Anda di halaman 1dari 24

Kata Pengantar

Bismillahirohmanirohim,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT,bahwasan-Nya kita dapat menyelesaikan
makalah “Macam - macam Indikator Akhlaq”. Dalam penyusunan makalah ini,kami mengalami beberapa
hambatan dalam penyusunan makalah. Namun atas bimbingan dari berbagai pihak,akhirnya kita dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Macam - macamIndikator Akhlaq ”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan membimbing kami selama melaksanakan pembuatan makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan nya.Semoga makalah ini berguna bagi kami umumnya
dan bagi pembaca semua.
Bandung, 25 Maret 2018

1
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................3


A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 3
B. Rumusan masalah .......................................................................................................................... 3
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................4
A. Pengertian Akhlak .......................................................................................................................... 4
B. Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela ............................................................................ 4
C. Akhlak baik dan buruk dalam Filsafat ......................................................................................... 7
D. Akhlak Baik dan Buruk dalam Ilmu............................................................................................. 8
E. Akhlak Baik dan Buruk Perspektif Budaya .............................................................................. 10
F. Macam- Macam Akhlak Terpuji ................................................................................................. 11
 HUSNUZAN .................................................................................................................... 11
 TOBAT ............................................................................................................................ 13
G. Macam-Macam Akhlak Tercela .................................................................................................. 15
 RIYA ............................................................................................................................... 15
 ANIAYA (DZALIM) ........................................................................................................ 19
 DISKRIMINASI .............................................................................................................. 21
BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 23
B. Saran.................................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi atau
budi pekerti.Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan dan tindakan dan
adanya petunjuk yangmengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi
pemahaman akhlak adalah seseorang yangmengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya
mengharap ridho Allah swt.
Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang dapat dikatakan
berakhlak ketika diamenerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu terus
dilakukan berulangulang dengankesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Akhlak merupakan perpaduan antara hati, pikiran,perasaan, kebiasaan yang membentuk satu kesatuan
tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yangbaik dan tidak baik, mana yang jelek
dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari futrahnya sebagai manusia.
Hati nurani manusia selalu mendambakan danmerindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-
ajaran Allah Swt.Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga pergaulan. Sehingga
menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak terpuji dan akhlak tercela. Maka kami dalam
makalah ini membahas tentang “materia akhlak -akhlak baik dan akhlak buruk”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka rumusan masalah yang kami ambil :
1. Apa pengertian dari akhlak terpuji dan akhlak tercela?
2. Bagaimana ahlak baik dan buruk menurut Agama?
3. Bagaimana akhlak baik dan buruk menurut filsafat?
4. Bagaimana akhlak baik dan buruk menurut ilmu?
5. Bagaimana akhlak baik dan buruk menurut budaya?
6. Apa saja yang termasuk akhlak terpuji dan akhlak tercela?
7. Bagaimana penerapannya dalam kehidupan?

C. Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :


1. Bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran aqidah akhlak
2. Untuk mengetahui ahlak baik dan buruk menurut Agama.
3. Untuk mengetahui akhlak baik dan buruk menurut filsafat.
4. Untuk mengetahui akhlak baik dan buruk menurut ilmu
5. Untuk mengetahui akhlak baik dan buruk menurut budaya
6. Menjelaskan akhlak terpuji dan macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela dengan
macam-macam akhlak tercela.
7. Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak dari “khuluqun”, atau
akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,dan perangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
i. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan
kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa
pertimbangan.
ii. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga
seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih
melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.
iii. Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari bahwa kehendak
itu apabila dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat membentuk akhlak.
iv. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
(sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian
memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak
dan tata susila.

B. Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela


Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala macam
perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan akhlak buruk yang
disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku atau perbuatan buruk/tercela yang tampak
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an da al-
hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik
dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik
misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi sagat berat
ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab, ‘hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji
dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang
dapat bersolek dengan dua hal tersebut” (H.R Albaihaqi)
Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik pun bisa
menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara melakukannya dengan cara
tidak baik.

4
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak tercela.
Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan adapat
menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam
beberapa keterangan.

1. Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti
seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
2. Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.
A. Baik dan Buruk menurut Agama
Perilaku manusia yang baik ditunjukan oleh sifat-sifat dan gerak kehidupanya sehari-sehari.
Manusia
sebagai idividu dan sebagai mahluk sosial, tidak berhenti dari berperilaku. Setiap hari, perilaku manusia
dapat berubah-ubah meskipun manusia dapat membuat perencanaan untuk bertindak secara rutin.
Penting untuk direnungkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini, tentang terminologi
yang hitam putih mengenai perilaku baik dan buruk, mengenai ahlak terpuji dan tercela. Manusia wajib
mengerti dan memahami makna baik daan buruk. Sesuatu yang baik menurut manusia belum tentu baik
menurut Allah SWT. Demikian juga sebaliknya, sesuatu yang buruk menurut manusia belum tentu nuruk
menurut Allah SWT.
Hal tersebut dapat dialami oleh seluruh manusia karena pada dasarnya, akal pikiran manusia dan
kemampuan intelegensianya sangat terbatas.
Allah SWT. Menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Fussilat ayat 34-35:
“ dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
sehingga orang yang ada asa permusuhan di antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan
(sifatsifat yang baik itu) tidak dianugerakan, kecuali kepaada orang-orang yang sabar dan tidak di
anugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(Q.S Fussilat:
34-35)
Firman Allah SWT di atas, menjelaskan perbuatan baik dan buruk. Manusia dan beriman harus
mengenal dan memahami lebih mendalam tentang jenis-jenis perbuatan yang baik dan buruk, sehingga
setiap tindakan merupakan pilihan yang rasional dan dijaga oleh tuntutan Allah SWT. Dan Rasulullah
SAW.
Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagai berikut.
1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah dan Rasulullah SAW, yang termuat di
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Perbuatan yang medatangkan kemaslaahatan dunia dan akhirat.
3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama
manusia.
4. Perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syari’at islam, yaitu memlihara agama Allah,
Akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan.

5
Indikator perbuatan yang buruk atau akhlak yang tercela adalah sebagai berikut.
1. Perbuatan yang didorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan.
2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thogut yang mendatangkan kerugian bagi diri
sendiri dan orang lain.
3. Perbutan yang membahayakan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat.
4. Perbuatan yang menyimpang dari tujuan syariat islam, yaitu merusak agama, akal, jiwa,
keturunan, dan harta kekayaan.
5. Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian.
6. Perbuatan yang menimbulkan bencana bagi manusia.
7. Perbuatan yang menjadikan kebudayaan manusia menjadi penuh dengan keserakahan dan
nafsu setan.
8. Perbuatan yang melahirkan konflik, peperangan dan dendam yang tiadak berkesudahan.

Terdapat suatu hadis yang yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim yang menjelaskan
sabda nabi Muhammad SAW.

”bukanlah kekuataan itu karena seseorang berani bergulat dan bertengkar, kekuatan seseorang
terletak pada kecerdasanya mengendalikan diri ketika ia sedang marah. ”

Dalam surat Asy-Syura ayat 25, Allah SWT, berfirman sebagai berikut.

“dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hambanya, memaafkan kesalahan-kesalahan, dan
mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (Q.S Asy-Syura: 25)
Ayat di atas, menjelaskan akhlak Allah SWT, yang selalu menerima tobat hamba-Nya dan
mengampuni kesalahan-kesalahan orang yang bertobat. Hal itu merupakan pelajaran yang berharga bagi
manusia, bahwa manusia yang berakhlak mulia adalah manusia yang pemaaf kepadaa orang lain.
Demikian pula, daalam surat Asy-Syura ayat 15, Allah SWT. Berfirman:

“karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan bertakwalah)
sebagaimana diperintahkan kepadamu (muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka
dan katakanlah, aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar
berlaku adil di antara kamu. Allah tuhan kami dan tuhan kamu. Bagi kami, perbuatan kami dan
bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah (kita) kembali. ”

Firman Allah SWT. Tersebut sangat jelas dan luar biasa karena akhlak yang harus diwujudkan
orang orang muslim adalah akhlak bertoleransi kepada sesama manusia. Allah SWT. Mengakui bahwa
keimanan tidak dapat dipaksakan, tetapi bagi orang muslim, dakwah kepada jalan Allah SWT. Harus
tetap dijalankan, dengan menggunakan metode yang baik, strategis, dan tidak mendatangkan pertikaian.
Ketakwaan manusia akan semakin meningkat apabila manusia selalu memperkuat keyainananya
tentang kekuasaaan Allah SWT. Bahwa seluruh gerak-gerik manusia selalu diawasi oleh Allah SWT.
Karena pengawasan Allah SWT. Yang melekat, manusia akan berhati-hati dalam menjalankan kehidupan,
menjaga akhlaknya kepada Allah SWT. Dalam pergaulanya sesama manusia. Manusia beriman akan
memiliki kesadaran yang utuh tentang kehidupan abadi di akhirat.

6
Dosa terberat pada kemanusiaan adalah melakukan penindasan kepada sesama manusia,
menjajah, dan mengambil hak orang lain. Kezaliman merupakan akhlak yang akan diazab oleh Allah
SWT.
Sebagaimana bangsa-bangsa yang selalu menjajah bangsa-bangsa yaang lemah. Indikator akhlak
yang tercela berupa perbuatan yang nista dan dosa, terutama berkaitan dengan orang lain. Oleh karena itu,
setiap ummat islam sebaiknya menjadi muslim yang pemaaf bagi muslim yang lainya, dan selalu
menghormaati hak hak orang lain meskipun non muslim.
Larangan-larangan Allah yang merupakan indikator akhlak yang tercela, artinya yang wajib
ditinggalkan oleh ummat islam dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an yang berjumlah sangat
banyak, bahkan dapat dikatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an secara keseluruhan bertujuan untuk
membentuk akhlak yang terpuji.
Allah SWT. Berfirmaan dalam surat Al-Isra’ ayat 37:

“dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya,
engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.”
(Q.S. Al-Israa : 37).

Firman Allah SWT. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas, menjadi dalil tentang akhlak yang tercela
yang membuat manusia terhalang untuk masuk ke dalam kampung yang pennuh dengan kenikmatan.
Manusia tertutup untuk memperoleh kenikmatan surga. Akhlak yang dimaksudkan adalah akhlak yang
tercela, yaitu kehidupan yang sombong atau takabbur. Allah SWT. Menyatakan bahwa kesombongan
manusia hanyalah bagian dari kekerdilan manusia. Hal ini karena kesombongan menunjukan semakin
keicil dan lemahnya manusia.sehebat apapun manusia , kesombonganya tidak akan dapat menembus bumi
dan melebihi tingginaya gunung. Seharusnya, manusia malu terhadap dalamnya bumi dan tingginya
gunung dan langit, yang kedudukan keduanya sama sebagai mahluk yang tidak berdaya.

Indikator akhlak tercela dalam bentuk kesomboongan dapat berupa penolakan terhadap hak yang
datang dari Allah SWT. Meninggalkan ibadah dan memandaang kehidupan hanya bersifat materil semata.
Manusia yang meninggalkan perintah Allah SWT. Di akhirat, dan perilaku tersebut tergolong pada
kekufuran atas adanya hari akhirat. Akhlak demikian, seperti akhlaknya orang-orang ateis yang tidaak
mengakui adanya tuhan. Oleh karena itu, keberadaan bagi mereka hanyalah materi semata, dan tidak ada
kehidupan setelah kematian.

C. Akhlak baik dan buruk dalam Filsafat


Pandangan-pandangan tentang akhlak dalam kajian filsafat melahirkan berbagai aliran yang
kemudian
digolongkan pada aliran etika dalam filsafat atau filsafat etika yang paradigmanya didasarkan pada
aksiologi dalam filsafat.
Filsafat sebagai induk pemikiran ilmia selalu berada di belakang setiap kemajuan suatu
peradaban.
Langkah pertamanya dinilai ketika manusia menemukan tata cara belajar melalui trial and eror, cara ini
membimbing manusia pada kemaampuan menemukan pengetahuan ilmia yang melibatkan observasi dan
eksperimen.

7
Socrates (470 SM – 399 SM) misalnya adalah filsuf yang menentang sofistik dengan mengatakan
bahwa benar dan baik adalah nilai objektif yang harus di junjung tinggi semua orang ia seorang filsf yang
jujur dan berani mengatakan kebenaran meskipun ia harus membunuh dirinya sendiri.
Demikian pula, dialektika keilmuan yang dibangun oleh plato dan muridnya Aristoteles. Plato
terkesan sangat idealistik dan meyakini bahwa eksistensi berada di luar asspek fisik. Sementara bagi
muridnya, Aristoteles, eksistensi melekat pada sesuatu yang fisik. Bagi Plato kebenaran yang ditangkapa
panca indra dan dibenarkan secara rasional oleh rasio, tidak lebih dari sebuah bayang-bayang yang bukan
saja memiliki nilai jarak dengan kebenaran, tetapi bukan kebenaran itu sendiri.
Pandangan tersebut mengesankan keyakinan Aristoteles tentang keberadaan kebenaran yang
paling hakiki, berada diluar segala sesuatu yang empirik daan fisik. Oleh sebab itu, kebenaran yang harus
dicari adalah kebenaran metafisik yang mengadakan sesuatu yang ada sifatnya sementara. Dengan
demikian ajaran akhlak filosofinya seperti ajaran yang memnerikan hikmah tentang adanya kekuasaan
yang mahamutlak.
Pengaruh traddisi empiri-rasional yang dibangun Aristoteles dan di awali oleh para gurunya di
Yunani, telah mengubah dunia mistik menjadi dunia ilmu. Namun, proses itu tidak lama bertahan.
Penalaran mistik kembali mengalahkan penalaran ilmiah yang telah susah payah dikerjakan oleh para
filsuf besar Yunani. Aetelah kematian Aristoteles, filsafat Yunani kuno kembali menjadi ajaran praktis
dan mistik. Ajaran mistik
terlihat dari ajaran stoa, epicurus, dan plotinus. Pudarnya kekuasaan Romawi menjadi isyarat datangnya
tahap baru. Filsafat dan ilmu harus mengabdi pada agama semakin tampak dan nyata.
Biara tidak saja menjadi tempat aktivitas agama, tetapi menjadi pusat kegiatan intelektual. Ilmu
pengetahuan dihubungkan dengan kitab suci ummat kristiani dalam bentuk hubungan history of stientific
progres (sejarah perkembangan ilmu), tidak pada social psykologi-nya. Elastisitas ilmu pengetahuan
menjadi tidak tampak, bahkan hilang sama sekali. Ilmu pengetahuan terikat oleh doktrin agama yang
bersifat tertutup dan jauh dari karakter dialogis.
Kondisi ajaran kristiani yang menetapkan kitab suci dengan ilmu dalam posisi tersebut, akan
menjadi cacatan penting, bukan saja bagi masyarakat kristen sesudahnya, tetapi yang paling menarik
justru bagi masyarakat dan komunitas lain, seperti Islam. Masyarakat Agama terakhir ini merespons
hubungan agama dan ilmu dalam bentuk hubungan yang tidak history of scientific progress, tetapi
keduanya hubungan dalam bentuk social psychologi (psikolog sosial).
Bentuk hubungan seperti yang diperagakan masyarakat kristen, di catatat sejarah sejarah telah
melahirkan sejumlah kerugian, diantaranya terjadinya pertentangan antara keilmuan dengan kajian
keagamaan. Akibatnya, perkembangan ilmu pengetahuan menentukan doktrin agama dan ilmuan
merupakan para penentaang agama yang harus disingkirkan.
Agama kristen mengharuskan masyarakat bermoral mengikuti ajaran kristen. Gereja sebagai
pusat kebenaran dan pembentuk keharusan berahlak. Secara filosofis, indikator akhlak dalam perspektif
filsafat tertuju pada kebenaran agama, yang dalam hal ini kristen telah memenangkan dunianya sebagai
dunia moralitas gerejani yang absolut pada masa itu.

D. Akhlak Baik dan Buruk dalam Ilmu


Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu: diantara mereka ada yang
melihatnya baik dan diantara mereka ada yang melihatnya buruk, bahkan ada orang yang melihat sesuatu
baik dalam waktu ini, lalu melihatnya buruk pada waktu lain. Setiap gerak dan langkah untuk mencari

8
nilai, sudah tentu manusia memiliki suatu standar untuk mengukur sesuatu yang baik dan buruk, kendati
ukuran tersebut berlainan antara yang satu dengan yang lainnya.
Berikut ukuran baik dan buruk dalam ilmu antara lain:
1. Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu
ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan
masyarakat sekitarnya ataupun kelomponya akan menjadi problem dalam beriteraksi. Masing-masing
kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan-batasan tersendiri tentang hal-hal yang harus diikuti
dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian
menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak
menjadi kebiasaan mereka.

2. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya
akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini
disebut nurani. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang
dianggap buruk.
3. Rasio
Rasio merupaka anugrah Tuhan yang diberika kepada manusia, yang membedakannya dengan
makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang
buruk.Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik
dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian manusia akan terus berkembang dan mengalami
perubahan dengan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki.

4. Pandangan individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota atau masyarakat yang secaraindividual
memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orangdi kelompoknya.Masing-
masing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus
berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya.Masing-masing individu memiliki hak untuk menentukan
mana yang dianggapnya baik untuk dilakukandan mana yang dinggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang
semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil
meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.

5. Norma Agama
Saluruh agama didunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma agama
lebih bersifat tetap, bola dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat
dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relative dan dapat berubah sesuai dengan
ruang dan waktu.ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, Karena norma agama merupakan ajaran tuhan Tuhan yang
maha suci. Disamping itu, ajaran tuhan lebih bersifat universal. Lebih terhindar dari subyektifitas individu
maupun kelompok.

9
E. Akhlak Baik dan Buruk Perspektif Budaya
Budaya berasal dari dua kata, yaitu “budi” artinya akal dan “daya” artinya kekuatan. Dengan
demikian,
budaya diartikan sebagai kekuatan akal. Potensi akal terwujud dalam bentuk kehendak berpikir, berkarya,
dan mengembangkan karya ciptaanya. Kebudayaan sebagai sistem hidup, dalam arti cara manusia
mempertahankan kehidupanya. Oleh sebab itu, akhlak baik dan buruk dalam perspektif kebudayaan
adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara berpikir manusia untuk mengembangkan
kehidupanya dari generasi ke generasi.
Interaksi sosial adalah wujud kolektivitas dari interaksi individual yang diwarnai oleh orientasi
motivasional dan orientasi nilai dengan segala dimensinya. Aksi sosial adalah perilaku yang saling
berinteraksi. Dengan demikian, interaaksi menjadi sangat penting dalam membentuk kebudayaan kolektif.
Apakah tindakan yang diwujudkan individu, bagaimana berintegrasi dengan tindakan individu lain,
mengapa dapat berinteraksi dan interelasi, apa hasil dari interelasi tersebut? Hasil dari interaksi dapat
membentuk perilaku sosial yang diakui dan diyakini sesuai dengan maksud dan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah perpaduan antara orientasi motivasional dan orientasi nilai.
Dari pemahaman di atas, dapat di ambil subtansinya bahwa pola interaksi berpangkal pada
motivasi individunya masing-masing. Oleh karena itu, pengamatan pada individu sebagai pelaku atau
aktor tindakan sangat penting dalam mengkaji akhlak berbudaya. Selebihnya teori ini mencermati secara
mendalam terhadap tindakan individu yang berhubungan dengan individu lainya, yang pada asalnya
setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda. karena adanya perbedaan orientasi tersebut,
hubungan sosial itu menjadi dinamis dan saling berkolaborasi secara aktif. Akan tetapi, ujung dari
interaksi dengan menekankan pada tujuan kolektif, dinamikanya akan semakin berkurang, bahkan hilang
karena semua pihak yang terlibat dalam interaksi saling menyesuaikan diri dan menyeimbangkan
kepuasan masing-masing.
Kebutuhan individu terpuaskan oleh adanya interaksi timbal-balik dan fungsional yang
berlangsung lama. Interaksi yang berjalan lama akan menguatkan pertahanan budaya kolektif sehingga
kemungkinan besar menjelma menjadi kultur khas, masyarakat khas, perilaku khas dan terinstitusikan jika
perilaku yang bersangkutan telah mendarah danging (internalistik).
Sistem sosial terbentuk dari individu-individu yang dalam interaksinya menjamin kebutuhan
dasar yang seimbang. Setiap tindakan sosial adalah tindakan kumpulan individu dengan tinddakan
kolektif. Melalui konsep kolektivitas, suatu organisasi sosial yang khusus dibentuk menjadi struktur
kebudayaan. Suatu kolektivitas merupakan seperangkat posisi tertentu dan orang-orang dengan posisinya
masing-masing saling berinteraksi menurut peranya sendiri-sendiri. Suatu institusi disebut sebagai suatu
kompleks keutuhan peran yang melembaga secara struktur amat penting dalam melembagakan tindakan
individu-individu. Kompleksitas tindakan tersebut disistematisasikan oleh institusi bersangkutan yang
wujudnya adalah kebudayaan.
Dengan pemahaman teoretik tersebut di atas, indikator akhlak yang terpuji atau tercela menurut
kebudayaan sifatnya sangat relatif karena sistem normatif yang dijadikan standar baik dan buruk adalah
tradisi yang telah terlembagakan. Akan tetapi, tradisi normatif dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu
agama, legenda, mitos, filsafat dan sebagainya.

10
F. Macam- Macam Akhlak Terpuji

 HUSNUZAN
 Pengertian
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti
berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang
membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang
belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan
selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam
pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari
pada dirinya.
Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan,
kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya,
terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam
menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta inisiatif
3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan sikap
hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.

 Macam-macam husnuzan
1. Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah,
sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah terhadap hamba-Nya.
Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung
menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus
senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja
sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga
membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah
dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang
ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan
kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi
terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang
diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :

“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)

Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam segala hal dan keadaan,
Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, ketika kita senang dan suka karena mendapatkan
rezeki dan kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena
mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah Swt., sebab semua yang

11
diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan
kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :

“Selalu menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan mendapatkan
kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan leburukan” (H.R.at-Tabrani dan Ibnu
Hiban).

2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri


Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap kemampuan yang
dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah diri di
hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki
semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan
baik kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia
dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena tidak
punya kemampuan di bidang itu.

3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia


Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak
meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti
kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-
husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan dan
disegani lawan.Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik
pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan yang rukun
dan harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya.

Contoh Perilaku Husnuzan


1. Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar yang diberikan Allah adalah
hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah Swt. bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang
disangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka buruklah
prasangka Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka
Allah kepada hamba- Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a) Senantiasa taat kepada Allah.
b) Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c) Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan.
d) Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.

2. Husnuzan kepada Diri Sendiri.


Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap
gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha
mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan positif
dalam segala hal.

12
Manfaat sikap gigih adalah :
1. Membentuk pribadi yang tangguh
2. Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh
3. Menjadikan seseorang kreatif.
4. Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah terhadap keadaan
5. Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama atau senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya
produktif.

Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh
inisiatif adalah kreatif dan tidak kenal putus asa.
Husnuzan kepada Sesama Manusia Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir
dan berprasangka baik kepada sesame manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif
dan sikap saling menghormati antar sesame hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan tidak
senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan manfaat sebagai berikut :
a) Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
b) Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c) Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
Hikmah Husnuzan
Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan Rasul serta
menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia
karena Allah.
2. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar
dan tawakal.
3. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah.
4. Mendorong manusia mencapai kemajuan.
5. Menimbulkan ketentraman.
6. Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
7. Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.

 TOBAT
 Hakekat Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu
taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut “taaibun” (isim fail
dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu:
kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah
Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-
Nya,kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah
meninggalkan-Nya yang kembali taat setelah melanggar larangan-Nya. Allah berfirman:

13
“….. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, ….”(Q.S. At-Tahrim/66:8)

Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi kembali.
Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak berbuat dosa, walau
dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:

“Setiap anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau bertaubat.
(H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.

 Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia akan berhenti
dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada
hambaNya yang mau memohon ampun atas segala dosa yang telah dia perbuat.Seperti dalam firman
Allah dalam Q.S. An- Nuur Ayat 31 yang artinya:

“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”.

 Penggolongan taubat

Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Tobat Awam (tobat manusia umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah
bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa.
2. Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkastnya
makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-
perbuatan yang mekruh. Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah, tobat semacam ini
sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar
larangan Allah yaitu memakan buah Khuldi.
3. Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan tobat yang paling tinggi adalah tobat ini. Tobat rasulullah
manakala dia berkata, “sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku
akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari”. Dengan kata lain,
untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah bristigfar
kepada Allah.

 Tata cara untuk bertobat


Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan :
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
3. Memohon ampun kepada Allah(istigfar )dengan keyakinan atau husnuzhzhan bahwa Allah swt.
Akan mengampuninya
4. Berjanji tidak akan mengulanginya

14
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan bahwa dia benar-benar
bertobat.firman Allah swt. :

“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar.”(Q.S.Taha/20:82)

 Jenis dosa dan cara tobatnya


Secara umum perbuatan dosa dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu :
i. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Seperti berkata dusta, meninggalkan
sholat lima waktu, berbuat syirik,meminum khamar, berjudi, main perempuan,
menyaksikan film-film yang mengundang syahwat, semua diatas adalah
termasuk dosa besar. Caranya seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa
tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri dan
tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya.
ii. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau
diqada, seperti orang yang tidak mengerjakan puasa caranya apabila dia
meninggalkan satu hari saja puasa maka dia harus berpusa selama enam puluh
hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau dia memberi makan enam orang
miskin.
iii. Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada
pengganti, seperti perbuatan gibah mengumpat, mencari-cari kesalahan orang
lain atau menggunjing. Caranya dengan tidak mengumpat serta menyesali apa
yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah
mengampuninya.
iv. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada
mereka. Seperti memakan harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat,
walaupun hanya sebutir gandum. Caranya mengembalikan harta orang lain yang
telah dighashabnya, kemudian menyesali apa yang telah terjadi dan tidak
memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh seperti seekor lintah yang
menghisap darah manusia.

G. Macam-Macam Akhlak Tercela


 RIYA
Riya berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya memperlihatkan. Kata ini diulang
berpuluhpuluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka

15
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orangorang yang kafir.”(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)

Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan
yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan “memperlihatkan suatu
ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan
harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan
tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar).
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat atau ingin dipuji orang
lain. Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai
salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :

“Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat
itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid
diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku
ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah
menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar
dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah
sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama
disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya
dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan.
Allah SWT berfirman :

”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)

Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :

”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan
dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali
tidak tidur semalaman.”

Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah,
”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang tersebut
bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu
amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu
untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini.
Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya
pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan.

16
Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan
amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para shahabat
bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat
riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah
kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di
dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’ Perbedaan amal perbuatan yang
diridhai allah dengan amal perbuatan riya’ Antara amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal
perbuatan riya’ dapat dibedakan sebagai berikut :

Amal perbuatan yang diridhai Allah :

a) Niat karena Allahb. Ikhlas


b) Sesuai dengan kemampuan
c) Tidak pilih kasih
d) Rahmat bagi seluruh alam

Amal perbuatan riya’


a) Niat bukan karena Allah
b) Tidak ikhlas
c) Mengada-ada
d) Pilih kasih
e) Ingin dipuji
f) Mengharap imbalan

Macam-macam riya’ Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
1. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang
dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT
dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat.
Rasulullah Saw. bersabda :

“aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku


mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia
niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)

2. Ria dalam perbuatan


Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut
dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang
pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia
melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang
tuanya cepat-cepat terkabul.

17
Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :
a) Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan
pujian, popularitas di masyarakat. an dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :

“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.

b) Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudianbatu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. c). Allah melarang pergi berperang didasari riya’
dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al
Anfaal : 47 :
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan
rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah
meliputi segala yang mereka kerjakan.”

Ciri orang yang berbuat riya’


Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
a) Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya
b) Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c) Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
d) Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya’
a) Terhadap diri sendiri :
1) Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk
korupsi dan mengambil hak orang lain
2) Selalu ingin dipuji dan dihormati
3) Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak dihargai.
4) Sombong dan membanggakan diri
5) Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dan dalam berinteraksi
dengan sesame manusia.
6) Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang
melihatnya atau tidak ada imbalannya
7) Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti
8) Perbuatan riya’ termasuk syirik kecil

Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya." (Riwayat Ahmad
dengan sanad hasan).

9) Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatan riya'

18
10) Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.

b) Terhadap orang lain


1. Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada
orang lain.
2. Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak
senang terhadapnya
3. Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya
menimbulkan
4. Pengrusakan
Tanda-tanda riya’Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau,

”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika
berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.”

a. Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya


b. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
c. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
d. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan
orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan
e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau kesenangan
f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain
g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain
h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah
i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya
j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT

Allah SWT berfirman :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih.” (Q.Ibrahim : 7)

 ANIAYA (DZALIM)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal dari (dzolamayadzlimu-
dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim dan perbuatannya disebut dzulmun. Ahli
mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah
perbuatan dosa yang harus ditinggalkan. Karena tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat. Tindakan aniaya digolongkan sebagai perbuatan yang menyesatkan dan
menyengsarakan.

19
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan bengis, penyiksaan
atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan
Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang bertentangan dengan hak azasi
manusia dan Allah swt.
Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :
a. Dzalim adalah orang yang paling banyak kesalahannya,
b. Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c. Dzalim adalah orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya
d. Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar
e. Dzalim adlah orang yang membaca al-qur-an dengan tidak mau mempelajari isinya, apalagi
mengamalkannya
f. Dzalim adalah orang yang jahil
g. Dzalim adalah orang yang masy’amah (berputu asa)
h. Dzalim adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka
i. Dzalim adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat
j. Dzalim adalah orang yang mengambil al-qur’an, tetapi tidak mengamalkannya

 Macam-macam sifat aniaya:


1. Aniaya kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah yang wajib, dan
meninggalkan larangan Allah yang haram.
2. Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu domba,
fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3. Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.

 Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:


1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.

 Keburukan-keburukan bagi orang lain:


1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman,
dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
4. Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak
mustahil Allah swt akan menimpakan azab.

20
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi
syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah
Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? ” ( QS Yunus 10:3).

 DISKRIMINASI
 Pengertian
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang berarti membedakan.Dan
dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal dengan Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih
antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa
kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan
suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.

Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan memperlakukannya pula secara pilih
kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan
kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang
berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.

 Jenis Perbuatan Diskriminasi


Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual menurut kadar
penyimpangan nya adalah sbb :
a. Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang
tidak sesuai dengan nilai islam.
b. Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d. Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat
kepercayaan.Khianat dan berlagak membela,disebut munafik.
Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi) dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya ciri-
ciri tertentu, yaitu cirri-ciri fisik, social, dan budaya.
a. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar
persamaan cirri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung,
rambut, muka, dan tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata.
Perbedaan cirri-ciri fisik sangat dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang
menjalankan politik diskriminasi social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan,
sebelum Presiden Nelson Mandelab.
b. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat
dalam kehidupan sosial.
c. Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan pembeda budaya dan suku.
Dengan adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita katakana bahwa diferensiasi merupakan
awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi

 Dampak Negatif Diskriminasi


A. Memicu munculnya sektarianisme
B. Memunculkan antar kelompok

21
C. Mengundang masalah social yang baru
D. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan
E. Menghambat kesejahteraan kehidupan
F. Menghalangi tegak nya keadilan
G. Mempersulit penyelesaian masalah.

 Cara Menghindari DIskriminasi


Untuk menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim harus mengedepankan sikap
musawah.Sikap Musawah (persamaan) cukup urgen dalam kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan
untuk menciptakan rasa kesejajaran,persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama
manusia sebagai makhluk Tuhan.
Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :

a. Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas
belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-
ide,cita-cita serta problem kehidupan yang dihadapi
b. Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan
masingmasing, sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c. Ta’awun adalah, saling tolong menolong
d. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.

 Hikmah Menghindari Diskriminasi


1. Mengutamakan orang lain
2. Meringankan beban orang lain
3. Tidak menjadi beban orang lain
4. Ramah tamah terhadap sesama manusia
5. Berperilaku sesuai ajaran islam
6. Wajar dan realistis.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma
akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang
disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah
akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu
banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan luhur, bermartabat, menyenangkan,
disukai manusia dan memiliki tujuan yang baik. Sedangkan buruk adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan, dibenci manusia dan tidak
mempunyai tujuan yang baik. Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain adat istiadat,
nurani, rasio, pandangan individu dan norma agama. Aliran-aliran baik buruk pada masa itu
antara lain aliran hedonisme, eudaemonisme, utilitarianisme, intuitionisme, naturalisme,
theologis, deontology, prakmatisme dan eksistensialisme.

B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi dan
saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian bagi yang
ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari apa yang telah
disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembahasan-
akhlak-terpuji/
2. http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-terpuji.html
3. http://ahmadfauzani.wordpress.com/materi-akhlak-tercela/
4. http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-tercela-riya.html
5. http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-tercela.html
6. Buku modul Al-Hikmah akidah akhlak kelas x semester I & II
7. Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung.
Pustaka Setia
8. Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia
9. Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers
10. Beni Ahmad saebani dan Abdul Hamid, ilmu akhlak, Bandung: pustaka setia , 2012

24

Anda mungkin juga menyukai