Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMBAHASAN

Pembahasaniniakanmenguraikanmaknahasilpenelitian yang

dilakukantentanghubungan beban kerja dengan motivasi perawat dalam

melakukan triage di IGD RSUD Tugurejo Semarang.

Pembahasaninimencakupperbandinganantarahasilpenelitiandenganpenelitiansebel

umnyadankonsepteoritis. Bab

inijugaakanmenjelaskantentangketerbatasanpenelitian yang telahdilaksanakan.

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Tingkat Beban Kerja

Beban kerja yang terjadi di IGD RSUD Tugurejo Semarang yaitu

beban kerja tinggi sejumlah besar (70 %) atau 21 perawat dan (30%) atau

9 perawat yang memiliki beban kerja rendah, yang berarti bahwa perawat

yang ada di IGD RSUD Tugurejo Semarang lebih banyak memiliki tingkat

beban kerja yang tinggi dari total 30 responden. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian haryanti (2013) beban kerja tinggi akan mempengaruhi

tingkat stres perawat sebanyak 93,1 %. Di dukung dengan hasil penelitian

Diana Kusumawati (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar beban

kerja dalam kategori berat sejumlah 11 responden (78,6%) dan kinerja

perawat di ruang IGD RSUD Blambangan Banyuwangi dalam kategori

kurang sejumlah 10 responden (71%).

Menurut Rodahl dkk (1989) dalam Tarwaka (2011), beban kerja terjadi

karena banyak faktor diantaranya faktor eksternal dan internal, yang

74
75

termasuk beban kerja eksternal adalah tugas itu sendiri, organisasi dan

lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor, dan

yang termasuk faktor internal dibagi menjadi dua yaitu faktor somatis

(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi); serta

faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll).

Menurut peneliti dalam persepsi perawat di IGD RSUD Tugurejo

Semarang, beban kerja merupakan penilaian individu mengenai sejumlah

tuntutan tugas atau kegiatan yang membutuhkan aktivitas mental misalnya

untuk mengingat hal-hal yang diperlukan, konsentrasi, mendeteksi

permasalahan, mengatasi kejadian yang tak terduga dan membuat

keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan pekerjaannya. Apabila

individu merasakan beban kerja tinggi perawat akan menunjukkan sikap

dan emosi negatif dalam bekerja, sedangkan individu yang memiliki beban

kerja rendah perawat akan menunjukkan sikap dan emosi yang positif

sehingga mampu bekerja dengan baik, beban kerja rendah akan berdampak

positif terhadap efektivitas organisasi.

Hal lain yang dapat memperberat beban kerja perawat di Instalasi Gawat

Darurat adalah belum maksimalnya pengaturan tenaga berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien yang dirawat karena semakin tinggi tingkat

ketergantungan pasien maka semakin banyak tindakan yang akan

dilakukan. Jika beban kerja perawat tidak dikelola dengan baik akan

mempengaruhi motivasi perawat baik itu beban kerja rendah atau beban

kerja tinggi, yang menjadi perhatian adalah bila beban kerja perawat
76

berlebihan akan menyebabkan kelelahan dan stress pada perawat yang

akan berdampak pada pelayanan perawat.

Jumlah Rata-rata pasien perhari mencapai ± 50 pasein dengan 30 orang

perawat. Jika dihitung menggunakan metode Depkes (2011) dengan rumus

Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/hari

Jam kerja efektif/hari

Ditambah lost day 86/279xjumlah kebutuhan.

Rata-rata jumlah pasien perhari = 50

Jumlah jam perawatan perhari = 4 jam

Jam efektif perhari = 7 jam

Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:

50 x 4= 29 org + loss day ( 86 x 29) = 29 org + 9 org = 38 org.


7 279

Komposisi perawat dinas pagi : siang : malam (47% :36% :17%) =

17,8 :13,68 :6,46 atau pagi 18 orang, sore 14 orang, malam 6 orang.

Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan antara jumlah pasien yang

dirawat dengan jumlah perawat yang ada. Jumlah perawat di IGD RSUD

Tugurejo Semarang ada 30 orang dengan rata-rata 50 pasien perhari jika

kebutuhan tenaga perawat dihitung menggunakan metode diatas maka

kebutuhan tenaga perawat kurang 8 orang. Jadi kebutuhan tenaga

keperawatan yang ada di ruang IGD RSUD Tugurejo Semarang masih

belum memadai, dan rasio kebutuhan tenaga keperawatan yang didasarkan

pada jumlah pasien yang dirawat masih belum memenuhi standar, Semua
77

hal itu berdampak terhadap beban kerja perawat IGD akibatnya sebagian

besar beban kerja perawat IGD dalam kategori tinggi. Hal ini sesuai

dengan hasil tabulasi peneliti pada kuesioner beban kerja pernyataan

nomor 14 yaitu “jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat” dari

30 responden ada 20 responden yang menyatakan “Setuju” bahwa jumlah

pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat.

Jika dilihat dari jenis kelamin responden, mayoritas responden dengan

adalah perempuan sebanyak 18 0rang (60%). Menurut Manuaba dan

Prihatini (2007), faktor yang berasal dari reaksi beban kerja internal adalah

Reaksi tubuh disebut strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik

secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis

(jenis kelamin, ukuran, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, dan kepuasan). Jenis kelamin

sangat berpengaruh terhadap beban kerja karena kekuatan tubuh yang

dimiliki oleh seorang perempuan lebih kecil dari pada seorang laki-laki.

Dari kenyataan yang ada dapat diperlihatkan ketika perawat di ruang IGD

RSUD Tugurejo Semarang mempunyai tugas dalam hal pekerjaan berat

seperti mengantar pasien ke ruangan rawat inap, memindahkan pasien dari

ambulan ke ruang IGD, melakukan resusitasi jantung paru dan lain

sebagainya, hal tersebut dilakukan oleh perawat yang berjenis kelamin

perempuan.

Jika dilihat dari umur responden, lebih dari setengahnya responden dengan

berumur <50 tahun yaitu sebanyak 22 orang (73,3%), karena kemampuan


78

untuk menyesuaikan diri pada situasisituasi dalam bekerja dan proses

pemahaman serta kematangan dalam bekerja dapat dicapai pada umur 30-

45 tahun. Di usia yang masih muda, proses pembelajaran dalam hal

adaptasi terhadap pekerjaan dan penyesuaian terhadap situasi yang baru

masih sangat dirasakan oleh responden yang masih berada di umur usia

muda sehingga membutuhkan ketekunan dan semangat untuk memperoleh

aktualisasi diri dalam bekerja.

2. Gambaran Tingkat Motivasi

Tingkat motivasi perawat dalam melakukan triage di IGD RSUD

Tugurejo Semarang sebagian kecil (40 %) atau 12 perawat yang memiliki

motivasi tinggi dan (60%) atau 18 perawat yang memiliki motivasi rendah,

yang berarti bahwa perawat yang ada di IGD RSUD Tugurejo Semarang

lebih banyak memiliki tingkat motivasi yang rendah dari total 30

responden. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi Nurhanifah (2015)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna beban kerja

(V=0.017) dan supervisi (0.001) dengan motivasi melaksanakan triage.Di

dukung dengan hasil penelitianGanda Tua Parulia (2012) yang

menunjukkan beban kerja keperawatan cukup tinggi dengan rata-rata

294,64 menit. Kategori beban kerja tinggi 67,9% dan motivasi kerja

tinggi 55,4%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara beban kerja dengan motivasi kerja perawat dengan p-

value0,042.
79

Menurut Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua

faktor tentang motivasi yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor

motivasi intrinsik adalah perilaku yang terbentuk karena ada suatu

kepentingan dari dalam dirinya sendiri, faktor motivasi intrinsik yang

dianalisis pada penelitian ini terdiri dari faktor-faktor tanggung jawab,

pengakuan, dan pengembangan.Faktor motivasi ekstrinsik adalah perilaku

yang terbentuk akibat adanya keinginan yang terbentuk akibat adanya

keinginan mendapatkan ganjaran materi atau sosial atau untuk

menghindari suatu hukuman. Faktor motivasi ekstrinsik yang dianalisis

pada penelitian ini terdiri dari faktor-faktor insentif, lingkungan kerja,

keamanan dan hubungan.

Motivasi kerja yang tinggi pada perawat ditandai dengan adanya beban

kerja yang rendah. beban kerja yang rendah diekspresikan pada rasa

senang terhadap pekerjaannya. Apabila pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan baik, dan kebutuhan perawat terpenuhi maka akan menumbuhkan

hubungan baik sesama perawat, menciptakan suasana nyaman, akrab dan

saling mendukung, sehingga perawat akan merasa senang dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dengan kata lain apabila perawat merasa

bahwa pekerjaannya memberikan kepuasan berarti perawat merasa bahwa

pekerjaan yang dilakukan telah berhasil memenuhi kebutuhannya, dan hal

ini akan mendorong karyawan untuk berperilaku sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.


80

Jika dilihat daripendidikan, lebih dari setengahnya responden

berpendidikan DIII keperawatan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%).

Menurut peneliti banyaknya perawat D3 dibandingkan S1 karena mereka

lebih dipersiapkan sebagai tenaga struktural atau manajemen seperti

menjadi kepala ruangan, supervisor atau ketua tim. Sedangkan perawat

yang berpendidikan D3 disiapkan sebagai perawat pelaksana.Selain itu

perawat D3 sebagian dari mereka telah bekerja lama di IGD sehingga

mereka lebih berpengalaman sedangkan perawat perawat baru sebagian

dari mereka masih muda dan baru lulus kuliah sehingga dari mereka belum

berpengalaman. Dari kenyataan yang ada, tenaga kerja di ruang IGD

RSUD Tugurejo Semarang sudah memiliki skill yang cukup dan teori

yang mempuni untuk melakukan analisa masalah serta pemberian layanan

asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.

Tetapi tidak didukung oleh jumlah tenaga yang memadai sesuai dengan

perbandingan jumlah pasien dengan tenaga keperawatan yang ada.

Meskipun seorang perawat yang memiliki kemampuan dan intelektual

yang tinggi, apabila tidak sesuai dengan perbandingan jumlah pasien

dengan tenaga yang ada maka tidak akan bisa melakukan pekerjaannya

untuk mencapai kinerja yang optimal.

Jika dilihat dari masa kerja sebagian besar responden memiliki masa

kerja <15 tahun sebanyak 17 orang (56,7%). Hal ini sesuai dengan

pendapat Siagian (2007) bahwa semakin lama seseorang bekerja akan

semakin terampil dan berpengalaman menghadapi masalah dalam


81

pekerjaan.Dari hasil penelitian yang didapat, maka peneliti berpendapat

masa kerja seseorang dalam bekerja pada pekerjaan sejenis perlu

mendapatkan pertimbangan dalam penempatan tenaga kerja. Menurut

peneliti lama kerja dapat mempengaruhi beban kerja dan motivasi perawat,

semakin lama masa kerja seseorang maka akan memberikan keahlian dan

keterampilan kerja yang lebih baik. Sebaliknya, terbatasnya masa kerja

seseorang maka akan mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilam

yang dimiliki juga akan semakin rendah.

Hasil tabulasi peneliti pada kuesioner motivasi pernyataan nomor 3 yaitu

“perawat mendapatkan perhatian positif pada penilaian kenaikan pangkat”

dari pernyataan tersebut 21 orang dari 30 responden menyatakan “jarang”

mendapakan perhatian positif pada penilaian kenaikan pangkat, pernyataan

nomor 5 yaitu “perawat bekerja sesuai dengan jadwal dan pedoman yang

telah dibuat dan tepat waktu” dari pernyataan tersebut 21 orang dari 30

responden juga menyatakan “jarang” perawat bekerja sesuai dengan

jadwal dan pedoman yang telah dibuat dan tepat waktu. Pernyataan diatas

cenderung menunjukan bahwa motivasi perawat di IGD RSUD Tugurejo

Semarang termasuk kategori rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa 18 orang (60%) dari total 30 responden di IGD RSUD Tugurejo

Semarang memiliki motivasi yang rendah.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan beban kerja dengan motivasi


82

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di IGD RSUD Tugurejo

Semarang dengan 30 orang responden menunjukan bahwa 21 orang (70%)

perawat memiliki beban kerja yang tinggi dan 9 orang (30%) perawat yang

memiliki beban kerja rendah. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan

menggunakan program komputer di dapatkan hasil nilai korelasi 0,407

dalam katagori sedang (0,40 - 0,59) dengan signifikan atau nilai p value

0,026 ≤ 0,05 yang berarti ada hubungan antar beban kerja dengan motivasi

perawat, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara beban

kerja dengan motivasi. Artinya semakin berat beban kerja perawat maka

semakin rendah motivasi dalam melaksanakan triage. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan Dewi Nurhanifah (2015) bahwa

ada hubungan antara beban kerja dengan motivasi perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji

statistic Sperman’s rho dengan nilai signifikansi p value = 0,017 (alfa α ≤

0,05) dengan nilai korelasi 0,401. Di dukung oleh hasil penelitian Haryanti

(2013) yang menyatakan bahwa di dapatkan beban kerja perawat sebagian

besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja

perawat sebagian besar adalah sedang sebanyak 24 responden (82,8%).

Menurut Rodahl dkk (1989) dalam tarwaka (2011) menyatakan bahwa

beban kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut a. Faktor eksternal

yaitu Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,sedangkan

tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat


83

kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan. Organisasi kerja seperti

lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem

pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

Lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,lingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai

sumber stresor. b. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari

dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi

tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara

obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis

kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

Menurut Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua

faktor tentang motivasi yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor

motivasi intrinsik adalah perilaku yang terbentuk karena ada suatu

kepentingan dari dalam dirinya sendiri, faktor motivasi intrinsik yang

dianalisis pada penelitian ini terdiri dari faktor-faktor tanggung jawab,

pengakuan, dan pengembangan.Faktor motivasi ekstrinsik adalah perilaku

yang terbentuk akibat adanya keinginan yang terbentuk akibat adanya

keinginan mendapatkan ganjaran materi atau sosial atau untuk

menghindari suatu hukuman. Faktor motivasi ekstrinsik yang dianalisis

pada penelitian ini terdiri dari faktor-faktor insentif, lingkungan kerja,

keamanan dan hubungan.


84

Menurut peneliti bekerja di IGD membutuhkan kecekatan, keterampilan

dan kesiagaan setiap saat karena IGD merupakan gerbang utama

masuknya penderita. Banyaknya pasien yang masuk harus diimbangi

dengan jumlah perawat yang dinas. Di IGD RSUD Tugurejo Semarang

jumlah pasien yang masuk setiap harinya rata-rata 50 orang setiap harinya

sedangkan jumlah perawat yang berdinas setiap shiftnya hanya 6 orang

sehingga mereka merasa bebannya cukup berat sehingga terkadang ruang

triage tidak ada yang menjaga terutama pada shift sore dan malam. Selain

itu perawat IGD merasa mereka harus bekerja dengan ektra dan juga

tuntutan keluaga pasien akan keselamatan. Kadang-kadang perawat di IGD

dihadapkan pada permasalahan yang sulit yaitu mereka harus mengambil

keputusan yang tepat disaat dihadapkan dengan keadaan klien dengan

berbagai kondisi sehingga mereka termotivasi untuk bekerja keras demi

keselamatan pasien. Untuk uraian tugas atau Jobdescription mereka

masing-masing bagian sudah ada tetapi karena kondisi di IGD yang

kadang tidak sesuai seperti kedatangan pasien yang banyak tidak

sebanding dengan perawat yang jaga sehingga mereka saling membantu

kebagian-bagian lain.Pelaksanaan triage sangat penting dilaksanakan

karena berfungsi untuk memilah dan mengelompokan pasien berdasarkan

tingat kegawatdaruratannya. Tanpa diklasifikasikan tingkat keprioritasan

pasien berakibat fatal dan beresiko mengancam nyawa.

C. KeterbatasanPenelitian
85

Pada penelitian ini penulis memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut

tentunya memberikan dampak pada tidak sempurnanya hasil yang diperoleh

dari penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain adalah jumlah variabel

yang digunakan untuk memprediksi beban kerja perawat yang terbatas pada

variabel motivasi saja. Masih ada banyak variabel lain yang sekiranya mampu

memberikan kontribusi pada beban kerja seperti faktor insentif atau reward,

lingkungan kerja, keamanan dan hubungan, tanggung jawab, pengakuan, dan

pengembangan.Berdasarkan hal tersebut maka penulis menyarankan pada

penelitian sejenis di masa yang akan datang untuk menambahkan variabel

penelitian yang sekiranya relevan mampu memprediksi beban kerja perawat.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar hasil penelitian menjadi lebih kompleks

dan akurat.

Penelitian ini hanya menggunakan metode survei dengan menyebarkan

kuesioner, tanpa melakukan interview langsung kepada responden.Sampel

dalam penelitian ini sangat terbatas disebabkan karena hanya berfokus pada

satu ruangan saja yakni ruang Instalasi Gawat Darurat sehingga belum bisa

mewakili seluruh perawat yang ada di RSUD Tugurejo Semarang.Penelitian

ini hanya menggunakan satu ruangan yaitu ruang Instalasi Gawat Darurat. Hal

ini karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai