TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agen. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran. Contoh ekstraksi : pelarutan komponen komponen kopi
dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau
digiling. Ekstraksi bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang
terdapat dalam jaringan tanaman ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses
ekstraksi tersebut.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan
larutan di luar bahan
Bahan yang dapat diekstraksi dalam bentuk padatan atau cairan.
Ekstraksi juga dapat memisahkan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen. Proses pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan
kelarutan dari komponen-komponen dalam campuran.Untuk skala
laboratorium, ekstraksi dapat dilakukan secara Batch dengan menggunakan
corong pisah untuk ekstraksi cair-cair, secara kontinyu menggunakan
sokhlet untuk padat-cair dengan prinsip satu fase dapat berulang - ulang
dikontakkan dengan fase yang lain. Ekstraksi akan lebih menguntungkan
jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap
menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan
ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan
menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya
4
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin (Hamdani, 2013).
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solvent cair.
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling
campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase
solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan
konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya
pelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving
force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan
dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang (Hamdani, 2013).
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solute.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solvent.
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur
berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya
dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan
setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang
konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan
pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi
dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang
tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk
mengolah bahan dalam jumlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan
ekstraksi. Untuk Pemisahan yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa
ringan, sedikit-sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar
di bagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa
seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantara alat ukur
konduktivitas),secara optik (dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau
secara mckanik (dengan pelampung atau benda apung).
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
8
menunjukkan nilai yang paling tinggi sehingga dapat dipilih sebagai pelarut
untuk mengekstrak ampas seduhan teh. Hasil penelitian Akroum et al.
(2009) tentang aktifitas antimikrobia beberapa ekstrak tanaman,
menunjukkan bahwa pelarut metanol merupakan pengekstrak yang baik
untuk mengekstak senyawa antimikrobia pada tumbuhan teh.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated)
yang metastabil.
c. Kerapatan
Perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan solut akan
memudahkan pemisahan keduanya. Kerapatan atau density adalah
properti fisik dari materi yang mengungkapkan hubungan massa
terhadap volume. Kerapatan massa atau kerapatan material didefinisikan
sebagai massa per satuan volume. Untuk bahan yang berbeda, memiliki
densiti yang berbeda pula.
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis
sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa
asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa
penambahan bahan-bahan tadi.
1. Metode Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana,
menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
2. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan
pelarut melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prosesnya terdiri
dari tahap pengembangan dan perkolasi sebenarnya (penetesan/
penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Di dalam melalukan proses
perkolasi proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari
kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut,dan konstanta difusi obat
pelarut. Karena mudah dilakukan, perkolasi merupakan prosedur
pilihan untuk kebanyakn ekstraksi tanaman, seperti halnya maserasi.
Perkolasi dapat dilakukan baik skala laboratorium maupun skala
industri.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyyari dialirkan dari atas ke bawah melalui seruk tersebut , cairan
penyyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan gaya
kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan
dalam perkolasi antara lain, gaya beratnya, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi,osmosa, adesi, daya kapiler, dan daya
gesekan. Pada perkolasi, seperti halnya bahan tanaman di haluskan
sampai mencapai derajat kehalusan tertentu tetapi jangan terlalu halus
karena mengganggu filtrasi pelarut melalui simplisia.
18
Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa hal itu dapat dibiarkan
untuk jangka waktu yang panjang tanpa perlu menambahkan lebih
pelarut atau takut bejana reaksi mendidih kering karena setiap uap
segera terkondensasi di kondensor. Selain itu, sebagai pelarut yang
diberikan akan selalu mendidih pada suhu tertentu, seseorang dapat
yakin bahwa reaksi akan berlangsung pada suhu konstan.
2) Metode Sokhlet
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi yang berkelanjutan dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut
dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap
tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan
keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam
selongsong berisi padatan.
Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam
selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa siphon sama dengan
tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan
menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek siphon. Pada
ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah
tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa siphon. Hal ini
menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan
cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di
bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas.
Akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas
bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
20
Tabel 2.2 Jenis pelarut berdasarkan titik didih ( Pelarut polar Aprotic )
Konstanta Massa
Solvent Rumus kimia Titik didih
Dielektrik jenis
1.03
1,4-Dioksana /-CH2-CH2-O- 3
101 ⁰C
101 ⁰C CH2-CH2-O-\ 2,3l g/m
22
/-CH2-CH2-O- 0.886g
Tetrahidrofuran
(THF) 66 ⁰C 7,5 /ml
CH2-CH2-\
Diklorometana 1.326
CH2Cl2 40 ⁰C 9,1 g/ml
(DCM)
CH2-C(=O)- 0,786
Asetona 56 ⁰C 21 g/ml
CH3
Asetonitril 0,786
CH3-C≡N 82 ⁰C 37 g/ml
(MeCN)
Dimetilformami H- 0,944
153 ⁰C 38 g/ml
da (DMF) C(=O)N(CH3)2
Dimetil 1.092
CH3-S(=O)-
sulfoksida 189 ⁰C 47 g/ml
CH3
(DMSO)
(Sumber :Sukma, 2012).
Tabel 2.3 Jenis pelarut berdasarkan titik didih ( Pelarut plar protic)
Rumus Konstanta
Solvent Titik didih Massa jenis
kimia Dielektrik
CH2-
Asam asetat 118 ⁰C 6,2 1.049 g/mol
C(=O)OH
CH3-CH2-
n-Butanol CH2-CH2- 118 ⁰C 18 0.810 g/ml
OH
Isopropanol CH3-CH(-
82 ⁰C 18 0.785 g/ml
(IPA) OH)-CH3
23
CH3-CH2-
Etanol 79 ⁰C 30 0.789 g/ml
OH
H-
Asam formiat 100 ⁰C 58 1.21 g/ml
C(=O)OH
4. Penukaran Ion
Selama proses sedimentasi tidak semua ion bereaksi dengan
reagen dan dan akan terdapat ion-ion yang tidak diinginkan
sehingga diperlukan perlakuan lebih lanjut agar NaCl yang akan di
elekrolisis terbebas dari pengotor ‘impuritis’. Karena itu digunakan
resin untuk mengikat ion-ion tersebut.
Larutan NaCl dilewatkan pada resin. Resin yang mengikat
kation disebut resin kation dan resin yang mengikat anion disebut
resin anion. Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- → R-A + H+
Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OH-
Proses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah
jenuh, atau tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral positif
/negativ, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan dengan
mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan
H2SO4 sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan
terlepas lagi. Reaksi regenerasi sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH → R-OH + NaB
b. Proses Utama
Prosen utama merupakan tahapan inti dari industri soda kaustik ini.
Proses ini terdiri dari penambahan HCl (pengasaman) dan elektrolisa.
1) Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga pH 4. Agar dapat mengurangi akan terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolis, maka larutan masuk
anoda diasamkan hingga pH 4.
2) Elektrolisa
Larutan yang keluar dari resin penukar ion sebelum memasuki
sel elektrolisa akan dipanaskan terlebih dahulu. Proses elektrolisa
32
didapat dari bahan kaya gula seperti anggur, apel, nira kelapa, malt, gula,
dan lain sebagainya. Asam asetat dalam kadar ±25% beredar bebas
dipasaran dan biasanya ada yang bermerek dan ada yang tidak bermerek.
Pada cuka yang bermerek biasanya tertera atau tertulis kadar asam asetat
pada etiketnya. Asam asetat adalah asam lemah yang mungkin paling
dikenal karena menjadi komposisi utama dalam cuka. Namun, asam asetat
tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan. Tetapi juga
diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organic
ini bias diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam
asetat dikenal sebagai asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu
dingin. Bentuk asam ini sangat korosif dan bias berbahaya jika mengenai
kulit sehingga orang yang bekerja menggunakan senyawa ini harus
menggunakan alat pelindung. Asam asetat juga memiliki bau yang kuat dan
tajam. Selain sebagai penyedap makanan, asam ini juga digunakan sebagai
pengawet. Kondisi asam akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga
makanan aman dari kontaminasi (W.harjadi, 2003).
Senyawa asam asetat dapat bila bereaksi dengan senyawa peroxi,
perchloric acid, penguapan sulfucid acid, phosphorus halidies, hydrogen
peroxide, chromium (VI) oxide, potassium permanganate, peroksida,
oksidator kuat, maka menimbulkan bahaya ledakan. Sedangkan untuk resiko
ignisi dan pembentukan gas atau uap yang tidak menyala dengan logam,
besi, seng, magnesium dan baja lunak.
Berikut informasi ekologi dari senyawa asam asetat
Tabel 2.5 Toksisitas pada air
Adapun sifat fisika dan sifat kimia asam asetat antara lain sebagai
berikut:
Tabel 2.6 Sifat kimia dan fisika asam asetat
Sifat Nilai
Bentuk Cair
bau Pedih
o
C
Titik lebur 17 oC
Titik nyala 39 oC
a. Sifat fisika
Sifat fisika dari asam asetat adalah bentuk cairan jernih, tidak
berwarna, berbau menyengat, pH asam, memiliki rasa asam yang sangat
tajam,mempunyai titik beku 16,6 oC, titik didih 118,1 oC dan larut dalam
air, alkohol, dan eter. Asam asetat di buat dengan fermentasi alkohol oleh
bakteri Acetobacter. Pembuatan dengan cara ini bisa digunakan dalam
pembuatan cuka. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH
dan bobot molekul 60,05 (Depkes RI, 1995).
b. Sifat kimia
Beberapa anggota awal dari deret asam karboksilat yakni asam
asetat berwujud cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Asam asetat
yang menyusun sekitar 4-5% cuka, memberi ciri bau dan cita rasanya.
Asam karboksilat tergolong polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan sesamanya atau dengan molekul 5 lain. Jadi asam karboksilat
seperti asam asetat memiliki titik didih tinggi untuk bobot
molekulnya.Asam karboksilat seperti asam asetat mengurai di dalam air,
menghasilkan anion karboksilat dan ion hidronium. Atom hidrogen (H)
pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+(proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Asam asetat adalah pelarut
protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat
bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya
seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam
industri kimia dan laboratorium ( Hart, 2003).
Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah terbakar,
dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika di
reaksikan dengan karbonat akan menghasilkan karbon dioksida.
Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium
38
optimum produksi asam asetat dari air kelapa secara fermentasi kontinyu
dengan menggunakan kolom biooksidasi. Asam Asetat dengan oksidasi
alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri asetobacter dan dibuat dengan
bantuan udara pada suhu 35 oC.
Pada proses fermentasi alkohol ini, asam asetat didapat dari bahan yang
kaya gula seperti anggur, apel, malt, gula, dan sebagainya (A.O.A.C, 1970).
Asam asetat termasuk asam organik yang dapat dibuat dengan banyak cara,
empat diantaranya yaitu: oksidasi alkohol primer atau aldehid, oksidasi
rantai samping alkil pada cincin aromatik,dengan karbon dioksida, dan
hidrolisis alkil sianida (nitril) ( Hart, 2003). Asam asetat glasial komersial
dibuat dengan mereaksikan methanol dan karbon monoksida atau oksida
etilen. Bahan asal dari reaksi ini di sintesa dari gas alam, minyak bumi, atau
batu bara dan jenis tambang lainnya.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang
penting untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam
asetat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam industri makanan. Asam
asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air di rumah tangga.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif
kecil (Setiawan, 2007).
Asam asetat digunakan untuk rumah tangga, industri dan kesehatan yaitu
sebagai berikut :
a.Bahan penyedap rasa pada makanan
b.Bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet
makanan secara tradisional. Daya pengawet disebabkan karena kandungan
asam asetatnya sebanyak 0,1 % asam asetat dapat menghambat
pertumbuhan bakteri spora penyebab keracunan makanan.
c.Pembuatan obat-obatan (Aspirin).
40
2.15 Kloroform
Kloroform merupakan senyawa turunan dari alkana yaitu 3 atom
hidrogen dari metana digantikan oleh 3 atom klor. Kloroform mempunyai
bau yang khas, tidak berwarna, tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam
eter dan alkohol. Titik didihnya 61,2 ⁰C dan titik lelehnya -62°C.Kloroform
merupakan turunan asam formiat dan termasuk senyawa polihalogen yaitu
senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen.
Kata kloroform berasal dari kata halogen dan formiat yang artinya struktur
senyawa dapat diturunkan dari asam formiat dengan menggantinya dengan
atom halogen. Kloroform disebut juga haloform karena Brom dan Klor juga
bereaksi dengan metal ketin, yang menghasilkan masing-masing
Bromoform (CHBr3) dan Kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau
haloform, karena itulah reaksi ini seringkali disebut sebagai reaksi haloform
(Martunus, 2016)
Tabel 2.7 Sifat kimia dan Fisika Kloroform
Sifat Nilai
Bentuk Cair
bau Manis
41