Anda di halaman 1dari 85

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya

kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama meliputi UKM esensial dan UKM pengembangan. Upaya kesehatan

masyarakat esensial wajib diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk

memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) kabupaten/kota bidang kesehatan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan,

pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga

berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

(Permenkes No 75 tahun 2014).

Sebagai pembangun pilar utama Visi Indonesia Sehat yang mandiri dan

berkeadilan yaitu pilar Perilaku Sehat, Promosi Kesehatan menjadi program

unggulan atau primadona program kesehatan. Promosi Kesehatan merupakan

salah satu strategi dalam mencapai visi Puskesmas Andalas yaitu “Mewujudkan

masyarakat Padang Timur Sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Sementara

berdasarkan hasil rekapitulasi cakupan komponen kegiatan kinerja Puskesmas

Andalas tahun 2016, masih terdapat beberapa permasalahan dalam pencapaian

tiap komponen, program Promosi Kesehatan salah satunya, yang mendapatkan

1
capaian terendah ketiga yaitu 78,79%. (Rekapitulasi Cakupan Komponen

Kegiatan Kinerja Puskesmas Andalas Tahun 2016).

Promosi kesehatan puskesmas adalah upaya pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap

individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan

upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat. Kegiatan Promkes di

Puskesmas identik dengan kegiatan penyuluhan, namun lingkup kegiatan Promkes

di Puskesmas sesungguhnya sangat luas. Selain memberikan pendidikan kesehatan

untuk merubah perilaku masyarakat melalui upaya-upaya penyuluhan, Promkes

juga mencakup kegiatan membina peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan, dengan salah satu strategi dasarnya melalui pemberdayaan masyarakat

(Permenkes Nomor 585 tahun 2007).

Pemberdayaan masyarakat diantaranya dapat berupa upaya kesehatan ibu dan

anak melalui posyandu, polindes bina keluarga balita; upaya pengobatan melalui

Pos Obat Desa dan Pos Kesehatan Desa; upaya perbaikan gizi melalui Posyandu,

Panti Pemulihan Gizi, dan Keluarga sadar gizi. Selain itu, upaya kesehatan

sekolah dapat melalui dokter kecil, Pos Kesehatan Pesantren dan Saka Bakti

Husada sebagai salah satu upaya membentuk tenaga kader pembangunan

kesehatan melalui pembekalan pengetahuan dan ketrampilan praktis dalam bidang

kesehatan yang merupakan bagian penting dari pembangunan nasional

(Permenkes Nomor 585 tahun 2007; Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011).

Saka Bakti Husada sebagai salah satu program kerja di Puskesmas Andalas

yang dibawahi bidang UKM esensial promosi kesehatan. Saka Bakti Husada

2
merupakan salah satu jenis Satuan Karya Pramuka yang merupakan wadah

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang

kesehatan yang dapat diterapkan pada diri, keluarga, lingkungan dan

mengembangkan lapangan pekerjaan di bidang kewirausahaan (Kwartir Nasional

Gerakan Pramuka, 2011).

Sasaran SBH yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota,

sehingga mereka mampu bersikap dan berperilaku hidup sehat, menjadi contoh

teman sebaya, keluarga dan masyarakat di lingkungannya, serta mau dan mampu

menyebarluaskan informasi kesehatan kepada masyarakat. Menurut Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Nila Moeloek dalam peringatan Hari Ulang

Tahun SBH ke-30 pada 12 Agustus 2015, SBH sangat potensial dalam

pembangunan kesehatan, karena kelompok muda merupakan kelompok usia

dalam menerima dan mengolah informasi dengan cepat dan tanggap, serta lebih

mudah mengembangkan keterampilan dan menggerakkan orang lain (Kemenkes

RI, 2015). Dan sesuai dengan kelender kegiatan Gerakan Pramuka tahun 2016,

melalui pelaksanaan PERTINAS (Perkemahan Bakti Satuan Karya Pramuka Bakti

Husada tingkat Nasional) SBH V 2016 yang diikuti oleh 1.464 orang Peserta,

satuan karya Pramuka Saka Bhakti Husada mampu menjadi kader kesehatan

berkarakters siap berperan dalam Gerakan Indonesia Sehat.

Saka Bakti Husada terdiri dari enam Krida, antara lain Krida Bina lingkungan

sehat, keluarga sehat, pengendalian penyakit, gizi, obat dan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) Saka Bakti Husada melalui enam krida bidang kesehatan akan

turut meningkatkan jangkauan dan cakupan layanan kesehatan, terutama UKM,

3
seperti: pembudayaan PHBS, pentingnya imunisasi, pencegahan HIV/AIDS, TB-

Paru, dan Malaria, serta pengendalian vektor penyakit sebagai tujuan jangka

panjangnya (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011; Kemenkes RI, 2015).

Saka Bakti Husada di Indonesia berdiri 30 tahun lalu tepatnya tanggal 17 Juli

1985. Sampai saat ini, peran SBH sebagai bagian dari Kemenkes dan Gerakan

Pramuka telah dapat dirasakan sebagai role model kaum muda dalam berperilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS). Saka Bakti Husada juga berhasil mencitrakan

kaum muda yang tidak merokok dan antinarkoba. Selain itu, SBH juga menjadi

kader kesehatan yang berperan dalam pendidikan sebaya di lingkungan gugus

depan dan atau unit pangkalan kegiatan SBH di berbagai lokasi daerah. Dewasa

ini Anggota Pramuka SBH makin meningkat dan tersebar di seluruh provinsi serta

kabupaten/kota di Indonesia. Saat ini anggota pramuka SBH diperkirakan

berjumlah 600.000 orang atau 2,5% dari seluruh anggota Pramuka yang berjumlah

22 juta orang (Depkes, 2014). Saka Bakti Husada di provinsi Sumatera Barat telah

terbentuk, beberapa diantaranya berada di Bukittinggi, Padang Panjang,

Sawahlunto dan Sijunjung, sementara itu SBH di Kota Padang masih belum aktif.

Berdasarkan wawancara dengan kepala puskesmas dan pemegang program

Puskemas Andalas, SBH di Kecamatan Padang Timur sampai sekarang belum

terbentuk. Mengingat penting dan vitalnya peran SBH didalam Promosi

Kesehatan, maka dengan dibentuknya SBH di Kecamatan Padang Timur bisa

menjadi perpanjangan tangan Puskesmas sekaligus dapat meningkatkan angka

capaian program Puskesmas dari segi lingkungan sehat, keluarga sehat,

penanggulangan penyakit, gizi, obat, dan PHBS sesuai enam krida SBH.

4
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk membentuk SBH di wilayah kerja

Puskesmas Andalas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Andalas?

2. Apa prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Andalas?

3. Bagaimana penyelesaian masalah yang dapat dilaksanakan untuk

permasalahan utama di wilayah kerja Puskesmas Andalas?

4. Apa faktor yang menyebabkan belum tercapainya target pembentukan

SBH di wilayah kerja Puskesmas Andalas?

5. Bagaimana penyelesaian untuk mencapai target SBH di wilayah

Puskesmas Andalas?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberi wadah pendidikan dan pembinaan bagi pramuka penegak dan

pramuka pandega yang berada di SMA untuk menyalurkan bakat, minat

dan kemampuan, serta pengalaman keterampilan bidang kesehatan yang

dapat menjadi bekal bagi kehidupan untuk mengabdi pada masyarakat.

5
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

2. Mengetahui prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Andalas.

3. Menemukan penyelesaian masalah yang dapat dilaksanakan untuk

permasalahan utama di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

4. Mengetahui faktor yang menyebabkan belum tercapainya target

pembentukan SBH di wilaya kerja Puskesmas Andalas.

5. Merancang langkah yang akan dilakukan untuk mencapai target

terbentuknya SBH di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan

penulis dalam menganalisa permasalahan serta memberikan solusi pada

permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Andalas

1.4.2 Bagi Puskesmas

Dapat membantu dalam pembentukan SBH dalam program UKM

esensial di Puskesmas Andalas

1.4.3 Bagi Masyarakat

6
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat

khususnya siswa SMA/SMK serta membentuk kader sebagai perpanjangan

tangan Puskesmas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2.1.2 Klasifikasi Puskesmas

Puskesmas dapat diklasifikasikan berdasarkarkan karakteristik wilayah kerja

dan kemampuan penyelenggaraan dalam rangka memenuhi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan karakteristik wilayah kerja, Puskesmas dikategorikan menjadi

Puskesmas kawasan perkotaan, Puskesmas kawasan pedesaan, serta Puskesmas

kawasan terpencil dan sangat terpencil. Berdasarkan kemampuan

penyelenggaraan, Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas non rawat

inap dan Puskesmas rawat inap.

2.1.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:


7
a. Paradigma sehat, adalah Puskesmas mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi

risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

8
b. Pertanggungjawaban wilayah, adalah Puskesmas menggerakkan dan

bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat, adalah Puskesmas mendorong kemandirian

hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan, adalah Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang dapat diakses dan dijangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,

budaya, dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna, adalah Puskesmas menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan, adalah Puskesmas mengintegrasikan

dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan

Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) lintas program

dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung

dengan manajemen Puskesmas.

2.1.4 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas memiliki fungsi untuk

menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Wewenang Puskemas dalam menyelenggarakan fungsi sebagai UKM

tingkat pertama adalah:


9
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat

yang berkerja sama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskemas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

Wewenang Puskemas dalam menyelenggarakan fungsi sebagai UKP

tingkat pertama adalah:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

upaya promotif dan preventif.


10
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antarprofesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu

dan akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan.

2.1.5 Upaya Kesehatan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan UKM tingkat pertama dan UKP tingkat

pertama. UKM tingkat pertama meliputi UKM esensial dan pengembangan.

UKM esensial terdiri dari pelayanan promosi kesehatan, pelayanan

kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana,

pelayanan gizi, serta pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. UKM

esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung

pencapaian standar minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. UKM

pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat inovatif

dan/atau bersifat ekstensifikasi


11
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia.

UKP tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat

darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan/atau rawat inap

berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes No 75

Tahun 2014).

2.2 Program Promosi Kesehatan

2.2.1 Definisi

World Health Organization (WHO) berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam

Heri D.J. Maulana (2007) mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses

yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan

meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan

diri sendiri.

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk

meningkatkan kontrol dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa

promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu

meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya

berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,

2007).

Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green (1984)

merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi Kesehatan adalah segala bentuk

kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik

12
dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.

2.2.2 Tujuan

Tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang

akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat

kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan

lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan

ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan

ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah

kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan,

sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di

tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan

(Maulana,2007).\

13
2.2.3 Ruang Lingkup Kerja

Jenis-jenis kegiatan Promosi Kesehatan (Maulana, 2007):

a. Progam Pendidikan Kesehatan

Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk

belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela

dalam tingkah laku.

b. Pelayanan Kesehatan Preventif

Tiga tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:

1. Pencegahan Primer

Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:

a. Promosi Kesehatan (health promotion). Kegiatan pada tahap ini ditujukan

untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

b. Perlindungan Khusus (specific protection). Berupa upaya spesifik untuk

mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan

imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan

menggunakan narkotik, dan penanggulangan stres.

2. Pencegahan Skunder

a. Diagnosis dini dan pengobatan segera.

b. Pembatasan kecacatan.

3. Pencegahan Tersier

Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita

tidak menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat berfungsi optimal

secara fisik, mental, dan sosial


14
c. Kegiatan Berbasis Masyarakat

Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan

dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.

d. Pengembangan Organisasi

Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan

pelalaksanaan ke bijakan dalam organisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan

kesehatan para staf dan pelanggan.

e. Kebijakan publik yang sehat

Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan

masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan dalam

situasi dan kondisi kehidupan.

f. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan

Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang

kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.

g. Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan

Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk

kebijaksanaan dan perencana yang melibatkan upaya lobi dan implementasi

perubahan perubahan legestalatif seperti peraturan pemberian lebel makanan halal

mendorong praktik etik yang sukarela.

Jenis kesehatan promosi kesehatan meliputi:

a. Pemberdayaan masyarakat

b. Pemgembangan kemitraan

15
c. Upaya advokasi

d. Pembinaan suasana

e. Pemgembangan SDM

f. Pemgembangan IPTEK

g. Pengembangan media dansarana

h. Pengembangan infrastruktur

2.2.4 Sasaran

Menurut Kemenkes RI tahun 2011, dalam pelaksanaan promosi kesehatan

dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:

a. Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal

(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi

kemasyarakatan dan media massa.

c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan

serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

16
2.3 Saka Bakti Husada

2.3.1 Definisi

Satuan karya pramuka disingkat Saka yaitu wadah pendidikan dan pembinaan

guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan menambah pengalaman para

Pramuka Penegak dan Pandega dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi serta keterampilan. Terbentuknya Saka ini dapat memberikan motivasi para

pramuka dalam melakukan suatu kegiatan yang nyata dan produktif dalam waktu

pengabdian mereka. Beberapa jenis saka diantaranya adalah Saka Bahari yang

berkegiatan dalam bidang kebaharian, SBH dalam bidang kesehatan, Saka

Bhayangkara dalam bidang Bhayangkara, Saka Dirgantara, Saka Kencana dalam

bidang keluarga berencana, Saka Taruna Bumi dalam bidang pertanian, Saka Wana

Bakti dalam bidang kehutanan, dan Saka Wira Kartika. (Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka, 2011).

Satuan Karya Pramuka Bakti Husada merupakan salah satu satuan karya

pramuka yang menjadi wadah kegiatan dalam mengembangkan minat dan bakat dan

menambah pengetahuan dan keterampilan praktis khusus dalam bidang kesehatan

yang dapat diterapkan pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kesehatan

yang dimaksud disini adalah kesehatan fisik, mental, spiritual, maupun sosial.SBH

diresmikan pada tanggal 17 Juli 1985, dengan dilantiknya pimpinan SBH Tingkat

Nasional oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang kemudian dicanangkan oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 12 November 1985 sebagai Hari

Kesehatan Nasional di Magelang (Depkes, 2016).

17
2.3.2 Tujuan

Tujuan dibentuknya SBH adalah memberi wadah pendidikan dan pembinaan bagi

para pramuka penegak dan pramuka Pandega untuk menyalurkan minat,

mengembangkan bakat, kemampuan, dan pengalaman dalam bidang pengetahuan

dan teknologi serta keterampilan bidang kesehatan yang dapat menjadi bekal bagi

kehidupan dan penghidupannya untuk mengabdi pada masyrakat, bangsa dan negara.

(Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011).

2.3.3 Fungsi

Fungsi SBH adalah sebagai berikut:

a. Wadah pendidikan dan pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta keterampilan dibidang kesehatan.

b. Sarana untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif.

c. Sarana untuk melaksanakan bakti kepada masyarakat, bangsa dan

negara.

d. Sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengembangan gerakan

pramuka (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011).

2.3.4 Sasaran

Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugusdepan dan satuan karya Pramuka

disesuaikan dengan usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik.

Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan sedapat-dapatnya dengan praktek

berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk

menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan

18
perlengkapan yang sesuai dengan keperluannya. Peserta yang dapat menjadi

anggota SBH adalah :

a. Pramuka penggalang, usia 14 tahun ke atas, yang sudah mencapai

tingkat Penggalang Terap.

b. Pemuda berusia 16-23 tahun, dengan syarat khusus.

c. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

d. Pamong Saka dan Instruktur tetap.

Sasaran dibentuknya SBH adalah agar setiap anggota Gerakan Pramuka

yang telah mengikuti kegiatan Saka tersebut:

a. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang

kesehatan, khususnya keenam krida dalam SBH ini yaitu tentang

lingkungan sehat, keluarga sehat, penanggulangan penyakit, gizi, obat,

serta mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan melaui

pelatihanpelatihan tentang kesehatan kepada para anggota Pramuka di

gugusdepan (gudep) masing-masing.

c. Memiliki sikap dan perilaku hidup sehat serta menjadi contoh bagi

teman sebaya, keluarga dan masyarakat di lingkungannya.

19
d. Mau dan mampu menyebarluaskan informasi mengenai enam krida

yang termasuk dalam SBH tersebut kepada lingkungannya dan

masyarakat (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011).

2.3.5 Struktur Organisasi

Saka Bakti Husada dibentuk dari beberapa gudep di kwartir ranting atau

kwartir cabang yang terdiri dari Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang

mempunyai minat dan bakat di bidang kesehatan. Saka Bakti Husada dibentuk

oleh dan berada dibawah wewenang, pengelolaan, pengendalian dan pembinaan

kwartir ranting yang dibina secara teknis kesehatan oleh Puskesmas setempat

sebagai Instruktur bersama Pamong Saka. Sedangkan pengesahannya dilakukan

oleh kwartir cabang. Apabila kwartir ranting belum mampu membentuk SBH

maka pembentukan SBH dapat dilakukan oleh kwartir cabang yang dibina oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.

SBH terdiri dari 6 (enam) krida yaitu:

a. Krida Bina Lingkungan Sehat

b. Krida Bina Keluarga Sehat

c. Krida Pengendalian Penyakit

d. Krida Bina Gizi

e. Krida Bina Obat

f. Krida Bina PHBS

Setiap Krida beranggota 5 sampai 10 orang, sehingga dalam satu SBH

dimungkinkan adanya beberapa krida yang sama. Pelaksanaan Krida

20
disesuaikan dengan kebutuhan dan berbasis permasalahan kesehatan setempat

serta ketersediaan instruktur. Tiap Krida dipimpin oleh seorang Pemimpin

Krida dibantu oleh seorang Wakil Pemimpin Krida.

Saka Bakti Husada putra dibina oleh Pamong Saka putra dan SBH putri

dibina oleh Pamong Saka putri, serta dibantu oleh beberapa orang instruktur.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Jumlah Pamong Saka disesuaikan dengan

jumlah anggota yang ada, sedangkan jumlah instruktur disesuaikan dengan

lingkup kegiatannya. Anggota SBH membentuk Dewan SBH yang dipilih dari

pempinan krida, wakil pemimpin krida, dan beberapa anggota SBH.

Pimpinan Pembentukan SBH berdasarkan kebutuhan dari tingkat bawah,

yaitu adanya sekelompok Pramuka Penegak dan atau Pramuka Pandega dari

satu gugus depan atau lebih yang berminat pada bidang kesehatan dan secara

terus menerus melakukan kegiatan bersama, kemudian mengusulkan kepada

kwartir ranting atau kwartir cabang untuk membentuk SBH. Saka Bakti

Husada juga dapat dibentuk atas usul lembaga atau instansi terkait setempat.

Saka Bakti Husada memiliki kelengkapan sebagai berikut:

a. Anggota SBH;

b. Pamong SBH;

c. Instruktur SBH;

d. Majelis Pembimbing SBH.

21
Pimpinan SBH dibentuk di kwartir cabang, kwartir daerah, dan kwartir

nasional sebagai unsur kelengkapan kwartir yang anggotanya terdiri dari unsur

kwartir dan instansi kesehatan, organisasi profesi kesehatan dan unsur lain

yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Majelis Pembimbing SBH di tingkat

ranting, cabang, daerah, dan nasional merupakan mitra pimpinan kwartir dalam

pengelolaan dan pembinaan SBH. Bagan struktur organisasi SBH adalah

sebagai berikut:

22
Gambar 2.1 Struktur Organisasi SBH (Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka,2011)

23
1. Pimpinan Saka Bakti Husada

Pimpinan SBH adalah badan kelengkapan kwartir yang bertugas

memberikan bimbingan organisatoris, teknis, bantuan fasilitas atau dukungan

lainnya kepada SBH. Tingkatan Pimpinan SBH adalah sebagai berikut:

a. Di tingkat Pusat dibentuk Pimpinan SBH Tingkat Nasional.

b. Di tingkat Provinsi dibentuk Pimpinan SBH Tingkat Daerah.

c. Di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Pimpinan SBH Tingkat Cabang.

Tugas dan tanggung jawab Pimpinan SBH:

a. Membantu kwartir dalam menentukan kebijakan mengenai pemikiran,

perencanaan dan petunjuk teknis tentang kegiatan SBH.

b. Membantu Majelis Pembimbing SBH untuk mengusahakan dana dan

sarana lainnya guna mendukung kegiatan SBH.

c. Melaksanakan program kegiatan SBH yang telah ditentukan oleh

program yang telah ditentukan olehnya.

d. Mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan SBH.

e. Membantu kwartir melaksanakan pembinaan dan pengembangan

SBH.

f. Mengadakan hubungan kerja yang baik dengan instansi atau badan

lain yang berkaitan dengan SBH melalui kwartirnya.

g. Bertanggungjawab atas pelaksanan kebijakan kwartir tentang kegiatan

SBH.

24
h. Melaksanakan koordinasi antara Pimpinan SBH di semua jajaran

wilayah kerjanya.

i. Bekerja sama dengan Pimpinan Saka lain di cabangnya.

j. Bersama Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) di jajaran kwartir

yang bersangkutan mengusahakan agar para Pamong Saka dan Instruktur

SBH dapat mengikuti pendidikan dan latihan kepramukaan serta teknis

kesehatan.

k. Memberi laporan pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SBH

kepada kwartirnya.

l. Pimpinan SBH dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab

kepada kwartir yang bersangkutan.

2. Dewan Kehormatan Saka Bakti Husada

Dewan Kehormatan SBH adalah badan yang dibentuk oleh SBH untuk

menyelesaikan hal-hal tertentu yang menyangkut nama baik seorang anggota

SBH atau nama baik SBH dan menyusun data yang diperlukan untuk

pengusulan pemberian anugerah serta tanda penghargaan kepada anggota SBH.

Dewan Kehormatan SBH bersidang karena adanya:

a. Pelanggaran terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Gerakan Pramuka, peraturan-peraturan SBH, disiplin dan kehormatan SBH

yang dilakukan oleh anggota SBH, Dewan SBH, Pemimpin Krida SBH.

25
b. Pernyataan keberatan dan pembelaan diri dari Anggota SBH yang

dianggap melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

ketentuan Gerakan Pramuka.

c. Pernyataan merehabilitasi nama baik anggota SBH yang terkena

sanksi.

d. Pengusulan pemberian anugerah atau penghargaan bagi yang

berprestasi.

Dewan Kehormatan SBH memutuskan pemberian sanksi dalam bentuk

pemberhentian sementara dan pemberhentian sebagai anggota SBH, sekaligus

pengembalian yang bersangkutan ke gugusdepannya. Dewan Kehormatan SBH

terdiri atas:

a. Seorang Pamong SBH sebagai ketua

b. Seorang Instruktur SBH

c. Seorang Dewan SBH

d. Seorang Pemimpin Krida

3. Majelis Pembimbing Saka Bakti Husada

Majelis Pembimbing (Mabi Saka) Bakti Husada adalah suatu badan yang

terdiri dari para pejabat instansi pemerintah dan tokoh masyarakat di bidang

kesehatan yang memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan moral,

material, dan finansial untuk pembinaan SBH. Masa bakti Mabi SBH sesuai

dengan masa bakti kwartirnya. Susunan Mabi SBH terdiri atas:

26
a. Seorang Ketua

b. Seorang Sekretaris

c. Seorang Ketua Harian

d. Beberapa orang anggota

Ketua Mabi SBH tingkat Nasional dijabat oleh Menteri Kesehatan, Ketua

Mabi SBH tingkat daerah dan cabang dijabat oleh Pimpinan Instansi Kesehatan

setempat..

4. Pamong Saka Bakti Husada

Pamong SBH adalah Pembina Pramuka, terutama Pembina Pramuka

Penegak/Pandega atau anggota dewasa lainnya yang memiliki minat dalam

bidang kesehatan. Apabila dalam SBH ada beberapa orang Pamong SBH, maka

dipilih salah seorang sebagai koordinatornya. Masa bakti Pamong SBH 3 (tiga)

tahun dan dapat diangkat kembali. Pamong SBH secara ex-officio menjadi

anggota Mabi SBH. Syarat-syarat Pamong SBH, yaitu :

a. Sehat mental dan fisiknya.

b. Pembina Pramuka golongan Penegak/Pandega atau anggota dewasa

lainnya yang telah lulus Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat

Dasar

(KMD) serta bersedia mengikuti Kursus Pamong SBH, selambat lambatnya

1 (satu) tahun setelah dikukuhkan.

27
c. Bersedia menjadi Pamong dan memiliki minat dan pengetahuan serta

keterampilan dalam suatu bidang yang sesuai dengan krida SBH.

Tugas tanggung jawab dan fungsi Pamong SBH :

a. Mengelola pembinaan dan pengembangan SBH.

b. Menjadi Pembina SBH dan bekerja sama dengan Majelis Pembimbing

SBH.

c. Mengusahakan instruktur, perlengkapan dan keperluan SBH.

d. Mengadakan hubungan, konsultasi dan kerjasama yang baik dengan

Pinsaka, kwartir, Majelis 16 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Pembimbing SBH, gugus depan dan saka lainnya.

e. Mengkoordinir Instruktur SBH dengan Dewan SBH.

f. Menerapkan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan serta Sistem

Among dalam kegiatan pembinaan SBH.

g. Melaporkan perkembangan SBH kepada kwartir dan Mabi SBH.

h. Menjadi seorang kakak, pendamping dan pembangkit semangat serta

daya kreasi bagi para anggotanya.

i. Mendampingi dan membimbing Dewan SBH dalam menyusun

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan SBH.

j. Meningkatkan secara terus menerus pengetahuan, pengalaman,

keterampilan dan kecakapannya melalui pendidikan, khususnya yang

menyangkut bidang kegiatan SBH.

28
k. Menjadi motivator bagi para anggota SBH khususnya dan seluruh

Pramuka pada umumnya dalam membina serta mengembangkan bakat

dan minat mereka di bidang kesehatan.

5. Instruktur Saka Bakti Husada

Instruktur SBH adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan

pengetahuan, keterampilan dan keahlian khusus atau pengalaman di bidang

kesehatan yang sanggup dan bersedia membantu Pamong SBH untuk mendidik

dan melatih para anggota SBH dalam meningkatkan kemampuan dan

keterampilan.Masa bakti Instruktur SBH 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat

kembali. Syarat-syarat Instruktur SBH:

a. Memiliki pengetahuan, keterampilan, keahlian dan pengalaman

tertentu yang diperlukan untuk kegiatan SBH.

b. Bersedia secara sukarela menjadi Instruktur SBH disertai dengan

penuh tanggung jawab.

c. Bersedia membantu Pamong SBH dalam membina pengembangan

SBH.

d. Bersedia mengikuti Orientasi Kepramukaan.

29
Tugas dan tanggung jawab Instruktur SBH, yaitu :

a. Bersama Pamong Saka membina dan mengembangkan SBH.

b. Melaksanakan pendidikan dan latihan sesuai dengan krida dan

keahliannya bagi para anggota SBH.

c. Menjadi penguji SKK bagi anggota SBH sesuai dengan bidang

keahliannya dan melaporkan perkembangannya kepada Pamong SBH.

d. Menjadi penasehat bagi Dewan SBH dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan SBH.

e. Memberi motivasi kepada anggota SBH untuk meningkatkan dan

menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya di bidang

kesehatan kepada anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat.

f. Meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan pengalamaman pribadi

dalam bidang kesehatan melalui berbagai pendidikan.

g. Menjalin hubungan persaudaraan dengan anggota SBH.

h. Melaporkan pelaksanaan setiap kegiatan yang menjadi tugasnya.

6. Dewan Saka Bakti Husada

Susunan dan fungsi:

a. Dewan SBH terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa

anggota yang berasal dari anggota SBH dan dipilih oleh anggota SBH melalui

Musyawarah SBH.

30
b. Pada hakekatnya fungsi Dewan SBH sama dengan Dewan Ambalan

Penegak atau Dewan Racana Pandega.

c. Dewan SBH bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan SBH sehari-hari.

d. Masa bakti Dewan SBH 2 (dua) tahun dan dapat dipilih kembali untuk

masa bakti berikutnya, sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa

bakti.

Syarat-syarat keanggotaan Dewan SBH, yaitu:

a. Memenuhi syarat-syarat anggota SBH.

b. Sedikitnya telah aktif dalam SBH selama 6 (enam) bulan.

c. Memiliki bakat kepemimpinan yang baik dan pengetahuan serta

pengalaman yang memadai untuk tugasnya sebagai Dewan Saka.

Kewajiban Dewan SBH

a. Memimpin dan melaksanakan kegiatan SBH secara berdayaguna dan

tepatguna dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan di bawah bimbingan Pamong Saka.

b. Menjadi motor penggerak dalam pemikiran, perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan SBH.

c. Menjaga dan memelihara citra SBH di kalangan masyarakat.

31
d. Memelihara dan meningkatkan hubungan baik dengan pamong saka,

instruktur saka, mabi saka, gudep tempat para anggota sakanya

bergabung, pengurus/Andalan Kwartir , dewan kerja ranting dan

dewan kerja cabang saka-saka lain

e. Dengan bantuan Mabi Saka dan Pamong Saka, Dewan SBH

mengusahakan tenaga-tenaga ahli atau tokoh-tokoh masyarakat yang

berpengetahuan atau berpengalaman untuk dijadikan instruktur dalam

bidang kesehatan.

f. Memberikan laporan berkala tentang pelaksanaan kegiatan SBH

kepada kwartir melalui Pamong Saka dan Pimpinan SBH.

7. Anggota Saka Bakti Husada

Anggota SBH, adalah Pramuka Penegak Bantara, Penegak Laksana dan

Pramuka Pandega dari gugus depan yang mempunyai minat dan bakat di

bidang kesehatan. Calon Pramuka Penegak atau Pramuka Pandega dapat

mengajukan diri sebagai anggota SBH dengan seijin pembina gugus depannya

dan disyaratkan agar dalam waktu 6 (enam) bulan setelah menjadi anggota

SBH telah dilantik sebagai Pramuka Penegak Bantara atau Pramuka Pandega di

gugus depannya.

Pemuda yang berusia antara 16 sampai 25 tahun, dapat menjadi anggota

SBH dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan

setelah menjadi anggota SBH wajib menjadi anggota suatu gugus depan

32
Gerakan Pramuka dan selanjutnya menempuh Syarat Kecakapan Umum dan

dilantik sesuai dengan golongan keanggotaannya.

Syarat Anggota SBH:

a. Mendapat ijin dari orang tua atau wali dan pembina gugus depannya.

b. Berusia antara 16 sampai dengan 25 tahun.

c. Sehat jasmani dan rohani.

d. Menyatakan keinginan untuk menjadi anggota SBH secara sukarela

dan tertulis

e. Berminat dan bersedia untuk berperan aktif dalam segala kegiatan

SBH.

f. Bersedia dengan sukarela mendarmabaktikan dirinya kepada

masyarakat dan sanggup mentaati segala ketentuan yang berlaku bagi

anggota SBH.

g. Bagi calon anggota SBH yang belum menjadi anggota Gerakan

Pramuka harus bersedia menjadi anggota gugus depan Gerakan

Pramuka setempat.

h. Tidak sedang menjadi salah satu anggota Saka lain.

8. Pemimpin Krida Bakti Husada

33
Kewajiban Pemimpin Krida SBH, yaitu ;

a. Memimpin kridanya dalam semua kegiatan dengan penuh rasa

tanggung jawab.

b. Mewakili kridanya dalam pertemuan Dewan SBH.

c. Bekerja sama dan membagi tugas dengan wakil pemimpin kridanya

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota di bidang

kridanya.

d. Bekerja sama dan membagi tugas dengan pemimpin krida lainnya

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang

kesehatan serta memelihara kekompakan, keutuhan dan kesatuan

anggota SBH (Kwartir Nasional Gerakan Nasional, 2011).

2.3.6 Sumber Dana

Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan SBH diperoleh dari:

a. Iuran anggota SBH yang besarnya ditetapkan dalam Musyawarah

SBH.

b. APBN dan APBD.

c. Bantuan dari Majelis Pembimbing SBH yang bersangkutan, Kwartir,

Pimpinan SBH yang bersangkutan dan instansi terkait.

d. Sumbangan dari masyarakat yang tidak mengikat.

e. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang

Gerakan Pramuka, Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan,

AD/ART Gerakan Pramuka.

34
f. Usaha dana, badan usaha yang dimiliki SBH (Kwartir Nasional,

2011).

2.3.7 Lingkup Kegiatan

Saka Bakti Husada memiliki kegiatan dalam bentuk krida bidang

kesehatan, yang mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kaum

muda, khususnya anggota SBH, sehingga mereka mampu bersikap dan

berperilaku hidup sehat, menjadi contoh teman sebaya, keluarga dan

masyarakat di lingkungannya, serta mau dan mampu menyebarluaskan

informasi kesehatan kepada masyarakat. Dalam jangka panjang, krida bidang

kesehatan akan turut meningkatkan jangkauan dan cakupan layanan kesehatan,

utamanya UKM, seperti: pembudayaan PHBS, pentingnya imunisasi,

pencegahan HIV/AIDS, TB Paru, dan Malaria, serta pengendalian vector

penyakit.

Untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan di bidang

kesehatan bagi anggota SBH harus belajar dan berlatih yang meliputi:

a. Kesehatan secara umum.

b. Kesehatan secara khusus sesuai dengan macam krida dan

kecakapankecakapan khususnya.

c. Kasus kesehatan yang terjadi di wilayah setempat (Kemenkes RI,

2015).

35
2.3.8 Bentuk dan Macam Kegiatan

Bentuk dan macam kegiatan yang ada di SBH adalah sebagai berikut:

a. Latihan Saka secara berkala

Latihan Saka Berkala dilaksanakan di luar hari latihan Gugus depannya.

Latihan dan kegiatan berkala diadakan di tingkat ranting, dilaksanakan oleh

Dewan Saka dengan didampingi oleh Pamong dan Instruktur.

b. Kegiatan berkala

Kegiatan berkala dilaksanakan untuk kepentingan tertentu, misalnya

menyiapkan diri untuk lomba, kegiatan ulang tahun SBH dan sebagainya.

c. Perkemahan Jumat Sabtu Minggu (Perjusami) dan Perkemahan Sabtu

Minggu (Persami).

d. Perkemahan Bakti SBH (Perti SBH)

Peserta Perti SBH semua anggota SBH. Perkemahan Bakti SBH

diselenggarakan di tingkat ranting, cabang, daerah, regional dan nasional

sekurang-kurangnya sekali dalam masa bakti kwartir yang bersangkutan.

e. Perkemahan Antar Saka (Peran Saka)

Peran Saka terdiri dari beberapa jenis Saka, misalnya SBH bersama Saka

Dirgantara, Saka Taruna Bumi dan lain-lain. Perkemahan antar Saka (Peran

Saka) diselenggarakan di tingkat ranting, cabang, daerah, regional dan nasional

menurut kepentingannya.

36
f.Bakti kepada masyarakat

Kegiatan bakti kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan

mutu lingkungan hidup sehat dengan jalan memberi contoh, mengadakan

penyuluhan PHBS dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan di

bidang kesehatan.

g. Musyawarah SBH

Suatu forum atau tempat pertemuan para anggota SBH, guna

membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan SBH.

h. Rapat kerja SBH

Rapat kerja SBH membahas laporan pelaksanaan Program Kerja

tahun yang lalu, laporan pertanggungjawaban keuangan, evaluasi Program

Kerja tahun yang lalu, dan Program kerja tahun mendatang.

i. Rapat Koordinasi

Pimpinan SBH Tingkat Daerah dan atau Pimpinan SBH Tingkat

Nasional secara regular menyelenggarakan rapat koordinasi untuk

membahas kinerja, kegiatan dan pengembangan SBH (Kwartir Nasional

Gerakan Pramuka, 2011).

37
Kegiatan Operasional Saka terdiri dari pertemuan-pertemuan:

a. Rutin Berkala (RB):

1. Pertemuan berkala setiap bulan 2 kali atau ditentukan oleh sidang

Dewan Saka.

2. Pertemuan ini bersifat latihan seperti pertemuan Ambalan / Racana.

3. Pertemuan berpusat dalam Krida dengan program/acara yang spesifik

4. Pemantapan/pendalaman/improvisasi ketrampilan teknik.

b. Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Anggota Krida secara perorangan atau satuan Krida melakukan

praktek kerja nyata di instansi/atau organisasi baik pemerintah

maupun swasta dalam bidang yang sesuai dengan spesialisasi Krida.

2. Hasil PKL dibahas dalam Krida kemudian dalam forum Saka.

c. Bina Potensi Diri (BPD)

1. Pengembaraan secara perorangan atau satuan Krida/Saka dengan

acara antara lain ekspedisi, penelitian, pengamatan, pengumpulan data

dan informasi.

2. Analisis hasil pengembaraan.

3. Laporan dan rekomendasi hasil pengembaraan.

38
4. Implementasi rekomendasi pengembaraan dalam bentuk proyek

pengabdian masyarakat atau program peningkatan potensi anggota

Saka.

d. Pengabdian Karya Nyata (PKN)

1. Merencanakan kegiatan pengabdian masyarakat atas dasar laporan

dan rekomendasi hasil pengembaraan.

2. Melaksanakan proyek pengabdian masyarakat yang telah

direncanakan.

3. Mengevaluasi pelaksanaan proyek pengabdian masyarakat (Kwarda

Jawa Barat, 2013).

2.3.9 Krida

Krida adalah satuan terkecil dari saka, sebagai wadah kegiatan

keterampilan, pengetahuan dan teknologi tertentu (Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka, 2011). Saka Bakti Husada terdiri dari enam krida, yaitu:

1. Krida Bina Lingkungan Sehat

a. Penyehatan Perumahan

Rumah dapat menimbulkan gangguan kesehatan karena di dalam dan di

luar rumah banyak terdapat faktor risiko penyakit. Agar penghuni rumah dapat

terhindar dari sakit atau kesakitan maka diperlukan kondisi kualitas kesehatan

lingkungan rumah yang baik. Pramuka diharapkan turut berperan aktif dalam

pembangunan kesehatan khususnya dibidang penyehatan perumahan dan

39
lingkungan oleh karena itu pramuka perlu memiliki kecakapan khusus bidang

penyehatan lingkungan.

b. Hygiene Sanitasi Pangan

Anggota SBH diharapkan dapat mengetahui bahan makanan yang sehat dan

kontaminasi pada bahan makanan. Selain itu juga diperlukan keterampilan

tentang pengelolaan makanan di saat bencana.

c. Pengamanan Pestisida

Anggota perlu mengetahui hal-hal yang penting tentang pestisida seperti :

• Cara-cara masuk pestisida ke dalam tubuh manusia

• Gejala-gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida

• Pertolongan pertama bagi korban keracunan pestisida

• Pengobatan keracunan pestisida

• Penyuluhan pada Masyarakat

d. Pengawasan Kualitas Air

Pengetahuan dan keterampilan yang penting miliki yaitu mengenai tentang

tanda-tanda air bersih, asal sumber air dan cara mengatasi gangguan fisik (bau,

warna, rasa), sesuai tingkatannya juga harus mampu mengatasi/praktek

membuat alat perbaikan kualitas air (Kemenkes RI, 2010).

40
2. Krida Bina Keluarga Sehat

a. Kesehatan ibu

Pembahasan dalam ruang lingkup kesehatan ibu sangat beragam. Hal yang

penting dibahas yaitu mengenai peranan ibu sebagai pemelihara kesehatan

keluarga dan juga akan dibahas tentang perawatan kesehatan ibu hamil, ibu

bersalin dan nifas, dan ibu menyusui. Hal ini membuktikan bahwa anggota

SBH dapat dipercaya sebagai kepanjangtanganan dari Puskesmas khususnya

KIA Ibu.

b. Kesehatan Anak

Kesehatan anak menjadi sangat penting, mengingat anak bukanlah dewasa

kecil sehingga penanganannya tidak boleh disamakan dengan dewasa. Dalam

pembinaannya, akan dibahas mengenai masalah utama kesehatan anak di

masyarakat sampai materi penyuluhan bagaimana memelihara kesehatan anak,

tanda-tanda anak sehat dan tidak sehat.

c. Kesehatan remaja

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada

periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik,

psikologis maupun sosial (Batubara, 2010). Oleh karena itu diperlukan

pengetahuan mengenai proses tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi

remaja bahakan tentang gangguan fisik pada remaja dan penyebabnya.

41
d. Kesehatan Usia Lanjut

Kelompok usia lanjut semakin meningkat seiring dengan semakin

meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia. Data terakhir dari Badan Pusat

Statistik menyebut bahwa untuk Indonesia pada tahun

2015, angka harapan hidupnya mencapai 70,1 tahun (Badan Pusat Statistik,

2015). Anggota SBH dapat diikutsertakan dalam kegiatan kelompok Lansia di

lingkungannya, seperti mendorong pembetukan pelaksanaan kegiatan upaya

kesehatan berbasis masyarakat (Kelompok Lansia/Posyandu Lansia).

e. Kesehatan Gigi dan Mulut

Kompetensi yang perlu dimiliki dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

seperti mengetahui cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan mampu

melakukan sikat gigi yang benar dan mengajarkannya.

f.Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.cc SBH juga

memberikan perhatian lebih mengani kesehatan jiwa khususnya remaja. Hal ini

terlihat dengan adanya materi mengenai perkembangan jiwa remaja, masalah

42
kesehatan jiwa remaja, serta pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa

remaja serta pencegahannya (Kemenkes RI, 2010)

3. Krida Pengendalian Penyakit

Pengendalian penyakit menjadi penting dalam era JKN, terutama

Puskesmas sebagai ujung tombak dalam upaya preventif dan promotif. Oleh

karena itu, salah satu krida dalam SBH yaitu mengenai pengendalian penyakit.

Materi yang dibahas meliputi: malaria, demam berdarah, rabies, diare, TB paru,

kecacingan, HIV/AIDS dan IMS lainnya, Imunisasi, dan keadaan gawat darurat

(Kemenkes RI, 2010).

4. Krida Bina Gizi

a. Perencanaan menu

Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan

diolah untuk memenuhi selera konsumen dan kebutuhan zat gizi yang

memenuhi prinsip gizi seimbang. Prinsip empat sehat lima sempurna saat ini

sudah digantikan oleh prinsip gizi seimbang yaitu makan makanan yang

beranekaragam berasal dari hidangan seharihari, mengandung unsur-unsur zat

gizi yang dibutuhkan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Anggota

diharapkan memiliki kompetensi dalam merencanakan menu berdasarkan

jumlah dan situasi kondisi di lapangan.

43
b. Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat

Tujuan yaitu menangani keadaan darurat secara cepat dan tepat sehingga

dapat mencegah terjadinya penurunan status gizi pengungsi.

Hal ini harus dikuasai oleh setiap anggota sesuai tingkatannya.

c. Keluarga Sadar Gizi

Keluarga sadar gizi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,

mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Suatu

keluarga disebut Kadarzi apabila telah berprilaku gizi yang baik secara terus

menerus. Sasaran kadarzi adalah semua anggota keluarga.

d. Penyuluhan gizi

Penyuluhan gizi masyarakat adalah penyebarluasan informasi gizi kepada

masyarakat melalui institusi keagamaan, sekolah, tempattempat umum,

warung, dan lain-lain.

e. Mengenal keadaan gizi

Masalah gizi di Indonesia sangatlah banyak. Krida gizi juga akan

membahas mengenai masalah gizi utama diantaranya kurang energy protein,

anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, kurang vitamin A, dan

gizi lebih yang juga menjadi masalah gizi yang penting untuk diperhatikan

(Kemenkes RI, 2010).

44
5. Krida Bina Obat

a. Pemahaman Obat

Pengobatan sendiri (self medication-swamedikasi) merupakan upaya yang

paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala

penyakit sebelum mereka memutuskan untuk mencari pertolongan ke pusat

pelayanan kesehatan.

Pramuka sebagai generasi penerus bangsa merupakan aset yang perlu

dijaga dan diberdayakan dalam pelaksanaan upaya kesehatan ini. Pramuka

sebagai kader bangsa perlu mengerti dan memahami upaya yang berkaitan

dengan pemahaman obat. Melalui pemberdayaan pramuka sebagai kader dalam

pelaksanaan swamedikasi maka diharapkan pramuka akan tahu, mau dan

mampu menolong diri sendiri, mampu menjelaskan dan dapat memberikan

penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman obat terutama

dalam pelaksanaan swamedikasi.

b. Tanaman Obat Keluarga

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan sebidang tanah baik di

halaman rumah, kebun atau ladang yang digunakan untuk membudidayakan

tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman ini diperlukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan keluarga akan obat.

45
c. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Zat Adiktif

Masalah penyalahgunaan/ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya sejak dua dasa warsa terakhir telah menjadi masalah nasional

yang mendapat perhatian khusus baik oleh pemerintahan maupun masyarakat.

Perhatian dan upaya pemerintah ini antara lain tercermin dalam peraturan

perundang-undangan dan berbagai program yang ada dalam bidang yang

berkaitan. Masyarakat luas juga harus ikut menanggulangi masalah ini melalui

berbagai upaya. Pramuka sebagai bagian dari generasi muda harapan bangsa

dalam hal ini tentu juga ikut berperan dalam upaya pemerintah.

d. Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

e. Pemahaman Kosmetika

Dewasa ini kosmetik sangat luas penggunaannya di masyarakat. Jenis

kosmetik yang beredar di masyarakat juga sangat bervariasi. Penggunaan

kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan dapat merugikan kesehatan, selain

itu kosmetika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai dapat juga

menimbulkan bahaya bagi pemakainya.

Pramuka sebagai generasi bangsa yang potensial diharapkan dapat mengerti

dan memahami upaya yang berkaitan dengan pemahaman kosmetika. Dengan

pemahaman di bidang kosmetik maka diharapkan pramuka dapat mengetahui,

menjelaskan, menggunakan dan memberikan bimbingan serta penyuluhan

kepada masyarakat disekitarnya, sehingga kosmetika dapat digunakan secara

46
benar dan efek samping pemakaiannya dapat diminimalkan (Kemenkes RI,

2010)

6. Krida Bina PHBS

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan perkataan lain

bahwa masyarakat diharapkan mampu berperan dalam menjaga, memelihara

dan meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di lingkungannya.

Pemberdayaan masyarakat termasuk Pramuka merupakan modal

pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi

kesehatannya. Pramuka sebagai kader bangsa dan kader pembaharu di bidang

kesehatan, perlu mengerti dan memahami pelaksanaan PHBS baik di

lingkungan rumah tangga, sekolah, tempattempat umum, tempat kerja, dan

institusi kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

47
2.3.10 Lambang dan Bendera

Gambar 2.2 Lambang SBH (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

2010)

Gambar 2.3 Bendera SBH (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,2011)

48
2.3.11 Pengesahan dan Pelantikan

2.3.11.1 Pengesahan

a. Saka Bakti Husada disahkan dengan Surat Keputusan Kwartir Cabang

Gerakan Pramuka.

b. Pimpinan SBH disahkan dengan Surat Keputusan Ketua Kwartir yang

bersangkutan.

c. Pamong Saka dan Instruktur SBH disahkan dengan Surat Keputusan

Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka.

Pamong Saka adalah Pembina Pramuka, terutama Pembina Pramuka

Penegak/Pandega atau anggota dewasa lainnya, yang memiliki minat dalam

satu bidang kegiatan Saka sesuai dengan minat anggota Saka yang

bersangkutan. Pamong Saka diangkat dan dikukuhkan oleh Ketua Kwartir

Cabang, atas usul Pimpinan Saka yang bersangkutan

d. Dewan SBH disahkan dengan Surat Keputusan Pamong Saka.

e. Mabi SBH disahkan dengan Surat Keputusan Ketua Kwartir yang

bersangkutan.

2.3.11.2 Pelantikan

a. Pelantikan dilakukan dengan mengucapkan Trisatya Pramuka dan

Ikrar.

49
Trisatya Pramuka Penegak

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh- sungguh :

• Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila

• Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat

• Menepati Dasadarma.

b. Pelantikan peserta didik sebagai anggota SBH dilakukan oleh Pamong

SBH.

c. Pelantikan Pemimpin Krida dan Wakil Pemimpin Krida dilakukan

oleh Pamong SBH.

d. Pelantikan Dewan SBH dilakukan oleh Pamong SBH.

50
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan Geografis


Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja
meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2 , terletak -0,939 LS/LU dan 100.38428
BT, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
Sepuluh kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah sebagai
berikut:
1. Kelurahan Sawahan
2. Kelurahan Jati Baru
3. Kelurahan Jati
4. Kelurahan Sawahan Timur
5. Kelurahan Kb.Marapalam
6. Kelurahan Andalas
7. Kelurahan Kb.Dlm.Parak Karakah
8. Kelurahan Parak Gadang Timur
9. Kelurahan Simpang Haru
10. Kelurahan Ganting Parak Gadang

51
3.2 Keadaan Demografi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Andalas tahun 2016 berjumlah 82.571
jiwa. terdiri dari laki –laki 41.038jiwa dan perempuan 41.533jiwa. Adapun jumlah
persasaran program dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Tahun 2016
BAYI (0-11) BALITA (1-59) LANSIA
N BLN TH
KELURAHAN BUMIL BUFAS
O JM JM
L P L P JML L P
L L
1 SAWAHAN 109 104 49 51 100 188 193 381 166 171 337

2 JATI BARU 137 131 54 73 127 206 276 482 181 244 425

3 JATI 206 197 97 92 189 376 352 728 329 310 639

SAWAHAN 93 89 44 42 86 169 157 326


4 148 139 287
TIMUR
KB.
5 MARAPALA 125 119 58 58 116 222 218 440
195 192 387
M
BAYI (0 BALITA (1 LANSIA

11) BLN 59) TH LANSIA


N
KELURAHAN BUMIL BUFAS BAYI (0 BALITA (1 LANSIA
o
JM JM
L P L P JML L P
L L
10
6 ANDALAS 229 217 105 209 404 398 802
4 356 350 706

KB. DLM 13
7 PARAK 289 276 135 265 521 498 1019
0 458 438 896
KARAKAH
8 PARAK GDG 181 174 83 85 168 321 320 641 281 282 563

52
TIMUR
SIMPANG 97 93 45 45 90 173 166 339
9 152 147 299
HARU
GANTING 10
10 PRK 228 217 104 210 401 401 802
6 352 354 706
GADANG
78 156 298 297 261 262 524
11 PUSKESMAS 1694 1617 774 5960
6 0 1 9 8 7 5

3.3 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Andalas sebagian besar beragama


Islam. Warga non muslim , umumnya adalah kaum pendatang dari luar propinsi.Di
tengah perbedaan suku, agama dan budaya, aktifitas sosial dan peribadatan
penduduk berjalan dengan baik.

Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, mulai dari bertani, buruh,


pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI dan lain-lain.
Pekerjaan sebagai buruh umumnya adalah buruh pabrik dan industri rumah tangga
yang terdapat di beberapa kelurahan. Aktifitas perekonomian dalam lingkungan
menengah ke bawah, juga berjalan sangat dinamis.

Dengan banyaknya sarana pendidikan diwilayah kerja Puskesmas Andalas


juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat terutama remaja seperti masalah
kesehatan reproduksi dan narkoba.

3.4 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan


a. Visi dan Misi
Dalam fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan di wilayah
kecamatan Padang Timur, Puskesmas Andalas mempunyai Visi; Mewujudkan
masyarakat Padang Timur Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Tercapainya visi

53
ini dinilai dari 4 indikator utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata dan derajat kesehatan penduduk
kecamatan Padang Timur yang setinggi-tingginya.
Untuk mewujudkan visi ini, Puskesmas Andalas mengusung misi
pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan Padang Timur yang akan memberikan
dukungan tercapainya visi pembangunan nasional yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah


2. Mendorong kemadirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Andalas
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya

b. Strategi
Visi dan misi Puskesmas Andalas akan dicapai dengan beberapa strategi yang
diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana, terarah dan
berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut antara lain:
1. Meningkatkan upaya promosi kesehatan
2. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik dengan
3. lintas sektor
4. Meningkatkan kwalitas SDM Puskesmas
5. Meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

c. Jenis jenis pelayanan dalam dan Luar gedung

Dalam Gedung:
1. Pelayanan Poli Umum
2. PelayananPoli Gigi
3. Pelayanan Poli Lansia
4. Pelayanan Poli Anak
5. Pelayanan Poli Ibu
6. Pelayanan KB dan IVA
7. Klinik Sanitasi
8. Klinik Gizi
9. Klinik VCT/ IMS
10. Klinik TB

54
11. IPWL
12. Klinik PKPR
13. Klinik Akupresure
14. Klinik Berhenti merokok
15. Pelayanan Farmasi
16. Laboratorium

Luar Gedung
17. Posyandu Balita
18. Posbindu PTM
19. Posyandu Lansia
20. Pembinaan Sekolah Sehat dan dokter Kecil
21. Pembinaan PKPR dan Kader konselor remaja
22. Pos Gizi
23. Mobile VCT/IMS

NO NAMA SEKOLAH
1. SMA ADABIAH II
2. SMA ADABIAH I
3. SMK KARTIKA 1-2
4. SMK 6
5. SMK KARTIKA 1-1
6. SMA KARTIKA 1-5
7. SMK N 2
8. SMK KOSGORO I
9. SMK KOSGORO II
10. SMK PERBANKAN
11. SMK PGRI

55
12. SMA PGAI
13. MA PGAI
14. SMA BUKIT BARISAN
15. SMK TRI ABDI P
16. SMA 10 PADANG
3.4. Daftar Nama Sekolah SMA/SMK Sederajat Di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

wawancara dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program, dan pihak yang

menjalankan program serta analisis laporan tahunan Puskesmas Andalas. Proses ini

56
dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas Andalas

pada tahun 2016. Masalah yang diidentifikasi adalah semua permasalahan yang

terdapat di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Beberapa capaian komponen kinerja

program Puskesmas Andalas tahun 2016 ( Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Daftar Capaian Komponen Kinerja Program di Puskesmas Andalas

Tahun 2016

No Kegiatan Target Pencapaian GAP


% % %
1 KIA 100% 83.55% 16.45%
2 P2P 100% 77.76% 22.24%
3 GIZI 100% 82.88% 17.12%
4 PENGOBATAN 100% 87.34% 12.66%
5 KESEHATAN 100.00% 0%
100%
LINGKUNGAN
6 PROMOSI 78.79% 21.21%
100%
KESEHATAN
7 PENGEMBANGAN 76.02% 23.98%
100%
INOVATIF

Dari daftar capaian komponen kinerja program di Puskesmas Andalas tahun

2016, didapatkan tiga terendah dari pencapaian program adalah kegiatan

Pengembangan Inovatif, P2P, dan Promosi Kesehatan. Berdasarkan tujuh program

dasar Puskesmas diatas, yang paling memegang peranan penting dalam usaha

preventif dan promotif terhadap penyakit dan masalah di semua program dan sebagai

motor dari segala program Puskesmas ialah Promosi Kesehatan.

Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul

57
secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atatu penganggu lainnya, (2)

adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3)

adanya perilaku hidup manusiayang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan

lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh

perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait

dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalm

meningkatkan perilaku masyarakt agar terbebas dari masalah-masalah kesehatan

(Kemenkes RI No. 585, 2007).

Promosi kesehatan merupakan program unggulan atau primadona program

kesehatan. Promosi kesehatan merupakan salah satu strategi dalam mencapai visi

Puskesmas Andalas yaitu “Mewujudkan masyarakat Padang Timur Sehat yang

mandiri dan berkeadilan”. Melihat kedudukan serta vitalnya peran Promosi

Kesehatan dan mengingat masih rendahnya capaian program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Andalas, sehingga perlu dilakukan identifikasi permasalahan yang

muncul di dalam kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Beberapa potensi masalah promosi kesehatan yang berhasil diidentifikasi di wilayah

kerja Puskesmas Andalas adalah sebagai berikut (Tabel 4.2)

Tabel 4.2 Daftar Masalah Promosi Kesehatan di Puskesmas Andalas Tahun 2016

No Kegiatan Permasalahan Target Pencapaian GAP


% % %
1. PHBS Belum tercapainya 100% 60.23% 39.77%
Rumah target PHBS yaitu
Tangga tidak merokok di
dalam rumah

58
2 PHBS Dukungan Lintas 100% 39.22% 60.78%
Sekolah Sektor dan capaian
PHBS di sekolah
masih belum
maksimal
3 Posyandu Peran serta dan 100% 65% 35%
tingkat kepedulian
masyarakat
terhadap kegiatan
Posyandu yang
masih kurang
4 Pembentukan Belum Pembentukan Belum ada 100%
SBH terbentuknya SBH SBH
sebagai media
promosi dan
prevensi kesehatan
5 Pembentukan Belum Terbentuk Masih binaan 100%
Pos UKK terbentuknya pos UKK
UKK, semua
hanya dalam
bentuk pembinaan

4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan proses identifikasi masalah, ditemukan beberapa masalah yang

memerlukan penyelesaian. Akan tetapi, tidak semua masalah dalam program

puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas

masalah yang merupakan masalah terbesar dan mungkin untuk diselesaikan. Teknik

yang digunakan dalam menentukan prioritas masalah di Puskesmas Andalas adalah

metode Hanlon, dengan pertimbangan metode ini cukup sederhana namun memiiki

sensitifitas yang cukup tinggi dan dapat mengidentifikasi faktor-faktor luar yang

mempengaruhi masalah yang ada dan diperlukan dalam penetapan prioritas. Setelah

itu, kami membuat Plan, Do, Check, Action untuk mengatasi masalah yang telah

ditetapkan. Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:


59
1. Urgensi: Merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan

a. Nilai 1 = Tidak penting

b. Nilai 2 = Kurang penting

c. Nilai 3 = Cukup penting

d. Nilai 4 = Penting

e. Nilai 5 = Sangat penting

2. Kemungkinan intervensi

a. Nilai 1 = Tidak mudah

b. Nilai 2 = Kurang mudah

c. Nilai 3 = Cukup mudah

d. Nilai 4 = Mudah

e. Nilai 5 = Sangat mudah

3. Biaya

a. Nilai 1 = Sangat mahal

b. Nilai 2 = Mahal

c. Nilai 3 = Cukup mahal

d. Nilai 4 = Murah

e. Nilai 5 = Sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

a.Nilai 1 = Sangat rendah

b. Nilai 2 = Rendah

c.Nilai 3 = Sedang

60
d. Nilai 4 = Tinggi

e.Nilai 5 = Sangat tinggi

Tabel 4.3 Penilaian Prioritas Masalah Promosi Kesehatan di Puskesmas Andalas

No Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking


1. Belum 4 1 4 3 12 III
tercapainya
target PHBS
yaitu tidak
merokok di
dalam
rumah
2 Dukungan 3 1 3 3 10 V
Lintas
Sektor dan
capaian
PHBS di
sekolah
masih
belum
maksimal
3 Masih 4 2 3 3 13 II
kurangnya
peran serta
dan
kepedualian

61
masyarakat
terhadap
kegiatan
Posyandu
4 Belum 4 4 3 4 15 I
terbentukn
ya SBH
sebagai
wadah
promosi
dan
prevensi
kesehatan
5 Belum 3 2 3 3 11 IV
terbentukny
a pos UKK

Keterangan:

1. Pencapaian PHBS Rumah tangga

Urgensi: 4 (Penting)

Belum tercapainya target PHBS rumah tangga yang mencakup tingginya

tindakan merokok pada suatu keluarga. Tingginya angka kepala keluarga yang

menkonsumsi rokok di dalam rumah yang menyebabkan istri dan anak menjadi

perokok pasif. Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan

lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. Perokok pasif

terutama bayi dan anak-anak perlu dilindungi haknya dari kerugian akibat paparan

asap rokok. Keluarga miskin yang tidak berdaya melawan adiksinya dan mengalihkan

belanja makanan keluarganya serta biaya sekolah dan pendidikan anak-anaknya untuk

membeli rokok. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Andalas tahun 2016, dari

62
indikator PHBS rumah tangga, tidak merokok di dalam rumah masuk menjadi salah

satu capaian terendah dari indikator lainnya.

Intervensi:1 (Tidak Mudah)

Produk tembakau merupakan suatu produk yang secara keseluruhan atau

sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah untuk

digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dan dihirup atau dikunyah. Intervensi untuk

menghentikan pengguna rokok secara cepat tidaklah mudah. Produk tembakau yang

dimaksud mengandung zat aditif dan bahan lainnya yang berbahaya yang dapat

menyebabkan orang yang mengkonsumsi rokok menjadi kecanduan.

Biaya: 4 (Murah)

Biaya yang diperlukan untuk menjalankan program ini terbilang murah. Alokasi

dana hanya untuk penyediaan media untuk promosi kesehatan, berupa leaflet, poster,

ataupun spanduk.

Mutu: 4 (Tinggi)

Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kesehatan seorang

perokok, keluarga terdekatnya serta lingkungan sekitar. Berhentinya seorang perokok

akan meningkatkan kualitas hidup dan menghindari kanker yang disebabkan oleh

kandungan rokok. Bahkan diharapkan pengalihan dana untuk rokok dapat

dimanfaatkan keluarga tersebut untuk membeli makanan yang bergizi untuk keluarga.

63
2. Pencapaian PHBS Sekolah

Urgensi: 3 ( Cukup Penting)

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta

didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Dengan

terwujudnya PHBS Sekolah dapat terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga

siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan

dan ancaman penyakit. Serta dapat meningkatkan semangat proses belajar mengajar

yang berdampak pada prestasi belajar siswa. PHBS sekolah di wilayah kerja

Puskesmas Andalas sudah dilakukan ke beberapa sekolah, yang menjadi kendala

dalam mewujudkan PHBS sekolah adalah belum maksimalnya kunjungan ke sekolah

di wilayah kerja Puskesmas Andalas dan meningkatkan kerja sama antar lintas sektor.

Intervensi:1 (Tidak Mudah)

Dalam menjalankan PHBS sekolah tidak hanya melibatkan warga sekolah tetapi

harus adanya kerja sama lintas sektor seperti kerjasama dengan dinas kesehatan dan

dinas pendidikan guna adanya integrasi. Untuk melakukan kerjasama dengan lintas

sektor bukanlah hal yang mudah.

Biaya: 3 (Cukup Murah)

64
Biaya yang diperlukan untuk menjalankan program ini terbilang cukup murah.

Alokasi dana hanya untuk penyediaan media untuk promosi kesehatan, berupa leaflet,

poster, ataupun spanduk.

Mutu: 3 (Sedang)

Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang

sehat di sekolah dan bisa membantu mengurangi penyebaran penyakit di sekolah.

3. Peningkatan posyandu

Urgensi: 4 (Penting)

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat ( UKBM ) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memperdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

meperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial untuk mempercepat penurunan Angka

Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sehingga dengan berjalannya

posyandu AKI dan AKB dapat menurun dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Intervensi: 2 (Kurang Mudah)

Intervensi yang akan dilakukan ialah pelaksanaan pelayanan program terpadu

dilakukan dibalai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya yang disebut dengan

65
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di

Posyandu antara lain: KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),P2M

(Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan balita). Sedangkan

sasaran penduduk posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur

(PUS),dan balita. Namun, bagi orang tua balita terkadang tidak begitu berminat

dengan pelayanan kesehatan yang di laksanakan oleh posyandu, sehingga banyak

orang tua balita yang tidak datang ke posyandu dan lebih memilih untuk

memprioritaskan pekerjan yang lain dibandingkan ke posyandu. Pada posyandu di

wilayah kerja Puskesmas Andalas,tingkat kunjungan masyarakat ke posyandu

cenderung meningkat ketika adanya kegiatan khusus yang diadakan posyandu seperti

pemberian Vitamin A.

Biaya: 3 (Murah)

Dari segi biaya, program ini terbilang murah karena dana pelaksanaan

posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan

jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak

mengikat yang dihimpun melalui kegiatan dana sehat.

Mutu: 3 (Sedang)

Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan

anak karena dengan menurunnya mutu posyandu maka masih terdapatnya kematian

bayi, anak balita dan ibu nifas. bahkan sulit mengadakan audit kematian perinatal

karena ibu tidak bersedia memberikan informai yang akurat bahkan tidak datang ke

66
posyandu karena kurangnya promotif.

4. Pembentukan SBH

Urgensi: 4 (Penting)

Saka Bakti Husada bertujuan untuk mewujudkan kader pembangunan di bidang

kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi semua

anggota gerakan pramuka dan masyarakt di lingkungannya. Saka Bakti Husada

memilik krida yang mewakili program di Puskesmas. Saka Bakti Husada ini

merupakan salah satu program yang belum terlaksana oleh Puskesmas Andalas.

Program ini dapat dijadikan sebagai perpanjangan tangan Puskesmas dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, dengan adanya Saka Bakti

Husada diharapkan indikator-indikator pencapaian promosi kesehatan Puskesmas

dapat meningkat dari laporan tahun sebelumnya.

Intervensi: 4 (Mudah)

Panduan untuk menjalankan program SBH ini sudah ada yaitu tercantum dalam

Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Bakti Husada ( Keputusan Kwartir

Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 154 Tahun 2011) sehingga dalam

melaksanakannya tidak begitu sulit. Dengan inisiasi yang optimal dan koordinasi

yang baik dari pihak puskesmas ke pihak yang terkait seperti dengan kwartir ranting

dan kwartir cabang pembentukan Saka Bakti Husada dapat terlaksana.

Biaya: 3 (Cukup Mahal)

67
Pengeluaran untuk program ini cukup beragam, seperti biaya memperbanyak

handout materi, memperbanyak buku panduan krida, kelengkapan lambing, bendera,

dan acara peresmian anggota Saka Bakti Husada.

Mutu: 4 (Tinggi)

Program ini diharapkan dapat meningkatkan indikator program di bidang

promosi kesehatan dan juga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

anggota di bidang kesehatan. Selain itu, program yang sudah berjalan diharapkan

dapat menjadi percontohan untuk sekolah-sekolah lainnya.

5. Pembentukan UKK

Urgensi: 3 ( Cukup Penting)

Pos UKK adalah bentuk pemberdayaan masyarakat dikelompok pekerja

informal utamanya di dalam upaya promotif, preventif untuk melindungi pekerja agar

hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerja. Program ini dapat dijadikan sebagai perpanjangan tangan

Puskesmas dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama para

kerja di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Tetapi pada saat ini pos UKK di wilayah

kerja puskesmas Andalas telah dilakukan binaan, hanya saja belum terbentuk secara

resmi. Di wilayah kerja puskesmas Andalas sebagian besar pekerja sudah menjadi

anggota BPJS Ketenagakerjaan.

Intervensi: 2 ( Kurang Mudah)

Pos UKK dibentuk harus berasal dari keinginan masyarakat pekerja sendiri,

68
dari jenis pekerjaan yang sama dan memiliki anggota 1 Pos UKK sebanyak 10 sampai

50 orang pekerja. Tujuannya, mengupgrade pengetahuan pekerja tentang kesehatan

kerja dan kemampuan pekerja dalam menolong diri sendiri. Berdasarakan wawancara

dengan pemegang program di Puskesmas Andalas yang menjadi permasalahan dalam

melakukan intervensi adalah keinginan dan kepedulian masyarakat pekerja sendiri

yang masih kurang terhadap kesehatan kerja dan sebagian besar telah menjadi

anggota BPJS Ketenagakerjaan.

Biaya: 3 (Murah)

Dari segi biaya, program ini terbilang murah karena bisa menggunakan dana

dari pekerja sendiri. Karena dalam UKK ini sifatnya dari pekerja dan untuk pekerja.

Mutu: 3 (Sedang)

Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kesehatan para

pekerja dan meningkatkan pengetahuan pekerja kemampuan pekerja dalam menolong

diri sendiri.

4,3 Analisis Sebab Masalah

Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi masalah utama dalam program

Promosi Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah belum terbentuknya

Saka Bakti Husada (SBH) di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Dari hasil analisis

data sekunder yaitu diskusi dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program

Promkes, pengurus SBH Tingkat Kecamatan, dan penanggungjawab Pramuka di

69
beberapa SMA/SMK didapatkan beberapa sebab dari masalah yang terjadi.

1. Manusia
a. Masih kurangnya siswa yang mendapatkan pembekalan terkait Saka

Bakti Husada
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Pemegang

Program, pihak Dinas Kesehatan Kota Padang telah mengadakan pelatihan

terkait Saka Bakti Husada untuk siswa SMA/SMK sederajat di Kota Padang

pada bulan Juni 2017, namun pelatihan ini hanya diikuti oleh dua orang siswa

dari satu SMA/SMK yang mewakili Kecamatan Padang Timur.


b. Petugas Promosi Kesehatan yang bekerja dengan managemen kerja yang

belum optimal
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas dan pemegang

program, dalam promosi kesehatan terdapat banyak program yang harus

dijalankan. Namun beberapa petugas khususnya petugas promosi kesehatan,

masih belum optimal dalam managemen kerja sehingga penentuan prioritas

masalah didalam program promosi kesehatan menjadi kurang tepat.


2. Lingkungan
Belum ditemukan masalah lingkungan

3. Metode

a. Belum adanya koordinasi antara Puskesmas dengan Kwartir Ranting

untuk pembentukan Saka Bakti Husada


Berdasarkan petunjuk penyelenggaraan satuan karya pramuka bakti husada

(Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 154 tahun 2011), Saka

Bakti Husada dibentuk oleh dan berada dibawah wewenang, pengelolaan,

pengendalian dan pembinaan kwartir ranting yang dibina secara teknis oleh

70
Puskesmas setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kwartir ranting

kecamatan padang timur, belum adanya koordinasi antara puskesmas dengan

kwartir ranting untuk pembentukan Saka Bakti Husada.

b. Inisiasi ke sekolah mengenai Saka Bakti Husada belum optimal


Saka Bakti Husada merupakan suatu program dalam promosi kesehatan di

Puskesmas Andalas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas

dan Pemegang Program, pihak Puskesmas Andalas telah melakukan inisiasi ke

beberapa sekolah di kecamatan Padang Timur pada tahun 2016, tetapi inisiasi

ini belum berjalan dengan optimal. Sehingga, sampai saat ini program

pembentukan Saka Bakti Husada belum terealisasi.

4. Material

a. Belum tersedianya buku panduan krida yang mendukung untuk

terlaksananya Saka Bakti Husada


Saka Bakti Husada terdiri dari enam krida, antara lain krida bina lingkungan

sehat, keluarga sehat, pengendalian penyakit, gizi, obat dan perilaku hidup

bersih dan sehat. Dalam menjalankan enam krida tersebut membutuhkan buku

panduan krida. Berdasarkan hasil temuan di puskesmas Andalas tidak terdapat

buku panduan krida.

71
4.4 Diagram Ischikawa

Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam diagram Ischikawa (diagram tulang

ikan/fishbone) sebagai berikut:

Belum adanya koordinasi


antara Puskesmas dengan
Kwartir Ranting untuk
Petugas Promosi Belum
pembentukan Saka Bakti
Kesehatan yang bekerja terbentuknya
MANUSIA Husada
dengan managemen kerja METODE
Saka Bakti
yang belum
Masih optimal siswa
kurangnya Inisiasi ke sekolah Husada di
yang mendapatkan mengenai Saka Bakti
Belum ditemukan Wilayah Kerja
pembekalan terkait masalah
Saka Husada belum optimal
lingkungan Puskesmas
Bakti Husada
Andalas
Belum tersedianya buku
LINGKUNGAN MATERIAL panduan krida yang
mendukung untuk
terlaksananya Saka Bakti
Husada

72
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah

4.5.1 Manusia

Masalah : Masih kurangnya siswa yang mendapatkan pembekalan terkait Saka

Bakti Husada.

Rencana : Melakukan sosialisasi ke SMA/SMK di Kecamatan Padang Timur.

Pelaksana : Kepala Puskesmas, pemegang program promkes, dan Dokter Muda

Puskesmas Andalas.

Sasaran : Kwartir Ranting Kecamatan Padang Timur dan Gugus Depan

(SMA/SMK) di Padang Timur.

Waktu : Agustus- September 2017.

Tempat : SMA/SMK sederajat di Padang Timur.

Target : Tersampaikannya informasi mengenai pembentukan dan sosialisasi

awal Saka Bakti Husada Unit Puskesmas Andalas.

4.5.1 Manusia

Masalah : Petugas Promosi Kesehatan yang bekerja dengan managemen kerja yang

belum optimal

Rencana : Membantu mengoptimalkan managemen kerja melalui penentuan

prioritas masalah yang tepat.

Pelaksana : Kepala Puskesmas, pemegang program promkes, dan Dokter Muda

Puskesmas Andalas.

73
Sasaran : Pemegang program promkes

Waktu : Agustus- September 2017.

Tempat : Puskesmas Andalas

Target : Optimalisasi managemen kerja petugas promosi kesehatan dengan

salah satu output terbentuknya salah satu program kerja yaitu Saka

Bakti Husada.

4.5.2 Metode

Masalah : Belum adanya koordinasi antara Puskesmas dengan Kwartir Ranting

untuk pembentukan Saka Bakti Husada


Rencana : Mengadakan rapat internal dengan Kepala Puskesmas dan pemegang

program promkes. Selanjutnya menginisiasi pembentukan SBH Unit

Puskesmas Andalas dengan koordinasi bersama Kwartir Ranting

Kecamatan Padang Timur.

Pelaksana : Kepala Puskesmas, pemegang program promkes, dan Dokter Muda

Puskesmas Andalas.

Sasaran : Kwartir Ranting Kecamatan Padang Timur

Waktu : Agustus- September 2017

Tempat : Kantor Kwartir Ranting Padang Timur dan Puskesmas Andalas.

Target : Terjalinnya koordinasi antara Puskesmas Andalas dengan Kwartir Ranting

Kecamatan Padang Timur

74
4.5.2 Metode

Masalah : Inisiasi ke sekolah mengenai Saka Bakti Husada belum optimal

Rencana : Mengadakan rapat internal dengan Kepala Puskesmas dan pemegang

program promkes. Selanjutnya melakukan inisiasi SBH Unit

Puskesmas Andalas.

Pelaksana : Kepala Puskesmas, pemegang program promkes, dan Dokter Muda

Puskesmas Andalas.

Sasaran : Kwartir Ranting Kecamatan Padang Timur dan siswa SMA/SMK

sederajat.

Waktu : Agustus- September 2017

Tempat : Kantor Camat Padang Timur dan Puskesmas Andalas.

Target : Pembinaan SBH di Kecamatan Padang Timur.

4.5.3 Material

Masalah : Belum tersedianya buku panduan krida yang mendukung untuk

terlaksananya SBH

Rencana : Mengadakan iuran dan mencari bantuan dana melalui penyebaran

proposal sehingga penyediaan buku panduan krida Unit Puskesmas

Andalas dapat terlaksana.

Pelaksana : Dokter Muda Puskesmas Andalas dan Kwartir Ranting Kecamatan

Padang Timur.

Sasaran : Kwartir Ranting Kecamatan Padang Timur.

Waktu : Agustus-September 2017.

75
Tempat : Kantor Kecamatan Padang Timur.

Target : Terkumpulnya dana untuk penyelenggaraan program SBH.

BAB 5
76
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PDCA

5.1. Plan (Tahap Persiapan)

Pada tahap persiapan ini dilakukan wawancara dan tinjauan terhadap laporan

tahunan tahun sebelumnya kepada masing-masing pemegang program di setiap UKP

atau UKM untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di setiap program.

Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 7 Agustus – 18 Agustus 2017. Dari hasil

tinjauan., diskusi dengan pemegang program dan Kepala Puskesmas, dan analisis

masalah, didapatkan prioritas masalah yaitu belum berjalannya program SBH di

wilayah kerja Puskesmas Andalas. Pada tanggal 19 Agustus – 23 Agustus 2017

dilakukan analisa terhadap faktor faktor penyebab tidak terbentuknya SBH di wilayah

kerja Puskesmas Andalas.

Pada tanggal 23-25 Agustus 2017, dilakukan komunikasi dengan Kepala

Puskesmas Pusekesmas Andalas, Pemegang Program, Kepala Kecamatan Padang

Timur dan Kwartir Cabang dan Kwartir Ranting tentang rencana pembentukan SBH

di wilayah kerja Puskesmas Andalas, serta diskusi tentang alur kerja yang akan

dilakukan. Selain itu juga dilakukan sosialisasi ke 16 SMA/SMK di Kecamatan

Padang Timur tentang SBH dan perencanaan pembentukan organisasi yang akan

melibatkan ke 16 sekolah tersebut. Seluruh sekolah tersebut adalah SMA/SMK yang

berada di Kecamatan Padang Timur.

Upaya pembentukan SBH ini berupa kegiatan sosialisasi dan penyuluhan,

77
pembentukan struktur organisasi, pembinaan, dan monitoring kegiatan yang

dilakukan oleh Puskesmas.

5.2. Do (Tahap Pelaksanaan)

5.2.1 Sosialisasi dan Pengenalan Saka Bakti Husada.

Sosialisasi akan diberikan ke SMA/SMK sederajat yang ada di Kecamatan

Padang Timur. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan Agustus 2017.

5.2.2 Pembentukan struktur Organisasi Saka Bakti Husada Tingkat

Kecamatan/Kwartir Ranting.

Pembentukan struktur organisasi dilakukan setelah adanya rapat internal antara

pihak Kecamatan, Puskesmas dengan Dokter Muda. Pembentukan struktur organisasi

ini melibatkan kerja lintas program dan lintas sektor Puskesmas Andalas, Dinas

Kesehatan Kota Padang, Kepala Kwartir Ranting Padang Timur serta Kepala Sekolah

SMA/SMK di Kecamatan Padang Timur. Kegiatan ini akan dilakukan pada minggu

ke minggu ke 1 bulan September 2017.

5.2.3 Pelantikan Pengurus SBH.

Pengurus SBH dilantik oleh Kwartir Cabang Kota Padang. Pelantikan pengurus

dilakukan pada minggu ke 2 bulan September 2017.

5.2.4 Pembinaan Siswa Peserta Saka Bakti Husada.

Pembinaan yang diberikan adalah tentang materi dasar tentang sub bagian

78
SBH yang akan dikembangkan yaitu pengendalian penyakit menular yang

difokuskan dan akan dibagi ke dalam kelompok HIV. Pembinaan ini akan

diberikan oleh petugas Puskesmas Andalas dan Dokter Muda. Pembinaan akan

dilaksanakan pada minggu ke dua bulan September 2017.

5.3. Check (Tahap Evaluasi)

Evaluasi dapat dinilai dengan telah terbentuknya secara resmi struktur

organisasi SBH. Keberhasilan pelaksanaan dapat dilihat dari indikator seperti:

a. Adanya bukti surat pengesahan.

b. Terbentuknya struktur organisasi SBH.

c. Adanya bendera, badge, dan tanda jabatan SBH.

d. Bertambahnya pengetahuan peserta, dinilai dari ujian pretest dan posttest

pembinaan dasar.

Indikator terbentuknya struktur organisasi dapat dilihat dengan adanya

pelantikan dan pengesahan oleh dinas kesehatan kota Padang dengan adanya

bukti surat pengesahan dan adanya bendera dan lencana organisasi saka. Indikator

tingkat pengetahuan dapat dilihat dari nilai pretest dan posttest pembinaan dasar

para anggota saka. Pertanyaan pada soal ujian berdasarkan materi yang diberikan

saat pembinaan. Semakin tinggi nilai yang diapatkan setelah ujian maka semakin

tinggi pula angka indikator keberhasilannya.

79
5.4. Action (Rencana Berkelanjutan)

5.4.1. Adanya pembinaan yang berkelanjutan tentang materi kesehatan oleh

puskesmas.

Memberikan pembinaan terhadap anggota saka tentang materi-materi yang

masuk dalam lingkup kerja SBH dan membina para anggota saka agar mampu

mengadakan kegiatan di sekolahnya masing-masing agar proses promosi

kesehatan pada tiap-tiap sekolah berjalan baik dan efektif.

5.4.2. Keikutsertaan para peserta saka dalam acara kemah Saka Bakti

Husada.

Para peserta saka diharapkan dapat berkontribusi dalam acara kemah SBH dan

dapat meraih prestasi dalam lomba yang diadakan pada acara kemah tersebut.

5.4.3. Saka Bakti Husada sebagai petugas kesehatan kegiatan Pramuka.

Melalui pelatihan dan pembinaan yang didapatkan oleh para peserta saka,

diharapkan mampu diimplementasikan peserta dengan menjadi petugas kesehatan

terutama dibidang promosi kesehatan di setiap kegiatan pramuka. Baik

memberikan edukasi tentang promosi pencegahan penyakit menular, sesuai

pelatihan yang mereka dapatkan kepada para anggota pramuka lain.

5.4.4. Evaluasi tingkat Puskesmas

Evaluasi program SBH dapat dilakukan serupa dengan evaluasi program

80
puskesmas lainnya didalam Lokakarya Mini Puskesmas Andalas dan melibatkan

koordinasi dari lintas program dan lintas sektor untuk menilai kekurangan dan

perkembangan program SBH. Lokakarya mini dapat berupa Lokakarya Mini

Bulanan, tiga bulanan, semester, dan tahunan.

81
5.5 Matriks Kegiatan

Agustus September PJ Dana


No Kegiatan I
I II III IV I II III IV
PERSIAPAN
Rapat internal antara
pemegang program SBH,
1
Kepala Puskesmas dan
Dokter Muda Fajar Normansyah Terlampir
2 Diskusi dengan UPTD
Kecamatan Andalas Vahry Yudanda
Pencarian dana
3 pembentukan SBH Unit
Pukesmas Andalas Nidianti Nerissa
PELAKSANAAN
Sosialisasi mengenai SBH
1 dan pemilihan anggota
SBH ke SMA pilihan Reyhan Julio
Mengirimkan surat ke
pihak terkait untuk
2
pelaksanaan pembentukan
struktur organisasi SBH Mayang Maliani
Mengadakan pretest
terhadap siswa SMA yang
3
akan menjadi anggota
SBH Amalia Amelina

82
Pembentukan struktur
4
organisasi SBH Feby Rahma A.
Pengesahan dan
5
Pelantikan SBH Devi Yunita P
Memberikan materi
6 tentang SBH ke anggota
SBH Puskesmas
Mengikutsertakan anggota
7 SBH dalam kegiatan
puskesmas Rahmad Nopriady
Mengadakan post test
8
terhadap anggota SBH Ade Priyatno
MONITORING DAN EVALUASI
Terbentuknya struktur
1
organisasi dan adanya Fajar Normansyah
Adanya bendera SBH
2 yang dimiliki oleh SBH
Unit Puskesmas Andalas Ade Priyatno
Adanya lambang SBH
yang telah disematkan
3
pada lengan baju pramuka
anggota SBH Rahmad Nopriady
Adanya pembinaan yang
4 dinilai dengan hasil pre
test dan post test Feby Rahma A.

83
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2015. Angka Harapan Hidup Penduduk Beberapa Negara
Tahun 1995-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Batubara JRL, 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri


12 (1):21-9.

depkes.go.id tentang SBH diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB.

Kemenkes RI, 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Bina Gizi. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Bina Keluarga Sehat. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Bina Lingkungan Sehat. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Bina Obat. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Bina PHBS. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2010. Krida Pengendalian Penyakit. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2011. Promosi Kesehatan Di daerah Bermasalah Kesehatan, Panduan


Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2012. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2015. Pelantikan Majelis Pembimbing dan Pimpinan SBH Tingkat
Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

84
Kwarda Jawa Barat 2013: Modul 5.2 Satuan Karya Pramuka diakses pada tanggal 24
agustus 2017 pukul 19.30 WIB.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011. Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya


Pramuka Bakti Husada. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2016.

Maulana H, 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC.

Notoatmodjo S, 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rinek Cipta.

Permenkes Nomor 585 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi


Kesehatan di Puskesmas.

Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


promkes.depkes.go.id. Saka Bakti Husada diakses pada 24 agustus 2017 pukul
19.00 WIB

Rekapitulasi Cakupan Komponen Kegiatan Kinerja Puskesmas Andalas Tahun 2016

85

Anda mungkin juga menyukai