Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN

APLIKASI March 31
PERANGKAT
LUNAK
POLIKLINIK DAN
REKAM MEDIS DI
2017
INDONESIA

Kelompok 7 :
Kamalia R. Putri (14)
Dosen Pembimbing : Tegar Wahyu Yudha P., SST
Laili Nur Azizah (15)
Siti Zahratul A. (28)
PERKEMBANGAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK POLIKLINIK DAN REKAM
MEDIS DI INDONESIA

Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran Sistem
Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan,
kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem
Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu sistem yang terkonsep dan terstruktur
dengan baik akan menghasilkan Output yang baik juga. Sistem informasi kesehatan
merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan
sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik maka perlu dikembangkannya sistem
kesehatan. Salah satunya melalui sistem informasi kesehatan, derajat kesehatan akan terbagun
secara baik dan selaras. Dimana dengan adanya sistem informasi kesehatan ini masyarakat
juga tenaga kesehatan akan mendapatkan info yang akurat dan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga bisa dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Perturan perundang-undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian
informasi.

Awal mula sistem yang digunakan dalam pencatatan dan administrasi di rumah sakit
dan pelayanan kesehatan lainnya masih menggunakan sistem yang manual atau pencatatan,
dengan segala resiko sampai terfatal adalah kehilangan data pasien. Namun seiring berjalan
nya zaman dan berkembang pesat nya tekhnologi membuat sistem informasi kesehatan pun
terus berkembang.

Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia diawali dengan sebuah sistem


informasi Rumah sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System). Dan yang menginovatori hal ini adalah Rumah Sakit Husada pada akhir dekade 80’
an. Beriringan dengan hal itu rupanya Departemen Kesehatan juga mengembangkan sistem
informasi kesehatan berbasis komputer dengan dibantu oleh proyek luar negri dengan
bantuan beberapa tenaga ahli dari universitas gadjah mada. Namun perjuanagan diawal ini
mengalami kemerosotan, hal ini dilihat darei segi perencanaan yang tidak tersusun dengan
baik dimana identifikasi faktor penentu keberhasilan masih sangat tidak lengkap juga tidak
menyeluruh.

2
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian
masa sebagai berikut :
1. Era Manual (sebelum 2005)
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda


sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)


Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual Aliran data
terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai
jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan. Bentuk data nya agregat. Kelemahan nya adalah Sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan. Kemudian Validitas nya masih
diragukan. Data yang ada sulit diakses. Karena banyaknya duplikasi, permasalahan
kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis. Dan terpenting dalam
Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2. Era Transisi (2005 – 2011)


Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai
terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual. Sebagian
data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data
kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah karena mulai
menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan sistem manual.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)


Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan data menjadi
satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit
Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat (e-Helath).
Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat
waktu dan efisien yang pastinya Lebih ramah lingkungan.

Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun interpretasi yang
dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka diagnosis dan penanganan
pasien yang dimasukkan dan disimpan dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital)
melalui sistem komputer. “Electronic Medisal Record (EMR): an electronic sistem automate
paper-base medisal record”. Rekam Medis Elektronik (RME) adalah suatu sistem rekam
medis yang menggunakan elektronik berdasarkan lembaran kertas/berkas rekam medis.

Faktor-faktor pendukung adopsi rekam medis elektronik adalah:


a. Perubahan ekonomi kesehatan dimana terdapat kecenderungan untuk penghematan
b. Peningkatan pengunaan computer dalam populasi umum

3
c. Perubahan kebijakan pemerintah
d. Peningkatan dukungan terhadap komputerisasi klinik
e. Tuntutan keselamatan pasien
f. Kebutuhan keputusan klinis bagi pemetaan epidemologi dan pola penyakit masyarakat

Perbedaan Elektronik Manual


Kumpulan rekaman kegiatan
System rekam medis yang
pelayanan kesehatan yang
menggunakan elektronik
PENGERTIAN diberikan kepada pasien dari
berdasarkan lembaran
awal hingga akhir pada
kertas/BRM
sarana pelayanan kesehatan.
Kertas-kertas/formulir rekam
BENTUK Elektronik
medis
1. Utama
a) Bagi pasien
b) Bagi Provider
c) Manajemen pelayanan
pasien 1. Administrasi
d) Penunjang pelayanan 2. Legal/Hukum
pasien 3. Financial
KEGUNAAN e) Pembayaran dan 4. Riset
Penggantian biaya 5. Education
2. Sekunder 6. Dokumentasi
a) Edukasi
b) Peraturan
c) Riset
d) Pengambilan Kebijakan
e) Industri
1. Tidak ada payung hokum
Sudah terdapat payung
yang jelas
hokum yang jelas yaitu
ASPEK HUKUM 2. Tidak ada keabsahan
Permenkes No.749a tahun
dalam data autentik/ttd
1989
petugas yang berwenang
1. SDM yang dibutuhkan
1. Lebih efisien karena SDM
disesuaikan dengan
yang dibutuhkan lebih
perhitungan pola
sedikit dan terdapat
ketenagaan yang biasanya
beberapa kegiatan yang
cukup banyak terutama
ditiadakan
pada petugas yang
2. Yang diperlukan yaitu
menangani distribusi
petugas dengan jenis
rekam medis.
SUMBER DAYA pekerjaan pendaftaran,
2. Yang diperlukan yaitu
MANUSIA kodefikasi, verifikasi,
petugas RM dengan jenis
Pelaporan, Administrasi
pekerjaan pendaftaran,
Umum
Distribusi RM,
3. Kualifikasi yang
Assembling, coding,
dibutuhkan adalah:
filling, pelaporan,
minimal D3 RM,
Administrasi umum
Menguasi computer dan
3. Kualifikasi pendidikan: D3
IPTEK
RM, SLTA plus, SLTA

4
1. Penomoran sistem unit
2. Online data tampa kertas
1. Penomoran sesuai
yang menghasilkan:
kebijakan rumah sakit
 Input: Pendaftaran,
2. Menggunakan
 Proses: Pelayanan
kertas/formulir rekam
METHODE/SYSTEM kesehatan, Kodefikasi,
medis yang harus di
PENGELOLAAN RM Verifikasi data
kelola: Assembling,
 Output: Informasi
coding, Indexing, Filling,
kepada pasien.
Pengolahan data dan
Profider, Manajemen,
statistic.
Asuransi instansi
lain(DEPKES)
1. Ruangan tidak perlu
Ada ruangan :
terlalu besar cukup untuk
 Pengelolaan BRM
verifikasi dat, kodefikasi,
 Pengolahan Rekam
pelaporan dan tidak
Medis: Assembling,
diperlukan ruangan
coding, indexing,
khusus penyimpanan RM
MATERIAL pelaporan.
2. Tidak diperlukan lemari
Ada lemari Roll Opec
untuk penyimpanan
 Perangkat computer hanya
berkas rekam medis
untuk kebutuhan
3. Tersedianya beberapa unit
pengetikan yang perlu
computer sesuai dengan
diketik saja
kebutuhannya
1. Penghematan dalam
 Tenaga (SDM)
 Kertas/Formulir
 Waktu pelayanan
2. Besar pengeluaran
3. Pengadaan kebutuhan 1. Penghematan?
computer karena dalam 2. Besar pengeluaran dalam :
setiap pelayanan bahkan biaya penggajian
MONEY/KEUANGAN
ruangan dokter prektek karyawan, penggunaan
dan keperawatan harus kertas-kertas/formulir-
ada. formulir rekam medis.
4. Pelatihan yang harus di
lakukan terhadap ternaga-
tenaga yang terlibat di
dalam pengisian rekam
medis
Kelebihan RKE
a. Memungkinkan akses informasi secara cepat dan mudah
b. Memungkinkan adanya copy cadangan (duplikat) informasi yang dapat diambil bila yang
asli hilang atau rusak
c. Memproses transaksi dalam jumlah besar dan sulit secara cepat
d. Memungkinkan siap mengakses seara cepet untuk beragam sumber professional
e. Memungkinkan mengakses secara lebih canggih dan dapat melihat rancang yang sesuai
dengan kehendak (customization)
f. Menghemat biaya penyimpanan berkas rekam medis
g. Mengurangi penggunaan kertas
5
Kekurangan RKE
a. Sulit memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam
b. Kurangnya standarisasi
c. Adanya potensi ancaman terhadap provasi dan sekuritas (Hacker)
d. Biaya (Hatta, 2008)
e. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada Rekam Medis kertas untuk:
 Perangkat keras
 Perangkat lunak
 Biaya penunjang
f. Waktu yang harus disediakan oleh key persons & dokter untuk mempelajari sistem&
merancangulang alur-kerja
g. Konversi Rekam Medis kertas ke Rekam Medis elektronik membutuhkan waktu,
sumberdaya, tekad, dan kepemimpinan
h. Resiko kegagalan system komputer
i. Masalah kesalahan pemasukan (entry) data oleh dokter dan tenaga medis

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi yang


berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun internasional
dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di
tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi
merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota
merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS dibangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan
kabupaten atau kota

Adapun manfaat adanya sistem informasi kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan
diantaranya:
a. Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan dan mendapatkan pelayanan
kesehatan
b. Memudahkan fasilitas kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang berobat
c. Semua kegiatan di fasilitas kesehatan terkontrol dengan baik (Bekerja secara terstruktur).

Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan


meliputi:
1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi dan atau
tersedianya tenaga fungsional pengelola data / informasi yang terampil di seluruh tingkat
administrasi
2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data / informasi di tiap tingkat dan pengembangan
instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat administrasi secara teratur,
tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan atau atas permintaan dari pengguna data /
informasi
4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam rangka pemantapan
dan pengembangan otomasi pengolahan data di seluruh tingkat administrasi
5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi komputer dan
informasi

6
Kesimpulan yang dapat kita tarik yaitu, rekam medis elektronik merupakan solusi
bagi rumah sakit untuk mengatasi berbagai masalah yang sering terjadi di rumah sakit seperti
tempat penyimpanan yang besar, hilangnya rekam medik, pengeluaran data yang dibutuhkan,
dll. Untuk membangun sistem yang baik di rumah sakit diperlukan sistem yang terintegrasi
baik dari segi software, hardware, dan jaringan. Teknologi bukan segalanya, akan tetapi
semuanya tergantung dari input serta bagaimana memilih teknologi yang tepat guna bagi
rumah sakit, disinilah peran penting perekam medis yang paham tentang IT.

Anda mungkin juga menyukai