kreativitas
e. Koordinasi tangan – kaki
3. Perkembangan emosional
a. Belajar strategi koping
b. Memberikan jalan keluar pada stress
c. Mengembangkan kesadaran diri
d. Memberikan bermain, dengan memberikan rasa atau makna penting
e. Perkembangan social
f. Ketrampilan perkembangan social
g. Belajar salah dan benar
h. Belajar membedakan peran melalui permainan imaginative
4. Perkembangan moral
a. Belajar berprilaku yang dapat diterima dan tidak diterima
b. Belajar sharing menyadari perasaan orang lain
c. Belajar siapa mereka dan tempat mereka dialam ini
B. Tipe Bermain
Menurut Erlita (2006), terdapat beberapa tipe bermain bagi anak, tergantung
pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa tipe bermain pada
anak sesuai dengan perkembangan usia.
1. Solitary play
a. Mulai dari bayi dan pada umumnya adalah toodler
b. Merupakan jenis permainan dimana anak bermain sendiri atau independent
walaupun ada beberapa orang lain disekitarnya. Hal ini karena keterbatasan social,
ketrampilan fisik dan kognitif.
2. Parallel play
a. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau pra sekolah yang masing-masing
mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan
tidak saling tergantung
b. Karakteristik khusus pada usia toddler.
3. Associative play
a. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok
b. Mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah
c. Merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisir secara formal. Jadi belum ada pembagian tugas diantara
anak dan mereka bermain sesuai keinginannya.
4. Cooperative play
a. Permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada yang
memimpin
b. Dimulai dari anak pra sekolah
5. Onlooker play
a. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain,
walaupun anak dapat menanyakan permainan itu.
b. Biasanya dimulai pada usia toddler
6. Therapeutic play
a. Pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan psikososial anak selama hospitalisasi
b. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis.
c. Permainan dengan menggunakan alat-alat medic dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri
d. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti ; menggunakan
boneka untuk diperagakan melakukan penyuntikan atau dengan mengunakan
gambar-gambar seperti pemasangan gips, injeksi, pasang infuse dan sebagainya.
C. Manfaat Bermain
Menurut Erlita (2006) manfaat-manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-
organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
D. Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi (Soetjiningsih, 1995:
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
b. Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
c. Bermain konstruksi (Construction Play)
d. Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
e. Bermain drama (Dramatic Play)
f. Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
g. Bermain fisik
h. Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya (Soetjiningsih,
1995).
Contoh: Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton
televisi dsb.
Menurut Soetjiningsih (1995), dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6. Bola.
Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
5. Membedakan benda dengan permukaan.
6. Menumbuhkan sportivitas.
7. Mengembangkan kepercayaan diri.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
13. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat olah raga.
2. Alat masak
3. Alat menghitung
4. Sepeda roda tiga
5. Benda berbagai macam ukuran.
6. Boneka tangan.
7. Mobil.
8. Kapal terbang.
9. Kapal laut dsb
SATUAN ACARA PERMAINAN
J. Rencana Pelaksanaan
3. Penutup :
Menyimpulkan dan mengucapkan
salam 5 menit 1. Memperhatikan
dan menawab
salam
L. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Adanya partisipasi dari peserta terapi bermain dalam mengikuti kegiatan
b. Media dan peralatan telah tersedia
c. Waktu dan Tempat kegiatan sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan selesai sesuai dengan perencanaan
2) Mahasiswa dan peserta berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3) Tidak ada gangguaan selama kegiatan
3. Evaluasi Hasil
1) 75% peserta terapi bermain dapat mengikuti instruksi melipat origami
2) 75% peserta dapat menyebutkan bentuk origami yang telah dibuat
1. Pengertian
2. Manfaat
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik
(sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media
kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara
untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan
negative.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah
sakit.
3. Fungsi warna
a. Fungsi identitas, dimana orang mengenal sesuai dari warnanya, seperti seragam,
bendera, logo perusahaan dll.
b. Fungsi isyarat, warna memberikan tanda-tanda atas sifat dan/atau kondisi, seperti
merah bisa memberikan isyarat marah atau bendera putih mengisyaratkan
"menyerah"
c. Fungsi psikologis, warna juga memberikan kesan terhadap yang melihat, seperti
misalnya warna hijau rumput dapat memberikan kesan yang menyegarkan
d. Fungsi alamiah, warna adalah properti benda tertentu, seperti buah tomat jarang
ada yang hitam kan