Disusun oleh:
HENDRA : 09220150024
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul PEMBUATAN
PARFUM.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai PEMBUATAN
PARFUM atau yang lebih khususnya membahas tentang hal-hal yang
menyangkutpembuatanparfum.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalh ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin
beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk keduanya.
Kata parfum sendiri berasal dari bahasa latin “per fumum” yang berarti
melalui asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno
sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang
menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan dicampurkan
bersama untuk membuat wewangian. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-
15 parfum mulai dicampur minyak dan alkohol. Meskipun demikian, parfum
baru mengalami kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam
aroma wewangian dan botol yang indah.
Dalam 20 tahun terakhir ini terdapat peningkatan yang pesat pada jumlah
produksi parfum (Albano, Goodelman, Kunes, & O’Rourke 2010). Bahkan
industri parfum diperkirakan dapat memperoleh hasil penjualan tahunan
sebesar 25-30 juta dollar (NYtimes, 2009). Hal tersebut menunjukkan adanya
kebutuhan masyarakat akan parfum yang semakin hari semakin meningkat.
2.2Pengertian Parfum
Parfum atau minyak wangi adalah wewangian yang dihasilkan dari proses
ekstraksi bahan-bahan aromatik yang digunakan untuk memberikan aroma
wangi bagi tubuh, obyek benda ataupun ruangan. Proses ekstraksi tersebut
menghasilkan minyak esensial yang memiliki aroma wangi yang sangat pekat.
Kebayakan parfum dihasilkan dari ekstraksi tumbuh-tumbuhan seperti bunga,
akar, daun atau kayu tapi ada juga yang berasal dari hewan seperti musk
(kasturi) yang dihasilkan dari kelenjar rusa, namun pada konteks nya di jaman
sekarang musk pada parfum sudah diganti dengan senyawa sintetik, karena
adanya pelarangan keras atas perburuan rusa yang merupakan satwa yang
dilindungi. Parfum yang biasa dijual tidak terdiri dari sepenuhnya minyak
sesensial murni, melainkan telah melewati proses pencampuran dan
pengenceran, campuran tersebut terdiri dari minyak esensial itu sendiri, air
destilasi dan alkohol.
Wangi parfum akan cepat menguap tanpa zat pengikat karena pada umumnya
zat pewangi dalam alkohol lebih cepat menguap dari alkohol sendiri. Zat
pengikat adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya menguap yang lebih
rendah dari zat pewangi atau minyak atsiri serta dapat menghambat atau
mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi. Penambahan zat pengikat
bertujuan mempertahankan komponen yang dapat menguap agar dapat
dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama.Zat pengikat yg ideal:
– Mudah digunakan dalam parfum beralkohol dan bahan berupa bubuk atau
padatan mengurangi daya menyerap parfum dan menghasilkan campuran
wangi yang harmonis
Bahan pelarut yang baik digunakan: etil alkohol. Fungsi bahan pengencer:
menurunkan konsentrasi zat pewangi dalam parfum sampai konsentrasi
tertentu, sehingga dihasilkan intensitas wangi yg dikehendaki.
Zat Pewangi
Basic Note
Modifier Note
End Note
Merupakan zat pewangi yang digunakan untuk menambah titik didih dari
parfum agar tidak menguap. Zat pewangi pada note ini dapat menggunkan
jenis minyak seperti cendana, akar wangi, nilam, kenanga, dan beberapa jenis
resin seperti damar dan kemenyan.Zat Pengikat
Pada umumnya larutan zat pewangi dalam alkohal akan mudah menguap
sehingga wangi parfum cepat hilang. Untuk menghindari itu maka dibutuhkan
fixative. Fixative disini dapat juga digunakan sebagai end note pada parfum
karena jenis minyak seperti minyak nilam memiliki kemapuan fixative yang
bagus. Intinya penggunaan zat pengikat tidak boleh sampai merusak
harmonisasi parfum atau membuat baunya menjadi tidak enak.
Bahan Pelarut
Bibit minyak wangi umumnya berupa ekstrak atsiri. Dimana ekstrak dapat
dihasilkan dari beberapa jenis tetumbuhan, bisa berasal dari bunga, kayu atau
akarnya.
Yaitu air yang telah “dimurnikan” dengan proses penyulingan atau destilasi.
Fungsinya hampir serupa dengan alkohol. Karena itulah saat ini terdapat
parfum bebas alkohol.
4. Bahan pelembab
5. Solubilizer
Yaitu bahan yang digunakan untuk memperpanjang daya tahan dan daya guna
parfum.Parfum akan lebih tahan lama aromanya. Contohnya Pearl Fix.
7. Fixative
Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak murni (alami
atau sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang
mungkin akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika
digunakan langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak
esensial, membantu mereka menyebar ke udara.
Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak
parfum adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat
diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak
kelapa difraksinasi atau lilin.
1. Ekstrak parfum adalah yang paling berkonsentrat dan paling halus diantara
keempat tipe parfum. Biasanya terdiri dari 20-40% konsentrat bahan
wewangian, tentu menjadi yang paling mahal harganya.
Jenis parfum yang dijual di pasaran semakin banyak karena para produsen
berusaha keras membuat produknya berbeda dengan produk kompetitor
lainnya. Secara umum, semua parfum termasuk salah satu dari 6 kategori yang
berbeda berdasarkan top note yang dominan. Kategori yang berbeda cocok
untuk orang yang berbeda dan suasana yang berbeda pula.
proses pasca
atsiri pemotongan
panen
pengecilan
pengeringan peranjangan
ukuran
proses
penyulingan parfum
deterpinasi
2.4 Bahaya Penggunaan Parfum
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari
jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia
yang terkandung di dalam produk wangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzena, aldehid atau zat
yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang
menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun
dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991
menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga
ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang
tinggi.
Selain itu juga terdapat pengharum yang beraroma musk, yang dicurigai
mengakibatkan sakit kepala dan juga bersifat karsinogenik meskipun pada
kandungan yang lemah. Berdasarkan riset dari FDA pada tahun 1968-1972,
bahan kimia seperti alfa-terpineol, benzil asetat, benzil alcohol, limonin,
lioanalol yang sering terdapat dalam kosmetik, bahan-bahan ini dicurigai
sering memberikan efek samping pada kulit pemakai.
Menurut Michelle Schoffro Cook, ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus
penulis buku kesehatan populer, mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia
berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan wewangian di parfum.
Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan
petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang bisa
merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan, terdapat juga kandungan
karsinogen (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini
amat mengejutkan, karena hampir semua wanita, bahkan pria mengenakan
parfum. Siapa sangka, banyak bahan kimia yang terkandung dalam parfum
atau wewangian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan bahaya asap
rokok
Pemanfaatan Limbah
Limbah tanaman pangan dan perkebunan memiliki potensi yang besar dalam
penyediaan pakan hijauan bagi ruminansia, seperti sapi, kambing, domba, dan
kerbau. Limbah serai wangi dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk
ternak. Limbah serai wangi mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan
dengan jerami . Kandungan proteinnya 7%, jauh di atas limbah jerami yang hanya
3,9%. Kadar protein dapat ditingkatkan dengan melakukan fermentasi
menggunakan probion dan molase sehingga protein menjadi 11,2%. Limbah serai
wangi memiliki kandungan serat kasar yang lebih baik (lebih rendah)
dibandingkan dengan jerami dan rumput gajah, yaitu 25,7%. Limbah penyulingan
serai wangi dapat digunakan langsung atau 1- 2 hari setelah penyulingan. Bila
limbah telah kering dapat diperciki air hingga agak basah sebelum diberikan
kepada ternak. Takaran untuk sapi adalah 10 kg limbah serai wangi ditambah
ampas tahu 10 kg untuk setiap kali pemberian. Pemberian pakan dilakukan setiap
pagi dan sore. Penggunaan limbah serai wangi sebagai pakan dapat mengurangi
bau kurang sedap pada pupuk kandang. Serai wangi dapat dipanen
setiap 3 bulan. Dengan mengatur waktu panen, serai wangi dapat dipanen
sepanjang tahun sehingga menjamin ketersediaan pakan.
DAFTAR PUSTAKA