MAKALAH
OLEH
Kelompok 9:
JURUSAN KIMIA
JANUARI 2018
BAB I
PENDAHULUAN
PEMABAHASAN
Pada tahun 1910 insinyur dari Jerman bernama Rudolf Christian Karl
Diesel memamerkan ciptaannya yaitu motor mesin diesel yang menggunakan
bahan bakar dari minyak kacang dan minyak perasan biji ganja. Dua tahun
kemudian Diesel menyatakan bahwa “pemakaian minyak nabati sebagai bahan
bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan
menjadi penting sebagaimana penggunaan minyak bumi dan produk batu bara
sekarang”.
Prakarsa yang dilakukan Diesel tersebut digagalkan sehingga mesin diesel
yang dijumpai sekarang justru digerakkan oleh BBM Konvensional Petro Diesel,
kemudian pada tahun 1985 dan 2003 dua laporan terbaru dari Congressional
Research Services (CRS) kepada komisi energi di Kongres Amerika Serikat
menyebutkan bahwa jika tingkat penggunaan bahan bakar fosil terus berlanjut
maka cadangan sumber energi bahan bakar fosil dunia akan mengalami
kelangkaan sebenarnya, ancaman kelangkaan cadangan minyak bumi bukan satu-
satunya masalah yang ditimbulkan tetapi dampak dari penggunaan yang jauh lebih
berbahaya.
Hasil kajian ekologi dari lingkungan hidup (environmental studies) yang
dilakukan para ilmuwan sudah memperingatkan bahwa pembakaran bahan bakar
fosil sangat mungkin mengubah susunan dan kandungan gas-gas yang berada di
lapisan atas atmosfer bumi, kondisi ini akan meningkatkan suhu rata rata
permukaan bumi. Peringatan tersebut terbukti pada tahun 1957 ketika ditemukan
adanya peningkatan kandungan gas-gas karbon dioksida di puncak gunung api
maunaloa di kepulauan Hawai. Pada tahun 1995 suatu panel para pakar terkemuka
dunia yang diorganisir oleh program lingkugan hidup PBB (UNEP) dan organisasi
meteorologi Inggris dan Universitas East Anglia melaporkan bahawa suhu
permukaan bumi telah mencapai 0.66°C lebih panas dari rata rata suhu permulaan
bumi selama ini, kondisi ini semakin membuka peluang penggunaan bahan bakar
terbarukan.
Gagasan awal dari perkembangan biodiesel adalah dari suatu kenyataan
yang terjadi di Amerika pada pertengahan tahun 80-an ketika petani kedelai
kebingungan memasarkan kelebihan produk kedelainnya serta anjloknya harga di
pasar. Dengan bantuan pengetahuan yang berkembang saat itu serta dukungan
pemerintah setempat, petani mampu membuat bahan bakar sendiri dari kandungan
minyak kedelai menjadi bahan bakar diesel yang lebih dikenal dengan biodiesel.
Produk biodiesel dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk alat-alat pertanian dan
transportasi mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, para ahli telah menyimpulkan
bahwa bahan bakar biodiesel memiliki sifat fisika dan kimia yang hampir sama
dengan bahan bakar diesel konvensional dan juga memiliki nilai energi yang
hampir setara tanpa melakukan modifikasi pada mesin diesel. Penggunaan
biodiesel di Eropa dilakukan dengan mencampur bahan bakar biodiesel dengan
diesel konvensional dengan perbandingan tertentu yang lebih dikarenakan
menjaga faktor teknis pada mesin terhadap produk baru serta menjaga kualitas
bilangan setana biodiesel yang harus sama atau lebih besar 40.
Sumber minyak nabati lainnya yang diolah menjadi biodiesel yaitu
dari rapeseed (canola), bunga matahari dan safflower. Sementara itu beberapa
negara sudah memproduksi biodiesel secara pabrik, seperti ditulis pada Pollution
Control Drives New Interest In Biodisel, Livorno Italia telah dibangun pabrik
dengan kapasitas 60.000 metrik ton per tahun.
Pada akhir tahun 1992 di Kansas city pabrik ester oil (biodiesel)
memproduksi 2,1 juta galon per tahun dan juga dibangun di St.Louis. Kementrian
Jerman awal tahun 1992 mengeluarkan dana sebesar 5,3 juta DM untuk peneliti
rapeseed biodiesel di Bonn dan menyimpulkan bahwa rapeseed biodisel dapat
melayani pasokkan cadangan bahan bakar diesel.
Adapun komponen senyawa yang biasa digunakan dalam katalis basa ialah
Natrium. Katalis-katalis dengan komponen Kalsium dan Magnesium kurang baik
digunakan sebagai katalis karena cenderung membentuk sabun (memiliki sifat
ganda). Senyawa yang mengikat komponen Si, Mg dan Al cenderung berfungsi
sebagai penyangga katalis. Katalis Logam seperti Cu dan Sn pada reaksi
metanolisis tidak ditemukan hasil berupa metil ester. Katalis yang bersumber dari
limbah seperti janjang sawit dan sekam padi juga dapat digunakan sebagai katalis
karena mengandung komponen K dan atau Na yang baik digunakan sebagai
katalis.
Kondisi proses produksi biodiesel dengan menggunakan katalis basa
adalah:
1. Reaksi berlangsung pada temperatur dan tekanan yang rendah (150°F dan 20
psi).
2. Menghasilkan konversi yang tinggi (98%) dengan waktu reaksi dan terjadinya
reaksi samping yang minimal.
3. Konversi langsung menjadi biodiesel tanpa tahap intermediate.
4. Tidak memerlukan konstruksi peralatan yang mahal.
Selain katalis asam dan basa, ada pula katalis heterogen yang juga
digunakan dalam penelitian. Katalis heterogen ini memiliki keunggulan
diantaranya memiliki ketahanan terhadap reaksi bersuhu tinggi, kemudahan
pemisahan katalis dari campuran reaksi, serta dapat digunakan secara berulang
kali.
Reaksi transesterifikasi beserta hasilnya dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Asam lemak lebih baik tidak berlebih (0,5%-1%) karena kelebihan asam lemak
akan mengurangi konversi pada ester. Hal ini dikarenakan asam lemak berlebih
tersebut akan bereaksi dengan katalis basa yang dapat menghasilkan air.
Sedangkan air ini tidak diperbolehkan ada dalam reaksi karena akan
menyebabkan ester yang terbentuk terhidrolisis dan menghasilkan sabun yang
mana akan menyusahkan pemisahan gliserol karena ia terbentuk sebagai
emulsi dengan metanol dan minyak. Maka dari itu, minyak yang digunakan
harus diolah dengan baik untuk membuang asam lemak bebas, salah satunya
dengan mereaksikan minyak tersebut (trigliserida) dengan alkohol berlebih.
2. Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai karbon yang pendek
berupa metanol atau etanol. Namun, metanol lebih baik digunakan daripada
etanol karena memiliki jumlah karbon yang minimun sehingga mengurangi
resiko terbentuknya lebih banyak residu karbon yang dapat menghambat
jalannya injeksi bioetanol. Etil ester yang dihasilkan dari penggunaan etanol
juga berbahaya yakni pada suhu 400° C akan terjadi pirolisis. Selain itu,
metanol merupakan alkohol yang banyak dijumpai dan lebih terjangkau.
3. Nilai konversi metil ester tergantung dari waktu reaksinya. Suhu reaksi juga
mempengaruhi reaksi dan konversi ester, tergantung dari jenis minyak yang
digunakan.
4. Pada reaksi transesterifikasi ini, 1 mol trigliserida akan bereaksi secara
stoikimetri dengan 3 mol alkohol dan menghasilkan 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol seperti pada persamaan reaksi yang telah disebutkan. Dari berbagai
penelitian yang dilakukan, rasio yang paling sempurna untuk perbandingan
alkohol dengan minyak nabati 6:1 molar. Pada rasio tersebut, konversi yang
didapatkan mampu mencapai nilai tinggi sebesar 98-99%.
5. Intensitas pengadukan juga sangat berpengaruh karena minyak dan metanol-
basa tidak dapat larut. Reaktan awalnya membentuk dua fasa namun dengan
adanya pengadukan yang tepat secara signifikan akan memperbesar titik temu
antara minyak dan metanol-basa untuk menjadi satu fasa.
6. Tipe Katalis yang digunakan juga sangat mempengaruhi jalannya reaksi.
Katalis asam, basa atau heterogen mamiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses produksi
bioetanol.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari
minyak bumi. Bahan bakar biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang
ramah lingkungan dan dapat diperbarui.
Gagasan awal dari perkembangan biodiesel adalah dari suatu kenyataan
yang terjadi di Amerika pada pertengahan tahun 80-an ketika petani kedelai
kebingungan memasarkan kelebihan produk kedelainnya serta anjloknya harga di
pasar. Dengan bantuan pengetahuan yang berkembang saat itu serta dukungan
pemerintah setempat, petani mampu membuat bahan bakar sendiri dari kandungan
minyak kedelai menjadi bahan bakar diesel yang lebih dikenal dengan biodiesel.
Pada tahun 1910 insinyur dari Jerman bernama Rudolf Chritian Karl Diesel
memamerkan ciptaannya yaitu motor mesin diesel yang menggunakan bahan
bakar dari minyak kacang dan minyak perasan biji ganja.
Keuntungan biodiesel antara lain, merupakan bahan bakar yang tidak
beracun dan dapat dibiodegradasi, memiliki karakter pembakaran yang lebih
bersih, sehinga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan Nox;
biaya produksi rendah. Biodiesel juga memiliki kelemahan yaitu minyak nabati
mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel
fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang bakar motor
diesel sehingga memperlambat kerja mesin.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan dalam
penjelasannya. Maka dari itu, diharapkan Pembaca menuju referensi yang tersedia
maupun memperkaya informasi dari media lainnya yang terpercaya. Selain itu,
diharapkan Penulis lebih melengkapi informasi yang disampaikan dalam makalah
guna menunjang pemahaman Pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Tanpa Tahun. II.TINJAUAN PUSTAKA A.Biodiesel, (Online),
(http://digilib.unila.ac.id/14399/10/13.%20Bab%20II.pdf), diakses pada 25
Januari 2018.
Pamata, Nathasya. 2008. Sintesis Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Biji Kemiri
(Aleurittes Molucana) Hasil Ekstraksi Melalui Metode Ultrasonomia.
Skripsi. FMIPA: Universitas Indonesia, (Online), (http://lib.ui.ac.id),
diakses pada 25 Januari 2018.
Syah, A.N.A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar (Bahan Abakar Alternatif yang ramah
Lingkungan). Bogor: PT Agromedia Pustaka.