Anda di halaman 1dari 2

Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate governance dan

earning management. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara pemilik dan
pengelola, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep
yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi
lebih sehat. Penerapan corporate governance berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi
dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agen
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan
sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak

Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing
pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga muncullah informasi
asimetri antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer
untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi
perusahaan

Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda
dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadi,
hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk memfokuskan pada proyek dan investasi
perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek yang menguntungkan jangka
panjang.

Audit internal

Permasalahan yang muncul dari agency problem mampu diatasi melalui salah satu
mekanisme pengawasan yang dinamakan audit. Watts et al. (1986) berargumen bahwa
pengauditan memainkan peranan penting dalam memonitor kontrak dan mengurangi
risiko informasi. Selain itu, Wallace (1985) juga menyatakan bahwa audit merupakan cara
yang mampu mengurangi biaya agensi akibat adanya perilaku mementingkan diri sendiri oleh
manajer dan asimetri informasi.[3]

Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang yang
memiliki rasionalitas ekonomi, di mana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh
kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi
kepentingan orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses
pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut
diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya yang tercermin
dalam laporan keuangan.

Auditing merupakan suatu proses sistematik yang terdiri atas langkah-langkah yang berurutan
termasuk (1) evaluasi internal control accounting, (2) tes terhadap subtansi transaksi-transaksi
dan saldo. Sistem akuntansi, mencakup pengendalian internal yang diperlukan, dan
menghailkan data yang tercantum dalam laporan keuangan. Karena itu auditor mempelajari
dan mengevaluasi pengendalian inteern seebelum melakukan tes substansi dari transaksi-
transaksi dan saldo-saldo perkiraan (substantive testing). Pengendalian intern yang kuat
meningkatkan tingkat kepercayaan auitor dan mengurangi jumlah tes atas transaksi-transaksi
dan saldo-saldo perkiraan. Auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit
yang sufficient (cukup) dan competent.

Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya kepada pihak-pihak yang


berkepentingan. Komunikasi tersebut merupakan puncak dari proses atestasi, dan
mekanismenya adalah laporan audit. Langkah-langkah utama dari auditing dapat dilihat
melalui ilustrasi berikut,[4]

Anda mungkin juga menyukai