Anda di halaman 1dari 14

BIODIESEL

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari

yang dibina oleh Laurent Octaviana, S.Pd., M.Si.

OLEH

Kelompok 9:

Rizalah Karomatul M. (160331605682)

Rosi Seventina H. (160331605653)

Rosilatus Sa’dila (160331605622)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

JANUARI 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah bangsa yang kaya yang di anugerahi tanah yang subur.
Iklim tropisnya menyediakan sinar matahari sepanjang tahun. Cadangan airnya
melimpah dan ragam tanamannya terhampar menghiasi alam. Indonesia memiliki
beragam sumber daya energi. Sumber daya energi berupa minyak, gas, batubara,
panas bumi, air dan sebagainya yang digunakan dalam berbagai aktivitas
pembangunan baik secara langsung ataupun diekspor untuk mendapatkan devisa.
Sayangnya, anugerah yang demikian besar ini tidak mampu kita kelola dengan
baik. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomer dua di dunia setelah
brasil. Jika ditambah dengan keanekaragaman hayati lautnya, menjadi nomer satu
di dunia, sehingga sangat ironis ketika bangsa ini terus mengalami keterpurukan
di segala bidang kehidupan.
Kebutuhan bahan bakar minyak dan energi fosil semakin meningkat dari
tahun ke tahun yang mengakibatkan cadangan energi fosil dan bahan bakar
minyak berkurang. Perkiraan yang ekstrem menyebutkan, minyak bumi di
Indonesia dengan tingkat komsumsi seperti saat ini akan habis dalam waktu 10-15
tahun lagi. Oleh sebab itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencari bahan bakar
alternatif seperti biodiesel.
Ide penggunaan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar diesel
didemontrasikan pertama kali oleh Rudolph Diesel (tahun 1910). Penelitian di
bidang ini terus berkembang dengan memanfaatkan beragam lemak nabati dan
hewani yang dapat diperbaharui. Indonesia adalah negara terbesar dunia yang
penghasil minyak nabati. Ini merupakan potensi bahan baku yang besar untuk
tujuan pengembangan bahan bakar minyak (BBM) alternatif tersebut.
Pengolahan biodiesel dari minyak bumi dapat dilakukan dengan proses
perubahan bentuk dari satu jenis ester menjadi bentuk ester yang lain dengan
menggunakan katalis basa NaOH atau KOH yang disebut transesterifikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud biodiesel?
2. Bagaimana sejarah perkembangan biodiesel?
3. Apa saja keuntungan dan kelemahan biodiesel?
4. Bagaimana produksi bahan bakar biodiesel?
5. Apa saja aplikasi dari biodiesel?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Dapat memahami pengertian biodiesel.
2. Dapat mengetahui sejarah biodiesel.
3. Dapat mengetahui keuntungan dan kelemahan biodiesel.
4. Dapat mengetahu produksi bahan bakar biodiesel.
5. Dapat mengetahui aplikasi dari biodiesel.
BAB II

PEMABAHASAN

2.1 Pengertian Biodiesel


Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goring bekas/daur ulang. Biodiesel
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari
minyak bumi. Bahan bakar biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang
ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Selain itu, juga dapat memperkuat
perekonomian negara dan menciptakan lapangan pekerjaan. Biodiesel merupakan
bahan bakar ideal untuk industri transportasi karena dapat digunakan pada
berbagai mesin diesel, termasuk mesin-mesin pertanian.
Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak yang dapat
diproduksi dari minyak tumbuhan maupun minyak hewani. Biodiesel merupakan
monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang terkandung dalam
minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai alternatif yang paling
tepat untuk menggantikan bahan bakar mesin diesel. Minyak tumbuhan yang
sering digunakan antara lain minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar
dan minyak biji kapok randu. Sedangkan lemak hewani seperti lemak babi, lemak
ayam, lemak sapid dan juga lemak yang berasal dari ikan. Tabel 1 dibawah ini
menunjukkan berbagai macam jenis tanaman penghasil minyak nabati.

Tabel 1 Tanaman Penghasil Minyak Nabati


Nama Indo Nama Inggris Nama Latin
Sawit Oil palm Elaeis guineensis
Kelapa Coconut Cocos nucifera

Alpokat Avocado Persea americana

Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas

K. Makadam Macadamia nut Macadamia ternif

Biodiesel dapat dibuat dengan proses transferifikasi. Biodiesel dapat


dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi dalam berbagai rasio
keseimbangan energi yang baik sehingga dapat meningkatkan daya lumas bahan
bakar. Biodiesel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat dari pada
bahan bakar diesel minyak bumi yaitu mencapai 98% dalam tiga minggu,
akibatnya biodegradasi secara biologis tersebut dapat mengurangi emisi dan bau
yang tidak sedap.
Biodiesel tidak secara spontan menyala dalam keadaan normal karena
mempunyai titik bakar yang tinggi, yaitu 150°C. Hal ini berbeda dengan bahan
bakar diesel minyak bumi yang titik bakarnya hanya 52°C. Energi yang ada dalam
biodiesel 12% lebih rendah dari pada bahan bakar diesel minyak bumi.
Pengurangan energi tersebut diimbangi oleh peningkatan efisiensi pembakaran
biodiesel sebesar 7%. Rata-rata penggunaan biodiesel menghasilkan 5% torsi,
tenaga, dan efisiensi bahan bakar. Namun, kinerja sebagian besar kendaraan yang
menggunakan biodiesel tidak menunjukkan pengaruh yang berarti.

2.2 Sejarah Perkembangan Biodesel

Gambar 1. Mesin diesel zaman Gambar 2. Mesin diesel zaman dahulu


sekarang

Pada tahun 1910 insinyur dari Jerman bernama Rudolf Christian Karl
Diesel memamerkan ciptaannya yaitu motor mesin diesel yang menggunakan
bahan bakar dari minyak kacang dan minyak perasan biji ganja. Dua tahun
kemudian Diesel menyatakan bahwa “pemakaian minyak nabati sebagai bahan
bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan
menjadi penting sebagaimana penggunaan minyak bumi dan produk batu bara
sekarang”.
Prakarsa yang dilakukan Diesel tersebut digagalkan sehingga mesin diesel
yang dijumpai sekarang justru digerakkan oleh BBM Konvensional Petro Diesel,
kemudian pada tahun 1985 dan 2003 dua laporan terbaru dari Congressional
Research Services (CRS) kepada komisi energi di Kongres Amerika Serikat
menyebutkan bahwa jika tingkat penggunaan bahan bakar fosil terus berlanjut
maka cadangan sumber energi bahan bakar fosil dunia akan mengalami
kelangkaan sebenarnya, ancaman kelangkaan cadangan minyak bumi bukan satu-
satunya masalah yang ditimbulkan tetapi dampak dari penggunaan yang jauh lebih
berbahaya.
Hasil kajian ekologi dari lingkungan hidup (environmental studies) yang
dilakukan para ilmuwan sudah memperingatkan bahwa pembakaran bahan bakar
fosil sangat mungkin mengubah susunan dan kandungan gas-gas yang berada di
lapisan atas atmosfer bumi, kondisi ini akan meningkatkan suhu rata rata
permukaan bumi. Peringatan tersebut terbukti pada tahun 1957 ketika ditemukan
adanya peningkatan kandungan gas-gas karbon dioksida di puncak gunung api
maunaloa di kepulauan Hawai. Pada tahun 1995 suatu panel para pakar terkemuka
dunia yang diorganisir oleh program lingkugan hidup PBB (UNEP) dan organisasi
meteorologi Inggris dan Universitas East Anglia melaporkan bahawa suhu
permukaan bumi telah mencapai 0.66°C lebih panas dari rata rata suhu permulaan
bumi selama ini, kondisi ini semakin membuka peluang penggunaan bahan bakar
terbarukan.
Gagasan awal dari perkembangan biodiesel adalah dari suatu kenyataan
yang terjadi di Amerika pada pertengahan tahun 80-an ketika petani kedelai
kebingungan memasarkan kelebihan produk kedelainnya serta anjloknya harga di
pasar. Dengan bantuan pengetahuan yang berkembang saat itu serta dukungan
pemerintah setempat, petani mampu membuat bahan bakar sendiri dari kandungan
minyak kedelai menjadi bahan bakar diesel yang lebih dikenal dengan biodiesel.
Produk biodiesel dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk alat-alat pertanian dan
transportasi mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, para ahli telah menyimpulkan
bahwa bahan bakar biodiesel memiliki sifat fisika dan kimia yang hampir sama
dengan bahan bakar diesel konvensional dan juga memiliki nilai energi yang
hampir setara tanpa melakukan modifikasi pada mesin diesel. Penggunaan
biodiesel di Eropa dilakukan dengan mencampur bahan bakar biodiesel dengan
diesel konvensional dengan perbandingan tertentu yang lebih dikarenakan
menjaga faktor teknis pada mesin terhadap produk baru serta menjaga kualitas
bilangan setana biodiesel yang harus sama atau lebih besar 40.
Sumber minyak nabati lainnya yang diolah menjadi biodiesel yaitu
dari rapeseed (canola), bunga matahari dan safflower. Sementara itu beberapa
negara sudah memproduksi biodiesel secara pabrik, seperti ditulis pada Pollution
Control Drives New Interest In Biodisel, Livorno Italia telah dibangun pabrik
dengan kapasitas 60.000 metrik ton per tahun.
Pada akhir tahun 1992 di Kansas city pabrik ester oil (biodiesel)
memproduksi 2,1 juta galon per tahun dan juga dibangun di St.Louis. Kementrian
Jerman awal tahun 1992 mengeluarkan dana sebesar 5,3 juta DM untuk peneliti
rapeseed biodiesel di Bonn dan menyimpulkan bahwa rapeseed biodisel dapat
melayani pasokkan cadangan bahan bakar diesel.

2.3 Keuntungan dan Kelemahan Biodiesel

2.3.1 Keuntungan Biodiesel


Biodiesel dapat dibuat dari bermacam sumber, seperti minyak nabati,
lemak hewani dan sisa dari minyak atau lemak (misalnya sisa minyak
penggorengan). Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar
diesel petroleum. Kelebihan tersebut antara lain:
1. Merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi
2. Memiliki karakter pembakaran yang lebih bersih, sehingga dapat mengurangi
emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan NOx.
3. Biaya produksi rendah
4. Bahan bakar biodiesel dapat diperbarui selain itu juga dapat memperkuat
perekonomian negara dan menciptkan lapangan pekerjaan
5. Terdapat dalam fase cair.
6. Biodiesel tidak spontan menyala dalam keadaan normal karena memiliki titik
bakar yang tinggi yaitu 150° C hal ini berbeda dengan bahan bakar diesel
minyak bumi yang titik bakarnya 52°C.
2.3.2 Kelemahan Biodiesel
Menurut Sjahrul Bustaman (2009) biodiesel memiliki kelemahan yaitu
minyak nabati mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan
bakar diesel fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang
bakar motor diesel. Atomisasi yang kurang baik akan menurunkan daya (tenaga)
mesin dan pembakaran mesin menjadi tidak sempurna. Karena itu, viskositas
minyak nabati perlu diturunkan melalui proses transesterfikasi metil ester nabati
atau FAME. Proses ini menghasilkan bahan bakar yang sesuai dengan sifat dan
kinerja diesel fosil. Selain itu, metanol yang digunakan juga masih menggunakan
metanol impor.

2.4 Proses Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel


Biodiesel merupakan senyawa monoalkil ester. Ia dapat dibuat dengan
bahan dari minyak nabati yang direaksikan dengan metanol dan menggunakan
bantuan katalis, biasanya berupa NaOH. Molekul bahan minyak nabati yang
diubah sebagai biodiesel ialah molekul trigliserida yang terkandung sebanyak
20% dalam minyak nabati. Molekul tersebut berbentuk mengikat tiga gugus ester
sehingga molekul ini dapat digolongkan senyawa ester. Maka dari itu, proses
pembuatan biodiesel dari trigliserida ini hanya berupa reaksi perubahan suatu
ester menjadi ester lainnya yang disebut sebagai reaksi transesterifikasi. Berikut
persamaan reaksinya:

Secara umum, pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut: Stearin


(senyawa ekstraksi dari minyak kelapa sawit yang mengandung trigliserida) dan
katalis dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian dialirkan metanol hasil destilasi
ke bagian bawah reaktor. Campuran bereaksi pada temperatur 150°F selama 1
sampai 8 jam dengan pengadukan kuat. Setelah reaksi selesai dan metanol telah
dipisahkan, terbentuk dua produk utama, yaitu gliserol dan metil ester. Karena
adanya perbedaan densitas (gliserol 10 lbs/gal dan metil ester 7,35 lbs/gal) maka
keduanya dapat terpisah secara gravitasi. Gliserol terbentuk pada lapisan bawah
sementara metil ester pada lapisan atas.
Gliserol yang dihasilkan mengandung katalis yang tidak terpakai dan
sabun. Pemurnian gliserol dapat dilakukan dengan penambahan asam membentuk
garam dan dialirkan ke tempat penyimpanan gliserol kotor. Gliserol yang
diperoleh biasanya memiliki kemurnian sekitar 80 – 88 % dan dapat dijual sebagai
gliserol kotor.
Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester dicuci dengan air hangat untuk
membuang residu katalis dan sabun, lalu dikeringkan dan dialirkan ke tempat
penyimpanan. Metil ester yang dihasilkan biasanya mempunyai kemurnian 98 %
dan siap dijual sebagai bahan bakar (biodiesel).
Katalis digunakan dalam reaksi transesterifikasi ini untuk mempercepat
terjadinya reaksi. Katalis yang digunakan dapat berupa asam maupun basa
walaupun biasanya seringkali digunakan senyawa basa. Keduanya memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Penggunaan katalis asam menyebabkan
reaksi berjalan secara bolak-balik sehingga membutuhkan jumlah alkohol yang
relatif banyak untuk dapat menggeser reaksi menuju produk. Selain itu reaksi ini
juga membutuhkan waktu yang lebih banyak dan suhu tinggi. Sedangkan katalis
basa menyebabkan rekasi berjalan lebih cepat dan bukan merupakan reaksi bolak-
balik. Namun, reaksi ini juga membutuhkan alkohol yang banyak pula atau
berlebih agar garam asam lemak (sabun) terbentuk dalam wujud larutan dalam
alkohol, bukan padatan. Kelebihan alkohol (metanol) dapat dipisahkan dengan
proses destilasi dan kelebihannya dapat digunakan kembali untuk proses
pembuatan biodiesel selanjutnya.

Adapun komponen senyawa yang biasa digunakan dalam katalis basa ialah
Natrium. Katalis-katalis dengan komponen Kalsium dan Magnesium kurang baik
digunakan sebagai katalis karena cenderung membentuk sabun (memiliki sifat
ganda). Senyawa yang mengikat komponen Si, Mg dan Al cenderung berfungsi
sebagai penyangga katalis. Katalis Logam seperti Cu dan Sn pada reaksi
metanolisis tidak ditemukan hasil berupa metil ester. Katalis yang bersumber dari
limbah seperti janjang sawit dan sekam padi juga dapat digunakan sebagai katalis
karena mengandung komponen K dan atau Na yang baik digunakan sebagai
katalis.
Kondisi proses produksi biodiesel dengan menggunakan katalis basa
adalah:
1. Reaksi berlangsung pada temperatur dan tekanan yang rendah (150°F dan 20
psi).
2. Menghasilkan konversi yang tinggi (98%) dengan waktu reaksi dan terjadinya
reaksi samping yang minimal.
3. Konversi langsung menjadi biodiesel tanpa tahap intermediate.
4. Tidak memerlukan konstruksi peralatan yang mahal.
Selain katalis asam dan basa, ada pula katalis heterogen yang juga
digunakan dalam penelitian. Katalis heterogen ini memiliki keunggulan
diantaranya memiliki ketahanan terhadap reaksi bersuhu tinggi, kemudahan
pemisahan katalis dari campuran reaksi, serta dapat digunakan secara berulang
kali.
Reaksi transesterifikasi beserta hasilnya dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Asam lemak lebih baik tidak berlebih (0,5%-1%) karena kelebihan asam lemak
akan mengurangi konversi pada ester. Hal ini dikarenakan asam lemak berlebih
tersebut akan bereaksi dengan katalis basa yang dapat menghasilkan air.
Sedangkan air ini tidak diperbolehkan ada dalam reaksi karena akan
menyebabkan ester yang terbentuk terhidrolisis dan menghasilkan sabun yang
mana akan menyusahkan pemisahan gliserol karena ia terbentuk sebagai
emulsi dengan metanol dan minyak. Maka dari itu, minyak yang digunakan
harus diolah dengan baik untuk membuang asam lemak bebas, salah satunya
dengan mereaksikan minyak tersebut (trigliserida) dengan alkohol berlebih.
2. Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai karbon yang pendek
berupa metanol atau etanol. Namun, metanol lebih baik digunakan daripada
etanol karena memiliki jumlah karbon yang minimun sehingga mengurangi
resiko terbentuknya lebih banyak residu karbon yang dapat menghambat
jalannya injeksi bioetanol. Etil ester yang dihasilkan dari penggunaan etanol
juga berbahaya yakni pada suhu 400° C akan terjadi pirolisis. Selain itu,
metanol merupakan alkohol yang banyak dijumpai dan lebih terjangkau.
3. Nilai konversi metil ester tergantung dari waktu reaksinya. Suhu reaksi juga
mempengaruhi reaksi dan konversi ester, tergantung dari jenis minyak yang
digunakan.
4. Pada reaksi transesterifikasi ini, 1 mol trigliserida akan bereaksi secara
stoikimetri dengan 3 mol alkohol dan menghasilkan 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol seperti pada persamaan reaksi yang telah disebutkan. Dari berbagai
penelitian yang dilakukan, rasio yang paling sempurna untuk perbandingan
alkohol dengan minyak nabati 6:1 molar. Pada rasio tersebut, konversi yang
didapatkan mampu mencapai nilai tinggi sebesar 98-99%.
5. Intensitas pengadukan juga sangat berpengaruh karena minyak dan metanol-
basa tidak dapat larut. Reaktan awalnya membentuk dua fasa namun dengan
adanya pengadukan yang tepat secara signifikan akan memperbesar titik temu
antara minyak dan metanol-basa untuk menjadi satu fasa.
6. Tipe Katalis yang digunakan juga sangat mempengaruhi jalannya reaksi.
Katalis asam, basa atau heterogen mamiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses produksi
bioetanol.

2.5 Aplikasi Bahan Bakar Biodiesel


Biodiesel memiliki kegunaan yang bermacam-macam, diantaranya:
1. Pemanas berbahan bakar diesel, penerangan dan kompor.

Gambar 3. Bahan Bakar Mesin


Biodiesel

2. Pengganti kerosin pada lampu dan kompor kemah.


3. Pengganti minyak pemanas dalam rumah tangga.
4. Pelarut untuk cat non-otomotif, cat semprot, dan bahan bakar kimia adesif
lainnya.
5. Pembersih untuk komponen mesin yang berminyak.
6. Pelumas mesin.
Gambar 4. Pelumas Mesin Gambar 5. Pembersih Mesin
Biodiesel. “BioSpeed”, berbahan biodiesel.

7. Pembakar keramik dalam tungku.


8. Pembersih tumpahan minyak bumi di atas tanah atau air.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari
minyak bumi. Bahan bakar biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang
ramah lingkungan dan dapat diperbarui.
Gagasan awal dari perkembangan biodiesel adalah dari suatu kenyataan
yang terjadi di Amerika pada pertengahan tahun 80-an ketika petani kedelai
kebingungan memasarkan kelebihan produk kedelainnya serta anjloknya harga di
pasar. Dengan bantuan pengetahuan yang berkembang saat itu serta dukungan
pemerintah setempat, petani mampu membuat bahan bakar sendiri dari kandungan
minyak kedelai menjadi bahan bakar diesel yang lebih dikenal dengan biodiesel.
Pada tahun 1910 insinyur dari Jerman bernama Rudolf Chritian Karl Diesel
memamerkan ciptaannya yaitu motor mesin diesel yang menggunakan bahan
bakar dari minyak kacang dan minyak perasan biji ganja.
Keuntungan biodiesel antara lain, merupakan bahan bakar yang tidak
beracun dan dapat dibiodegradasi, memiliki karakter pembakaran yang lebih
bersih, sehinga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan Nox;
biaya produksi rendah. Biodiesel juga memiliki kelemahan yaitu minyak nabati
mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel
fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang bakar motor
diesel sehingga memperlambat kerja mesin.

Biodiesel terbentuk melalui proses transesterifikasi yakni trigliserida


diubah menjadi alkil ester dengan direaksikan bersama alkohol dan bantuan
katalis. katalis yang biasa digunakan ialah katalis basa berupa NaOH. Sedangkan
alkohol yang biasa digunakan adalah metanol karena memiliki banyak kelebihan.
Alkohol yang direaksikan juga berlebih untuk menghindari kesulitan dalam
pemisahan gliserol dari senyawa ester yang merupakan senyawa biodiesel. Reaksi
ini dapat berjalan baik dengan kondisi dan keadaan tertentu. Biodiesel yang
diperoleh dapat digunakan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya sebagai bahan bakar pengganti, pelarut, pelumas dan pembersih.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan dalam
penjelasannya. Maka dari itu, diharapkan Pembaca menuju referensi yang tersedia
maupun memperkaya informasi dari media lainnya yang terpercaya. Selain itu,
diharapkan Penulis lebih melengkapi informasi yang disampaikan dalam makalah
guna menunjang pemahaman Pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Tanpa Tahun. II.TINJAUAN PUSTAKA A.Biodiesel, (Online),
(http://digilib.unila.ac.id/14399/10/13.%20Bab%20II.pdf), diakses pada 25
Januari 2018.

Haryanto, Bode. 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel (Bagian I. Pengenalan),


(Online),
(https://www.researchgate.net/publication/242487407_BAHAN_BAKAR_
ALTERNATIF_BIODIESEL_BAGIAN_I_PENGENALAN), diakses pada
25 Januari 2018.

Pamata, Nathasya. 2008. Sintesis Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Biji Kemiri
(Aleurittes Molucana) Hasil Ekstraksi Melalui Metode Ultrasonomia.
Skripsi. FMIPA: Universitas Indonesia, (Online), (http://lib.ui.ac.id),
diakses pada 25 Januari 2018.

Syah, A.N.A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar (Bahan Abakar Alternatif yang ramah
Lingkungan). Bogor: PT Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai