Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No.

1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI


DI JAWA BARAT INDONESIA

Netti Tinaprilla*, N. Kusnadi**, B.Sanim**, dan D.B. Hakim**

ABSTRAK
Pada dasarnya penelitian ini mengkaji upaya peningkatan produksi padi melalui efisiensi
teknis usahatani di Jawa Barat sebagai sentra produksi padi. Secara khusus tujuan
operasionalnya yaitu : (1) Menentukan fungsi produksi stochastic frontier dan menganalisis
faktor-faktornya, (2) Menentukan fungsi inefisiensi stochastic frontier dan menganalisis
faktor-faktornya. Data yang digunakan adalah data PATANAS 2010 di Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan desa berdasarkan sebaran jumlah tipe desa sawah irigasi berbasis padi (tipe desa
1) menurut provinsi di Jawa Barat; Desa Tugu Kabupaten Indramayu, Desa Simpar
Kabupaten Subang, dan Desa Sindang Sari Kabupaten Karawang dengan total 160
observasi. Penelitian ini menggunakan model produksi frontier parametric stokastik yang
dirancang untuk mengatasi masalah error pada frontier parametric deterministik. Model
disebut stokastik karena output yang diamati dibatasi oleh variabel stokastik (ß xi + vi).
Adapun hasil dari penelitian ini Implikasinya adalah jika pemerintah hendak meningkatkan
produksi padi, maka variabel lahan lah yang seharusnya menjadi perhatian utama dengan
potensi lahan di Indonesia cukup besar terutama lahan kering. Selain lahan, variable bibit
dan pupuk KCL juga signifikan berpengaruh terhadap produksi. Masih kurangnya
penggunaan kedua input ini dikarenakan harganya yang mahal. Selama ini subsidi lebih
kepada pupuk urea sehingga implikasinya pemerintah perlu mendukung pengadaan benih
dan pupuk KCL dengan harga yang terjangkau. Rata-rata efisiensi teknis usahatani padi di
Jawa Barat lebih dari 70% yaitu 74.22% yang berarti kondisi usahatani padi di Jawa Barat
telah efisien. Petani paling efisien memiliki nilai efisiensi teknis 96.34% dan yang paling
rendah 40.125%. Variabel yang signifikan mempengaruhi inefisiensi yaitu mutu benih,
intensitas penanaman padi (IP) dan musim.

Keywords: produksi, inefisiensi, stochastic frontier

ABSTRACT

Basically, this study examines the efforts to increase rice production through technical
efficiency of farming in West Java as rice production centers. In particular, the operational
objectives are namely: (1) to determine the stochastic frontier production function and to
analyze the factors, (2) to determine the function of stochastic frontier inefficiency and to
analyze the factors. The data used are PATANAS 2010 data in West Java Province. Selection

15
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

of villages is done through distribution of number of types of rice-based irrigation in rice


village (village type 1) by province in West Java; Tugu village Indramayu district, Simpar
village Subang District, and Sindang sari village Karawang district with a total of 160
observations. This study uses a parametric stochastic frontier production model designed to
address the problem of error in deterministic parametric frontier. The model is called
stochastic model because the observed output is limited by the stochastic variable (ß xi +
vi). The results of this study show that if the government increase rice production then the
variable of land should be a major concern with the potential of land in Indonesia is quite
large, especially the dry land. In addition to land, seed and KCL fertilizer variable also
significantly affect production. There is still a lack use of the two inputs because the price is
expensive. So far, more subsidies to the fertilizer urea implying that the government should
support the procurement of seeds and KCL fertilizer at an affordable price. The average
technical efficiency of rice farming in West Java is over 70 % that is 74.22 % which means
the condition of rice farming in West Java has been streamlined. The most efficient farmers
have the value of technical efficiency of 96.34 % and the lowest of 40 125 %. The variables
that significantly affect the inefficiency are quality of seeds, rice cultivation intensity (IP)
and season.
Keywords: production, inefficiency, stochastic frontier

padi yang gencar selama ini. Hal ini


PENDAHULUAN
menyebabkan munculnya pertanyaan masih
Padi masih menjadi komoditas mungkinkah meningkatkan produksi padi
penting dalam kebijakan pertanian di melalui produktivitas khususnya di Jawa
Indonesia karena terkait dengan ketahanan Barat sebagai lumbung padi nasional?
pangan dan swasembada beras. Dalam
rangka sustainability swasembada beras,
selain demand side pembenahan supply side
dianggap masih relevan (Kusnadi, 2011a).
Pembenahan supply side yang lebih
diutamakan saat ini seharusnya mengarah
pada peningkatan produktivitas melalui
intensifikasi daripada perluasan lahan. Hal
ini karena hingga kini dan beberapa tahun
Gambar 1. Produksi, Luas Panen, dan
ke depan diduga pertumbuhan produktivitas Produktivitas Padi di Jawa Barat 1993-2011*
padi masih mengalami kemandegan
(leveling-off) namun masih lebih tinggi dari Sumber : BPS, 2011 (diolah)

pertumbuhan perluasan lahan, sehingga


peningkatan produksi lebih didukung oleh
Lambatnya perluasan areal di Jawa
pertumbuhan produktivitas daripada luas
Barat disebabkan oleh konversi, terbatasnya
areal. Peningkatan produktivitas merupakan
anggaran pencetakan sawah baru dan
hasil dari program-program intensifikasi

16
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

lambatnya rehabilitasi jaringan irigasi. Di sebagai input tetap. Secara umum terdapat
Jawa Barat peningkatan produksi juga lebih tiga cara untuk meningkatkan produksi
disebabkan oleh peningkatan produktivitas usahatani yaitu ; (1) mengoptimalkan
karena perluasan areal semakin menurun penggunaan input seperti lahan, tenaga
(Gambar 1). kerja, dan variasi capital, (2) melakukan
manajemen organisasi produksi dengan
Yang ingin dijawab dari penelitian
teknologi yang tersedia untuk
ini yaitu : (1) Bagaimana kondisi efisiensi
meningkatkan efisiensi produksi
teknis usahatani padi di Jawa Barat?
(Nishimizu and Page, 1982; Li, 2000), dan
Apakah masih ada ruang/peluang untuk
(3) menerapkan teknologi baru (Schultz,
meningkatkan efisiensi usahatani padi di
1964; Kuznets ,1973; Hayami and
Jawa Barat? Apa yang harus dilakukan
Ruttan,1970).
untuk mencapai batas maksimum efisiensi
pada level provinsi? Pada dasarnya Efisiensi didefinisikan sebagai
penelitian ini mengkaji upaya peningkatan produktivitas aktual relatif terhadap
produksi padi melalui efisiensi teknis produktivitas potensial maksimum (Farrel,
usahatani di Jawa Barat sebagai sentra 1957). Maksimum produktivitas potensial
produksi padi. Secara khusus tujuan (juga dikenal sebagai batas dari praktik
operasionalnya yaitu : (1) Menentukan terbaik) didefinisikan oleh frontier
fungsi produksi stochastic frontier dan produksi. Pengukuran Efisiensi melibatkan
menganalisis faktor-faktornya, (2) pengukuran jarak suatu titik observasi
Menentukan fungsi inefisiensi stochastic dengan titik frontiernya. Farrell (1957)
frontier dan menganalisis faktor-faktornya. menyatakan bahwa efisiensi memiliki dua
komponen: efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif. Efisiensi teknis adalah
KERANGKA PEMIKIRAN kemampuan usahatani untuk menghasilkan
Produksi adalah proses transformasi output maksimum dari sejumlah input
input menjadi output. Teknologi Produksi (input oriented) atau kemampuan usahatani
dapat digambarkan melalui fungsi produksi, menggunakan input sekecil mungkin untuk
fungsi biaya, fungsi keuntungan dan fungsi menghasilkan sejumlah tertentu output
penerimaan. Fungsi produksi (output oriented) (Gambar 2). Menurut
menggambarkan hubungan teknis antara Koopmans (1951), efisien teknis tercapai
input dan output dari suatu proses produksi. jika peningkatan suatu output memerlukan
Menurut Beattie dan Taylor (1985), fungsi pengurangan minimal satu output lainnya
produksi adalah deskripsi matematis atau atau meningkatnya penggunaan minimal
kuantitatif dari berbagai kemungkinan satu input, dan jika pengurangan satu input
produksi teknis yang dihadapi oleh suatu membutuhkan peningkatan minimal satu
usahatani. Fungsi produksi memberikan input lain atau berkurangnya minimal satu
output maksimum dalam pengertian fisik output.
dari tiap-tiap tingkat input. Dalam proses
produksi jangka panjang, semua input
adalah input variabel, sedangkan dalam
jangka pendek minimal satu input dianggap

17
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

ln(Yi) = Xi ß -μi dimana i = 1,2,.N .....(1)

dimana Yi adalah output ke-i perusahaan,


Gambar 2. Pengukuran Efisiensi Teknis, Xi adalah vektor k-input yang digunakan
Efisiensi Alokasi, dan Efisiensi Ekonomi oleh perusahaan i, ß adalah vektor
Berdasarkan Input Oriented (a) dan Output parameter yang tidak diketahui, μi adalah
Oriented (b)
variabel acak non-negatif yang terkait
Sumber : Farrel (1957) dengan inefisiensi teknis dan ln adalah
Definisi khas dari fungsi produksi logaritma natural. Rasio output untuk
frontier adalah fungsi tersebut memberikan perusahaan ke-i terhadap output potensial
output maksimum pada tingkat input (didefinisikan sebagai fungsi produksi
tertentu, dengan tingkat teknologi terkini frontier), pada tingkat vektor input Xi,
dalam suatu industri. Farrell (1957) menunjukkan efisiensi teknis perusahaan
menyebut frontier sebagai praktek frontier ke-i.
terbaik. Praktek frontier terbaik digunakan
sebagai standar efisiensi perusahaan. ... (2)
Tujuan dari pendekatan fungsi produksi
Model diatas disebut deterministik,
frontier lebih pada untuk mengestimasi
karena Yi dibatasi output deterministik
batasan daripada mengestimasi fungsi
(tidak stokastik) , seperti (ß i). Afriat (1972)
produksi rata-rata. Metodologi frontier
menemukan model mirip dengan model
telah banyak digunakan dalam analisis
Aigner dan Chu (1967) dengan satu-satunya
produksi terapan. Frontier model yang
perbedaan yaitu μis berupa distribusi
dikembangkan dalam penelitian Farrell
gamma dan parameter model diduga
dapat diklasifikasikan ke dalam dua
menggunakan prosedur maksimum
kategori besar yaitu parametric frontier dan
likelihood (ML). Richmond (1974)
non-parametrik frontier.
menyimpulkan bahwa parameter model
Frontier parametrik tergantung pada Afriat (1972) dapat diperkirakan
bentuk fungsi yang spesifik dan dapat menggunakan metode COLS. Schmidt
diklasifikasikan ke dalam frontier (1976) mencatat bahwa parameter
deterministik dan frontier stokastik. pemrograman linear dan kuadrat adalah
Frontier ini disebut deterministik jika penduga ML jika i's memiliki distribusi
semua pengamatan harus berada pada atau yang mengikuti sebaran eksponensial atau
di bawah frontier. Frontier disebut stokastik setengah-normal. Model deterministik
jika pengamatan dapat berada di atas mengasumsikan bahwa setiap
frontier karena kejadian acak atau random. penyimpangan dari frontier adalah akibat
Aigner dan Chu (1968) mengusulkan suatu inefisiensi, karena itu, mereka sangat
model produksi frontier parametrik bentuk sensitif terhadap outlier. Menurut Greene
Cobb-Douglas dengan menggunakan data (1993) setiap kesalahan pengukuran atau
dari sampel perusahaan N sebagai di bawah: sumber variasi stokastik lain pada
komponen variabel dependen bersumber

18
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

dari sisi lain suatu komponen. Akibatnya, tidak langsung dalam hal ini misalnya
outlier mungkin memiliki efek cukup besar karakteristik individu petani, karakteristik
terhadap dugaan efisiensi. usahatani, kelembagaan usahatani, dan
sebagainya. Untuk jelasnya kerangka
Model produksi frontier parametric
pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
stokastik dirancang untuk mengatasi
Gambar 3.
masalah error. Model produksi frontier
stokastik menggunakan composed error
structure dengan komponen one side
maupun two side simetris. Komponen satu
sisi menunjukkan efek inefisiensi teknis
yang terkait dengan inefisiensi teknis dari
perusahaan, sementara komponen two side
merupakan eror dalam produksi dan efek
random lain yang tidak di bawah kendali
manajemen. Fungsi Produksi Frontier
Stokastik dikembangkan secara independen Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
oleh Aigner, et al. (1977) serta Meeusen and
Keterangan : Daerah yang diarsir adalah
Van den Broeck (1977). Fungsi produksi
lingkup kerangka operasional
stokastik didefinisikan sebagai:
ln(Yi)= Xi ß+ vi –ui dimana I =1,2,.,N...(3)
METODE PENELITIAN
dimana vi adalah kesalahan acak dan
diperhitungkan dalam pengukuran galat dan Data yang digunakan adalah data
factor acak diluar control sebuah PATANAS 2010 di Provinsi Jawa Barat.
perusahaan bersama dengan efek gabungan Pemilihan desa berdasarkan sebaran jumlah
dari variabel input yang tidak ditentukan tipe desa sawah irigasi berbasis padi (tipe
dalam fungsi produksi. Aigner, et al. (1977) desa 1) menurut provinsi di Jawa Barat;
berasumsi bahwa vi adalah iid yaitu Desa Tugu Kabupaten Indramayu, Desa
variable independen yang menyebar normal Simpar Kabupaten Subang, dan Desa
dengan nilai tengah nol dan varians konstan Sindang Sari Kabupaten Karawang dengan
2v. ui adalah pengaruh inefisiensi teknis total 160 observasi. Penelitian ini
yang terkait dengan inefisiensi teknis dari menggunakan model produksi frontier
perusahaan dan diasumsikan terdistribusi parametric stokastik yang dirancang untuk
eksponensial dan acak setengah normal mengatasi masalah error (vi) pada frontier
secara rata. Model disebut stokastik karena parametric deterministik. Model disebut
output yang diamati, dibatasi atas oleh stokastik karena output yang diamati
variabel stokastik, exp (ß xi + vi). Dalam dibatasi oleh variabel stokastik, exp (ß xi +
model fungsi produksi dipengaruhi oleh vi).
input-input yang secara langsung Kajian diawali dengan penentuan faktor
mempengaruhi produksi, sementara factor produksi frontier dan inefisiensi Fungsi
inefisiensi (ui) adalah factor di luar input- produksi yang digunakan yaitu Cobb
input yang mempengaruhi produksi secara Douglas. Selanjutnya pendugaan seluruh

19
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

parameter 0, i, varians ui dan vi dengan Sumber : Coelli, et al. (1998).

menggunakan metode Maximum Likelihood Misalkan terdapat dua usahatani 'i'


Estimation (MLE) pada tingkat dan'j'. Usahatani ke-i menggunakan xi unit
kepercayaan maksimum = 15 persen input dan memproduksi output sejumlah yi
dengan memperhatikan asumsi-asumsi unit. Nilai output frontier stokastic, Yi* =
Cobb Douglas. Model stokastik frontier exp (xiß + vi) di atas fungsi produksi
untuk usahatani padi di Jawa Barat ini frontier deterministic, exp (x,ß), karena
adalah : galat random 'vi' positif. Nilai output
Yi = f (xi ,β ) e vi-ui e xi + vi – ui Stochastic, Yj* = exp (xjß + vj), di bawah
fungsi produksi frontier deterministik, exp
dimana i=1,2,…,n ….…….….(4) (x,ß), karena 'vj' kesalahan acak adalah
dimana xi adalah input yang diduga yaitu negatif (Coelli, et al. 1998).
lahan, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga Setelah itu menganalisis faktor yang
kerja luar keluarga, bibit, pupuk urea dan mempengaruhi produksi dan inefisiensi
ZA, TSP,KCl, dan obat-obatan. Sedangkan serta menganalisis nilai mean efisiensi.
faktor -ui (inefisiensi) yaitu umur, Pendugaan parameter fungsi produksi
pendidikan, tanggungan, persil, status stochastic frontier (SFPF) dan inefficiency
lahan, kelompok tani, lembaga keuangan, function dilakukan secara SIMULTAN
lembaga sarana produksi, label benih, IP dengan program Frontier 4.1 (Coelli, 1996).
(Intensitas Penanaman) padi, cara tanam, Hasil pengolahan program Frontier 4.1
sistem tanam, penyemprotan, dan musim. menurut Aigner, et al. (1977), Jondrow, et
'n' adalah jumlah sampel usahatani yaitu al. (1982) dan Greene (1993) dalam (Coelli,
160. et al. 1998) akan memberikan perkiraan
Gambar 4 digunakan untuk varians dari parameter yang diharapkan
menggambarkan model produksi frontier mendekati 1 yang artinya error term hanya
stokastik. Input digambarkan sepanjang berasal dari akibat inefisiensi (ui) dan bukan
sumbu horisontal dan output sepanjang berasal dari noise (vi). Hasil pengolahan
sumbu vertikal. Model frontier program frontier 4.1 juga menghasilkan
deterministik, Yi = exp (x,ß), digambarkan perkiraan nilai log likelihood MLE dan
pada grafik dengan asumsi decreasing OLS yang Menurut Battese and Corra
return to scale. (1977) diharapkan nilai log likelihood
dengan metode MLE > OLS, sehingga
fungsi produksi dengan metode MLE
adalah baik dan sesuai kondisi di lapangan.
Selain itu pengujian nilai 2 yang
menunjukkan distribusi dari error term
inefisiensi (ui). Jika nilainya kecil artinya
(ui) terdistribusi secara normal.

Gambar 4. Fungsi Produksi Stochastic


Frontier.

20
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

HASIL DAN PEMBAHASAN penggunaannya berlebihan. Sementara


pupuk KCL harganya mahal sehingga
Karakteristik Petani dan Usahatani
penggunaannya dikurangi dan disubstitusi
Jika dilihat dari karakteristik dengan urea berlebih. Hal ini tidak akan
individu, rata-rata umur petani sebagai membuat padi lebih baik malah berdampak
kepala keluarga yaitu 48.59 yang berarti padi keracunan urea, dan lahan menjadi
masih relatif muda, namun pendidikan mengeras karena residu urea. Jika demikian
mereka rendah (3.55 tahun) yang berarti akan semakin sulit meningkatkan
tidak tamat SD. Jumlah tanggungan tidak produktivitas padi di lahan seperti itu
banyak (2.47 orang). kecuali dengan rehabilitasi lahan dan
Jika dilihat dari input yang digunakan penambahan pupuk kandang serta pupuk
petani responden, dengan luas lahan organik. Sayangnya petani rsponden tidak
garapan rata-rata 0.69 ha jumlah persil rata- menggunakan pupuk organik.
rata 2 (tidak sehamparan) mereka rata-rata Jika dilihat dari kondisi usahataninya, lahan
menggunakan tenaga kerja luar keluarga garapan sebagian besar responden adalah
14.19 HOK, tenaga kerja dalam keluarga lahan milik, dan mereka mengusahakan
22.75 HOK dengan total 36.94 HOK, bibit padi sebagai mata pencaharian utama
yang digunakan 16.56 kg, urea 167.49 kg, sehingga hampir tidak ada migrasi karena
ZA 7.98 kg, SP36 sebanyak 77.60 kg, NPK usahatani padi perlu perhatian lebih dari
80.74 kg, KCL 1.25 kg, dan obat-obatan komoditi lainnya. Lahan garapan tersebut
senilai Rp 452 093. Jika input tersebut digarap sendiri dengan pola tanam rata-rata
dikonversi maka per ha penggunaannya 2 kali padi setahun karena lahannya adalah
tenaga kerja luar keluarga 20.53 HOK, sawah dengan sumber air irigasi teknis.
tenaga kerja dalam keluarga 32.91 HOK Dalam teknik budidaya sebagian besar
dengan total 53.44 HOK, bibit yang petani tidak menggunakan benih berlabel,
digunakan 23.95 kg, urea 242.26 kg, ZA dengan cara tanam pindah (bukan tabela)
11.53 kg, SP36 sebanyak 112.24 kg, NPK dan sistem tanam bukan legowo, namun
116.79 kg, KCL 1.81 kg, dan obat-obatan jarak tanam yang diterapkan sudah teratur.
senilai Rp 653 905. Sementara penggunaan Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor,
input padi berdasarkan standar rekomendasi dilakukan penyulaman rata-rata 0.94 kali,
Badan Litbang Pertanian, yaitu penggunaan penyiangan 1.96 kali, dan penyemprotan
bibit sebanyak 25 kg, pupuk urea 200 kg, 4.46 kali. Perontokan gabah masih
SP36 100 kg, KCl 75 kg, dan jika dilakukan secara manual.
menggunakan Ponska maka
Jika dilihat dari aspek kelembagaan
rekomendasinya yaitu 300 kg Ponska plus
usahatani, walaupun di desa terdapat
urea 100 kg. Dengan demikian penggunaan
kelompok tani namun sebagian besar
benih petani masih kurang dari
responden bukanlah anggota kelompok tani
rekomendasi, namun pupuk urea
dan bagi mereka yang telah menjadi
berlebihan, SP36 berlebihan, namun KCL
anggota, mereka bukanlah anggota yang
masih kurang. Urea dianggap petani sebagai
aktif. Informasi dan teknologi pertanian
pupuk utama atau suatu keharusan dan oleh
tidak mereka peroleh dari PPL karena
karena mendapatkan subsidi maka
sebagian dari mereka tidak mengikuti

21
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

penyuluhan yang diberikan. Dosis pupuk menunjukkan bahwa penerimaan dari padi
yang mereka terapkan bukanlah dengan luas garapan 0.69 ha tidak
rekomendasi PPL dan pengelolaan hama mencukupi kebutuhan sehari-hari
dilakukan secara individu (bukan rumahtangga petani sehingga petani perlu
kelompok). Dengan lembaga sarana tambahan dari sumber lain. Sumber lain
produksi, walaupun lokasinya di dalam terdiri dari sektor pertanian dan non
desa, petani tidak melakukan ikatan bisnis pertanian. Sumbangan sektor pertanian
dengan mereka, demikian pula dengan terhadap penerimaan total sebesar 79.44%
sarana traktor. Sementara lokasi penyedia dan sektor non pertanian 20.56% sehingga
alat panen dan pompa serta pedagang beras responden masih dapat dikategorikan petani
berada di luar desa dan petani responden berlahan sawah.
tidak memiliki ikatan bisnis dengan mereka.
Dengan lembaga keuangan formal pun
ternyata sebagian besar petani tidak akses. Analisis Fungsi Produksi
Untuk itulah maka program-program Fungsi produksi yang diduga telah
intensifikasi seperti IP 3 kali padi, cara fit dan memenuhi asumsi Cobb Douglas
tanam tabela dan sistem tanam legowo (Tabel 1). Nilai R2 yang dihasilkan sebesar
belum diterapkan. 90.71 persen yang artinya variasi produksi
Kinerja usahatani padi petani responden padi (Y) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
dikatakan cukup baik. Dengan luas garapan produksi yang diduga sebanyak 90.71
rata-rata 0.69 ha dan produksi 3.788 ton, persen dan sisanya dijelaskan oleh faktor
maka produktivitas yang dihasilkan yaitu lain.
5.52 ton/ha. Penerimaan padi rata-rata Model ini pun telah bersih dari
sebesar Rp 11 324 129 dan biaya usahatani pelanggaran asumsi terutama
Rp 4 005 285 atau Rp 5 697 534/ha multicolinearity karena nilai VIF<10 yang
sehingga keuntungan yang dihasilkan yaitu merupakan syarat penting data cross
Rp 7 318 844 atau Rp 10 273 102/ha dan section. Seluruh variabel yang signifikan
R/C sebesar 2.89 yang artinya untuk setiap berpengaruh nyata terhadap produksi
rupiah biaya tambahan akan menghasilkan memiliki koefisien yang positif sehingga
tambahan penerimaan Rp 2.89. Dengan memenuhi syarat fungsi produksi Cobb
nilai produk sampingan sebesar Rp 103 219 Douglas. Demikian pula jumlah pangkat
dan penerimaan non padi sebesar Rp 14 604
fungsi Cobb Douglas yang mendekati ൎ 1
288 maka penerimaan dari sawah sebesar
yang artinya berada pada constant return to
Rp 26 031 637. Penerimaan non sawah
scale (0.973). Nilai log likelihood dari
sebesar Rp 12 559 040 sehingga
metode MLE sebesar 33.5933 adalah lebh
penerimaan dari sektor pertanian sebesar
besar dari nilai log likelihood dari metode
Rp 38 590 677. Dengan penerimaan non
OLS (18.6592) yang berarti fungsi produksi
pertanian sebesar Rp 9 988 712 maka
dengan metode MLE ini adalah baik dan
penerimaan rumahtangga total yaitu Rp 48
sesuai dengan kondisi di lapangan. Nilai
579 390. Jika dibandingkan dengan
menunjukkan distribusi dari error term
penerimaan total rumahtangga, ternyata
inefisiensi ( ) dan nilai 0.05 adalah cukup
penerimaan padi hanya 23.31%. Hal ini
kecil sehingga terdistribusi secara normal.

22
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

Nilai yang mendekati 1 yaitu 0.85 estimates terbesar (0.884) sehingga


menunjukkan bahwa error term hanya dinyatakan paling responsif. Implikasinya
berasal dari akibat inefisiensi ( ) dan bukan adalah jika pemerintah hendak
berasal dari noise ( ). Sedangkan jika meningkatkan produksi padi, maka variabel
mendekati nol diinterpretasikan bahwa lahan lah yang seharusnya menjadi
seluruh error term adalah sebagai akibat perhatian utama dengan potensi lahan di
dari noise ( ) seperti cuaca, ilkim, hama, Indonesia cukup besar terutama lahan
dan sebagainya dan bukan akibat dari kering (Tabel 2). Potensi lahan kering di
inefisiensi. Jika terjadi demikian, maka Jawa untuk tanaman semusim seluas 40 544
parameter koefisien inefisiensi menjadi ha dan jika dikembangkan secara intensif
tidak berarti. maka dapat meningkatkan produksi
minimal 486 528 ton/tahun (asumsi
Hasil pendugaan frontier
produktivitas padi lahan kering 4 ton/ha).
menggambarkan kinerja terbaik (best
practice) dari petani responden pada tingkat Selain lahan, variable bibit dan pupuk KCL
teknologi yang ada (constant technology). juga signifikan berpengaruh terhadap
Variabel lahan signifikan terhadap produksi produksi dengan koefisien masing-masing
bibit=0.10238 dan KCl=0.01064 dan pada
pada taraf α=5% dengan parameter
taraf nyata bibit 5% dan KCL 15%.

Tabel 1. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function Dengan Metode MLE dari
Usahatani Padi di Jawa Barat Tahun 2010.

23
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Tabel 2. Luas Lahan Kering Yang Tersedia Untuk Perluasan Areal Pertanian (dalam ha)

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007)

Hal ini menunjukkan bahwa dengan Dari 14 variabel yang diuji, variabel
ditambahnya bibit 1% maka dapat yang signifikan mempengaruhi inefisiensi
meningkatkan produksi sebesar 0.1% dan yaitu mutu benih, intensitas penanaman
jika KCL ditambah 1% maka produksi akan padi (IP) dan musim. Dengan koefisien
meningkat sebesar 0.01%. Kedua input ini bertanda negatif, mutu benih diartikan
tidak seresponsif lahan. Kondisi ini bahwa semakin baik mutu benih maka
menunjukkan bahwa jumlah penggunaan inefisiensi akan turun. Hal ini menunjukkan
benih padi (23.95 kg/ha) masih kurang dari bahwa benih padi yang digunakan petani
standar rekomendasi (25 kg/ha). Demikian responden perlu ditingkatkan kualitasnya
pula penggunaan KCl (1.81 kg/ha) masih dan juga kuantitasnya. Intensitas
kurang dari standar rekomendasi (75 kg/ha). penanaman padi memiliki tanda negatif
Masih kurangnya penggunaan kedua input yang artinya terdapat perbedaan efisiensi
ini dikarenakan harganya yang mahal. pada usahatani dengan IP padi 3 kali
Selama ini subsidi lebih kepada pupuk urea setahun dengan usahatani dengan IP padi
sehingga implikasinya pemerintah perlu kurang dari 3 kali setahun dimana usahatani
mendukung pengadaan benih dan pupuk padi 3 kali setahun lebih efisien. Usahatani
KCL dengan harga yang terjangkau. padi yang selama ini kurang dari 3 kali
Analisis Fungsi Inefisiensi masih dapat ditingkatkan menjadi 3 kali
padi, namun dengan perubahan varietas
Rata-rata efisiensi teknis usahatani
yang lebih bermutu dan adaptif terhadap
padi di Jawa Barat lebih dari 70% yaitu
musim.
74.22% yang berarti kondisi usahatani padi
di Jawa Barat telah efisien (Tabel 3). Petani Variabel musim signifikan
paling efisien memiliki nilai efisiensi teknis berpengaruh nyata terhadap inefisiensi
96.34% dan yang paling rendah 40.125%. dengan tanda negatif yang artinya terdapat

24
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

perbedaan efisiensi antara musin hujan jika pemerintah provinsi Jawa Barat akan
dengan musim kemarau dimana saat musim fokus pada peningkatan produksi padi maka
hujan lebih efisien. Hal ini karena variabel perlu dukungan benih bermutu yang adaptif
musim merupakan proksi dari ketersediaan terhadap musim dengan harga yang murah.
air dan kondisi irigasi. Kondisi infrastruktur Selain itu juga perlu adanya perbaikan
irigasi di Jawa Barat banyak yang rusak infrastruktur irigasi sehingga ketersediaan
karena umurnya yang sudah tua, air saat musim hujan dan musim kemarau
pemeliharaan yang kurang, dan lambatnya dapat mencukupi.
reinvestasi infrastruktur sehingga Walaupun dikatakan telah efisien
ketersediaan air sangat tergantung kepada (>70%), nilai efisiensi teknis usahatani padi
musim hujan dimana padi adalah tanaman di Jawa Barat sebesar 74.219% masih lebih
yang membutuhkan air lebih banyak dari rendah dari rata-rata Indonesia (91.30% )
tanaman lain. Saat musim kemarau menjadi (Kusnadi, 2011b) dan negara-negara
tidak efisien karena selain ketersediaan air produsen beras dunia lainnya (Gambar 5).
yang sangat terbatas, juga cuaca musim Pada Gambar tersebut dapat dilihat bahwa
kemarau yang ekstrim dan serangan hama efisiensi teknis usahatani padi di
yang disebabkan perubahan iklim global Bangladesh sebesar 79.10%, China 84.80%,
menjadikan produksi padi sawah menurun India 89.10%, Philippines 79%, dan Sri
walaupun digunakan input yang cukup. Lanka 75% adalah lebih besar dari Jawa
Untuk itulah diperlukan perubahan varietas Barat (74.219%).
padi yang tahan kekeringan dan juga
rendaman. Sebagai implikasi kebijakan,

Tabel 3. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Inefficiency Function Dengan Metode MLE dari
Usahatani Padi di Jawa Barat Tahun 2010.

25
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Kondisi efisiensi teknis padi di Jawa Penggunaan obat-obatan yang


Barat yang tidak begitu tinggi adalah overdosis dikarenakan penggunaan bibit
bertentangan dengan pernyataan bahwa yang kurang bermutu. Hal ini terlihat pada
Jawa Barat sebagai lumbung padi nasional. koefisien inefisiensi teknis variabel mutu
Jika dilihat dari penggunaan inputnya, Jawa benih sebesar (-0.1270) dan signifikan pada
Barat cukup baik dari segi jenis inputnya taraf nyata 5%. Seandainya petani
namun pengelolaannya yang belum baik menggunakan bibit bermutu terutama yang
karena alokasi inputnya rendah seperti tahan terhadap serangan hama dan penyakit
tenaga kerja luar keluarga 20.53 HOK, maka dapat menghemat penggunaan obat-
tenaga kerja dalam keluarga 32.91 HOK obatan. Rendahnya penggunaan bibit
dengan total 53.44 HOK, bibit 23.95 kg, bermutu dikarenakan harganya yang mahal.
NPK 116.79 kg, KCL 1.81 kg, namun Petani penggarap terutama dengan lahan
berlebihan untuk urea 242.26 kg, ZA 11.53 sempit sangat memperhatikan harga input
kg, SP36 sebanyak 112.46 kg, dan obat- dan mereka bersikap rasional. Penggunaan
obatan senilai Rp 655 208. obat yang overdosis juga dikarenakan
Penggunaan obat-obatan yang perubahan musim. Kondisi ekstrim musim
overdosis dikarenakan penggunaan bibit hujan dan kemarau membuat serangan
yang kurang bermutu. Hal ini terlihat pada hama dan penyakit semakin sulit
koefisien inefisiensi teknis variabel mutu dikendalikan karena jenis hama yang
benih sebesar (-0.1270) dan signifikan pada semakin beragam, frekuensi serangan yang
taraf nyata 5%. Seandainya petani lebih sering, tingkat serangan yang lebih
menggunakan bibit bermutu terutama yang gencar, dan resistensi terhadap obat yang
tahan terhadap serangan hama dan penyakit lebih kebal. Untuk itulah petani melakukan
maka dapat menghemat penggunaan obat- penyemprotan lebih sering terutama saat
obatan. Rendahnya penggunaan bibit musim hujan. Hal ini terbukti dari nilai
bermutu dikarenakan harganya yang mahal. koefisien inefisiensi teknis variabel musim
Petani penggarap terutama dengan lahan sebesar (-0.18755) dan signifikan pada taraf
sempit sangat memperhatikan harga input nyata 5%.
dan mereka bersikap rasional. Penggunaan Jika dilihat dari variabel input
obat yang overdosis juga dikarenakan terhadap produksi dan variabel inefisiensi
perubahan musim. Kondisi ekstrim musim banyak yang tidak signifikan yang berarti
hujan dan kemarau membuat serangan pengelolaan inputnya belum baik (ada yang
hama dan penyakit semakin sulit kurang ada yang berlebihan) maka dari sisi
dikendalikan karena jenis hama yang pemerintah, kondisi ini merupakan indikasi
semakin beragam, frekuensi serangan yang pergeseran kebijakan provinsi Jawa Barat
lebih sering, tingkat serangan yang lebih yang mulai mengarah ke komodoti lain atau
gencar, dan resistensi terhadap obat yang bahkan ke sektor industri daripada
lebih kebal. Untuk itulah petani melakukan mempertahankan padi karena rate of return
penyemprotan lebih sering terutama saat lahan untuk non padi jauh lebih tinggi. Padi
musim hujan. Hal ini terbukti dari nilai mulai dianggap tidak penting dan
koefisien inefisiensi teknis variabel musim pemerintah lebih gencar ke arah palawija
sebesar (-0.18755) dan signifikan pada taraf untuk program diversifikasi.
nyata 5%.

26
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

Penggunaan obat-obatan yang


overdosis dikarenakan penggunaan bibit
yang kurang bermutu. Hal ini terlihat pada
koefisien inefisiensi teknis variabel mutu
benih sebesar (-0.1270) dan signifikan pada
taraf nyata 5%. Seandainya petani
menggunakan bibit bermutu terutama yang
tahan terhadap serangan hama dan penyakit
maka dapat menghemat penggunaan obat- Gambar 5. Efisiensi Teknis Usahatani Padi
obatan. Rendahnya penggunaan bibit di Beberapa Negara Produsen
bermutu dikarenakan harganya yang mahal.
Sumber : Bravo-Ureta, et al (2006).
Petani penggarap terutama dengan lahan
sempit sangat memperhatikan harga input
dan mereka bersikap rasional. Penggunaan Analisis Sebaran Responden
obat yang overdosis juga dikarenakan Berdasarkan Tingkat Efisiensi
perubahan musim. Kondisi ekstrim musim Dari 160 petani responden, sebagian
hujan dan kemarau membuat serangan besar telah efisien karena 140 petani
hama dan penyakit semakin sulit memiliki nilai efisiensi teknis >70%. Jika
dikendalikan karena jenis hama yang dilihat dari sebaran tingkat efisiensi teknis
semakin beragam, frekuensi serangan yang dan luas lahan maka dapat dijelaskan bahwa
lebih sering, tingkat serangan yang lebih semakin luas lahan yang digarap maka
gencar, dan resistensi terhadap obat yang efisiensinya semakin tinggi (Tabel 4). Pada
lebih kebal. Untuk itulah petani melakukan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 140
penyemprotan lebih sering terutama saat petani yang efisien, sebanyak 84 petani
musim hujan. Hal ini terbukti dari nilai adalah mereka yang berlahan luas.
koefisien inefisiensi teknis variabel musim Jika dilihat dari sebaran tingkat
sebesar (-0.18755) dan signifikan pada taraf efisiensi teknis dan produksi maka dapat
nyata 5%. dijelaskan bahwa semakin tinggi produksi
Jika dilihat dari variabel input maka efisiensinya semakin tinggi (Tabel 5).
terhadap produksi dan variabel inefisiensi Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari
banyak yang tidak signifikan yang berarti 140 petani yang efisien, sebanyak 109
pengelolaan inputnya belum baik (ada yang petani atau 77.86% petani adalah petani
kurang ada yang berlebihan) maka dari sisi dengan produksi tinggi.
pemerintah, kondisi ini merupakan indikasi Jika dilihat dari sebaran tingkat
pergeseran kebijakan provinsi Jawa Barat efisiensi teknis dan produktivitas maka
yang mulai mengarah ke komodoti lain atau dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
bahkan ke sektor industri daripada produktivitas maka efisiensinya semakin
mempertahankan padi karena rate of return tinggi (Tabel 6). Pada tabel tersebut dapat
lahan untuk non padi jauh lebih tinggi. Padi dilihat bahwa dari 140 petani yang efisien,
mulai dianggap tidak penting dan sebanyak 100 petani atau 71.43% petani
pemerintah lebih gencar ke arah palawija adalah petani dengan produktivitas tinggi.
untuk program diversifikasi

27
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Jika dilihat dari sebaran tingkat petani dengan persil satu hamparan. Hal ini
efisiensi teknis dan umur petani maka dapat mengidikasikan bahwa issue fragmentasi
dijelaskan bahwa semakin tua umur petani lahan terjadi di Jawa Barat sehingga
membuat pengelolaan menjadi lebih sulit
maka efisiensinya semakin rendah (Tabel
dan tidak efisien. Implikasinya adalah
7). Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa perlunya mencegah konversi lahan lebih
dari 140 petani yang efisien, sebanyak 81 lanjut.
petani atau 57.86% petani adalah petani Jika dilihat dari sebaran tingkat
dengan umur muda (൑50 tahun). efisiensi teknis dan mutu benih maka dapat
dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
Jika dilihat dari sebaran tingkat
efisiensi antara usahatani padi dengan benih
efisiensi teknis dan pendidikan maka dapat berlabel dan tidak berlabel dimana padi
dijelaskan bahwa tidak ada kaitan antara dengan benih berlabel menghasilkan
efisiensi dengan pendidikan. Hal ini efisiensi yang lebih tinggi (Tabel 9). Pada
dikarenakan dalam usahatani padi yang tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 140
diperlukan bukanlah pendidikan formal petani yang efisien, sebanyak 74 petani atau
tetapi keterampilan dan pengalaman. 52.86% petani adalah petani yang
menggunakan benih berlabel.
Demikian pula dengan jumlah tanggungan.
Sistem tanam legowo belum
Jika dilihat dari sebaran tingkat efisiensi diterapkan sepenuhnya oleh petani
teknis dan jumlah persil maka dapat responden, namun ternyata mereka
dijelaskan bahwa semakin banyak persil menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi
yang digarap maka efisiensinya semakin (Tabel 10). Dari 140 petani yang efisien, 95
rendah (Tabel 8). Pada tabel tersebut dapat orang atau 67.86% tidak menerapkan sistem
dilihat bahwa dari 140 petani yang efisien, tanam legowo namun hampir semua
sebanyak 63 petani atau 45% petani adalah menerapkan jarak tanam yang teratur.

Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Luas lahan

Produksi (kg)
Tingkat 1000-
<1000 % % >2000 % Total
Efisiensi 2000
<0.7 4 20.00 5 25.00 11 55.00 20
=0.7 7 5.00 24 17.14 109 77.86 140
11 29 120 160

Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Produksi

Produksi (kg)
Tingkat 1000-
<1000 % % >2000 % Total
Efisiensi 2000
<0.7 4 20.00 5 25.00 11 55.00 20
=0.7 7 5.00 24 17.14 109 77.86 140
11 29 120 160

28
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa
Barat dan Produktivitas

Tingkat produktivitas (kg/ha)


Efisiensi <4000 % 4000-5000 % >5000 % Total
<0.7 11 55.00 9 45.00 0 - 20
=0.7 1 0.71 39 27.86 100 71.43 140
12 48 100 160

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Umur

Umur (tahun)
Tingkat Efisiensi
=50 % >50 % Total
<0.7 11 55.00 9 45.00 20
=0.7 81 57.86 59 42.14 140
92 68 160

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Jumlah Persil

Tingkat Jumlah persil


Efisiensi <2 % 2 sd 3 % >3 % Total
<0.7 7 35.00 10 50.00 3 15.00 20
=0.7 63 45.00 61 43.57 16 11.43 140
70 71 19 160

Hampir semua petani mengolah lahan kontinuitas pasokan air. Pada Tabel 12
dengan traktor dan efisiensi mereka lebih dapat dijelaskan bahwa dari 140 petani yang
tinggi dari petani yang tidak menggunakan efisien, sebanyak 118 petani atau 84.29%
traktor. Pada Tabel 11 dapat dijelaskan memperoleh sumber air dari irigasi.
bahwa dari 140 petani yang efisien, Penyiangan dilakukan oleh sebagian
sebanyak 135 petani atau 96.43% mengolah besar petani lebih dari satu kali dan mereka
lahannya dengan traktor. lebih efisien dari petani yang melakukan
Sumber pengairan sebagian besar penyiangan satu kali atau tidak pernah
petani adalah irigasi dan mereka lebih disiangi. Pada Tabel 13 dapat dijelaskan
efisien dari petani dengan sumber air non bahwa dari 140 petani yang efisien,
irigasi. Hal ini menunjukkan bahwa irigasi sebanyak 105 petani atau 75% melakukan
yang baik memberikan kontribusi dalam penyiangan lebih dari satu kali.

29
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Mutu Benih

Tingkat Mutu benih


Efisiensi 1=berlabel % 0=tidak berlabel % Total
<0.7 13 65.00 7 35.00 20
=0.7 74 52.86 66 47.14 140
87 73 160

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Sistem Tanam

Tingkat sistem tanam


Efisiensi 1=legowo % 0=lainnya % Total
<0.7 3 15.00 17 85.00 20
=0.7 45 32.14 95 67.86 140
48 112 160

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Pengolahan Lahan

Tingkat pengolahan lahan


Efisiensi 1=traktor % 0=lainnya % Total
<0.7 18 90.00 2 10.00 20
=0.7 135 96.43 5 3.57 140
153 7 160

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Sumber Pengairan

Tingkat Sumber pengairan


Efisiensi 1=irigasi % 0=non irigasi % Total
<0.7 15 75.00 5 25.00 20
=0.7 118 84.29 22 15.71 140
133 27 160

Kelompok tani adalah lembaga yang 70%). Namun sebagian besar petani
membantu petani dalam transfer ilmu responden tidak menjadi anggota kelompok
pengetahuan dan teknologi serta tani dan petani yang telah menjadi anggota,
memfasilitasi petani dalam perolehan mereka tidak aktif dalam kegiatan
bantuan atau subsidi. Dosis pupuk yang kelompok tani. Hal ini disebabkan karena
direkomendasikan mereka ketahui dari mereka merasa cukup dengan pengetahuan
PPL. Keaktifan dalam kegiatan kelompok dan pengalaman yang dimiliki sehingga
tani dapat meningkatkan efisiensi dan dari dengan aktif dalam kegiatan kelompok tani
39 petani yang aktif, 31 orang adalah petani dianggap membuang waktu, dan mereka
efisien (memiliki nilai efisiensi lebih dari lebih suka konsentrasi pada usahatani

30
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

padinya yang membutuhkan perhatian lebih dalam desa namun petani tidak
dibandingkan komoditi lainnya. Mereka memanfaatkannya lewat ikatan bisnis.
juga melakukan penyemprotan secara Penjualan gabah kepada pedagang beras
individu karena dianggap lebih efektif. tidak diijonkan karena ikatan bisnis seperti
Sebagian besar petani tidak akses ke itu tidak ada kaitannya dengan efisiensi
lembaga keuangan formal karena akses (Tabel 15). Sementara suplier pompa dan
tersebut tidak menjamin efisiensi alat panen yang biasa dihubungi berlokasi
usahataninya (Tabel 14). di luar desa dan mereka pun tidak memiliki
Suplier sarana produksi yang ikatan bisnis.
dihubungi petani terdapat di dalam desa Salah satu kinerja usahatani padi
namun petani tidak memanfaatkannya lewat adalah total penerimaan padi. Semakin
besar penerimaan padi efisiensi semakin
ikatan bisnis selain jual beli. Demikian juga
tinggi. Hal ini terjadi karena dengan
dengan penyedia traktor dan pedagang penerimaan yang tinggi alokasi input
beras yang biasa dihubungi, berlokasi di menjadi semakin optimal.

Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Frekuensi Penyiangan

Tingkat Frekuensi Penyiangan


Efisiensi tidak pernah % 1 kali % >1 kali % Total
<0.7 3 15.00 6 30.00 11 55.00 20
=0.7 10 7.14 25 17.86 105 75.00 140
13 31 116 160

Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Akses ke Lembaga Keuangan

Tingkat akses ke lembaga keuangan


Efisiensi 1=akses % 0=tidak pernah akses % Total
<0.7 4 20.00 16 80.00 20
=0.7 19 13.57 121 86.43 140
23 137 160

Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Cara Menjual

Tingkat cara menjual


Efisiensi 1=ijon % 0=lainnya % Total
<0.7 0 - 20 100.00 20
=0.7 2 1.43 138 98.57 140
2 158 160

31
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Penerimaan Padi

Penerimaan padi (Rp)


Tingkat 5000000-
Efisiensi <5000000 % 10000000 % >10000000 % Total
<0.7 6 30.00 10 50.00 4 20.00 20
=0.7 25 17.86 41 29.29 74 52.86 140
31 51 78 160

Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Keuntungan Padi per Ha

Tingkat Profit padi per ha


Efisiensi <5 juta % 5-10 juta % >10 juta % Total
<0.7 7 35.00 12 60.00 1 5.00 20
=0.7 2 1.43 54 38.57 84 60.00 140
9 66 85 160

Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa Barat dan
Penerimaan Sektor Pertanian

Penerimaan sektor pertanian


Tingkat 10000000-
Efisiensi <10000000 % 20000000 % =20000000 % Total
<0.7 6 30.00 9 45.00 5 25.00 20
=0.7 37 26.43 32 22.86 71 50.71 140
43 41 76 160

Pada Tabel 16 dapat dijelaskan yang tinggi (൒Rp 20 juta). Implikasinya


bahwa dari 140 petani yang efisien, 74 adalah perlunya meningkatkan penerimaan
orang atau 52.86% adalah mereka dengan dan keuntungan usahatani sehingga dapat
pendapatan tinggi (> Rp10 juta). meningkatkan efisiensi padi dan menjadi
Demikian pula dengan keuntungan padi per insentif untuk meningkatkan produksi padi.
hektar dan penerimaan sektor pertanian,
semakin tinggi keuntungan padi atau KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
penerimaan sektor pertanian maka efisiensi KEBIJAKAN
Dari delapan faktor produksi yang
semakin tinggi. Pada Tabel 17 dapat
diduga mempengaruhi produksi, variabel
dijelaskan bahwa dari 140 petani yang lahan signifikan terhadap produksi pada
efisien, sebanyak 84 orang atau 60% adalah taraf α=5% dengan parameter estimates
mereka dengan keuntungan tinggi (>Rp10 terbesar (0.884) sehingga dinyatakan paling
juta/ha). Pada Tabel 18 dapat dijelaskan responsif. Implikasinya adalah jika
bahwa dari 140 petani yang efisien, pemerintah hendak meningkatkan produksi
sebanyak 71 orang atau 50.71% adalah padi, maka variabel lahan lah yang
seharusnya menjadi perhatian utama
mereka dengan penerimaan sektor pertanian
dengan potensi lahan di Indonesia cukup

32
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 15 - 34 ] ISSN : 1979-0058

besar terutama lahan kering. Selain lahan, jauh lebih tinggi. Padi mulai dianggap tidak
variable bibit dan pupuk KCL juga penting dan pemerintah lebih gencar ke arah
signifikan berpengaruh terhadap produksi. palawija untuk program diversifikasi.
Masih kurangnya penggunaan kedua input
ini dikarenakan harganya yang mahal. DAFTAR PUSTAKA
Selama ini subsidi lebih kepada pupuk urea
sehingga implikasinya pemerintah perlu Aigner, D.J., Lovell, C.A.K., and Schmidt,
mendukung pengadaan benih dan pupuk P. 1977. Formulation and
KCL dengan harga yang terjangkau. Estimation of Stochastic Frontier
Rata-rata efisiensi teknis usahatani Production Function Model.
padi di Jawa Barat lebih dari 70% yaitu Journal of Econometrics. 6:21-
74.22% yang berarti kondisi usahatani padi 37.
di Jawa Barat telah efisien. Petani paling Battese, G.E, and Coelli, T.J. 1995. A
efisien memiliki nilai efisiensi teknis Model for Technical Inefficiency
96.34% dan yang paling rendah 40.125%. Effects in a Stochastic Frontier
Variabel yang signifikan mempengaruhi Production Function for Panel
inefisiensi yaitu mutu benih, intensitas Data. Empirical Economics. 320-
penanaman padi (IP) dan musim. Oleh 332.
karena penggunaan benih yang kurang Battese, G.E, Rao, D.S.P. 2002.
bermutu maka sebagai konsekuensinya Technology Gap, Efficiency, and
penggunaan obat-obatan menjadi overdosis. A Stochastic Metafrontier
Sebagai implikasi kebijakan, jika Function. International Journal of
pemerintah provinsi Jawa Barat akan fokus Business and Economics. 1(2):
pada peningkatan produksi padi maka perlu 87-93.
dukungan benih bermutu yang adaptif Beattie, B.R, and Taylor, C.R. 1985. The
terhadap musim kering dan rendaman Economics of Production, Wiley,
musim hujan dengan harga yang murah. New York.
Selain itu juga perlu adanya perbaikan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Berita
infrastruktur irigasi sehingga ketersediaan Resmi Statistika. No. 12/02/Th.
air saat musim hujan dan musim kemarau XIV, 7 Februari 2011. Badan
dapat mencukupi. Pusat Statistik. Jakarta.
Salah satu kinerja usahatani padi Bravo-Ureta, B.E., Solis, D., Lopez,
adalah total penerimaan padi. Semakin V.H.M., Maripani, J.F., Thiam,
besar penerimaan padi efisiensi semakin A., and Rivas,T. 2006.
tinggi. Hal ini terjadi karena dengan Technical Efficiency in Farming
penerimaan yang tinggi alokasi input : A Meta-Regression Analysis.
menjadi semakin optimal. Demikian pula Springer Science Business
dengan keuntungan padi per hektar dan Media, LLC. Journal Production
penerimaan sektor pertanian, semakin Analysis . 27:57–72.
tinggi keuntungan padi atau penerimaan Coelli T.J. 1996. Measurement of total
sektor pertanian maka efisiensi semakin factor productivity growth and
tinggi. biases in technological change in
Jika dilihat dari variabel input dan Western Australian agriculture.
inefisiensi secara keseluruhan Journal of Applied
menunjukkan indikasi pergeseran kebijakan Econometrics. 11: 77-91.
provinsi Jawa Barat yang mulai mengarah Coelli, T.J.,Rao, DSP., Battese,GE. 1998.
ke komodoti lain atau bahkan ke sektor An Introduction to Efficiency
industri daripada mempertahankan padi and Productivity Analysis.
karena rate of return lahan untuk non padi Kluwer Academic Publishers.

33
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi... Netti Tinaprilla

Norwell Massachusetts.02061. Doll, J.P, and F. Orazem. 1984. Production


USA. Economics ; Theory with
Daryanto, H.K.S. 2000. Analysis of The Application, Second Edition.
Technical Efficiency of Rice John Willey and Sons. New
Production in West Java York.
Province, Indonesia; A Farrel, M.J. 1957. The Measurement of
Stochastic Frontier Production Productive Efficiency. Journal of
Function Approach. the Royal Statistical Society A
[Dissertation]. University of 120. part 3:253-281.
New England. Armidale. [FAOSTAT] Food And Agricultural
Australia. Organization Statistics. 2011.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Statistical Databases (pertanian
Production Economics. dan nutrisi). http://www.fao.org.
MacMillan Publishing Company. [Tanggal Akses Februari 2011]
New York. Hayami, Y., Ruttan, V. 1970. Agricultural
Departemen Pertanian, 2010. Statistik Productivity Differences Among
Pertanian. Departemen Countries. American Economic
Pertanian, Jakarta. Review. 40, 895-911.
__________________. 2011. Rencana [IRRI] International Rice Research
Strategi Departemen Pertanian Institute. 2009.
2004-2010. Departemen http://www.irri.org. Didownload
Pertanian, Jakarta. Tanggal 14 Pebruari 2011.
Direktorat Jenderal Pengairan. 2011.
Kementerian Pekerjaan Umum
Indonesia.

* Mahasiswa Program Doktor Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian IPB (e-mail :


tinaprila@yahoo.com),
** Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

34

Anda mungkin juga menyukai