Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah yang berjudul “Akhlak Terhadap Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara” dapat membantu semua pembaca ataupun kasus kasus yang sama tentang
pokok bahasan tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan,
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dapat mengatasi kendala yang
ada. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen pengampu mata kuliah akhlak dan
tasawuf.
Kami mohon maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah ini serta kami juga mengharapkan bagi seluruh pihak atau pembaca dapat
memberikan kritik maupun saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 5
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16
A. LATAR BELAKANG
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam,
maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan,
sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud
untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum
dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan
larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran
(sunat) dan larangan anjuran (makruh).
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui akhlak terhadap bangsa dan negara
2. Untuk mengetahui akhlak seorang warga negara terhadap pemimpin atau
pemerintah
3. Untuk mengetahui ajaran Islam tentang tuntutan membangun bangsa dan negara
A. PENGERTIAN AKHLAK
1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat di dalam jiwa seseorang sehingga
menjadi kepribadianya.
2. Akhlak adalah perbuatan yang di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak
berarti bahwa saat melakukan suatu perbuatan, yang bersangkutan di dalam keadaaan
tidak sadar, hilang igatan, tidur atau gila.
Dari ayat-ayat diatas, dapat diambil suatu pemahaman bahwa kata “khalq” telah berbuat, telah
menciptakan atau telah mengambil keputusan untuk bertindak. Secara termonologis akhlak
adalah tindakan (kreativitas) yang tercermin pada akhlak Allah SWT. Yang salah satunya
dinyatakan sebagai pencipta manusia dari segumpal darah. Allah SWT. Sebagai sumber
pengetahuan yang melahirkan kecerdasan manusia, pembebasan dari kebodohan serta peletak
dasar yang paling utama di dalam pendidikan.
Akhlak dalam berbangsa perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat menjadi
semakin sensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan negara kita. Hal ini didorong
dengan kekhawatiran akan bobroknya generasi kita, apabila tidak dibekali dengan
pengetahuan tentang akhlak yang cukup, untuk menjalani kehidupan kedepannya berikut
merupakan akhlak dalam berbangsa:
1. Musyawarah.
Kata ( ) شورىSyûrâ terambil dari kata ( إستشاورة- مشاورة- )شاورةmenjadi ( ) شورىSyûrâ.
Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan
menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain.Dalam Lisanul ‘Arab berarti
2. Menegakkan Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara lain
sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi
sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok. Dengan
status yang sama.
Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang
dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya.
a. Perintah Berlaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia
berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang
khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya yang terdapat dalam
Quran surah An-Nahl ayat 90, sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam
menegakkan hukum (QS. An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan konflik (QS. Al-Hujurat
49:9); adil terhadap musuh (QS. Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3
dan 129); dan adil dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).
b. Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial, ekonomi,
politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
An-Nisa’4:58).
c. Keadilan dalam Segala Hal
AKHLAQ DAN TASAWUF 8|
Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia, terutama
orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap
diri dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun
setiap mukmin harus dapat berlaku adil. Mari kita perhatikan beberapa nash berikut ini :
1) Adil terhadap diri sendiri
2) Adil terhadap isteri dan anak-anak
3) Adil dalam mendamaikan perselisihan
4) Adil dalam berkata
5) Adil terhadap musuh sekalipun
Terlihat dari dua definisi diatas, bahwa yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya
sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus
atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga
sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar.
Hal-hal yang tidak ditentukan oleh agama ma’ruf dan munkarnya ditentukan oleh akal
sehat atau hati nurani. Jadi waw dalam definisi Shabuni diatas berarti aw sebagaimana yang
didefinisikan oleh al-Ishfahani: “Ma’ruf adalah sebuah anma untuk semua perbuatan yang
dikenal baiknya melalui akal atau syara’, dan munkar adalah apa yang ditolak oleh keduanya”
(Wa al-ma’ruf ismun likulli fi’lin yu’rafu bi al-‘aqli aw as-syari’ husnuhu, wa al-munkar ma
yunkaru bihima.
Dengan pengertian diatas tentu ruang lingkup yang ma’ruf dan munkar sangat luas
sekali, baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun mu’amalat (sosial, politik, ekonomi,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dlsb). Tauhidullah, mendirikan shalat, membayar
zakat, amanah, toleransi beragama, membantu kaum dhu’afa’ dan mustadh’afin, disiplin,
transparan dan lain sebagainya adalah beberapa contoh sikap dan perbuatan yang ma’ruf.
Sebaliknya bahu-membahu dalam menjalankannya. Dalam hal ini Allah menjelaskan :
Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar
tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada kaum perempuan, walaupun
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kodrat dan fungsi masing-masing.
Jika umat Islam ingin mendapatkan kedudukan yang kokoh di atas permukaan bumi,
disamping mendirikan shalat dan membayar zakat mereka harus melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Allah SWT berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(QS.
Al-Haji 22:41)
Jika umat Islam mengabaikan amar ma’ruf nahi munkar, maka hal itu tidak hanya akan
membuat mereka kehilangan posisi yang kokoh diatas permukaan bumi, tapi juga akan
mendapat kutukan dari Allah SWT sebagaimana Allah dulu mengutuk Bani Israil. Allah
berfirman :
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan “Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalul melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah 5: 78-
79
Mereka dikutuk terutama karena mereka satu sama lain tidak melarang tindakan
munkar yang mereka lakukan, bukan karena mereka Bani Israil. Sebab Bani Israil (Ahlul
Kitab) yang masuk Islam dan setelah itu melakukan amar ma’ruf nahi munkar dipuji oleh
Allah sebagai orang-orang yang saleh. Allah berfirman :
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud.
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada pelbagai kebajikan. Mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali Imran : 113-114).
Nahi Munkar Dibandingkan dengan Amar Ma’ruf, nahi munkar lebih berat karena
berisiko tinggi, apalagi bila dilakukan terhadap penguasa yang zalim. Oleh karena itu
AKHLAQ DAN TASAWUF 10 |
Rasulullah SAW sangat memuliakan orang-orang yang memiliki keberanian menyatakan
kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Beliau bersabda: “Jihad yang paling utama ialah
menyampaikan al-baq terhadap penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud, Trimizi dan Ibn
Majah)
Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi yang mampu
melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus menggunakan kekuasaannya itu, apalagi
tidak bisa dengan kata-kata, dan bila dengan kata-kata juga tidak mampu paling kurang
menolak dengan hatinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, hendaklah dia merobahnya dengan
tangannya. Kalau tidak sanggup (dengan tangan, maka robahlah) dengan lisannya. Dan
apabla tidak sanggup (dengan lisan), maka robahlah dengan hatinya. Yang demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).
Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam
jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks.
Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal
shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.
Akhlak dalam bermasyarakat yaitu bertamu dan menerima tamu, menjaga hubungan
baik dengan tetangga, adab dalam bergaul dengan lawan jenis dan ukhuwah Islamiyah.
Sedangkan akhlak dalam berbangsa yaitu musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma`ruf
nahui munkar serta hubungan pemimpin dengan yang dipimpin.
B. SARAN
Agar hubungan kita dengan orang lain terkhususnya kepada masyarakat dan bangsa
dapat terjalin dengan baik maka sebaiknya kita perlu menjaga akhlak dalam masyarakat dan
berbangsa. Sehingga tercipta suasana rukun, tentram dan damai tanpa ada perselisihan antar
warga negara.