Anda di halaman 1dari 17

Makalah

SIKAP DAN SOLUSI MENGHADAPI


PROBLEMATIKA KORUPSI BERBANGSA DAN
BERNEGARA DI TINJAU DALAM HAK ASASI
MANUSIA DAN RULE OF LAW

Disusun Oleh :

NAMA : Sisriawan Lapasere

STAMBUK : A 241 12 023

KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERITAS TADULAKO

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah
memberikan kita kesehatan, kekuatan, serta kesempatan kepada kita semua,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.

Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi


Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan
menuju alam yang terang menderang seperti saat ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin...

Palu, 27 Juni 2013

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... 2

BAB I .................................................................................................... 4

PENDAHULUAN................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah........................................................................ 6

C. Tujuan Masalah ........................................................................... 6

BAB II ................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ................................................................................... 7

A. Pengertian Hak Asasi Manusia .................................................... 7

B. Pengertian Rule Of Law .............................................................. 8

C. Keterkaitan Hak Asasi Manusia dan Rule of law........................ 9

D. Sikap Dan Solusi Dalam Menghadapi Problematika Korupsi


Berbangsa Dan Bernegara Di Tinjau Dari Hak Asasi Manusia. ..... 11

BAB III................................................................................................ 16

PENUTUP ........................................................................................... 16

Kesimpulan ...................................................................................... 16

Saran................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul


karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat
tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan,
ketidakadilan, dan kezaliman (tirani). Perkembangan pengakuan hak asasi
manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam. Inggris merupakan
negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak asasi manusia. Tahun
1215, munculnya piagam “Magna Charta” atau Piagam Agung. Terjadi pada
pemberintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat
dan terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut
mengakibatkan rasa tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil
membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta
membatasi kekuasaan Raja John di Inggris. Tahun 1628, keluarganya piagam
“Petition of Right” Dokumen ini berisi pertanyaan mengenai hak-hak rakyat
beserta jaminannya. Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”. Dokumen
ini merupakan Undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang.
Tahun 1689, “Bill of Right” Merupakan Undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
Perkembangan hak asasi manusia di Amerika Serikat, Perjuangan
penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran John Locke,
yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup (life), hak kebebasan (liberty),
dan hak miliki (properti). Dasar inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration of
Independence of The United States. Di Amerika Serikat perjungan hak-hak
asasi manusia itu adalah karena rakyat Amerika Serikat yang berasal dari
Eropa sebagai imigran merasa tertindas oleh pemerintahan Inggris, yang pada
waktu itu merupakan jajahan Inggris. Amerika Serikat berhasil mencapai
kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Deklarasi kemerdekaan Amerika
Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara tersebut. Dalam sejarah
perjuangan hak asasi manusia, negara Amerika Serikat dapat dikatakan sebgai
negara pertama yang menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam
konstitusinya.
Perkembangan hak asasi manusia di Prancis, Perjuangan hak asasi
manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal Revolusi
Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan
rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI Naskah tersebut
dikenal dengan Declaration des roits de L’ homme et Du Citoyen (pernyataan
mengenai hak-hak asasi manusia ialah hak-hak alamiah yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan daripada hakikatnya
dan karena itu bersifat suci”. Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan
penegakan HAM di Eropa Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty,
Egality, dan Fraternity (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan). Pada
tahun 1791. Deklarasi ini dimasukkan dalam konstitusi Prancis. Atlantic
charter tahun 1941, Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang
Dunia II yang dipelopori oleh F.D. Roosevelt.
Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah
yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights, yaitu
pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10
Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia. Isi pokok
deklarasi itu tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan :
“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul
satusama lain dalam persaudaraan”. Deklarasi tersebut melambangkan
komitmen moral dunia internasional pada hak asasi manusia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Hak Asasi Manusia ?


2. Apa yang di maksud dengan Rule Of Law ?
3. Tuliskan keterkaitan HAM dan Rule Of Law ?
4. Sikap dan solusi menghadapi problematika korupsi berbangsa dan
bernegara di tinjau dari HAM dan Rule Of Law ?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Hak Asasi Manusia


2. Mengetahui apa yang di maksud dengan Rule Of Law
3. Mengetahui keterkaitan HAM dan Rule Of Law
4. Mengetahui sikap dan solusi menghadapi problematika korupsi berbangsa
dan bernegara di tinjau dari HAM dan Rule Of Law
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki
setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Yang dimaksud
dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak
lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT.
Pendapat lain yang senada menyataka bahwa hak asasi manusia adalah
hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir yang melekat dengan potensinya
sebagai makhluk dan wakil Tuhan. Rumusan “sejak lahir” sekarang ini
dipertanyakan, sebab bayi yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak
untuk hidup. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar
yang melekat pada manusia sejak ia hidup. Kesadaran akan hak asasi
manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai
makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan
pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut hak asasi manusia. jadi, kesadaran akan adanya hak asasi
manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah
sama dan sederajat.
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 39 Tahun 1999 dijelaskan tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang pada
waktu manusia mulai diperhatikan terhadap serangan atau bahaya yang
timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh Negara. Negara Indonesia
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kewajiban dasar manusia. Hak
secara kodrati melekat dan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena
tanpanya manusia kehilangan harkat dan kemanusiaan. Oleh karena itu,
Republik Indonesia termasuk pemerintah Republik Indonesia
berkewajiban secara hokum, politik, ekonomi, social dan moral untuk
melindungi, memajukan dan mengambil langkah-langkah konkret demi
tegaknya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia.

B. Pengertian Rule Of Law

Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang mulai


muncul pada abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi
dan demokrasi, kehadirannya boleh disebut dengan reaksi dan koreksi
terhadap negara absolut. Rule of law lahir dengan semangat yang tinggi,
bersama-sama dengan demokrasi, parlemen dan lain-lain, kemudian
mengambil alih dominasi dari golongan-golongan gereja, ningrat, prajurit
dan kerajaan.
Rule Of Law adalah suatu legalisme, suatu aliran hukum yang
didalamnya terkandung wawasan sosial. Rule Of Law adalah suatu
legalisme literal (bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem
peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat obyektif, tidak memihak, dan
otonom). Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law
tertera dalam UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti
dari Rule Of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya,
khususnya keadilan sosial.
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi.
Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya
peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi
terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of Law
merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian.
Rule of Law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan,
menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi dari
mana doktrin Rule of Law ini lahir. Ada tidaknya Rule of Law dalam
suatu negara ditentukan oleh “kenyataan” apakah rakyatnya benar-benar
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama
warganegara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan
kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu negara merupakan suatu
premise bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum
yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi
masyarakat
Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya
mempertimbangkan hal-hal
a) Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada
sejarah dan corak masyarakat hukum dan pada kepribadian
masing-masing bangsa.
b) Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur
sosiologis dan akar budaya sendiri.

C. Keterkaitan Hak Asasi Manusia dan Rule of law

Dapat dipastikan sebagian besar orang akan menyatakan bahwa


negara hukum atau rule of law terkait erat dengan hak asasi manusia dalam
artian positif. Yaitu bahwa tegaknya rule of law akan berdampak positif
pada pelaksanaan hak asasi manusia. Dalam hal ini dapat dipahami
beberapa kesimpulan penting dari Randall P. Peerenboom yang melakukan
penelitian kaitan antara rule of law dengan hak asasi manusia.
Pertama adalah bahwa kaitan antara rule of law dengan hak asasi
manusia adalah kompleks. Peerenboom menyatakan bahwa yang menjadi
persoalan bukanlah prinsip-prinsip rule of law, tetapi adalah kegagalan
untuk menaati prinsip-prinsip tersebut. Akan tetapi yang jelas menurutnya
adalah bahwa rule of law bukanlah ‘obat mujarab’ yang dapat mengobati
semua masalah. Bahwa rule of law saja tidak dapat menyelesaikan
masalah.
Peerenboom menyatakan bahwa rule of law hanyalah satu
komponen untuk sebuah masyarakat yang adil. Nilai-nilai yang ada dalam
rule of law dibutuhkan untuk jalan pada nilai-nilai penting lainnya.
Dengan demikian rule of law adalah jalan tetapi bukan ‘tujuan’ itu sendiri.
Berkaitan dengan hak asasi manusia sendiri, terutama hak ekonomi, sosial
dan budaya, adalah menarik.
Peerenboom juga menyatakan rule of law sangat dekat dengan
pembangunan ekonomi. bahwa memperhitungkan pentingnya
pembangunan ekonomi bagi hak asasi manusia maka dia menyatakan agar
gerakan hak asasi manusia memajukan pembangunan.
Di sini sangat penting untuk diingat bahwa menurut Peerenboom
sampai sekarang kita gagal untuk memperlakukan kemiskinan sebagai
pelanggaran atas martabat manusia dan dengan demikian hak ekonomi,
sosial dan budaya tidak diperlakukan sama dalam penegakan hukumnya
seperti hak sipil dan politik. Dalam pemenuhan hak ekonomi, sosial dan
budaya, menurutnya rule of law saja tidak akan cukup untuk dapat
menjamin pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya tanpa adanya
perubahan tata ekonomi global baru dan adanya distribusi sumber alam
global yang lebih adil dan seimbang. Oleh karena itu menurutnya
pemenuhan hak ekonomil, sosial dan budaya juga memerlukan perubahan
yang mendasar pada tata ekonomi dunia.
Terakhir yang harus dicatat adalah peringatan Peerenboom tentang
bahaya demokratisasi yang prematur. Menurutnya kemajuan hak asasi
manusia yang signifikan hanya dapat tercapai dalam demokrasi yang
consolidated, sementara demokrasi yang prematur mengandung bahaya
yang justru melemahkan rule of law dan hak asasi manusia terutama pada
negara yang kemudian terjadi kekacauan sosial (social chaos) atau pun
perang sipil (civil war).
Hal lain yang penting dikemukakan oleh Peerenboom adalah
bahwa rule of law membutuhkan stabilitas politik, dan negara yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk dan menjalankan sistem
hukum yang fungsional. Stabilitas politik saja tidak cukup. Dalam hal ini
dibutuhkan hakim yang kompeten dan peradilan yang bebas dari korupsi.
Pada intinya Peerenboom menyatakan bahwa walaupun rule of law
bukanlah obat mujarab bagi terpenuhinya hak asasi manusia, namun
demikian, adalah benar pelaksanaan rule of law akan menyebakan
kemajuan kulitas hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi
manusia.

D. Sikap Dan Solusi Dalam Menghadapi Problematika Korupsi


Berbangsa Dan Bernegara Di Tinjau Dari Hak Asasi Manusia.

Pelanggaran HAM berat yang mengandung perbuatan melanggar


(act of commision) ada unsur kesengajaan dan sikap membiarkan suatu
perbuatan yang seharusnya dapat dicegah (act of commision), secara
sistematis, menimbulkan akibat yang luas dan rasa takut yang luar biasa
(terrorized), ketakutan amat sangat dan serangan tertuju kepada kelompok
sipil. Pelanggaran berat terhadap HAM tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk tingkah laku negara (state behaviour), menurut konvensi
internasional yang dibuat oleh negara-negara Asia Selatan, ciri-ciri
kejahatan HAM berat dapat dikaitkan dengan ancaman yang ditimbulkan
dengan hilangnya harta kekayaan dan benda-benda immaterial lainnya.
Pelanggaran HAM karena adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan
yang dimiliki oleh seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan
sulit mengendalikan diri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak
orang lain.
HAM membutuhkan sarana hukum guna menjamin eksistensinya
didalam kehidupan nyata. Tanpa sarana hukum HAM akan sulit
diwujudkan dalam menegakkannya. Dalam UU No. 39 tahun 1999
disebutkan bahwa: setiap orang atau kelompok orang berhak mengajukan
laporan di pengadilan baik secara lisan maupun tulisan kepada Komnas
HAM dan UU No. 26 tahun 2000 menyatakan bahwa Pengadilan HAM
adalah merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan peradilan
umum dan kedududkannya di daerah kabupaten dan kota, bertugas dan
berwenang memutuskan perkara pelanggaran HAM.
Pada hakekatnya kejahatan korupsi sudah menyamai sikap anti
Pancasila dan anti UUD 1945, karena nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945 mengajarkan kita untuk hidup bertakwa kepada Tuhan, punya rasa
kemanusiaan, punya rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk
menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.
Pancasila sila ke-4, Batang Tubuh UUD 1945 (pasal 27, 29 dan 30),
UU no. 39/1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan
HAM. HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan,
hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Program
penegakan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005) di antaranya meliputi
pemberantasan korupsi.
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan
sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi
selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dis-honest
(ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999
tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-aturan perundang-undangan
yang mengatur tentang pidana korupsi.
Dari definisi di atas korupsi adalah tindak kejahatan yang dapat
memiskinkan negara dan rakyat, Berapa banyak uang negara yang
seharusnya menjadi hak rakyat malah masuk kantong pribadi para pejabat
maupun politisi. Segelintir orang yang hanya mementingkan urusan perut
dan hasrat pribadi. Sedangkan jutaan rakyat terlantar, mereka tak ambil
peduli. Ribuan anak Indonesia tak bisa mengakses pendidikan, juga tak
mereka pusingkan. Sudah terlalu banyak persoalan yang harus dialami
rakyat negeri ini yang juga disumbangkan dari tindak korupsi.
Sikap dalam menilai suatu masalah termasuk masalah korupsi
adalah terkait dari tingakat keimana kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sikap
positif adalah salah satu implementasi dari tingkat keimanan terhadap
korupsi maka kecenderungan seseorang untuk melakukan korupsi
cenderung besar. Namun hal ini tidak berarti bila sikap seseorang negatif
terhadap korupsi akan membuat seseorang tidak berkorupsi. Pejabat-
pejabat dari berbagai tingkatan sering mengecam dan mengutuk korupsi.
Namun, mereka melakukan korupsi juga. Bila pelaku korupsi ditanya
sikapnya tentang korupsi, hampir bisa dipastikan akan menilai korupsi
sebagai keburukan. Antara sikap dan perilaku kadangkala tidak sejalan,
dan untuk korupsi ‘seringkali’ tidak sejalan. Jadi, sikap positif atau negatif
terhadap korupsi belum bisa dijadikan prediksi yang kuat atas timbulnya
perilaku korup. Oleh karena itu, kita harus membenahi sikap dan perilaku
kita agar sejalan dalam hal memberantas korupsi.
Oleh karena itu, bentuk dari peran masyarakat dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi sebagai individu-individu harus dimulai dari diri
pribadi dengan cara meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, agar tidak terjerumus dan berniat untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang ada terutama
norma agama, karena semua kejadian atau perbuatan berawal dari niat di
dalam diri pribadi (masyarakat). Apabila benteng keimanan dan ketakwaan
sudah sangat kokoh, serta niat yang telah bulat untuk tidak malakukan hal-
hal yang berbau korupsi, maka semua bentuk kejelekan atau keburukan
yang ada dan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan
perbuatan korupsi akan sulit masuk ke dalam diri kita yang dikarenakan
telah tertanam keimanan dan ketakwaan, serta niat yang baik karena Tuhan
Yang Maha Esa dan takut kepada-Nya.
Agar korupsi tidak merajalela di negeri yang kita cintai ini
sebaiknya jika ada tindak pidana korupsi yang terjadi agar di sampaikan
kepada penegak hukum atau komisi pemberantasan korupsi, Membantu
Adapun solusi mengenai problematika korupsi yang terjadi :
 .Reformasi birokrasi : Pintu-pintu korupsi itu sekarang sangat terbuka
lebar, karena sistem pelayanan publik sangat birokratis. Ide
subsidiaritas, untuk memperpendek perijinan atau pelayanan publik di
tingkat birokrasi paling rendah, mungkin dapat dipertimbangkan untuk
memangkas rantai korupsi pada birokrasi pemerintahan
 Strategi detektif : Yaitu strategi yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi atau mendeteksi apakah telah terjadi tindak pidana
korupsi. Strategi ini harus dilakukan dengan cara pengumpulan data.
Di dalam strategi detekdif memerlukan suatu dekonstruksi sosial.
Dekonstruksi sosial bukanlah antitesis dari tesis yang ada, tetapi suatu
sintesis dari keunggulan-keunggulan kemanusiaan dan bersifat
dinamis melalui proses dialektika yang akan terus-menerus
memperbarui dirinya.
 Strategi advokasi : Yaitu strategi yang dilakukan dengan cara
membangun sistem yang dapat menyelesaikan kasus-kasus korupsi
secara hukum dan memberikan sanksi yang berat terhadap kejahatan
korupsi yang dilakukan.
 Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diwujudkan dalam bentuk :
a) hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;
b) hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh
dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara
tindak pidana korupsi;
c) hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi;
d) hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang
laporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari;
e) hak untuk memperoleh perlindungan hukum
 Kotak-kotak pengaduan di perbanyak di tempat-tempat umum dan
KPK harus menindak lanjuti.
 Tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang hukum.
 Tegakan hukum tanpa tebang pilih.
 Pendidikan Anti Korupsi dilakukan baik pada masyarakat umum
maupun melalui lembaga pendidikan formal di tingkat SD sampai
Perguruan Tinggi. Pendidikan integritas idealnya diterapkan di semua
jenjang pendidikan dengan materi dan model pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat usia siswa. SMA adalah gerbang akhir dan tertinggi
dari jenjang pendidikan wajib di Indonesia, dan fakta menunjukkan
tidak semua lulusan SMA di Indonesia melanjutkan ke Perguruan
Tinggi namun (secara sukarela maupun terpaksa) memilih bekerja.
Pendidikan Anti Korupsi di SMA akan menjadi persiapan yang
memadai untuk menghadapi dunia pendidikan yang lebih tinggi (PT),
maupun persiapan integritas yang mandiri dalam dunia kerja.
 Mengumumkan audit kekayaan pejabat sebelum dan sesudah bertugas.
 Memiskinkan para koruptor.
 Membangun sistem pencegah dini korupsi, undang-undang anti
korupsi yang konsisten.
 Menggunakan sistem pembuktian terbalik artinya membuktikan asal-
usul kekayaan pejabat negara.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Yang dimaksud dengan hak
asasi manusia ialah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang
melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT.
2. Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang mulai muncul pada
abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi,
kehadirannya boleh disebut dengan reaksi dan koreksi terhadap negara
absolut.
3. Hak asasi manusia terkait erat dengan Rule of law, dimana tegaknya rule of
law akan berdampak positif pada pelaksanaan hak asasi manusia.

Saran

Puji syukur kami panjatkan karena penyusun dapat menyelesaikan makalah


ini dengan baik walupun masih ada kekurangan dan tentunya masih jauh dari
harapan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, serta arahan dan bimbingan dari semua pihak, terutama Dosen.
Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca, baik bagi mahasiswa,
orang tua, guru dan masyarakat. Jika yang membaca adalah seorang mahasiswa,
hendaknya ia mengetahui dampak korupsi bagi masyaakat. Jika orang tua,
hendaknya ia dapat mengaplikasikan solusi dari tindak pidana korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Http://unknown-mboh.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-macam-
macam-ham-hak.html#ixzz2XIj3eJkr.
Http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-
korupsi-di-indonesia.html#ixzz2XIlz6RVW
Pengantar pendidikan kewarganegaraan dan
http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/pengertian-pengertian-hak-
asasi-manusia.

Anda mungkin juga menyukai