ABSTRAK
Pada dasarnya penelitian ini mengkaji upaya peningkatan produksi padi melalui efisiensi
teknis usahatani di Jawa Barat sebagai sentra produksi padi. Secara khusus tujuan
operasionalnya yaitu : (1) Menentukan fungsi produksi stochastic frontier dan menganalisis
faktor-faktornya, (2) Menentukan fungsi inefisiensi stochastic frontier dan menganalisis
faktor-faktornya. Data yang digunakan adalah data PATANAS 2010 di Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan desa berdasarkan sebaran jumlah tipe desa sawah irigasi berbasis padi (tipe desa
1) menurut provinsi di Jawa Barat; Desa Tugu Kabupaten Indramayu, Desa Simpar
Kabupaten Subang, dan Desa Sindang Sari Kabupaten Karawang dengan total 160
observasi. Penelitian ini menggunakan model produksi frontier parametric stokastik yang
dirancang untuk mengatasi masalah error pada frontier parametric deterministik. Model
disebut stokastik karena output yang diamati dibatasi oleh variabel stokastik (ß xi + vi).
Adapun hasil dari penelitian ini Implikasinya adalah jika pemerintah hendak meningkatkan
produksi padi, maka variabel lahan lah yang seharusnya menjadi perhatian utama dengan
potensi lahan di Indonesia cukup besar terutama lahan kering. Selain lahan, variable bibit
dan pupuk KCL juga signifikan berpengaruh terhadap produksi. Masih kurangnya
penggunaan kedua input ini dikarenakan harganya yang mahal. Selama ini subsidi lebih
kepada pupuk urea sehingga implikasinya pemerintah perlu mendukung pengadaan benih
dan pupuk KCL dengan harga yang terjangkau. Rata-rata efisiensi teknis usahatani padi di
Jawa Barat lebih dari 70% yaitu 74.22% yang berarti kondisi usahatani padi di Jawa Barat
telah efisien. Petani paling efisien memiliki nilai efisiensi teknis 96.34% dan yang paling
rendah 40.125%. Variabel yang signifikan mempengaruhi inefisiensi yaitu mutu benih,
intensitas penanaman padi (IP) dan musim.
ABSTRACT
Basically, this study examines the efforts to increase rice production through technical
efficiency of farming in West Java as rice production centers. In particular, the operational
objectives are namely: (1) to determine the stochastic frontier production function and to
analyze the factors, (2) to determine the function of stochastic frontier inefficiency and to
analyze the factors. The data used are PATANAS 2010 data in West Java Province. Selection
15
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
16
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
lambatnya rehabilitasi jaringan irigasi. Di sebagai input tetap. Secara umum terdapat
Jawa Barat peningkatan produksi juga lebih tiga cara untuk meningkatkan produksi
disebabkan oleh peningkatan produktivitas usahatani yaitu ; (1) mengoptimalkan
karena perluasan areal semakin menurun penggunaan input seperti lahan, tenaga
(Gambar 1). kerja, dan variasi capital, (2) melakukan
manajemen organisasi produksi dengan
Yang ingin dijawab dari penelitian
teknologi yang tersedia untuk
ini yaitu : (1) Bagaimana kondisi efisiensi
meningkatkan efisiensi produksi
teknis usahatani padi di Jawa Barat?
(Nishimizu and Page, 1982; Li, 2000), dan
Apakah masih ada ruang/peluang untuk
(3) menerapkan teknologi baru (Schultz,
meningkatkan efisiensi usahatani padi di
1964; Kuznets ,1973; Hayami and
Jawa Barat? Apa yang harus dilakukan
Ruttan,1970).
untuk mencapai batas maksimum efisiensi
pada level provinsi? Pada dasarnya Efisiensi didefinisikan sebagai
penelitian ini mengkaji upaya peningkatan produktivitas aktual relatif terhadap
produksi padi melalui efisiensi teknis produktivitas potensial maksimum (Farrel,
usahatani di Jawa Barat sebagai sentra 1957). Maksimum produktivitas potensial
produksi padi. Secara khusus tujuan (juga dikenal sebagai batas dari praktik
operasionalnya yaitu : (1) Menentukan terbaik) didefinisikan oleh frontier
fungsi produksi stochastic frontier dan produksi. Pengukuran Efisiensi melibatkan
menganalisis faktor-faktornya, (2) pengukuran jarak suatu titik observasi
Menentukan fungsi inefisiensi stochastic dengan titik frontiernya. Farrell (1957)
frontier dan menganalisis faktor-faktornya. menyatakan bahwa efisiensi memiliki dua
komponen: efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif. Efisiensi teknis adalah
KERANGKA PEMIKIRAN kemampuan usahatani untuk menghasilkan
Produksi adalah proses transformasi output maksimum dari sejumlah input
input menjadi output. Teknologi Produksi (input oriented) atau kemampuan usahatani
dapat digambarkan melalui fungsi produksi, menggunakan input sekecil mungkin untuk
fungsi biaya, fungsi keuntungan dan fungsi menghasilkan sejumlah tertentu output
penerimaan. Fungsi produksi (output oriented) (Gambar 2). Menurut
menggambarkan hubungan teknis antara Koopmans (1951), efisien teknis tercapai
input dan output dari suatu proses produksi. jika peningkatan suatu output memerlukan
Menurut Beattie dan Taylor (1985), fungsi pengurangan minimal satu output lainnya
produksi adalah deskripsi matematis atau atau meningkatnya penggunaan minimal
kuantitatif dari berbagai kemungkinan satu input, dan jika pengurangan satu input
produksi teknis yang dihadapi oleh suatu membutuhkan peningkatan minimal satu
usahatani. Fungsi produksi memberikan input lain atau berkurangnya minimal satu
output maksimum dalam pengertian fisik output.
dari tiap-tiap tingkat input. Dalam proses
produksi jangka panjang, semua input
adalah input variabel, sedangkan dalam
jangka pendek minimal satu input dianggap
17
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
18
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
dari sisi lain suatu komponen. Akibatnya, tidak langsung dalam hal ini misalnya
outlier mungkin memiliki efek cukup besar karakteristik individu petani, karakteristik
terhadap dugaan efisiensi. usahatani, kelembagaan usahatani, dan
sebagainya. Untuk jelasnya kerangka
Model produksi frontier parametric
pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
stokastik dirancang untuk mengatasi
Gambar 3.
masalah error. Model produksi frontier
stokastik menggunakan composed error
structure dengan komponen one side
maupun two side simetris. Komponen satu
sisi menunjukkan efek inefisiensi teknis
yang terkait dengan inefisiensi teknis dari
perusahaan, sementara komponen two side
merupakan eror dalam produksi dan efek
random lain yang tidak di bawah kendali
manajemen. Fungsi Produksi Frontier
Stokastik dikembangkan secara independen Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
oleh Aigner, et al. (1977) serta Meeusen and
Keterangan : Daerah yang diarsir adalah
Van den Broeck (1977). Fungsi produksi
lingkup kerangka operasional
stokastik didefinisikan sebagai:
ln(Yi)= Xi ß+ vi –ui dimana I =1,2,.,N...(3)
METODE PENELITIAN
dimana vi adalah kesalahan acak dan
diperhitungkan dalam pengukuran galat dan Data yang digunakan adalah data
factor acak diluar control sebuah PATANAS 2010 di Provinsi Jawa Barat.
perusahaan bersama dengan efek gabungan Pemilihan desa berdasarkan sebaran jumlah
dari variabel input yang tidak ditentukan tipe desa sawah irigasi berbasis padi (tipe
dalam fungsi produksi. Aigner, et al. (1977) desa 1) menurut provinsi di Jawa Barat;
berasumsi bahwa vi adalah iid yaitu Desa Tugu Kabupaten Indramayu, Desa
variable independen yang menyebar normal Simpar Kabupaten Subang, dan Desa
dengan nilai tengah nol dan varians konstan Sindang Sari Kabupaten Karawang dengan
2v. ui adalah pengaruh inefisiensi teknis total 160 observasi. Penelitian ini
yang terkait dengan inefisiensi teknis dari menggunakan model produksi frontier
perusahaan dan diasumsikan terdistribusi parametric stokastik yang dirancang untuk
eksponensial dan acak setengah normal mengatasi masalah error (vi) pada frontier
secara rata. Model disebut stokastik karena parametric deterministik. Model disebut
output yang diamati, dibatasi atas oleh stokastik karena output yang diamati
variabel stokastik, exp (ß xi + vi). Dalam dibatasi oleh variabel stokastik, exp (ß xi +
model fungsi produksi dipengaruhi oleh vi).
input-input yang secara langsung Kajian diawali dengan penentuan faktor
mempengaruhi produksi, sementara factor produksi frontier dan inefisiensi Fungsi
inefisiensi (ui) adalah factor di luar input- produksi yang digunakan yaitu Cobb
input yang mempengaruhi produksi secara Douglas. Selanjutnya pendugaan seluruh
19
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
20
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
21
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
penyuluhan yang diberikan. Dosis pupuk menunjukkan bahwa penerimaan dari padi
yang mereka terapkan bukanlah dengan luas garapan 0.69 ha tidak
rekomendasi PPL dan pengelolaan hama mencukupi kebutuhan sehari-hari
dilakukan secara individu (bukan rumahtangga petani sehingga petani perlu
kelompok). Dengan lembaga sarana tambahan dari sumber lain. Sumber lain
produksi, walaupun lokasinya di dalam terdiri dari sektor pertanian dan non
desa, petani tidak melakukan ikatan bisnis pertanian. Sumbangan sektor pertanian
dengan mereka, demikian pula dengan terhadap penerimaan total sebesar 79.44%
sarana traktor. Sementara lokasi penyedia dan sektor non pertanian 20.56% sehingga
alat panen dan pompa serta pedagang beras responden masih dapat dikategorikan petani
berada di luar desa dan petani responden berlahan sawah.
tidak memiliki ikatan bisnis dengan mereka.
Dengan lembaga keuangan formal pun
ternyata sebagian besar petani tidak akses. Analisis Fungsi Produksi
Untuk itulah maka program-program Fungsi produksi yang diduga telah
intensifikasi seperti IP 3 kali padi, cara fit dan memenuhi asumsi Cobb Douglas
tanam tabela dan sistem tanam legowo (Tabel 1). Nilai R2 yang dihasilkan sebesar
belum diterapkan. 90.71 persen yang artinya variasi produksi
Kinerja usahatani padi petani responden padi (Y) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
dikatakan cukup baik. Dengan luas garapan produksi yang diduga sebanyak 90.71
rata-rata 0.69 ha dan produksi 3.788 ton, persen dan sisanya dijelaskan oleh faktor
maka produktivitas yang dihasilkan yaitu lain.
5.52 ton/ha. Penerimaan padi rata-rata Model ini pun telah bersih dari
sebesar Rp 11 324 129 dan biaya usahatani pelanggaran asumsi terutama
Rp 4 005 285 atau Rp 5 697 534/ha multicolinearity karena nilai VIF<10 yang
sehingga keuntungan yang dihasilkan yaitu merupakan syarat penting data cross
Rp 7 318 844 atau Rp 10 273 102/ha dan section. Seluruh variabel yang signifikan
R/C sebesar 2.89 yang artinya untuk setiap berpengaruh nyata terhadap produksi
rupiah biaya tambahan akan menghasilkan memiliki koefisien yang positif sehingga
tambahan penerimaan Rp 2.89. Dengan memenuhi syarat fungsi produksi Cobb
nilai produk sampingan sebesar Rp 103 219 Douglas. Demikian pula jumlah pangkat
dan penerimaan non padi sebesar Rp 14 604
fungsi Cobb Douglas yang mendekati ൎ 1
288 maka penerimaan dari sawah sebesar
yang artinya berada pada constant return to
Rp 26 031 637. Penerimaan non sawah
scale (0.973). Nilai log likelihood dari
sebesar Rp 12 559 040 sehingga
metode MLE sebesar 33.5933 adalah lebh
penerimaan dari sektor pertanian sebesar
besar dari nilai log likelihood dari metode
Rp 38 590 677. Dengan penerimaan non
OLS (18.6592) yang berarti fungsi produksi
pertanian sebesar Rp 9 988 712 maka
dengan metode MLE ini adalah baik dan
penerimaan rumahtangga total yaitu Rp 48
sesuai dengan kondisi di lapangan. Nilai
579 390. Jika dibandingkan dengan
menunjukkan distribusi dari error term
penerimaan total rumahtangga, ternyata
inefisiensi ( ) dan nilai 0.05 adalah cukup
penerimaan padi hanya 23.31%. Hal ini
kecil sehingga terdistribusi secara normal.
22
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
Tabel 1. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function Dengan Metode MLE dari
Usahatani Padi di Jawa Barat Tahun 2010.
23
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
Tabel 2. Luas Lahan Kering Yang Tersedia Untuk Perluasan Areal Pertanian (dalam ha)
Hal ini menunjukkan bahwa dengan Dari 14 variabel yang diuji, variabel
ditambahnya bibit 1% maka dapat yang signifikan mempengaruhi inefisiensi
meningkatkan produksi sebesar 0.1% dan yaitu mutu benih, intensitas penanaman
jika KCL ditambah 1% maka produksi akan padi (IP) dan musim. Dengan koefisien
meningkat sebesar 0.01%. Kedua input ini bertanda negatif, mutu benih diartikan
tidak seresponsif lahan. Kondisi ini bahwa semakin baik mutu benih maka
menunjukkan bahwa jumlah penggunaan inefisiensi akan turun. Hal ini menunjukkan
benih padi (23.95 kg/ha) masih kurang dari bahwa benih padi yang digunakan petani
standar rekomendasi (25 kg/ha). Demikian responden perlu ditingkatkan kualitasnya
pula penggunaan KCl (1.81 kg/ha) masih dan juga kuantitasnya. Intensitas
kurang dari standar rekomendasi (75 kg/ha). penanaman padi memiliki tanda negatif
Masih kurangnya penggunaan kedua input yang artinya terdapat perbedaan efisiensi
ini dikarenakan harganya yang mahal. pada usahatani dengan IP padi 3 kali
Selama ini subsidi lebih kepada pupuk urea setahun dengan usahatani dengan IP padi
sehingga implikasinya pemerintah perlu kurang dari 3 kali setahun dimana usahatani
mendukung pengadaan benih dan pupuk padi 3 kali setahun lebih efisien. Usahatani
KCL dengan harga yang terjangkau. padi yang selama ini kurang dari 3 kali
Analisis Fungsi Inefisiensi masih dapat ditingkatkan menjadi 3 kali
padi, namun dengan perubahan varietas
Rata-rata efisiensi teknis usahatani
yang lebih bermutu dan adaptif terhadap
padi di Jawa Barat lebih dari 70% yaitu
musim.
74.22% yang berarti kondisi usahatani padi
di Jawa Barat telah efisien (Tabel 3). Petani Variabel musim signifikan
paling efisien memiliki nilai efisiensi teknis berpengaruh nyata terhadap inefisiensi
96.34% dan yang paling rendah 40.125%. dengan tanda negatif yang artinya terdapat
24
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
perbedaan efisiensi antara musin hujan jika pemerintah provinsi Jawa Barat akan
dengan musim kemarau dimana saat musim fokus pada peningkatan produksi padi maka
hujan lebih efisien. Hal ini karena variabel perlu dukungan benih bermutu yang adaptif
musim merupakan proksi dari ketersediaan terhadap musim dengan harga yang murah.
air dan kondisi irigasi. Kondisi infrastruktur Selain itu juga perlu adanya perbaikan
irigasi di Jawa Barat banyak yang rusak infrastruktur irigasi sehingga ketersediaan
karena umurnya yang sudah tua, air saat musim hujan dan musim kemarau
pemeliharaan yang kurang, dan lambatnya dapat mencukupi.
reinvestasi infrastruktur sehingga Walaupun dikatakan telah efisien
ketersediaan air sangat tergantung kepada (>70%), nilai efisiensi teknis usahatani padi
musim hujan dimana padi adalah tanaman di Jawa Barat sebesar 74.219% masih lebih
yang membutuhkan air lebih banyak dari rendah dari rata-rata Indonesia (91.30% )
tanaman lain. Saat musim kemarau menjadi (Kusnadi, 2011b) dan negara-negara
tidak efisien karena selain ketersediaan air produsen beras dunia lainnya (Gambar 5).
yang sangat terbatas, juga cuaca musim Pada Gambar tersebut dapat dilihat bahwa
kemarau yang ekstrim dan serangan hama efisiensi teknis usahatani padi di
yang disebabkan perubahan iklim global Bangladesh sebesar 79.10%, China 84.80%,
menjadikan produksi padi sawah menurun India 89.10%, Philippines 79%, dan Sri
walaupun digunakan input yang cukup. Lanka 75% adalah lebih besar dari Jawa
Untuk itulah diperlukan perubahan varietas Barat (74.219%).
padi yang tahan kekeringan dan juga
rendaman. Sebagai implikasi kebijakan,
Tabel 3. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Inefficiency Function Dengan Metode MLE dari
Usahatani Padi di Jawa Barat Tahun 2010.
25
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
26
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
27
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
Jika dilihat dari sebaran tingkat petani dengan persil satu hamparan. Hal ini
efisiensi teknis dan umur petani maka dapat mengidikasikan bahwa issue fragmentasi
dijelaskan bahwa semakin tua umur petani lahan terjadi di Jawa Barat sehingga
membuat pengelolaan menjadi lebih sulit
maka efisiensinya semakin rendah (Tabel
dan tidak efisien. Implikasinya adalah
7). Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa perlunya mencegah konversi lahan lebih
dari 140 petani yang efisien, sebanyak 81 lanjut.
petani atau 57.86% petani adalah petani Jika dilihat dari sebaran tingkat
dengan umur muda (50 tahun). efisiensi teknis dan mutu benih maka dapat
dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
Jika dilihat dari sebaran tingkat
efisiensi antara usahatani padi dengan benih
efisiensi teknis dan pendidikan maka dapat berlabel dan tidak berlabel dimana padi
dijelaskan bahwa tidak ada kaitan antara dengan benih berlabel menghasilkan
efisiensi dengan pendidikan. Hal ini efisiensi yang lebih tinggi (Tabel 9). Pada
dikarenakan dalam usahatani padi yang tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 140
diperlukan bukanlah pendidikan formal petani yang efisien, sebanyak 74 petani atau
tetapi keterampilan dan pengalaman. 52.86% petani adalah petani yang
menggunakan benih berlabel.
Demikian pula dengan jumlah tanggungan.
Sistem tanam legowo belum
Jika dilihat dari sebaran tingkat efisiensi diterapkan sepenuhnya oleh petani
teknis dan jumlah persil maka dapat responden, namun ternyata mereka
dijelaskan bahwa semakin banyak persil menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi
yang digarap maka efisiensinya semakin (Tabel 10). Dari 140 petani yang efisien, 95
rendah (Tabel 8). Pada tabel tersebut dapat orang atau 67.86% tidak menerapkan sistem
dilihat bahwa dari 140 petani yang efisien, tanam legowo namun hampir semua
sebanyak 63 petani atau 45% petani adalah menerapkan jarak tanam yang teratur.
Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Luas lahan
Produksi (kg)
Tingkat 1000-
<1000 % % >2000 % Total
Efisiensi 2000
<0.7 4 20.00 5 25.00 11 55.00 20
=0.7 7 5.00 24 17.14 109 77.86 140
11 29 120 160
Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Produksi
Produksi (kg)
Tingkat 1000-
<1000 % % >2000 % Total
Efisiensi 2000
<0.7 4 20.00 5 25.00 11 55.00 20
=0.7 7 5.00 24 17.14 109 77.86 140
11 29 120 160
28
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa
Barat dan Produktivitas
Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Umur
Umur (tahun)
Tingkat Efisiensi
=50 % >50 % Total
<0.7 11 55.00 9 45.00 20
=0.7 81 57.86 59 42.14 140
92 68 160
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Jumlah Persil
Hampir semua petani mengolah lahan kontinuitas pasokan air. Pada Tabel 12
dengan traktor dan efisiensi mereka lebih dapat dijelaskan bahwa dari 140 petani yang
tinggi dari petani yang tidak menggunakan efisien, sebanyak 118 petani atau 84.29%
traktor. Pada Tabel 11 dapat dijelaskan memperoleh sumber air dari irigasi.
bahwa dari 140 petani yang efisien, Penyiangan dilakukan oleh sebagian
sebanyak 135 petani atau 96.43% mengolah besar petani lebih dari satu kali dan mereka
lahannya dengan traktor. lebih efisien dari petani yang melakukan
Sumber pengairan sebagian besar penyiangan satu kali atau tidak pernah
petani adalah irigasi dan mereka lebih disiangi. Pada Tabel 13 dapat dijelaskan
efisien dari petani dengan sumber air non bahwa dari 140 petani yang efisien,
irigasi. Hal ini menunjukkan bahwa irigasi sebanyak 105 petani atau 75% melakukan
yang baik memberikan kontribusi dalam penyiangan lebih dari satu kali.
29
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Mutu Benih
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Sistem Tanam
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Pengolahan Lahan
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Sumber Pengairan
Kelompok tani adalah lembaga yang 70%). Namun sebagian besar petani
membantu petani dalam transfer ilmu responden tidak menjadi anggota kelompok
pengetahuan dan teknologi serta tani dan petani yang telah menjadi anggota,
memfasilitasi petani dalam perolehan mereka tidak aktif dalam kegiatan
bantuan atau subsidi. Dosis pupuk yang kelompok tani. Hal ini disebabkan karena
direkomendasikan mereka ketahui dari mereka merasa cukup dengan pengetahuan
PPL. Keaktifan dalam kegiatan kelompok dan pengalaman yang dimiliki sehingga
tani dapat meningkatkan efisiensi dan dari dengan aktif dalam kegiatan kelompok tani
39 petani yang aktif, 31 orang adalah petani dianggap membuang waktu, dan mereka
efisien (memiliki nilai efisiensi lebih dari lebih suka konsentrasi pada usahatani
30
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
padinya yang membutuhkan perhatian lebih dalam desa namun petani tidak
dibandingkan komoditi lainnya. Mereka memanfaatkannya lewat ikatan bisnis.
juga melakukan penyemprotan secara Penjualan gabah kepada pedagang beras
individu karena dianggap lebih efektif. tidak diijonkan karena ikatan bisnis seperti
Sebagian besar petani tidak akses ke itu tidak ada kaitannya dengan efisiensi
lembaga keuangan formal karena akses (Tabel 15). Sementara suplier pompa dan
tersebut tidak menjamin efisiensi alat panen yang biasa dihubungi berlokasi
usahataninya (Tabel 14). di luar desa dan mereka pun tidak memiliki
Suplier sarana produksi yang ikatan bisnis.
dihubungi petani terdapat di dalam desa Salah satu kinerja usahatani padi
namun petani tidak memanfaatkannya lewat adalah total penerimaan padi. Semakin
besar penerimaan padi efisiensi semakin
ikatan bisnis selain jual beli. Demikian juga
tinggi. Hal ini terjadi karena dengan
dengan penyedia traktor dan pedagang penerimaan yang tinggi alokasi input
beras yang biasa dihubungi, berlokasi di menjadi semakin optimal.
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Frekuensi Penyiangan
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Akses ke Lembaga Keuangan
Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Cara Menjual
31
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Penerimaan Padi
Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Keuntungan Padi per Ha
Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Penerimaan Sektor Pertanian
32
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058
besar terutama lahan kering. Selain lahan, jauh lebih tinggi. Padi mulai dianggap tidak
variable bibit dan pupuk KCL juga penting dan pemerintah lebih gencar ke arah
signifikan berpengaruh terhadap produksi. palawija untuk program diversifikasi.
Masih kurangnya penggunaan kedua input
ini dikarenakan harganya yang mahal. DAFTAR PUSTAKA
Selama ini subsidi lebih kepada pupuk urea
sehingga implikasinya pemerintah perlu Aigner, D.J., Lovell, C.A.K., and Schmidt,
mendukung pengadaan benih dan pupuk P. 1977. Formulation and
KCL dengan harga yang terjangkau. Estimation of Stochastic Frontier
Rata-rata efisiensi teknis usahatani Production Function Model.
padi di Jawa Barat lebih dari 70% yaitu Journal of Econometrics. 6:21-
74.22% yang berarti kondisi usahatani padi 37.
di Jawa Barat telah efisien. Petani paling Battese, G.E, and Coelli, T.J. 1995. A
efisien memiliki nilai efisiensi teknis Model for Technical Inefficiency
96.34% dan yang paling rendah 40.125%. Effects in a Stochastic Frontier
Variabel yang signifikan mempengaruhi Production Function for Panel
inefisiensi yaitu mutu benih, intensitas Data. Empirical Economics. 320-
penanaman padi (IP) dan musim. Oleh 332.
karena penggunaan benih yang kurang Battese, G.E, Rao, D.S.P. 2002.
bermutu maka sebagai konsekuensinya Technology Gap, Efficiency, and
penggunaan obat-obatan menjadi overdosis. A Stochastic Metafrontier
Sebagai implikasi kebijakan, jika Function. International Journal of
pemerintah provinsi Jawa Barat akan fokus Business and Economics. 1(2):
pada peningkatan produksi padi maka perlu 87-93.
dukungan benih bermutu yang adaptif Beattie, B.R, and Taylor, C.R. 1985. The
terhadap musim kering dan rendaman Economics of Production, Wiley,
musim hujan dengan harga yang murah. New York.
Selain itu juga perlu adanya perbaikan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Berita
infrastruktur irigasi sehingga ketersediaan Resmi Statistika. No. 12/02/Th.
air saat musim hujan dan musim kemarau XIV, 7 Februari 2011. Badan
dapat mencukupi. Pusat Statistik. Jakarta.
Salah satu kinerja usahatani padi Bravo-Ureta, B.E., Solis, D., Lopez,
adalah total penerimaan padi. Semakin V.H.M., Maripani, J.F., Thiam,
besar penerimaan padi efisiensi semakin A., and Rivas,T. 2006.
tinggi. Hal ini terjadi karena dengan Technical Efficiency in Farming
penerimaan yang tinggi alokasi input : A Meta-Regression Analysis.
menjadi semakin optimal. Demikian pula Springer Science Business
dengan keuntungan padi per hektar dan Media, LLC. Journal Production
penerimaan sektor pertanian, semakin Analysis . 27:57–72.
tinggi keuntungan padi atau penerimaan Coelli T.J. 1996. Measurement of total
sektor pertanian maka efisiensi semakin factor productivity growth and
tinggi. biases in technological change in
Jika dilihat dari variabel input dan Western Australian agriculture.
inefisiensi secara keseluruhan Journal of Applied
menunjukkan indikasi pergeseran kebijakan Econometrics. 11: 77-91.
provinsi Jawa Barat yang mulai mengarah Coelli, T.J.,Rao, DSP., Battese,GE. 1998.
ke komodoti lain atau bahkan ke sektor An Introduction to Efficiency
industri daripada mempertahankan padi and Productivity Analysis.
karena rate of return lahan untuk non padi Kluwer Academic Publishers.
33
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla
34