Anda di halaman 1dari 3

INDEPENDENSI

Independensi merupakan suatu sikap yang netral, tidak memihak atau berpihak kepada yang lain
dan bebas dari pengaruh.

Pada hakikatnya bersikap netral itu merupakan hal yang sangat sulit bahkan mustahil, dimana
ketika kita dihadapkan pada dua pilihan yaitu antara yang benar dan yang salah, antara
kepentingan orang banyak atau kepentingan bisnis, antara kebijakan/ regulasi pemerintah atau
kebijakan perusahaan, antara kepentingan perusahaan atau kepentingan pihak diluar perusahaan,
dll. Maka keberpihakan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihidari, dalam artian mau atau
tidak harus terjadi keberpihakan.

Oleh karena itu, independensi adalah suatu sikap yang harus berpihak dan bukannya netral.
Keberpihakan disini adalah berpihak kepada hal-hal yang benar. Akan tetapi yang menjadi
masalah adalah presepsi setiap orang akan kebenaran ternyata tidak sama. Kemungkinan
menurut suatu pihak hal tersebut merupakan kebenaran, akan tetapi menurut pihak lain hal
tersebut merupakan hal yang kurang benar atau bahkan salah. Selain itu kepentingan yang
dianggap lebih besar biasanya juga dipengaruhi oleh adu otoritas diantara pihak-pihak yang
memperjuangkan kepentingan itu.

Jika independensi merupakan suatu sikap keberpihakan kepada hal yang benar, maka yang
menjadi pertanyaan adalah maksud dari keberanran di sini seperti apa?. Dalam hal ini
independensi auditor merupakan keberpihakan audit pada kebenaran yang faktual. Adapun
kebenaran factual yang dimaksud disini adalah kebenaran dengan adanya bukti disertai dengan
data yang relevan dan otentik, serta adanya kapasitas tanggung jawab dari wewenang seseorang
yang terukur dalam organisasi.

Selain itu independensi juga merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh seorang
auditor yang bebas dari pengaruh pihak lain, dan tidak berpihak. Akan tetapi, sikap mental yang
dimaksudkan di sini adalah sikap yang tidak mengandung arti bahwa seorang auditor harus
bersikap seperti penuntut umum. Maka jelas bahwa seorang auditor harus lurus tidak berpihak
kepada siapapun, selain memihak kepada kebenaran sesuai dengan pertimbangan keahliannya.
Dengan demikian seorang auditor dikatakan independen jika dapat melaksanakan tugasnya
dengan bebas (tanpa ada pengaruh) dan objektif.

Dalam menjalankan tugasnya tentunya seorang auditor akan dihadapkan kepada keadaan-
keadaan yang mempertaruhkan keindependensiannya. Keadaan-keadaanlah ini yang akan
menunjukkan sikap objeksifitas auditor dalam hal independensi. Misalnya kepentingan yang
dimiliki oleh pihak-pihak yang terdapat dalam suatu organisasi atau perusahaan akan berbeda-
beda, sebagai contoh kepentingan CEO akan berbeda dengan manajer, maka tidak jarang di sini
auditor dijadikan sebagai tunggangan kepentingan pihak-pihak yang terkait.

Keadaan lain yang dapat mepengaruhi independensi auditor adalah kadang kala terjadinya
kepentingan yang berbeda antara pihak internal perusahaan sebagai pihak yang mengeluarkan
laporan keuangan dan pihak eksternal sebagai pihak yang menggunakan laporan keuangan
perusahaan untuk tujuan tertentu. Misalnya perusahaan sebagai pihak internal akan
mengeluarkan laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya, sedangkan pihak eksternal
menginginkan suatu laporan dari perusahaan yang handal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Maka di sinilah diperlukan adanya auditor yang independen dalam melakukan tugasnya untuk
mengaudit laporan keuangan yang bebas tanpa adanya keterkaitan dengan pihak lain baik itu
pihak internal mapun pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan.

Dari beberapa keadaan di atas yang menyangkut dengan masalah independensi seorang auditor
tentunya akan berpengaruh terhadap hasil laporan yang dihasilkan, meskipun pengaruhnya tidak
akan nampak secara langsung. Meskipun dari keadaan-keadaan tersebut tidak berpengaruh
secara langsung terhadap hasil laporannya, namun akan memiliki dampak bagi seoarang auditor
dalam hal menentukan metodologi dan ruang lingkup auditnya. Maka dari itu independensi
merupakan sikap mental yang sangat diperlukan oleh seorang auditor dalam melakukan tugasnya
sehingga laporan atau opini yang dihasilkan akan dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai
dengan diharapkan oleh pihak-pihak yang terkait.

Hal ini sangat penting diperhatikan bagi profesi akuntan adalah bahwa masyarakat pada
umumnya tetap yakin mengenai adanya independensi akuntan publik. Keyakinan publik
dilemahkan dengan bukti adanya kekurangan independen dan hal ini juga akan dirugikan dengan
adanya keadaan di mana orang dengan cukup alasan percaya ada yang mempengaruhi
independensi.

Untuk dapat menjadi independen seorang auditor harus benar-benar jujur. Dan untuk dapat
diakui sebagai auditor yang independen, maka seorang auditor harus bebas dari kewajiban
apapun atau bebas dari kepentingan apapun dari klien, baik kepentingan manajemen atau
kepentingan para pemilik perusahaan atau organisasi.

Selain itu auditor yang independen tidak hanya dia harus independen dalam hal kenyataan
(independent in fact) yaitu kemampuan yang terdapat dalam diri auditor dalam hal kemampuan
auditor untuk bersikap jujur, objektif dan bebas, akan tetapi juga harus independen dalam hal
penampilan (independent in appearance) yaitu independen jika dilihat pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor dan
klienya. Oleh karena itu seoranga auditor tidak hanya dituntut harus bersikap bebas sesuai fakta,
melainkan juga auditor tersebut menghindari keadaan-keadaan yang menunjukkan atau membuat
pihak lain meragukan akan kebebasannya.

Secara sederhana, independensi auditor dapat dilandasi oleh dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu integritas dan rasionalitas. Integritas tidak hanya suatu suatu konsep berkaitan dengan
konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip,
dan berbagai hal yang dihasilkan. Akan tetapi juga pikiran dan tindakan yang diikat berdasarkan
bukti atau data dalam rangka menyuguhkan bukti yang kuat. Dan juga rasionalitas bukan hanya
berdasarkan pikiran dan tindakan hanya dengan bukti, melainkan juga bukti atau data tersebut
dapat dijelaskan.
Dengan demikian independensi seorang auditor sangat diperlukan untuk dapat memperoleh
kepercayaan klien khususnya dalam hal laporan keungan. Dengan adanya independensi adan
menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Oleh karena itu,
memiliki keahlian dalam audit saja tidak cukup, melainkan juga dibutuhkan independensi.
Karena laporan yang disusun tanpa adanya independensi atau dengan kata lain bahwa dalam
penyusunan laporan tidak bebas dari kepentingan pihak lain, maka akan mengurangi keyakinan
dari pengguna laporan akan kredibilitas informasi yang disajikan. Adapun hasil dari laporan
yang diaudit diharapkan terbebas dari salah saji, dapat dipertanggung jawabkan dan juga dapat
dipercaya kebenarannya untuk kemudian dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
yang tentunya telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku .

OBJEKTIVITAS

Pengertian Objektivitas menurut :

Wayan, 2005 adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor.
Objektivitas merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi yang lain.
Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor (akuntan publik) untuk tidak memihak,
jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.

Wibowo, 2006 adalah auditor menunjukkan objektivitas profesional pada tingkat yang tertinggi ketika
mengumpulkan, mengevaluasi, dan melaporkan informasi kegiatan atau proses yang sedang diuji.

Objektivitas merupakan suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan
auditor (Arens dan Loebbecke, 2003 dalam Ibrani, 2007). Lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip
objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual dan
bebas dari konflik kepentingan. Walaupun prinsip ini tidak dapat diukur secara pasti, namun prinsip
obyektivitas merupakan suatu keharusan, artinya bahwa setiap anggota profesi wajib melaksanakan dan
mengusahakannya.

INTEGRITAS

Integritas juga merupakan komponen profesionalisme auditor. Integritas adalah kepatuhan tanpa
kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan, kemanfaatan, kepalsuan, atau
kedangkalan apapun. Pentingnya integritas berasal dari ide bahwa profesi adalah "panggilan" dan
membutuhkan profesional untuk fokus pada gagasan bahwa mereka melakukan pelayanan publik.
Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang berarti
memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler,
2003).

Anda mungkin juga menyukai