BAB III
ANALISA KASUS
Dalam menentukan diagnosis yang tepat pada kasus stroke hal ini tidak
hanya didukung dari beberapa pemeriksaan penunjang namun dari anamnesis
dan pemeriksaan yang tepat juga dapat membantu menegakkan diagnosis dari
stroke ini sendiri. Pada kasus ini dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
ditemukan bahwa keluhan yang dirasakan pasien mengarah kepada stroke non
hemoragik atau disebut juga stroke iskemik. Hal ini dilihat berdasarkan skor
siriraj dan gajah mada skor juga mengarah kepada stroke non hemoragik.
Berdasarkan hasil anamnesis, etiologi pada kasus ini mengarahkan
kepada stroke non hemoragik. Didapatkan Siriraj Skor dan skor gajah mada
pada pasien:
Siriraj Skor : Rumus = (2.5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0.1 x 80) – (3 x 0) –
12 = -4 (mengarah ke stroke non hemoragik),
Gajah Mada: Nyeri kepala (-), Penurunan Kesadaran (-), Refleks Babinski
(+) menandakan bahwa stroke iskemik akut atau stroke infark.
Selanjutnya dalam membedakan apakah stroke ini hemoragik atau non
hemoragik maka dapat dibandingkan dengan beberapa diagnosis dibawah ini :
Dari hasil pemeriksaan untuk diagnosis klinis pada kasus ini yaitu
kemungkinan lesi di Cortex hemisferium cerebri sinistra dapat disingkirkan.
Dari hasil pemeriksaan untuk diagnosis klinis pada kasus ini yaitu
kemungkinan lesi di Subcortex hemisferium cerebri sinistra belum dapat
disingkirkan.
disingkirkan
Jadi dari hasil pemeriksaan untuk diagnosis etiologi pada kasus ini yang
lebih tepat sesuai dengan gelaja pada pasien adalah Emboli Cerebri.
Pada kasus ini pasien memiliki juga memiliki anemia dan hipertiroid.
Pada beberapa penelitian terdahulu telah menemukan adanya keterkaitan
antara hipertiroid dan terjadinya stroke iskemik. Penelitian kohort yang
dilakukan oleh Sheu, dkk (2010) pada total sampel 28.584 pasien selama 5
tahun menemukan kemungkinan mengalami stroke iskemik 1,44 kali lebih
besar pada pasien dengan hipertiroid dibandingkan dengan atau tanpa
hipertiroid.
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana terdapat kadar hormon tiroid yang
berlebihan di dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi,
diantaranya berupa Atrial Fibrilasi (AF) dan kardiomiopati yang dapat
meningkatkan resiko timbulnya tromboembolisasi.
Trombus intrakraadial terbentuk bila terdapat kelainan pada katup atau
dinding rongga jantung, trombus ini terbentuk bila terjadi gangguan irama
63
jantung sehingga terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium seperti pada
fibrilasi atrium.
Menurut Japardi (2002) trombus atau emboli terbentuk akibat kontraksi
tidak teratur endokardium yang menyebabkan trombus terlepas menjadi
emboli. Emboli yang menyumbat aliran darah dapat menyebabkan hipoksia
neuron yang diperdarahinya. Maka daerah tersebut akan mengalami iskemik
dan berlanjut menjadi infark.
Tatalaksana pada penderita berupa IVFD RL gtt 20x/m, Inj. Citicoline
2x500 mg/iv, Elevasi kepala 300, 02 nasal kanul 3-4 L/m, Inj. Ranitidine 2x1
amp/iv, Amlodipine 1x5 mg, Clopidogrel 1x75 mg, Propanolol 1x10 mg,
Neurodex 1x1 tab, Tyrozol 1x10 mg, Nystatin Drop 4x1 cc, Transfusi PRC
800 ml dan Fisioterapi.
Citicolin diberikan untuk memperbaiki membran sel saraf melalui
peningkatan sintesis phospoyidylcholine dan memperbaiki neuron kolinergik
yang rusak.. Neurodex adalah vitamin neurotropik yang diperlukan unruk
menjaga sistem saraf supaya dapat bekerja dengan baik serta dibutukan untuk
melindungi dan membantu perbaikan kerusakan sel saraf.
Amlodipine merupakan dihidropyridine calcium chanel antagonist yang
menghambat masuknya kalsium ekstraseluler menuju otot polos pembuluh
darah melalui blockade dari kalsium yang menyebabkan relaksasi dari otot
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Clopidogrel
diberikan sebagai antiplatelet yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dan menjaga agar darah tetap mengalir lancar didalam tubuh.
Prognosis stroke iskemik dipengaruhi oleh beberapa faktor dan serangan
yang berulang antara lain tingkat kesadaran sadar 16 % meninggal, somnolen
39 % meninggal, yang stupor 71 % meninggal, dan bila koma 100 %
meninggal, pada pasien sadar dan kooperatif, usia pada usia 70 tahun atau
lebih, angka – angka kematian meningkat tajam pada kasus masih dibawah 70
tahun, jenis kelamin: laki – laki lebih banyak (16 %) yang meninggal dari
pada perempuan (39 %) karena gaya hidup dan pada pasien ini diderita untuk
kedua kalinya. Hal ini berguna untuk prognosis dari penyakit. Dimana pada
64