Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

ANALISA

4.1 Neoliberalisme terhadap Transportasi Indonesia

4.1.1 Definisi Neoliberalis

Harvey (2005) mengatakan bahwa “Neoliberalisme adalah pada tingkat


pertama teori praktek ekonomi politik yang mengusulkan bahwa manusia
dengan wujud terbaik dapat maju dengan membebaskan kebebasan
kewirausahaan individu dan keterampilan dalam kerangka kelembagaan yang
kuat ditandai dengan hak kepemilikan pribadi, pasar bebas dan perdagangan
bebas. Peran negara adalah untuk menciptakan dan mempertahankan suatu
kerangka kelembagaan yang tepat untuk praktek-praktek tersebut.

Menurut Coen Husain Pontoh, Malapetaka Demokrasi Pasar, Yogyakarta,


Resist Book, 2005, Hal. 67. Pengertian Neoliberalisme adalah sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang
untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi, menjual,
menyalurkan dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah hanya
menjalankan fungsi deregulasi bagi mekanisme pasar dan hanya untuk
memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang
berjalan.

Konsep ini muncul berdasarkan pemikiran bahwa untuk kemajuan


manusia maka perlu adanya kebebasan berusaha. Kebebasan berusaha atau
free enterprise ini meliputi hak kepemilikan, kebebasan individu, pasar bebas
dan perdagangan bebas.

Dalam perspektif neoliberal, mekanisme pasar harus berjalan tanpa


batasan atau undang-undang sama sekali. Adanya kompetisi antar individu,
antar pengusaha, antar kelompok daerah merupakan hal yang menguntungkan.
Neoliberalisme disebut juga dengan Globalisasi (Globalization).
Sedangkan neoliberalis adalah orang yang menganut paham Neoliberalisme.

4.1.2 Neoliberalisme di Indonesia

Pemikiran utama dalam doktrin neoliberalisme menyebutkan bahwa,


demokrasi adalah sistem politik terbaik dan ekonomi pasar bebas adalah sistem
ekonomi yang terbaik. Namun demikian, konsep neoliberalisme tidak
sepenuhnya sejalan dengan demokrasi.

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem politik demokratis.


Di Indonesia sendiri pelaksanaan ekonomi neoliberal telah berlangsung sejak
tahun 1997. Sampai saat ini , paham neoliberalisme tumbuh subur di Indonesia.

Adapun ciri-ciri neoliberalisme di Indonesia adalah :

1. Pasar yang berkuasa

Membebaskan kegaiatan swasta dari peraturan dan kebijakan


pemerintah, walaupun kegiatan membawa dampak yang buruk terhadap
rakyat dan kehidupan bermasyarakat.

2. Free Trade Area

Zona ekonomi bebas merupakan langkah pertama negara barat untuk


menguasai ekonomi Indonesia. Jika kita amati, sesungguhnya hal ini
akan mematikan sektor mikro usaha ekonomi rakyat yang berkembang.
Sehingga sektor ekonomi lokal akan tumpul dan digantikan dengan
ekonomi liberal karena tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri.

3. Regulasi

Selama ini Pemerintah RI selalu saja mengeluarkan UU ekonomi


yang sarat akan nilai liberal. Hal inin menharuskan diadakannya
pengkajian ulang terhadap UU ekonomi yang bermasalah dan bertolak
belakang dengan UUD 1945 pasal 33.

4.1.3 Neoliberalisme terhadap Transportasi Indonesia

Saat ini transportasi yang layak dan efektif sudah menjadi bagian yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi termasuk bagian
penting untuk menunjang berbagai kegiatan di sebuah kota, termasuk di
indonesia .

Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan


sehari-hari. Agar segala kegiatan manusia dapat didukung secara memadai
maka dibutuhkan sarana dan prasaran yang mampu menunjang. Namun seiring
dengan berjalannya waktu bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah
menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan alat transportasi. Karena
bertambahnya penggunaan transportasi di suatu wilayah mengakibatkan
wilayah tersebut mengalami kemacetan.

Selain itu timbul beberapa masalah lain, seperti tidak adanya jaminan
keamanan dalam menggunakan transportasi umum (kopaja , mikrolet, dll) serta
pemerintah yang belum mampu menyediakan jumlah sarana transportasi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (krl, transjakarta).

Adanya masalah pada penyediaan sarana transportasi , merupakan


peluang bagi wirausahawan kreatif. Mereka menggunakan peluang ini dengan
membuat sarana transportasi alternatif. Selain itu pada era globalisasi ini
Indonesia berada pada tingkat hyper-tech , fase dimana pertumbuhan teknologi
tidak dapat dihindari. Sehingga wirausahawan tersebut menciptakan sarana
transportasi alternatif lain berbasis online, yaitu Ojek Online.

Fenomena transportasi di negara Indonesia ini jelas merujuk pada


definisi neoliberalisme menurut Harvey (2005).
Berikut penjelasan mengenai adanya paham neoliberalisme dalam
transportasi Indonesia :

1. Negara membebaskan seluruh masyarakat dan memberikan kebebasan


dalam melakukan kewirausahaan individu dan keterampilan. Contohnya
memberikan kebebasah wirausahawan untuk menciptakan sarana
transportasi alternatif.

2. Salah satu sarana transportasi alternatif adalah ojek online. Ojek online
merupakan sarana transportasi yang menggunakan sepeda motor roda
dua, sedangkan pada UU No 22 tahun 2009 dikatakan bahwa kendaraan
roda dua tidak dimaksudkan untuk angkutan publik. Tetapi pemerintah
tidak menunjukan ketegasannya dalam hal ini. Hingga saat ini belum ada
aturan yang jelas mengenai hal tesebut.

3. Penyediaan transportasi alternatif untuk publik disediakan oleh


perusahaan swasta bukan oleh pemerintah.

Pemerintah harus berhati-hati dalam memberikan regulasi untuk


transportasi online. Perkembangan zaman membawa Indonesia kepada fase
hyper-tech dan hyper inovasi, sehingga adanya sarana transportasi berbasis
online merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan.

Adanya fenomena transportasi online sebaiknya digunakan sebagai


dorongan bagi pemerintah untuk membenahi transportasi publik. Pemerintah
harus fokus mendorong perbaikan transportasi umum seperti membenahi
armada, memperbaiki fasilitas, dan memberikan kenyaman kepada masyarakat.
Pemerintah saat ini memang sudah menyediakan sarana transportasi umum
seperti busway. Moda busway pun sudah ditambah terus menerus, tapi masih
juga belum cukup. Terobosan pemerintah masih kurang cepat dibanding
swasta.

Selain itu adanya transportasi online , membuat pemerintah harus


bersikap tegas dan memberikan peraturan yang jelas misalnya dengan
membuat regulasi yang sama untuk ojek online seperti regulasi taksi online.
Atau melakukan revisi terhadap UU no 22 tahun 2009 mengenai lalu lintas dan
angkutan jalan raya. Dasar untuk merevisi UU No 22 dapat diambil dari UUD
1945 pasal 278 C ayat 1 yang berbunyi ; Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Peran negara atau pemerintah dalam melakukan kegiatan perekonomian


sangat dibutuhkan , walaupun seluruh masyarakat diberikan kebebasan dalam
melaksanakan kegiatan ekonomi. Hal ini dilakukan agar tidak ada
penyalahgunaan kekuasaan atau terpusatnya kekayaan pada suatu kelompok di
masa yang akan datang.

4.2 Transportasi Konvensional vs Transportasi Online

Sejak tahun 2016 lalu permasalahan pada dunia angkutan transportasi


umum memanas setelah diluncurkan transportasi berbasis online secara resmi.
Peralihan minat masyarakat dalam bidang transportasi begitu pesat
perubahannya. Para penyedia jasa layanan transportasi konvensional protes
terhadap keberadaan aplikasi daring atau online , hal ini menjadi bukti
gagapnya pengusaha maupun pelaku industri konvensional menghadapi gejala
disrupsi teknologi.

Transportasi online muncul sebagai jawaban atas keluhan masyarakat


terhadap kondisi lalu lintas yang semakin hari semakin macet sehingga muncul
ide tersebut. Tawaran akan kemudahan mengakses angkutan melalui smart
phone sangat memanjakan, sehingga membuat konsumen beralih dari
transportasi konvesional. Namun, hingga saat ini legalitas transportasi online
masih menjadi perdebatan oleh pengamat transportasi dan pihak-pihak lain
yang terkait.
Pergeseran transportasi konvensional menjadi online memberikan
banyak dampak terhadap masyarakat Indonesia. Baik itu dampak positif
maupun dampak negatif.

Adapun dampak positif dari adanya transportasi online adalah :

1. Menciptakan peluang kerja

Ada sekitar 300.000 akun yang terdaftar sebagai pengendara lepas


untuk Gojek dan Uber di Indonesia. Angka ini signifikan dan
kemungkinan besar akan terus bertumbuh di Indonesia.

Gojek dan Grab mulai beroperasi di Indonesia masing-masing di


2011 dan 2012. Uber memasuki Indonesia di 2014 dan tahun
berikutnya mereka mengumumkan akan menambah jumlah
pengemudi dari 12.000 menjadi 100.000 di 2017.

Sebuah penelitian tahun 2015 yang dilakukan Grab mengenai para


pengemudi mereka di Indonesia mengangkat dampak positif Grab
pada pengemudi. Supir Grab dapat membayar biaya sekolah anak-
anak mereka dan memiliki tabungan untuk membeli rumah. Selain
itu, pengemudi GrabCar menakar fleksibilitas kerja sebagai
keuntungan utama bergabung dengan layanan tersebut.

2. Mempermudah masyarakat

Sebagian besar pengguna jasa transportasi online mengaku merasa


dimudahkan dengan layanan jemput di lokasi. Mereka tidak perlu
repot-repot mencari transportasi konvensional. Cukup memesan
layanan melalui layar smartphone, maka driver transportasi online
siap menjemput.

3. Menghemat waktu

Dengan banyaknya perusahaan transportasi online yang ada di


Indonesia seperti Go-Jek, Grab, dan Uber cukup dengan
mengunduh aplikasi yang ditawarkan dan pesan melalui
smartphone, maka dalam hitungan menit, jasa transportasi siap
mengantarkan pesanan atau mengantar anda ke tempat tujuan.

Selain dampak positif yang muncul akibat adanya transportasi online,


timbul pula dampak negatif.

Adapun dampak negatif dari muculnya transportasi online yaitu :

1. Pekerjaan yang tak stabil dan rawan

Pekerjaan ini bukan tanpa kekurangan. Pengemudi layanan


transportasi online diklasifikasikan sebagai kontraktor mandiri atau
mitra kerja, bukan karyawan. Ini berarti pengemudi dan keluarga
mereka harus mengatasi sendiri risiko-risiko yang berhubungan
dengan pekerjaan.

Hal ini berarti membebaskan perusahaan dari kewajiban untuk


memenuhi upah minimum, uang lembur, tunjangan kesehatan,
pensiun, dan jaminan sosial pekerja. Para pengemudi yang
bergantung pada taksi online sebagai sumber pemasukan utama
mereka lebih rentan terhadap ketidakpastian pendapatan,
dibandingkan mereka yang memiliki pekerjaan lain.

Tidak adanya aturan mengenai jam kerja atau yang sering di sebut
dengan jam kerja fleksibel, membuat pengemudi memperoleh risiko
lain karena pengemudi cenderung bekerja lebih lama untuk
memaksimalkan pemasukan mereka.

2. Tingkatan perlindungan pekerjaan

Di situasi ini jutaan pekerja aplikator online kehilangan haknya


untuk menjadi peserta program kesehatan negara, yaitu BPJS
Kesehatan. Padahal BPJS Kesehatan dapat mengcover pekerja dan
keluarganya 24 jam.
3. Kemacetan

Walaupun hadirnya transportasi online bertujuan untuk mengurangi


kemacetan, tapi kenyataannya di lapangan banyak para pengemudi
transportasi online yang menunggu orderan penumpang di trotoar.
Hal ini tidak jarang menimbulkan kemacetan di jalanan.

4. Konflik dengan transportasi konvensional

Adanya tranportasi online membuat para pengemudi transportasi


konvensional merasa terintimidasi serta merasa pangsa pasarnya
telah direbut oleh transportasi online.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam menangani


permasalahan transportasi di Indonesia. Pemerintah harus mampu
memberikan solusi terkait permasalahan transportasi di Indonesia. Sikap
pemerintah dalam membentuk regulasi harus kuat dan tegas, yang artinya
pemerintah tidak boleh goyah selama regulasi itu terbukti dan benar
adanya serta regulasi tersebut tidak memihak salah satu pihak saja.

Munculnya transportasi online tidak akan menjadi masalah di masa


yang akan datang, jika pemerintah turut mengontrol jalannya mekanisme
pasar. Regulasi tepat yang dikeluarkan pemerintah akan memberikan
persaingan yang sehat antara transportasi konvensional dan transportasi
online ke depannya. Sehingga idealnya neoliberalisme pada transportasi
di Indonesia dihapuskan.

Anda mungkin juga menyukai