Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peperangan ini bermula ketika pasukan Irak menerobos perbatasan Iran pada 22
September 1980 akibat masalah perbatasan yang berlarut-larut antara kedua negara dan juga
kekhawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa oleh Imam Khomeini dalam
Revolusi Iran. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam
misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul mundur Iran. Walaupun PBB
meminta adanya gencatan senjata, pertempuran tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988;
Pertukaran tawanan terakhir antara kedua negara ini terjadi pada tahun 2003. Perang ini telah
mengubah wilayah dan situasi politik global.

Perang ini juga memiliki kemiripan seperti Perang Dunia I. Taktik yang digunakan
seperti pertahanan parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan bayonet,
penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata kimia(seperti
gas mustard) secara besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga
penduduk sipilnya, seperti yang dialami juga oleh warga suku Kurdi di utara Irak. Dalam perang
ini dipercaya lebih dari satu juta tentara serta warga sipil Irak dan Iran tewas, dan lebih banyak
lagi korban yang terluka dari kedua belah pihak selama pertempuran berlangsung.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terjadinya Perang Irak dan Iran

Adapun berbagai penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran antara lain, adalah:

1. Sengketa antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah
negara yang tak pernah akur.

Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di


lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan
Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab
dan Bangsa Parsi, yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain.
yang kedua ialah masalah minoritas etnis. Pada zaman shah Iran mendukung perjuangan otonomi
suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas etnis Arab di Iran yang
memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau pemisah, dan yang ketigaialah perbedaan
orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni Soviet, dan
Iran adalah Pro Barat.

2. Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran

Pertama, persengketaan Sungai Shatt Al Arab, sungai tersebut berperan penting bagi Irak
karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut. Karena letaknya yang berada
di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi
bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua negara meletus, pada tahun 1975
sempat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak karena berkat perjanjian Algiers.

Kedua adalah Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini
menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di
tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan
begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.

3. Munculnya Revolusi Islam oleh Iran

Pada masa pemerintahan Khomeini yang berambisi dan juga berusaha mengekspor
revolusi islamnya kenegara-negara lain dan Irak menjadi sasaran yang pertama karena di Irak
minorotas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi yang secara
etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khoeini menaruh dendam terhadap rezim di
Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari Irak karena dia berkampanye melawan
pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu pemerintah Iran menghasut umat Syiah dan Suku
Kurdi di Irak untuk memberontak dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu republic Islam
menurut pola Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas Kurdi di Irak untuk
mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan membantu sejumlah
jendral Iran dan pengikut-pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk menyusun kekuatan guna
menumbangkan kekuasaan Khomeini.

Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi
kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya
Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai
penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk
mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan
kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang
menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak Irak.

Dengan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-


tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.

4. Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak

Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri
Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat
atas percobaan pembunuhan tersebut dan mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar
dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran
yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong
meletusnya perang Irak-Iran.

5. Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:

a. Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri Irak Tariq
Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.

b. Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang
sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran
Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta
memutuskan hubungan diplomatic.

c.Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam
jumlah yang cukup besar.

d. Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.

e. Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan Perjanjian
Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa Perjanjian Algiers
tidak adil untuk Irak, pada saat pembuatan perjanjian itu kedua belah negara tidak dalam posisi
yang seimbang dimana Irak pada waktu itu sebagai negara yang kalah dengan Iran. kemudian
Iran melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20 September 1980.
Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan
Saddam ke Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap
kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua, ambisi
Saddam Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.

B. Perang Teluk I

Pada awal penyerangan yang dilakukan oleh Irak ke Iran yang disebabkan oleh beberapa
penyebab seperti yang dituliskan diatas. Pada awal penyerangan Irak, Irak memperhitungkan
bahwa Irak akan mudah mematahkan perlawan Iran dan dengan cepat mencapai sasaran
ofensifnya. Karena Iran setelah revolusi pimpinan Ayatullah Khoemeini menyebabkan,
kemampuan mililier Iran turun dratis, angakatan bersenjata dibenci dan dicemooh oleh
rakyat sebagai alat yang digunakan Shah Reza untuk menindas rakyat. Akibatnya adalah sekitar
60% anggotanya melakukan desersi, sedangkan banyak perwira senior dihukum mati, dipenjara
atau dipensiunkan. Moral pasukan-pasukan Iran sangat merosot. Selain itu sebagai akibat
pecahnya krisis dengan Amerika Serikat, angkatan bersenjata Iran mengalami banyak kesulitan
dalam hal latihan, perawatan perlengkapan militer, suplai suku cadang serta amunisi.

Dalam hal ini Saddam Hussein (Irak) hanya bermaksud untuk menguasai beberapa kota
penting untuk memperkuat kedudukannya di meja perundingan. Dan memberi peluang kepada
oposisi dalam negeri untuk memberontak dan menumbangkan rezim Khomeini serta membentuk
suatu pemerintahan yang bersahabat. Apabila strateginya tersebut berhasil presiden Saddam
Hussein akan muncul sebagai pemimpin dunia Arab dan Irak menjadi kekuatan dominasi di
kawasan Teluk. Sebagian besar negara Arab tidak senang dengan rezim Khomeini karena
berusaha mengekspor revolusi Islam Iran kenegara-negara lainsehingga mengganggu kestabilan
dan keamanan mereka. Kedudukan dominan dikawasan Teluk dan kepemimpinan di Dunia Arab
tersebut rupanya juga ikut mendorong Irak untuk menyerbu Iran. Dengan demikian maka perang
Irak dan Iran juga untuk perebutan kekuasaan regional.

Perhitungan Irak ternyata salah, dengan memandang remeh Iran dengan keadaan negara
tersebut yang masih sangat kacau ternyata Iran memberikan perlawanan gigih dan melancarkan
serangan-serangan udara dan laut sebagai pembalasan. Namun Irak berhasil merebut daerah-
daerah minyak Iran yang vital biarpun lamban. Karena yakin akan dapat mengusir pasukan-
pasukan Irak, Iran sejauh ini menolak tawaran Irak untuk mengakhiri peprangan dan
menyelesaikan sengketa mereka secara damai maupun usaha-usaha penengahan. Sehingga
perang yang awalnya diprediksikan Irak akan mampu memenangkan perang dengan waktu
singkan tetapi malah yang terjadi peperangan itu berjalan selama 8 tahun.

Jadi penyebab perang Irak Iran itu terjadi selama 8 tahun adalah, pertama, dugaan Irak
salah yang menganggap perang akan berakhir cepat dan meremehkan kekuatan Iran yang sedang
kacau, kedua, Irak berhasil merebut daerah-daerah minyak di Iran walaupun lamban tetapi Irak
masih optimis untuk tujuannya menguasai sebagian wilayah islam dan mendominasi kekuatan
bangsa Arab, yang ketiga adalah Iran menolak tawaran Irak untuk mengakhiri konflik dan
menyelesaikan sengketa secara damai maupun usaha penengahan karena Iran tetap optimis akan
memenangkan perang tersebut. Dari keegoisan kedua belah pihak inilah yang membuat Perang
Teluk I terjadi hingga waktu yang cukup lama yaitu 8 tahun.

C. Intervensi Negara Asing dalam Perang Teluk I

Pengertian intervensi sendiri yang saya tangkap bahwa jika dilihat dalam keadaan yang
terjadi pada Perang Teluk I ini maka campur tangan negara asing yang terjadi ini belum
dikatakan sebagaiintervensi karena banyak campur tangan yang dilakukan oleh negara lain
bahkan dari bangsa Arab sendiri yang bertujuan untuk memperjuangkan nasib bangsa Arab
(dengan cara membela Irak) bukan intervensi asing karena masalah ini juga menjadi masalah-
masalah bangsa Arab karena mereka berada dalam satu lingkup bangsa Arab dan bangsa-bangsa
pengimpor minyak dari kawasan ini atau negara super power untuk meredakan konflik yang ada
disana. Dan dari banyak sumber yang mengatakan bahwa intervensi itu hamper muncul dari Uni
Soviet tetapi dapat dicegah oleh pasukan Amerika Serikat. Berikut penjelasan yang lebih
lengkap.

Pertama, dukungan yang dilakukan bangsa Arab untuk Irak banyak terjadi karena bangsa
Arab menginginkan jatuhnya rezim Khomeini dan munculnya suatu pemerintahan baru yang
bersedia menghormati asas-asas bertetangga. Raja Hussein dari Yordania adalah yang paling
tegas mendukung Irak dan menjajikan bantuan kepadanya. Hal ini dapat dimengerti karena sejak
beberapa waktu antara kedua negara ini terjalin hubungan baik. Akan tetapi juga Raja Khaled
dari Arab Saudi menyatakan dukungannya bagi Irak dalam “pertempuran Pan-Arabnya dan
dalam konfliknya dengan Parsi, musuh bangsa Arab”. Demikianpun Kwait, Bahrain dan Uni
Emirat Arab menaruh simpati atas perjuangan Irak. Dukungan untuk Irak itu dikukuhkan pada
pertempuran puncak Arab di Amman.

Akan tetapi peprangan itu juga menimbulkan kekhawatiran dikalangan bangsa Arab,
karena bisa melibatkan mereka dan menimbulkan banyak krugian bagi mereka. Pada 29
September PM Ali Rajai mengancam akan mengambil tindakan-tindakan terhadap negara-negara
yang membantu Irak. Namun Yordania tetap pada pendiriannya dan meneruskan persiapan-
persiapannya untuk membantu Irak. Pelabuhannya di Aqaba tetap tersedia bagi keperluan Irak
dan wilayahnya digunakan untuk mengangkut suplai bagi Irak yang dibongkar di pelabuhan itu.
Selain itu 40.000 pasukannya telah dipersiapkan untuk membantu Irak. Berkat sikap Yordania
itu, Irak dapat mengerahkan lebih banyak pasukan dan persenjataan ke wilayah Iran.

Dalam hal tersebut diatas belum ditermasuk intervensi asing karena bangsa-bangsa Arab
ikut campur dalam peperangan untuk menumpas Revolusi Islam yang dilakukan oleh Iran dan
kebaikan demi kedaiman di seluruh wilayah Bangsa Arab. Dan tujuan bangsa Arab itu masih ada
urusannya dengan kesua belah pihak.

Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya mengikuti jalannya peperangan
dengan seksama tetapi juga mengambil langkah-langkah untuk mengamankan kepentingan-
kepentingan mereka dan mungkin juga memperbaiki kedudukan masing-masing. Bagi
Washington, Krisis Teluk I juga merupakan suatu peluang memulihkan kedudukannya
dikawasan. Demikian juga bagi saingannya Uni Soviet bisa terbuka kesempatan untuk membantu
unsur-unsur kiri di Irak maupun di Iran apabila terjadi perebutan kekuasaan akibat kekalahan
dalam peperangan tersebut. Keberhasilan golongan kiri untuk merebut kekuasaan disalah satu
negara akan memperbaiki kedudukan Uni Soviet di kawasan, terutama jika Uni Soviet berhasil
menempatkan orang-orangnya pada puncak kekuasaan seperti terjadi di Afganistan.

Amerika Serikat dan Uni Soviet telah sepakat untuk tidak campur tangan dalam
peperangan ini. Pertama, karena menyadari bahwa intervensi yang satu akan memancing
intervensi antar mereka. Kedua, keterlibatan Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam perang ini
hanya akan mempersulit penyelesaian sengketa Irak dan Iran. Ketiga, jika Amerikia Serikat dan
Uni Soviet melakukan intervensi dalam Perang Teluk I, maka akan dikutuk oleh negara-negara
lain yang berusaha membetasi konflik tersebut dan menyelesaikannya secara damai. Selanjutnya
kedua superpower berkepentingan bahwa peperangan tetap terbatas pada kedua negara dan tidak
ada pihak yang keluar sebagai pemenang.

Pada saat terjadinya Perang Teluk I ini Uni Soviet sempat terhasut untuk melakukan
invasi ke dalam perang namun hal tersebut dapat diatasi oleh Whasington dan Amerika Serikat.
Setelah terjadinya hal tersebut Amerika Serikat melakukan pengawasan intensif pada perang
tersebut agar tidak ada intervensi asing yang masuk dan membuat perang semakin parah. Jadi di
sini jelas sekali bahwa negara-negara asing ataupun negara super power tidak menginginkan
perang yang berkepanjangan dan berusaha menyetabilkan keadaan disana serta mencehan semua
intervensi asing masuk didalamnya karena mereka menjaga kepentingannya disana yaitu minyak.
BAB III

KESIMPULAN

Latar belakang terjadinya Perang Teluk I antara lain sengketa antara Irak dan Iran
sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah negara yang tak pernah akur,
persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran, munculnya Revolusi Islam
oleh Iran, percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak, dan penyebab-penyebab khususn
lainnya yang mendorong terjadi Perang Teluk I (serangan granat pada tanggal 1 April 1980,
pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, kedua negara saling menempatkan pasukan
masing – masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup besar, perang pers dan media
masa antar kedua belah negara, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan
Perjanjian Algiers tahun 1975).

Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan
Saddam ke Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap
kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua, ambisi
Saddam Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.

Anda mungkin juga menyukai