Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario/Latar Belakang Masalah ( LBM )


Berdasarkan hasil pengkajian komunitas di wilayah pinggiran sungai, didapatkan data
lingkungan : 53% hewan yang ada di sekitar rumah warga merupakan vector penyakit
dengan 37% di antaranya adalah lalat dan 63% nyamuk, 47% masyarakat buang air
besar di sungai dan 77% membuang sampah dan limbah ke sungai, 15% jarak sumber
mata air di rumah warga dengan septic tank kurang dari 10m. sebanyak 43% warga
tidak melakukan PHBS rumah tangga sehingga banyak warga yang sakit. Warga
masyarakat di wilayah tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang
kesehatan lingkungan dari petugas Puskesmas. Ners S merencanakan akan melakukan
asuhan keperawatan komunitas dengan Model Neuman.

B. Analisa kasus
1. Klarifikasi / Identifikasi Istilah ( Clarify Terms )
a. Vektor Penyakit adalah organisme yang menghantarkan sumber penyakit
seperti lalat, nyamuk.
2. Membuat Daftar Masalah ( Define The Problem )
a. Bagaimana cara pemeliharaan kesehatan lingkungan ?
b. Apa saja tatanan PHBS ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada scenario ?
d. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan model neuman ?
e. Apa saja syarat – syarat lingkungan yang sehat ?
f. Apa saja indicator PHBS ?
g. Apa hubungan data pada scenario dengan penyakit ?
h. Apa manfaat PHBS ?
i. Siapa saja sasaran program PHBS ?
j. Apa saja ruang lingkup kesehatan lingkungan ?
k. Apa saja penyakit yang dapat terjadi pada orang di pinggiran sungai ?
l. Bagaimana cara pemeliharaan jamban sehat ?
m. Bagaimana cara mengubah prilaku masyarakat di scenario ?
n. Bagaimana peran puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan ?
o. Bagaimana jarak mata air ke jamban yang baik ?
p. Apa saja peran puskesmas di masyarakat ?
q. Bagaimana pengendalian lingkungan yang tercemar pada kasus ?
r. Apa saja faktor yang mempengaruhi PHBS ?
s. Apa saja masalah kesehatan lingkungan di Indonesia ?
t. Epidemologi PHBS ?
u. Siapa saja sasaran kesehatan lingkungan ?
v. Bagaimana manajemen PHBS ?
w. Bagaimana pengendalian vector penyakit ?
x. Bagaimana peran pemerintah terhadap PHBS ?
y. Apa saja tujuan dari PHBS ?
z. Apakah ada strategi untuk warga menjalani PHBS ?
aa. Mengapa angkutan udara menjadi salah satu sasaran kesehatan lingkungan ?
3. Analisis Masalah ( Analyze the Problem )
a. –
b. –
c. –
d. Menurut neuman lingkungan adalah seluruh faktor – faktor internal dan
eksternal yang berada disekitar klien. Neuman mengatakan baik lingkungan
internal maupun eksternal pada manusia memiliki hubungan yang harmonis
dan keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi, dimana
keseimbangan / keharmonisan antara lingkungan internal dan eksternal
tersebut dipertahankan. Stressor yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal
yaitu internal, eksternal, dan lingkungan yang diciptakan. Proses
keperawatan neuman menggambarkan 3 langkah focus yaitu dignosa
keperawatan, tujuan keperawatan dan hasil.
e. Keadaan air tidak berbau, udara ( oksigen ) bersih, tanah yang baik untuk
tumbuhan, dan tidak ada kebisingan.
f. Indicator PHBS :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Member bayi asi ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
g. –
h. Manfaat pelaksanaan PHBS :
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
4. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
5. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah – masalah
kesehatan
6. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
7. Masyarakat mampu mengembangkan upaya masalah – masalah
kesehatan bersumber masyarakat ( UKBM ) seperti posyandu,
tabungan ibu bersalin, ambulan desa dan lain – lain
i. Sasaran program PHBS yaitu semua orang baik individu, kelompok , keluarga,
atau masyarakat dalam suatu wilayah yang memiliki masalah kesehatan.
j. Ruang lingkup kesehatan lingkungan :
Menurut WHO :
1. Penyediaann air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Hygiene makanan termasuk susu
7. Pengendalian pencemaran udara dan radiasi
8. Kesehatan kerja
9. Pengendalian kebisingan
10. Perumahan dan pemukiman
11. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
12. Perencanaan daerah dan perkotaan
13. Pencegahan kecelakaan
14. Rekreasi umum dan pariwisata
15. Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubunggan dengan keadaan
epidemic atau wabah bencana alam dan perpindahan penduduk
16. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut UU NO. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 22 ayat 3 :

1. Penyehatan air dan udara


2. Pengamanan limbah padat / sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
k. –
l. Cara pemeliharaan jamban sehat :
1. Tidak mencemari air ( jarak septic tank dengan sumur minimal 10 m )
2. Tidak mencemari tanah permukaan
3. Bebas dari seranggga
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
5. Aman digunakan
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan ganggguan bagi pemakainya
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
m. Cara mengubah perilaku masyarakat di scenario :
n. –
o. Jarak mata air ke jamban yang baik adalah jarak 10 meter agar sumber air
tidak tercemar dengan jamban
p. –
q. –
r. Faktor yang mempengaruhi PHBS :
s. Masalah kesehatan lingkungan di indonesia adalah keadaan air, kesehatan
pemukiman, makanan dan minuman yang tidak hygiene, pembuangan tinja,
pembuangan sampah, gigitan nyamuk.
t. Sasaran kesehatan lingkungan :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan dan lain – lain
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama, dan pemukiman sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industry
4. Angkutan umum : darat, laut, udara untuk umum
5. Lingkungan keadaan darurat, bencana dan lainnya
u. Epidemiologi
Air minum
Proporsi rumah tanggga yang memiliki akses terhadap sumber air minum di
Indonesia aalah sebesar 66,8 %. 5 provinsi tertinggi untuk rumah tangga yang
memiliki akses terhadap air minum adalah :
1. Bali ( 82,0 % )
2. DI Yogyakarta ( 81,7% )
3. Jawa timur ( 77,9% )
4. Jawa tengah ( 77,8% )
5. Maluku utara ( 75,3% )

Sedangkan untuk 5 provinsi terendah adalah :

1. Kepulauan riau ( 24,0% )


2. Kalimantan timur ( 35,2% )
3. Bangka Belitung ( 44,3% )
4. Riau ( 45,5% )
5. Papua ( 45,7 % )

Secara kualitas fisik masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum
keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), dan berbau
(1,4%). Berdasarkan provinsi proporsi tertinggi rumah tangga dengan air
minum keruh dan berwarna ada di papua, dan berasa ada di Kalimantan
selatan, berbusa dan berbau di aceh.

Sanitasi

Proporsi rumah tangga di Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri


adalah 76,2%, milik bersama 6,7%, dan fasilitas umum 4,2%. Untuk
penampungan air limbah di rumah umumnya langsung di buang ke got
( 46,7% ), hanya 15,5% yang menggunakan penampungan tertutup.
Sedangkan dalam hal pengelolaan sampah umumnya dilakukan dengan cara
dibakar ( 50,1% ) dan hanya 24,9% yang diangkut oleh petugas. Cara lainnya
seperti ditimbun dalam tanah, dibuat kompos, dan dibuang ke kali/parit/laut.

v. –
w. Pengendalian vector penyakit :
1. Pemeriksaan jentik berkala ( PJB )
2. Pemeriksaan sarang Nyamuk ( PSN )
x. –
y. Tujuan PHBS adalah untuk mencapai rumah tangga yang sehat,
memberdayakan anggota rumah tangga agar mau, tahu, dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
z. –
aa.
4. Pohon masalah
5. Sasaran Belajar

Anda mungkin juga menyukai