Anda di halaman 1dari 7

3/3/2018

Pendahuluan
Infeksi pada Neonatus:
• Neonatus  BBL – 28 hari
Sepsis Neonatorum dan • Morbiditas
Tetanus Neonatorum – 10 – 15%
– Terutama pada BBLR
– Insidensi di Rumah Sakit meningkat
– Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran
hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi
Sri Hendrawati dengan berat <1500 gram
Departemen Keperawatan Anak – Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi prematur (5-10
kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan
Fakultas Keperawatan Unpad penyakit berat
• Kuman rumah sakit  Virulen dan Resisten thdp banyak antibiotika

Patogenesis Klasifikasi
Infeksi antenatal
• Dapat disebabkan oleh virus dan bakteri (Treponema palidum, Clostridium tetani,
E.Coli, Listeria monocytogenes, TORCH, Streptokokus, Stafilokokus, Haemophilus • Infeksi Berat
influenzae, Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan Proteus)
• Sirkulasi ibu  umbilikus  janin – Sepsis, Meningitis, Pneumonia, Diare, Tetanus
Infeksi intranatal
• Sering melalui cara ini Neonatorum
– Kuman dari jalan lahir
– Pada ketuban pecah dini (12 jam) • Infeksi Ringan
– Manipulasi melalui jalan lahir (periksa dalam)
– Kontak dgn jalan lahir (Gonoblenorrhoe & jamur). Penyebab: herpes – Infeksi kulit, Oftalmia (Konjungtivitis
genetalia, candida albicans, gonorrhea
Infeksi pascanatal
Neonatorum), Omfalitis (Infeksi Tali Pusat), dan
• Kontak alat (resusitasi, NICU) Moniliasis (Kandidiasis)
• Perawatan yang tidak steril
• Infeksi silang
• Infeksi nosokomial (melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman)
• Angka kematian tinggi  kuman resisten dgn antibiotik/ kuman virulen

Perjalanan Penyakit Infeksi pada Neonatus


Sepsis Neonatorum Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:
Laju nafas >60x/m dengan/tanpa retraksi dan
 SIRS

desaturasi oksigen
 Sindrom atau sekumpulan gejala dari respon inflamasi sistemik Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC)
Waktu pengisian kapiler > 3 detik
(SIRS) terhadap proses infeksi pada bulan pertama kehidupan
Hitung leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L

 Infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan CRP >10mg/dl
IL-6 atau IL-8 >70 pg/ml
terdapat bakteri dalam spesimen steril seperti darah, cairan 16 S rRNA gene
PCR : Positif
serebrospinal, dan urin  Sepsis
Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai
 Systemic inflammatory response syndrome (SIRS)  Respons dengan gejala klinis infeksi
 Sepsis Berat
Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ
inflamasi sistemik terhadap trauma, luka, dan infeksi tunggal
 Syok
 Etiologi  mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan protozoa) Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan
Septik
resusitasi cairan dan obat-obat inotropik
 Sindrom Disfungsi Multiorgan
Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah
mendapatkan pengobatan optimal
↓ Kematian

1
3/3/2018

Awitan Terjadinya Sepsis Neonatorum Faktor Risiko


• Risiko yang perlu diwaspadai
Risiko Mayor Risiko Minor
1. Ketuban pecah > 12 jam
1. Ketuban pecah >24jam 2. Ibu demam (suhu intrapartum
>37,5C)
Early Onset Late Onset 2. Ibu demam (suhu intrapartum >380C)
3. Nilai Apgar rendah
- < 72 jam - ≥ 72 jam 3. Korioamnionitis (menit ke-1 < 5, menit ke-5 < 7)
- Berkaitan dengan infeksi - Berkaitan dengan infeksi 4. Denyut jantung janin yang 4. Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) < 1500 gram
vertikal/maternal genital tract nosokomial/HAI – (Hospital menetap >160 x/menit
5. Usia gestasi < 37 minggu
Acquired Infection) 5. Ketuban berbau
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan pada ibu
8. Ibu dengan infeksi saluran kemih
(ISK)/tersangka ISK
9. Lingkungan

Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala


• Gambaran klinis  Gambaran klinis
– Gambaran klinis pasien sepsis neonatorum tidak Sistem saraf pusat
Letargi, refleks hisap buruk, tidak dapat dibangunkan, poor or high pitch
cry, iritabel, kejang
spesifik  mirip sekali dengan kelainan lainnya Kardiovaskuler Pucat, sianosis, dingin, clummy skin

– Gejala yang terlihat sangat berhubungan dengan Respiratorik


Takipneu, apneu, merintih, retraksi otot bantu napas, terdapat
pernapasan cuping hidung, takikardi, hipotensi
karekteristik kuman penyebab dan respon tubuh Muntah, diare, distensi abdomen, perut kembung, malas atau tidak mau
Saluran pencernaan
minum
terhadap masuknya kuman
Hematologi Pendarahan, jaundice, pucat, petekie, purpura, splenomegali
– Bervariasi dari mulai sederhana komplikasi Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat,
Kulit
kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik

Tanda dan Gejala Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaaan Penunjang
Gejala dan tanda klinis (Non spesifik) Kultur Darah
 Spesifitas : 96%  Sensitivitas : 82%
• Bayi tidak mampu menyusu • Letargis atau kesadaran
 Leukositosis (Leukosit > 34.000/L)
• Refleks hisap tidak ada/lemah menurun  Leukopenia (Leukosit < 5.000/L)
• Temperatur >37,7 OC atau • Kejang  Netrofil imatur > 10%
<35,5 OC • Ubun-ubun membonjol  Imatur: total neutrofil (IT) Ratio > 0,2
 Trombositopenia < 100.000/L
• Laju napas >60x/menit • Sianosis  CRP > 10mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
• Retraksi dada yang berat • Waktu pengisian kapiler lambat  Prokalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
 IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL
• Terdapat pernapasan cuping • Keluarnya pus dari telinga  PCR positif
hidung • Kemerahan di sekitar umbilikus X Ray  Respiratory ditress
• Merintih yang meluas ke kulit ISK  Renal Ultra Sound/Scan
Bila ada indikasi  dapat dilakukan biakan tinja dan urin
• Krepitasi
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin  korioamnionitis
Pemeriksaan lainnya  pemeriksaan bilirubin, gula darah, dan elektrolit
(natrium, kalium)

2
3/3/2018

Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi


Diagnosa Keperawatan pada antenatal, intranatal, dan pascanatal

• Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada • Kaji faktor risiko infeksi pada neonatus
antenatal, intranatal, dan pascanatal
• Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan • Kaji tanda dan gejala infeksi pada neonatus
menurunnya suplai oksigen
• Pantau tanda-tanda vital
• Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen • Kolaborasi pemberian antibiotik
• Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan • Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan
peningkatan permeabilitas kapiler
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari
melalui infus intravena sesuai berat badan,
kebutuhan yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat usia dan kondisi
• Risiko pemajanan infeksi ke bayi lain yang berhubungn dengan
penurunan sistem imun dan pemajanan lingkungan (nosokomial)

Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
dengan menurunnya suplai oksigen perubahan suplai oksigen
• Pertahankan tirah baring • Pertahankan jalan nafas paten
• Pantau tanda-tanda vital • Pantau frekuensi dan kedalaman pernafasan
• Pantau frekuensi dan irama jantung
• Auskultasi bunyi nafas
• Pantau kualitas dan kuantitas denyut nadi perifer
• Kaji CRT, adanya pucat dan sianosis • Kaji adanya sianosis
• Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk • Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai
mempertahankan perfusi jaringan indikasi
• Kolaborasi pemeriksaan laboratorium secara • Kolaborasi pemeriksaan sinar X
berkala

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari


Kekurangan volume cairan yang berhubungan
kebutuhan yang berhubungan dengan intake yang
dengan peningkatan permeabilitas kapiler tidak adekuat
• Catat/ukur pemasukan cairan dan • Kaji intoleran terhadap minuman
pengeluaran urin serta berat jenisnya • Hitung kebutuhan minum
• Pantau tekanan darah dan denyut jantung • Ukur intake dan output
• Kaji membran mukosa, turgor kulit dan rasa • Timbang BB setiap hari
haus • Catat perilaku makan dan aktifitasnya secara akurat
• Pantau koordinasi reflek mengisap dan menelan
• Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
• Ukur BJ urine
• Kolaborasi pemantauan nilai laboratorium
• Beri minum adekuat
• Pantau distensai abdomen

3
3/3/2018

Risiko pemajanan infeksi ke bayi lain berhubungn


dengan penurunan sistem imun dan pemajanan Penatalaksanaan
lingkungan (nosokomial)
• Penisilin atau derivat biasanya ampisilin 100mg/kg/24jam intravena tiap 12
• Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai jam
Ampisilin sodium/sulbaktam sodium (Unasyn), dosis sama dengan ampisilin
indikasi •
ditambah aminoglikosid 5mg/kg/24jam intravena diberikan tiap 12 jam
• Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan • Gentamicin 3.5 mg/kg/dose IV q 24 hours

aktivitas walaupun menggunakan sarung • Pada sepsis nosokomial, sebaiknya diberikan vankomisin dengan dosis
tergantung umur dan berat badan:
tangan steril <1,2kg umur 0-4 minggu: 15mg/kg/kali tiap 24jam

• Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika 1,2-2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12-18jam
1,2-2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8-12jam
memungkinkan >2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12jam
• Pantau suhu tubuh >2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8jam ditambah aminoglikosid atau
sefalosporin generasi ketiga
• Terapi lanjutan disesuaikan dengan hasil biakan dan uji resistensi

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
• Pernapasan: kebutuhan oksigen meningkat, yang • Hematologi: untuk DIC (trombositopeni, protrombin
time memanjang, tromboplastin time meningkat),
harus dipenuhi dengan pemberian oksigen, VTP sebaiknya diberikan FFP 10ml/kg, vit K, suspensi
atau kemudian dengan ventilator. trombosit, dan kemungkinan transfusi tukar. Apabila
terjadi neutropenia, diberikan transfusi neutrofil.
• Kardiovaskular: menunjang tekanan darah dan • Susunan saraf pusat: bila kejang beri fenobarbital
perfusi jaringan, mencegah syok dengan (20mg/kg loading dose) dan monitor timbulnya
pemberian volume ekspander 10-20ml/kg (NaCl sindrom inappropriate antidiuretic hormon atau
SIADH, ditandai dengan ekskresi urin turun,
0,9%, albumin dan darah). Catat pemasukan hiponatremi, osmolaritas serum turun, naiknya berat
cairan dan pengeluaran urin. Kadang diperlukan jenis urin dan osmolaritas.
pemakaian dopamin atau dobutamin. • Metabolik: monitor dan terapi hipoglikemia dan
hiperglikemia. Koreksi asidosis metabolik dengan
bikarbonat dan cairan.

Tetanus Neonatorum Clostridium Tetani


• Penyakit kekakuan otot (spasme) yang disebabkan oleh
eksotoksin (tetanospasmin) yang diproduksi bakteri
clostridium tetani
• Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang
terkontaminasi untuk memotong tali pusat. Pemotongan
tali pusat yang tidak steril; pembubuhan puntung tali
pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk
ramuan, dan daun-daunan; ibu belum diimunisasi TT;
kelahiran dgn pertolongan tenaga non medis
• Masa inkubasi sekitar 3-10 hari
• Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI,
mulut mencucu dan spasme berat

4
3/3/2018

Epidemiologi Data Fokus Tetanus Neonatorum


• Insidensi tetanus di perkotaan  6-7/1000 • Tiba-tiba panas
kelahiran hidup • Bayi tidak dapat menetek karena trismus
• Mulut mencucu seperti mulut ikan
• Di daerah pedesaan 11-23/1000 per kelahiran • Mudah dan sering terjadi kejang yang disertai
hidup sianosis, suhu tinggi, kaku kuduk dan epistotonus
• Jumlah kematian sekitar 60.000 bayi/tahun (karena ketegangan otot)
• Mudah terkena rangsang
• Tiga manifestasi khas  trismus (kekakuan rahang),
opistotonus (kekakuan otot), risus sardonikus (dahi
mengkerut, mulut tertarik ke samping, mata agak
tetutup)

Baby has neonatal tetanus with


complete rigidity

Newborn showing risus sardonicus and


generalized spasticity

5
3/3/2018

Patogenesis Pemotongan tali pusat


yg tidak steril
C.tetani masuk ke dlm
tubuh
1. Diabsorpsi di
neuromuscular junction
2. Toksin ke pembuluh limfe
dan sirkulasi darah

Obstruksi
1. C. tetani enters body 2. Stays in sporulated sal. Nafas
form until anaerobic Hipoven & Resus Saraf motorik Saraf otonom
from through wound tilasi & repiratory sardonicu,
conditions are presented. Opisto- arrest trismus
apnea
tonus Ditransfer scr retrogad
ke SSP Hipersalivasi,
↑ otot” berkeringat, ↑
3. Germinates under Dada Laring Wajah
4. Tetnospasmin spreads using trunkal Tetanospasmin (zinc sekresi bronkus,
anaerobic conditions and
blood and lymphatic system, dependent hiperpireksia,
begins to multiply and stasis lambung,
and binds to motor neurons Spasme otot endopeptidase)
produce tetnospasmin ileus
Menghancurkan
↑ tonus dan rigiditas VAMP II/
5. Travels along the axons 6. Binds to sites responsible synaptobrevin
to the spinal cord. for inhibiting skeletal muscle
contraction. Kegagalan
Mencegah pelepasan
penghambatan
glisin & GABA
refleks motorik

Bersihan jalan nafas tidak efektif yang


Diagnosa Keperawatan berhubungan dengan produksi sekret yang
berlebihan pada jalan nafas
• Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan
dengan produksi sekret yang berlebihan pada jalan • Kaji frekuensi napas
nafas
• Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan • Atur posisi bayi miring atau terlentang semi
kelelahan otot-otot respirasi fowler, bukan telungkup
• Gangguan termoregulasi: hipertermia yang
berhubungan dengan infeksi tetanus • Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari dengan tisu atau penghisap dengan perlahan
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan refleks
menghisap pada bayi tidak adekuat
• Risiko cedera fisik berhubungan dengan aktivitas
kejang

Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan Gangguan termoregulasi: hipertermia yang
kelelahan otot-otot respirasi berhubungan dengan infeksi tetanus
• Kaji frekuensi dan pola nafas • Kaji suhu tubuh
• Perhatikan adanya apnea dan perubahan • Lakukan kompres
frekuensi jantung, tonus otot dan warna kulit
• Lakukan pemantauan jantung dan pernafasam • Lakukan pemberian cairan yang adekuat
secara kontinu • Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
• Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan • Kolaborasi dalam pemberian obat penurun
• Beri rangsang taktil segera setelah apnea suhu tubuh sesuai indikasi
• Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi • Kolaborasi pemberian obat anti tetanus dan
• Beri oksigen sesuai indikasi antibiotik sesuai indikasi

6
3/3/2018

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang


Risiko cedera fisik yang berhubungan dengan
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
refleks menghisap pada bayi tidak adekuat
• Pasang pengaman tempat tidur
• Kaji maturitas refleks berkenaan dengan • Tempatkan anak pada tempat tidur atau pengalas yang lembut
• Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan rangsangan kejang: suara, sinar
pemberian makan, menghisap, menelan dan yang terang, sentuhan
batuk • Istirahatkan dan tempatkan anak pada ruangan yang khusus
• Antisipasi prosedur-prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya
• Auskultasi bising usus kejang
• Hindari benda-benda yang membahayakan
• Kaji tanda-tanda hipoglikemia • Tempatkan anak dengan posisi miring kesamping saat kejang untuk
mencegah lidah jatuh ke belakang yang dapat menyebabkan obstruksi
• Beri suplemen elektrolit sesuai medikasi jalan napas
• Beri nutrisi parenteral • Jangan menggunakan restrain pada anak
• Catat aktivitas kejang, frekuensi lamanya dan faktor pencetusnya
• Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi • Pantau pernapasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu
saat kejang
• Lakukan pemberian minum sesuai toleransi • Berikan anti kejang dan antibiotik sesuai program

Penatalaksanaan Medikamemtosa
Tetanus Neonatorum  Cairan dan elektrolit IV
• Neutralization of unbound toxin with Human  Diazepam 10 mg/kg/hari IV selama 24 jam atau Bolus IV
tetanus immunoglobulin, ATS (anti tetanus serum) setiap 3-6 jam (0,1-0,2 mg/kg/tiap kali pemberian), max 40
mg/kg/hari
• Prevention of further toxin production  Wound
 TIG 500 U (IM) atau terapi alternatif ATS 5000 U (IM)
debridement and Antibiotics (Metronidazole)
(pemberiannya dibagi 2 dosis ( ½ IM, ½ IV)  max. 24 jam
• Control of spasm  Nursing in quiet environment, setelah diagnosis
avoid unnecessary stimuli, Protecting the airway  Metronidazole 30 mg/kg/hari oral/parenteral (7-10 hari)
• Supportive care  Adequate oksigenation,  lini pertama atau 0,5 g/6 jam
Hydration, Nutrition, Treatment of secondary  Penicillin prokain 100.000 U/kg/24 jam IV dosis tunggal (7-
infection, Prevention of bed sores 10 hari)
 Tetrasiklin 50 mg/kg/hari
 Tetanus toksoid 0,5 ml pada ibu

Pencegahan Tetanus Neonatorum Pencegahan Infeksi Neonatal


• Memotong/merawat tali pusat dgn steril • Antenatal yang baik
• Tidak menaruh ramuan pada tali pusat • Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik
• Ibu diberi imunisasi tetanus toksoid waktu hamil 2 kali • Peralatan yang steril
antara usia 16 sampai 36 minggu kehamilan dgn jarak • Rooming – in
antara pemberian sekitar 1 sampai 2 dua bulan • Pemberian ASI
• Imunisasi
• If the pregnant woman is previously immunized, a booster • Pemisahan bayi infeksi, termasuk alat dan petugas
dose is sufficient
• Petugas di bagian perinatologi tidak bekerja di tempat lain
• If the pregnant woman is not immunized, then the
newborn should be protected against tetanus by giving • Pemakaian jarum atau alat tajam lainnya sekali pakai
tetanus human immunoglobulin 750 IU with in 6 hours of • Pemakaian proteksi/APD di setiap tindakan, termasuk
birth sarung tangan, masker, baju, kacamata debu
• Perawatan luka dgn H2O • Tangan dan kulit yang terkena darah atau cairan tubuh
• Persalinan yang bersih  bersih alat, tempat, dan tangan lainnya segera dicuci
penolong persalinan

Anda mungkin juga menyukai