Anda di halaman 1dari 2

invisibble barriers

Dalam artikel B. J. Lee (NewsWeek Juni 2001), ditulis bahwa negara Korea Selatan sangat
menjunjung tinggi rasa nasionalisme dan patiotisme. Hal ini dapat dilihat ketika mereka sangat
menghargai dan merasa bangga ketika menggunakan barang buatan dalam negeri. Mereka akan
merasa malu dan dicap sebagai penghianat bila mereka mengunakan barang impor, bahkan bila
mereka menggunakan rokok impor mereka akan masuk penjara dan orang-orang yang berpergian ke
luar negeri akan diperiksa karena dicurigai telah berlaku curang dalam pembayaran pajak.

Pola pikir dan budaya masyarakat Korea Selatan sudah mendarah daging sejak kejayaan Korea
Selatan pada Perang Dunia II. Rasa patriotisme dan nasionalisme tidak mudah luntur bahkan oleh
dorongan arus globalisasi. Bahkan ketika dealer mobil membuka penawaran-penawaran yang
menggiurkan dan menciptakan inovasi baru dalam memasarkan produkya ataupun kebijakan
pemerintah yang melakukan pemotongan tarif import sampai 8%, pajak, dan peraturannya,
sayangnya hal tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap daya beli masyarakat Korea Selatan.
Bila mereka memaksa membeli mobil impor mereka harus selalu siaga bila sewaktu-waktu mobil
mereka rusak dan catnya terkelupas. Walaupun keadaan itu sudah tidak terjadi lagi tetapi rasa
nasionalisme dan patriotisme tetap tertanam baik dalam diri mereka. Dari sikap nasionalisme dan
patriotisme yang tinggi tersebut mampu menghantarkan Korea Selatan menjadi negara yang
mandiri.

Pola pikir dan budaya masyarakat tersebut telah menjadi penghalang/rintangan tidak terlihat
yang sulit ditembus oleh para importir, karena menjadi mekanisme yang berjalan dengan sendirinya
di dalam masyarakat. Hal tersebut tetap kuat bertahan hingga saat ini karena keberhasilan
penanaman ideologi dari pemerintah, baik secara positif maupun negatif tentang nasionalisme dan
patriotisme. Semangat nasionalisme dan patriotisme tersebut telah menjadikan Korea Selatan negeri
yang mandiri yang tidak banyak bergantung kepada luar negeri.

Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan Indonesia. Semangat nasionalisme dan
patriotisme berangsur-angsur luntur seiring dengan perkembangan jaman dan arus globalisasi.
Produk-produk dari luar negeri membanjiri pasaran, menjadi lambang prestige (harga diri) bagi
sebagian besar masyarakat. Budaya korupsi yang mementingkan diri sendiri maupun kelompok telah
mendarah daging dan sukar diberantas. Perusakan alam dan lingkungan yang menggerogoti
kesuburan negeri dan peperangan antar suku/daerah telah memperlihatkan bahwa semangat
nasionalisme dan patriotisme yang kita punya tidak tertanam cukup kuat dalam masyarakat. Tidak
adanya penjajahan secara nyata menyebabkan semangat tersebut hanya dipelajari dalam pelajaran
sejarah di sekolah tanpa diterapkan dalam kehidupan. Namun seharusnya nasionalisme dan
patriotisme dapat berkembang sesuai dengan keadaan jaman dan tantangan yang dihadapi bangsa.

Rasa bangga dan cinta tanah air yang terus dipertahankan oleh masyarakat Korea patut kita
tiru. Semangat nasionalisme dan patriotisme dapat dipupuk mulai dari hal-hal kecil, seperti tidak
malu membeli produk buatan dalam negeri, menyaring kebudayaan luar yang masuk,
mengembangkan semangat persaudaraan antar daerah, menjaga kelestarian alam dan lingkungan
sekitar, mendukung keputusan pemerintah, bahkan mendukung tim nasional dalam pertandingan
sepak bola melawan negeri lain adalah salah satu bentuk patriotisme yang perlu dikembangkan.
Sebagai bagian dari negeri ini, kita harus bangga dan cinta tanah air kita apa adanya dengan
menerima setiap kelebihan dan kekurangannya.
Pengertian invisibble barriers berdasarkan artikel tersebut

Pola pikir dan budaya masyarakat yang mampu menjadi penghalang yang tidak terlihat dan
sulit ditembus oleh pihak luar yang mengancam persatuan kesatuan negaranya.

Upaya bangsa Korea Selatan membangun karakter nasional dalam konteks geopolitik dan
geostrategi

Ditanamakan rasa patrotisme dan nasionalisme sejak dini sehingga mereka merasa bangga
ketika menggunakan barang-barang lokal dan malu bila menggunakan barang-barang impor. Mereka
akan dicap sebagai penghianat oleh masyarakat bila berani mengunakan barang impor. Selain itu
mereka akan dipenjara bila ketahuan berpergian ke luar negeri karena dicurigai telah berlaku curang
dalam pembayaran pajak.

Strategi bangsa Korea Selatan dalam menghadapi globalisasi

Meningkatkan rasa patriotisme dan nasionalisme. Lewat sikap tersebut negara Korea Selatan
mampu menjadi negara yang mandiri.

Bisakah strategi bangsa Korea Selatan diterapkan di Negara Indonesia ?

Bisa tapi membutuhkan usaha yang cukup ekstra. Permasalahannya adalah rasa nasionalisme
dan patrotisme bangsa Indonesia berangsur-angsur semakin menurun seiring dengan perkembangan
zaman dan arus globalisasi. Masyarakat Indonesia lebih menyukai barang impor dibandingkan
barang lokal karena bagi mereka barang-barang tersebut bisa dijadikan lambang prestige (harga
diri).

Karena permasalahan patriotisme dan nasionalisme ini saja mampu membuat sebuah negara
menjadi “hebat” atau “terpuruk”. Indonesia yang notabene memiliki banyak permasalahan
kenegaraan sudah seharusnya meningkatkan rasa bangga dan cinta tanah air. Hal ini dapat terwujud
dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan waraga negaranya, misal pemerintah membuat
kebijakan mengenai peraturan barang-barang impor yang masuk dan masyarakat Indonesia
berusaha untuk membeli barang-barang lokal dan mengubah pola pikir kalau barang lokal juga
memiliki kualitas dan up to date yang tidak kalah oleh barang-barang impor. Rasa bangga dan cinta
tanah air bisa dimulai dengan menerima kekurangan dan kelebihan dari negara kita sendiri. Sebuah
negara pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, berusalah agar kekurangannya yang ada bisa
tertutupi oleh kelebihannya dan kelebihannya terus ditingkatkan.

Sumber : Invisible Barriers by B.J. Lee, 2001, NewsWeek

Anda mungkin juga menyukai