Anda di halaman 1dari 104

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BIDANG PELAYANAN

KESEHATAN DAN UPTD LABORATORIUM DINAS KESEHATAN


KOTA BANDUNG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik
Pada Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh:
Wahyu Moh. Nurdin
1178010249

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU


SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021M/1443H
LEMBAR

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BIDANG PELAYANAN


KESEHATAN DAN UPTD LABORATORIUM DINAS KESEHATAN
KOTA BANDUNG

Oleh

WAHYU MOH NURDIN


NIM. 1178010249

Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing
II

Dr. Ai Siti Farida, S.E., M.Si


NIP. 197901172017034002 NIP. 196911191991031002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ke


Politik tua Jurusan Administrasi Publik

Ahmad Ali Nurdin, MA, Ph. D


NIP. 197305271998031001 Khaerul Umam, S, IP, M. Ag
NIP. 198611212009011002
LEMBAR

Skripsi yang berjudul “DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BIDANG


PELAYANAN KESEHATAN DAN UPTD LABORATORIUM DINAS
KESEHATAN KOTA BANDUNG” ini telah dipertanggung jawabkan pada
sidang munaqosah, tanggal 1 September 2021 dan telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik pada Jurusan
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Bandung, 1 September 2021

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Dr. H. Moh. Dulkiah, M.Si. H. Wawan S. Abdillah, M.Ag


NIP.197509242007101001 NIP.198002072011011004

Penguji I Penguji II

Dr. Cecep Wahyu Hoerudin, M.Pd Fitri Pebriani Wahyu, S.IP., M.AP
NIP.197105311997031002 NIP.199102112019032020
PERNYATAAN

“Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Disiplin Kerja Pegawai pada

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung” ini merupakan sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian

didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara cara yang tidak sesuai dengan

etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas perhatian ini saya

siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”

Bandung, 05 September 2021


Yang membuat pernyataan,

Wahyu Moh Nurdin


RIWAYAT

Nama : Wahyu Moh Nurdin


NIM : 1178010249
Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 26 juni 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : KP Cimerta RT. 001 RW. 001 Desa Batutumpang,
Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta,
Provinsi Jawa Barat,

Riwayat Pendidikan
1. SDN 02 Batutumpang (2005-2011)
2. SMPN 01 Tegalwaru (2011-2014)
3. SMAN 1 PURWAKARTA (2014-2017)

Data Keluarga
1. Ayah : Janur
2. Ibu : Wiwi
3. Saudara : Kinia Mitasari
Fabi Agisna
Demikian riwayat hidup penulis.

Bandung, 05 September 2021

Wahyu Moh Nurdin


ABSTRAK
Wahyu Moh Nurdin (2021): “Disiplin Kerja Pegawai Pada Bidang Pelayanan
Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung.”
Disiplin kerja merupakan suatu hal yang sangat penting demi terlaksananya
suatu pekerjaan, sehingga setiap pegawai wajib untuk mematuhi dan mentaati
peraturan yang berlaku pada suatu instansi. Kantor Dinas Kesehatan Kota
Bandung Bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium merupakan salah
satu Dinas yang berada di Kota Bandung yang dalam pelaksanaannya masih
diperlukan peningkatan disiplin kerja dari setiap pegawainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui disiplin kerja pegawai di
Bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota
Bandung, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai pada bidang
Pelayanan Kesehatan dan bidang UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota
Bandung, serta upaya untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai di bidang
Pelayanan Kesehatan dan bidang UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota
Bandung.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori dari
Veithzal Rivai (2005) dalam Sinambela (2016: 355) yang menjelaskan bahwa
disiplin kerja memiliki beberapa komponen yaitu kehadiran, ketaatan pada
peraturan kerja, ketaatan pada standar kerja, tingkat kewaspadaan tinggi dan
bekerja etis.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Peneliti menggunakan pendekatan studi kasus karena
ingin mengetahui secara mendalam mengenai suatu kasus yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan materi audio. Adapun informan
dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Kasubag Program, Data, dan Informasi,
staff Kepegawaian, staff bagian Program, Data, dan Informasi, dan Operator
Sistem Informasi Absensi Presensi (SIAP).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai pada
Bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota
Bandung secara menyeluruh belum optimal, karena pada kenyataannya masih
terdapat pegawai yang datang terlambat tidak sesuai dengan jam kerja yang
berlaku.

Kata Kunci: Disiplin Kerja, MSDM, Pegawai.

i
ABSTRACT
Wahyu Moh Nurdin (2021): “Employee Discipline in the Health Service and
UPTD Laboratory of the Bandung City Health Service.”
Work discipline is a very important thing for the implementation of a job,
so that every employee is obliged to obey and obey the regulations that apply to
an agency. Bandung City Health Service Office for Health Services and
Laboratory UPTD is one of the services located in Bandung City which in its
implementation is still required to increase the work discipline of each employee.
The purpose of this study was to determine the work discipline of
employees in the field of health services and the laboratory UPTD of the Bandung
City Health Office, the factors that affect the discipline of employees in the field of
health services and the field of laboratory UPTD of the Bandung city health
officeas well as efforts to improve employee discipline in the field of Health
Services and the field of UPTD Laboratory of the Bandung City Health Service.
The theory used in this research is using the theory from Veithzal Rivai
(2005) in Sinambela (2016: 355) which explains that work discipline has several
components, namely attendance, adherence to work regulations, adherence to
work standards, high levels of alertness and work ethically.
This study uses a qualitative research method with a case study approach.
Researchers use a case study approach because they want to know in depth about
a case that is a problem in this study. Data collection techniques were carried out
by means of observation, interviews, documentation, and audio materialsThe
informants in this study consisted of the Head of the Head of the Program, Data,
and Information Subdivision, Personnel staff, Program, Data, and Information
staff, and Attendance Attendance Information System Operators (SIAP)
The results of this study indicate that the work discipline of employees in
the Health Service Sector and the Bandung City Health Service Laboratory
UPTD as a whole is not optimal, because in fact there are still employees who
come late not in accordance with applicable working hours.
Keywords: Work Discipline, Human Resource Management, Employees.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana pada jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Adapun judul Skripsi ini

yaitu “Disiplin Kerja Pegawai Pada Bidang Pelayanan Kesehatan Dan UPTD

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung”.

Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta kemampuan dalam

penulisan, peneliti menyadari Skripsi ini belum sempurna dan tidak luput dari

kekurangan. Namun peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi peneliti, umumnya bagi pihak lain. Dalam penyelesaian Skripsi,

peneliti mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu,

peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT

2. Ayah dan Ibu, terimakasih telah memberikan begitu banyak dorongan dan

dukungan yang begitu besar, do’a dan dukungan selalu menyertai

langkahku.

3. Khaerul Umam, S.IP., M. Ag selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung.

iii
4. Ibu Dr. Ai Siti Farida, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan juga selaku Pembimbing I

5. Bapak Sakrim Miharja, M.Ag., Selaku Pembimbing II

6. Ibu Detty Kurnia, SKM., M.AP., Selaku Ketua Sub Bagian Program, Data,

dan Informasi

7. Seluruh staff dan pegawai Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung

8. Rekan-rekan seperjuangan dari jurusan Administrasi Publik UIN Sunan

Gunung Djati Bandung dan rekan-rekan dari Chums di Purwakarta, yang

telah memberikan support baik secara materil maupun non materil dalam

menyelesaikan Penelitian ini.

Serta semua pihak terlibat yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu,

terima kasih atas do’a, dukungan dan dorongan semangat dalam proses

penyelesaian Skripsi ini.

Semoga semua do’a, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan

kepada peneliti mendapat balasan rahmat dan karunia dari Alloh SWT. Aamiin ya

Robbal ‘alamin

Bandung, Februari 2021

Peneliti,

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1


B. Identifikasi Masalah ..................................................................................6
C. Rumusan Masalah .....................................................................................6
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................7
E. Manfaat Hasil Penelitian ...............................................................................7
F. Kerangka Pemikiran......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11

A. Deskripsi Konseptual ..............................................................................11


B. Penelitian Terdahulu................................................................................27
C. Proposisi ..................................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................34

A. Metode Penelitian....................................................................................34
B. Sumber Data Penelitian ...........................................................................35
C. Jenis Data ................................................................................................36
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian .....................................................37
E. Operasional Variabel...................................................................................40
F. Teknik Analisis Data Penelitian..................................................................41
G. Tempat Dan Jadwal Penelitian ................................................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................45

v
A. Gambaran Umum ....................................................................................45
B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian .................49
BAB V PENUTUP................................................................................................75

A. Simpulan..................................................................................................75
B. Saran ........................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................78

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................81

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.................................................................................................................. 4

Tabel 2.1................................................................................................................ 31

Tabel 3.1................................................................................................................ 39

Tabel 3.2................................................................................................................ 40

Tabel 3.3................................................................................................................ 43

Tabel 4.1................................................................................................................ 51

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1............................................................................................................ 10

Gambar 2.1............................................................................................................ 12

Gambar 4.1............................................................................................................ 48

Gambar 4.2............................................................................................................ 56

Gambar 4.3............................................................................................................ 60

Gambar 4.4............................................................................................................ 63

Gambar 4.5............................................................................................................ 66

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu organisasi salah satunya dapat dilihat pada sumber

daya manusia. Dan suatu peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan dan

dilaksanakan dengan baik yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

organisasi. Dengan meningkatkan disiplin kerja adalah salah satu upaya yang

perlu diperhatikan oleh setiap sumber daya manusia untuk mewujudkan tujuan

organisasi. Pendorong kelancaran pelaksanaan pekerjaan pada suatu organisasi

sangat diperlukan kedisiplinan. Dan tugas yang diberikan kepada setiap pegawai

dengan melaksanakan disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya tanggung

jawab. Dengan begitu dapat mendorong semangat kerja demi mewujudkan tujuan

organisasi tersebut.

Dalam suatu instansi pemerintah, disiplin kerja adalah hal yang terpenting

yang harus dimiliki bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN), karena berhubungan

kepada pemberian pelayanan publik. ASN adalah kunci utama bagi sumber daya

manusia aparatur negara dan memiliki peranan yang dapat menentukan

kesuksesan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pembangunan.

ASN sebagai salah satu aparatur negara yang wajib melaksankan roda

pemerintahan untuk

melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya dengan baik.

1
2

Karena untuk menghasilkan pegawai yang handal, profesional, dan juga

bermoral, seorang ASN wajib memperbaiki sikap terhadap disiplin kerja dan juga

memiliki motivasi agar bisa meningkatkan efektivitas kinerjanya. Serta yang

terpenting lainnya dengan meningkatkan disiplin kerja yaitu mematuhi dan

menaati peraturan disiplin yang berlaku pada suatu instansi tersebut. Tapi, masih

saja para pegawai berperilaku tindakan indisipliner, dengan demikian

memperbaiki tindakan tersebut dapat memberikan keberhasilan pada suatu

instansi.

Oleh karena itu, para pegawai diwajibkan agar bisa meningkatkan disiplin

dalam hal bekerja, karena dapat mempengaruhi terhadap kinerja sendiri. Yang

berarti, tingginya disipilin kerja dari seorang pegawai bisa meningkatkan tingginya

kinerja pegawai tersebut. Dan dengan demikian juga dapat mempengaruhi kepada

kelancaran dan kesuksesan tugas yang telah diberikan kepada para pegawai

Menurut undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 mengenai Aparatur Sipil

Negara Pasal 5 ayat 2 yang isinya tentang peraturan perilaku agar ASN

melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan cermat dan disiplin (Undang-

Undang No 5, 2014) ketika tugas atau pekerjaan dilaksanakan dengan cermat dan

disiplin, jelas akan berpengaruh baik terhadap kinerja pegawai tersebut Untuk

menjadikan seorang pegawai yang profesional dan handal peraturan disiplin

pegawai adalah sebagai dasar yang dibutuhkan untuk penegakan disiplin yang

membuat terjaganya tata tertib dan memperlancar pelaksanaan tugas serta bisa

membuat dorongan kepada para pegawai menjadi lebih produktif. Dengan langkah

dari pemerintah membuat suatu kebijakan tentang disiplin kerja bisa mewujudkan

peningkatan disiplin kerja pegawai di seluruh wilayah.


3

Kebijakan adalah hal yang dilakukan pemerintah untuk kebutuhan dalam

melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan begitu pemerintah mengeluarkan

sebuah peraturan tentang disiplin pegawai yang tercantum di peraturan pemerintah

(PP) Nomor 53 tahun 2010 mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang berisi

tentang kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin pegawai. Mengenai peraturan

pemerintah Nomor 53 tahun 2010, arti dari Disiplin Pegawai Negeri Sipil ialah

Pegawai Negeri Sipil sanggup menaati kewajiban dan tidak melakukan atau

melaksanakan larangan yang dimana sudah tercantum dalam peraturan perundang-

undangan serta peraturan dari kedinasan bila tidak ditaati dan melanggar diberikan

hukuman disiplin (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53, 2010)

Besar harapan kepada seluruh pegawai untuk selalu melaksanakan dan

mengikuti peraturan yang berlaku dan telah ditetapkan, mulai dari peraturan yang

tertulis hingga peraturan yang tidak tertulis. Dan atasan berhak memberikan

hukuman kepada pegawai, sebagai peringatan kepada pegawai indisipliner agar

tidak melanggar dan keluar dari peraturan yang berlaku.

Tentang disiplin kerja pegawai di Kota Bandung, wali kota Bandung

mengeluarkan peraturan Wali Kota Bandung Nomor 002 Tahun 2019 perubahan

dari Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 677 Tahun 2016 mengenai Disiplin

Kehadiran Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung. ASN

mengikuti ketentuan kerja yaitu dalam satu minggu kerja selama 5 hari dimulai

dari hari senin sampai hari jum’at atau dalam satu minggu kerja selama 6 hari

dimulai dari hari senin sampai hari sabtu. Teknis jam kerja yaitu menggunakan

Sistem Informasi Administrasi Presensi (SIAP). (Peraturan Wali Kota Bandung

Nomor
4

002 Tahun 2019 perubahan atas Peraturan Wali Kota Bandung Nomor Nomor 667

Tahun 2016, 2019)

Hasil dari observasi yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung bagian bidang Pelayanan Kesehatan dan bagian UPTD Laboratorium,

yaitu disiplin kerja pegawai pada Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dari dua

bidang tersebut masih kurang optimal. Penegakan disiplin kerja belum sepenuhnya

baik yang dilakukan oleh ASN di lingkungan Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung. Hal tersebut dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.1
Rekap Kehadiran Pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandung 2020

Hari Tidak
Datang Pulang Hadir Tanpa
No Nama Bidang Keja
Tepat Tepat Sehari Keterangan
(%)
Penuh
Pelayanan 59,89% 75,18% 5,67% 0,76%
1 100%
Kesehatan
UPTD 37,58% 70,13% 16,60% 11,89%
2 100%
Laboratorium

Jumlah Rata-Rata 48,33% 73,37% 9,55% 4,71%


(Sumber: Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas mengenai rekapan data kehadiran dapat

dilihat bahwa jumlah rata-rata dari kesleruhan pegawai di bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium pada Dinas Kesehatan Kota Bandung yang

datang tepat waktu


5

mencapai sebesar 48,33%, jumlah rata-rata keseluruhan pegawai dari kedua

bidang yang pulang tepat waktu sebesar 73,37%, jumlah rata-rata keseluruhan

pegawai dari kedua bidang yang tidak hadir sehari penuh berjumlah 9,55% dan

jumlah rata-rata keseluruhan pegawai dari kedua bidang yang tidak masuk kerja

tanpa keterangan yaitu sebesar 4,71%.

Dari data yang didapat dan telah di jelaskan di atas, bahwa yang

menjadikan permasalahan dalam penelitian ini ialah kehadiran di bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung

yang dimana dalam satu tahunnya masih banyak pegawai yang tidak datang ke

kantor tidak tepat waktu melihat persentase kehadiran datang tidak tepat waktu

dalam kurun waktu satu tahun yaitu dari jumlah rata-rata keseluruhan kedua

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung mencapai 48,33%, angka ini tergolong cukup kecil karena melihat angka

persentase pulang tepat waktu tergolong cukup besar yaitu mencapai 73,37% pada

jumlah rata-rata keseluruhan kedua bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung. Dengan ini tidak sebanding dengan

persentase datang tepat waktu yang lebih kecil dari pulang tepat waktu. Sehingga

pegawai yang datang telat ini seringkali terlambat ikut pelaksanaan apel pagi

bahkan sampai tidak mengikuti apel pagi. Yang mana apel adalah suatau

kewajiban yang harus di lakukan atau diikuti bagi para ASN atau pegwai.

Karena apel bisa dibilang salah satu komponen hadirnya ASN tepat waktu dan

berkumpul serta berdirinya ASN di lapangan, dan kegiatan koordinasi dari seorang

pimpinan kepada bawahan apel adalah salah satu sarana yang digunakannya.
6

Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa Disiplin Kerja

Pegawai pada bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD laboratorium di Dinas

Kesehatan Kota Bandung masih kurang optimal, sehingga peneliti tertarik

melakukan penelitian yang berjudul “Disiplin Kerja Pegawai Pada Bidang

Pelayanan Kesehatan Dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam

penelitian ini identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Masih terdapat pegawai yang kehadirannya datang tidak tepat waktu

2. Kurangnya kepatuhan para pegawai terhadap peraturan kerja yang berlaku

3. Kurang ramahnya beberapa para pegawai

C. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, dalam penelitian ini terdapat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kehadiran, Ketaatan pada Peraturan Kerja, Ketaatan pada

Standar Kerja, Tingkat Kewaspadaan Tinggi, dan Kerja Etis di Kantor

Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bidang Pelayanan Kesehatan dan

UPTD Laboratorium?
7

D. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah di atas, penelitian yang di ambil peneliti

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Kehadiran, Ketaatan pada Peraturan Kerja, Ketaatan

pada Standar Kerja, Tingkat Kewaspadaan Tinggi, dan Bekerja Etis di

Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bidang Pelayanan Kesehatan

dan UPTD Laboratorium.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian yang diambil peneliti ini memiliki manfaat secara teoritis dan

praktis untuk kepada beberapa pihak yaitu sebagai berikut:

1. Teoritis

Dipergunakan untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dari

keilmuan Administrasi Publik dalam kajian Sumber Daya Manusia untuk

menganalisa dan mengkaji tentang Disiplin Kereja Pegawai.

2. Praktis

a. Untuk Peneliti

Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan bidang Administrasi

Publik perihal dari kajian Sumber Daya Manusia, untuk sebagai bahan kajian

pengetahuan yang diperoleh peneliti untuk penerapan dan perbandingan dengan

kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian.


8

b. Untuk Instansi

Diharapkan dipergunakan untuk bahan masukan dan evaluasi bagi instansi

terkhusus di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung.

c. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan digunakan sebagai bahan referensi atau

sebagai bahan acuan dalam bidang yang serupa dengan lebih spesifik dan

mendalam.

F. Kerangka Pemikiran

Peran administrasi sangat penting karena bisa menentukan dalam berbagai

hal, seperti fungsi menyelenggarakan roda pemerintahan, pembangunan, mampu

bergerak cepat dalam melaksanakan tugas sehingga membantu kelancaran, bahkan

penting dalam kehidupan publik.Administrasi Publik menurut Henry dalam

(Pasolong, 2017: 9) ialah teori dan praktik adalah suatu kombinasi yang kompleks

dengan berbagai tujuan seperti memberi pemahaman kepada pemerintah yang

memiliki hubungan dengan masyarakat sebagai yang diperintah, serta memberikan

dorongan terhadap kebijakan publik untuk bergerak lebih responsif kepada

kebutuhan sosial.

Administrasi Publik memiliki dimensi lain yaitu bagaimana usaha

meningkatkan kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), terkhusus

terhadap aparatur pemerintah. Hal terpenting dalam mengelola dan mengatur

sebuah organiasi adalah sumber daya manusia karena dengan SDM yang bisa
9

berfungsi secara produktif dapat mencapai suatu tujuan. Menurut Manajemen

Sumber Daya Manusia ialah ilmu dan seni pengelolaan tenaga kerja antara

peranan dan hubungan agar bisa lebih efektif dan efisien dan bisa membantu untuk

mewujudkan tujuan dari masyarakat, perusahaan, dan karyawan.

Dengan meningkatkan disiplin kerja dari setiap individu itu merupakan

salah satu strategi yang bisa menciptakan aparatur yang berkinerja tinggi. Disiplin

kerja adalah kemampuan seorang pegawai yang bisa mengikuti dan menaati

peraturan yang berlaku serta dengan aturan-aturan yang berlaku dan pegawai tidak

melanggarnya. Davis dalam (Mangkunegara, 2017: 129) menjelaskan bahwa

“discipline is management action to enforce organization standards”. Menurut

Davis, arti dari disiplin kerja yaitu sebagai tindakan manajemen untuk

menegakkan standar organisasi.

(Rivai, V., & Sagala, E, 2013: 825) menjelaskan bahwa:

“disiplin kerja adalah alat yang dipakai para manajer untuk melakukan
komunikasi kepada karyawan dengan tujuan agar karyawan siap untuk
memperbaiki suatu perilaku, dan berupaya untuk meningkatkan kesadaran
dalam menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku dan telah
ditetapkan”.
Rivai dalam (Sinambela, 2016: 355) mengatakan bahwa disiplin kerja

terdapat beberapa komponen yaitu:

1. Kehadiran
Kehadiran adalah indikator paling dasar untuk mengukur
kedisiplinan, dan biasanya pegawai yang terlambat dalam bekerja
memiliki disiplin kerja yang rendah.
2. Ketaatan Pada Peraturan Kerja.
Pegawai yang selalu mengikuti pedoman kerja dan taat pada
peraturan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan tidak mungkin
melalaikan prosedur kerja.
3. Ketaatan Pada Standar Kerja.
1

Dilihat dari besarnya tanggung jawab seorang pegawai terhadap


amanah yang diberikan untuk menjalankan tugas-tugasnya.
4. Tingkat Kewaspadaan Tinggi
Pegawai yang penuh ketelitian dan perhitungan dalam bekerja, dan
dengan tingkat kewaspadaan tinggi biasanya selalu berhati-hati
dalam melaksanakan tugas, serta mampu melakukan sesuatu
dengan efektif dan efisien.

5. Bekerja Etis
Bekerja etis merupakan salah satu wujud dari disiplin kerja pegawai
namun beberapa pegawai mungkin melakukan tindakan yang
kurang sopan ke masyarakat yang dilayani atau sampai dalam
tindakan tidak disiplin. .
Menurut kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas, maka dapat di
gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka pemikiran

Disiplin Kerja Pegawai Pada Bidang Pelayanan Kesehatan Dan UPTD


Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung

Komponen Disiplin Kerja

Rivai dalam Sinambela (2016:355):


1. Kehadiran
2. Ketaatan pada peraturan kerja
3. Ketaatan pada standar kerja
4. Tingkat kewaspadaan tinggi
5. Bekerja etis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Tinjauan Teori Keseluruhan

Dimulai dari teori umum (grand theory) adalah landasan teoritis dari

penelitian ini, (Public Administration) Administrasi Publik yang mempunyai

korelasi dengan (middle range theory) teori antara Manajemen Sumber Daya

Manusia (theory of human resource management). Teori antara ini adalah induk

keilmuan dari teori operasional (operational theory) yang dipakai dalam penelitian

ini, ialah: (work discipline theory) Teori Disiplin Kerja yang memiliki korelasi

dengan semua teori dalam penelitian ini yaitu antara grand theory dengan middle

range theory dan dengan operational theory, maupun berhubungan dengan variabel

dijelaskan pada gambar berikut ini:

11
1

Gambar 2.1

Landasan Toeri Keseluruhan

2. Tinjauan Administrasi Publik

a. Definisi Administrasi Publik

Secara etimologis bahwa Administrasi berasal dari bahasa latin, berawal

dari kata ad yang mempunyai arti sungguh-sungguh, dan ministrate yang berarti

melayani (to serve), dengan demikian arti kata dari Administrasi ialah keseriusan

atau bersungguh-sungguh dalam melayani (Sakti, F. T., & Fauzia, 2018: 162)

Administrasi adalah sebuah kegiatan kelompok dengan melakukan kerjasama

demi mencapai tujuan Bersama A. Simon dari (Pasolong, 2017: 3) Siagian dalam

(Pasolong, 2017: 3) memberikan penjelasan mengenai Administrasi yaitu proses


1

dari kerjasama antara dua orang atau lebih yang memiliki dasar rasionalitas

tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Melihat dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas, bisa

disimpulkan bahwa Administrasi merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan

oleh dua orang manusia atau lebih melalui dengan kerjasama demi mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan diatas, bahwa Administrasi

memiliki dua dimensi yang pertama dimensi karakteristik, dan yang kedua

dimensi dari unsur-unsur yang melekat pada Administrasi (Pasolong, 2017: 3)

Atmsudirdjo dalam (Sakti, F. T., & Fauzia, 2018: 164) bahwa Administrasi

bisa ditinjau melalu sudut proses, fungsional, dan institusional:

1. Proses

Semua kegiatan yang dilaksanakan demi mencapai suatu tujuan

diawali daripada proses berpikir/pemikiran, proses tata

laksana/pelaksanaan, sampai dengan proses dari tujuan itu sendiri.

2. Fungsional

Dari semua kegiatan demi mendapatkan tujuan yang telah

dilaksanakan itu, memiliki berbagai fungsi dan tugas ialah, sebuah

perencanaan, tugas mengkoordinir atau mengorganisir, tugas pelaksanaan

atau menggerakkan, tugas pengawasan atau mengawasi agar tidak terjadi

penyimpangan.
1

3. Institusional (kelembagaan)

Sebagai dari totalitas kelembagaan, Administrasi memiliki sebuah

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan demi mencapai tujuan dari lembaga

itu sendiri.

b. Dimensi Karakteristik Administrasi

Setelah penjelasan dari beberapa definisi tentang Administrasi, terdapat

beberapa dimensi karakteristik Administrasi yaitu antara lain:

1. Efisien, yang artinya dari tujuan Adminisitrasi ialah untuk mendapatkan

hasil yang efektif dan efisien. Bahwa dengan pencapaian dari tujuan

administrasi yaitu dengan hasil yang berdaya berhasil guna (efektif) serta

berdaya guna (efisien). Tjokroamidjojo dalam (Pasolong, 2017: 4) efisien

merupakan sebuah perbandingan yang terbagus dan terbaik antara input

dengan output atau perbandingan dari pengeluaran dengan penghasilan

dalam sebuah proses pelaksaan Administrasi Publik.

2. Efektifitas, yang artinya bahwa sebuah tujuan yang sudah ditentukan

sebelumnya bisa tercapai, Gibson dalam (Pasolong, 2017: 4) menjelaskan

bahwa efektifitas merupakan tercapainya sebuah sasaran dari upaya

kerjasama.

3. Rasional, yaitu artinya bahwa tujuan yang sudah didapat memiliki manfaat

dan bisa berguna, dilaksanakan secara sadar atau disengaja. Waldo dalam

(Pasolong, 2017: 4) Rasional merupakan sebuah tindakan yang sudah

diperhitungkan dengan tepat untuk mewujudkan suatu tujuan yang


1

diharapkan melalui pengorbanan dengan sedikit-dikitnya untuk

mewujudkan tujuan yang lainnya.

c. Definisi Publik

Pada dasarnya Publik berasal dari bahasa inggris yaitu “Public” yang

artinya umum, masyarakat umum, rakyat dan orang banyak. syafi’ie dalam

(Pasolong, 2017: 7) mengemukakan bahwa publik merupakan sekumpulan atau

sejumlah manusia yang mempunyai kebersamaan pemikiran atau berpikir,

harapan, perasaan serta sikap dan perlakuan yang benar dan baik yang didasari

dari mereka sendiri melalui nilai-nilai normanya.

d. Definisi Administrasi Publik

Pada hakikatnya, konsep dari Administrasi Publik bukan konsep yang baru

karena telah ada sejak dulu, hanya saja ada pergantian istilah dari para pakar yaitu

Administrasi Publik menjadi Administrasi Negara.

(Pasolong, 2012: 55) dari chandler & plano, mengemukakan bahwa

Administrasi Publik merupakan “sebuah cara yang mana pengorganisiran antara

sumber daya dengan personel publik serta di arahkan atau dikoordinasikan agar

memformulasikan, pengelolaan (manage) keputusan dalam kebijakan publik, dan

mengimplementasikan”.

Henry Administrasi Publik dalam (Pasolong, 2017: 9) teori dan praktek

adalah kombinasi yang kompleks dengan berbagai tujuan seperti memberi

pemahaman kepada pemerintah yang memiliki hubungan dengan masyarakat


1

sebagai yang diperintah, serta memeberikan dorongan terhadap kebijakan publik

untuk bergerak lebih responsif kepada kebutuhan sosial.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Administrasi Publik merupakan

sebuah proses yang dilakukan dengan kerjasama oleh lembaga atau kelompok

orang untuk melaksanakan tugas pemerintahan demi memenuhi dan tercapainya

keinginan dan kebutuhan publik.

e. Unsur-Unsur Administrasi Publik

didalam subuah proses operasi administrasi mempunyai unsur yang saling

berkaitan satu sama lain, yang dimana ketika salah satunya tidak ada, proses dari

operasi adminisitrasi akan pincang, (Anggara, 2012: 29) unsur-unsur tersebut

antara lain:

a. Organisasi, ialah sebuah wadah untuk seluruh kegiatan usaha kerjasama.

b. Manajamen, ialah suatu kegiatan untuk menggerakan kelompok orang dan

mengerahkan fasilitas kerja. Hal ini berupa:

1) Perencanaan

2) Pembuatan keputusan

3) Pembimbingan

4) Pengkoordinasian

5) Kontrol (pengawasan)

6) Perbaikan dan penyempurnaan struktur dan tata kerja

c. Komunikasi, ialah penyampaian sebuah berita dan pemindahan hasil pikiran

dari orang tertentu ke yang lainnya dalam rangka mewujudkan kerjasama.


1

d. Kepegawaian, ialah pengurusan dan pengaturan pegawai yang diperlukan.

e. Keuangan, ialah pertanggung jawaban keuangan dan pengelolaan segi-segi

dalam pembiayaan.

f. Perbekalan, yaitu mulai dari perencanaan, pengadaan, serta pengaturan dalam

pemakaian barang-barang untuk keperluan kerja.

g. Tata-tata usaha, yaitu pencatatan, penghimpun, pengelolaan, dan sebagai

pengiriman serta penyimpanan dari berbagai keterangan yang diperlukan.

h. Hubungan masyarakat, ialah sebuah hubungan yang baik serta hubungan

antara lingkungan masyarakat dengan usaha kerjasama.

f. Ruang Lingkup Administrasi Publik

Henry dalam (Pasolong, 2013: 19) mengemukakan tujuan tentang ruang

lingkup administrasi publik yang mana bisa dilihat dari sebuah topik yang

dijelaskan dari perkembangan ilmu administrasi publik itu sendiri, diantaranya: (1)

tentang organisasi publik, prinsipnya menyangkut dengan model-model organisasi

dan perilaku dari birokrasi, (2) tentang manajemen publik, menyangkut dengan

ilmu manajemen dan sistem, manajemen sumber daya manusia serta anggaran

publik, dan perihal evaluasi program serta produktivitasnya. Dan (3)

implementasi, berkenaan mengenai pendekatan kebijakan publik serta

implementasinya, privatisasi, dan etika birokrasi serta administrasi antar

pemerintahan.

Unsur yang terpenting dalam penetapan dari ruang lingkup administrasi

publik ialah tentang kepentingan publik, dan ruang lingkup dari administrasi

publik (Pasolong, 2013: 21) yaitu tentang manajemen publik, pelayanan publik,

birokrasi
1

publik, kepemimpinan, kebijakan publik, etika birokrasi administrasi publik,

sampai administrasi kepegawaian negara.

3. Tinjauan Manajamen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Melalui manajemen, bisa meningkatkan daya guna dan hasil guna dari

unsur-unsur manajemen itu sendiri, sebab manajemen adalah sebuah alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Terry dan Rue dalam

(Karyoto, 2016: 3) manajemen diartikan sebagai “ sebuah cara arahan yang

digunakan terhadap suatu kelompok bergerak kearah maksud-maksud yang nyata

atau tujuan dari organisasi”.

Saydam dalam (Subekhi, A., & Jauhar, 2019: 19) menjelaskan bahwa

manajemen sumber daya manusia terdapat dari dua kata ialah: manajemen dan

sumber daya manusia. To manage adalah asal dari kata manajemen yang artinya

mengelola, mengurus, menata, mengendalikan atau mengaturnya. Dengan begini

pengelolaan, pengurusan, penataan, pengendalian atau pengaturan adalah arti

dasar dari manajemen itu sendiri, sedangkan arti dasar dari sumber daya manusia

ialah dari terjemahan human resources.

(Hasibuan, 2013: 10) menjelaskan bahwa “dalam pembahasan MSDM

teori-teori tentang manajemen umum sebagai dasarnya, sebab MSDM adalah

bagian dari manajemen itu sendiri. Namun, fokus pembahasan dari MSDM lebih

tentang pengarahan atau pengaturan dari peranan mansusia untuk mewujudkan

tujuan yang baik atau optimal. Yang dimaksud dari pengaturan antara lain
1

pengarahan, masalah terkait pengorganisasian, pengendalian, perencanaan,

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,

kedisiplinan, serta pemberhentian pegawai demi membantu mewujudkan tujuan

tiga elemen yaitu perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.

Manajemen sumber daya manusia ialah “ilmu dan seni bagaimana

pengelolaan hubungan serta peranan pegawai agar lebih bisa melaksanakan tugas

dengan efektif dan efisien demi membantu mewujudkan tujuan dari perusahaan,

karyawan serta masyarakat (Hasibuan, 2013: 10)”.

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) diartikan sebagai sebuah proses


dari pengelolaan, dan motivasi, serta membuat sumber daya manusia bisa lebih
efektif dan efisien dalam melaksanakan kegiatan di dalam organisasi agar
tercapainya tujuan strategis pada organisasi (Edison, 2018: 10) dengan fungsi-
fungsinya yaitu:

a. Data kepegawaian

Isi dalam data kepegawaian menampilkan berupa identitas seperti: Nama,

Alamat, Pendidikan, Jabatan, dan yang lainnya.

b. Perencanaan dan pengembangan

Perencanaan untuk keperluan, dan dikembangkannya kompetensi pegawai

serta perencanaan untuk persiapan karir yang jelas.

c. Rekrutmen

Melaksanakan sebuah proses rekrutmen melalui pemakaian standar yang

baik. Sebab, salah satu faktor sistem rekrutmen yang dilakukannya tidak
2

sesuai pada prosedur serta dinilai oleh orang yang kurang kompeten bisa

mempengaruhi kinerja pegawai. Maka di dalam sebuah proses pelaksanaan

rekrutmen jelas harus memakai standar yang baik.

d. Kompensasi dan kesejahteraan

Demi memperhatikan kesejahteraan pegawai diperlukan evaluasi terhadap

kinerja pegawai dan selalu memberikan kompensasi dengan baik dan adil.

e. Kedisiplinan dan aturan

Membangun perilaku pegawai dengan kedisiplinan oleh budaya organisasi

serta menjalankan peraturan yang ada.

f. Penilaian dan penghargaan

Untuk menilai dan menghargai dari usaha yang telah dilakukan oleh

pegawai, maka memberikan sebuah penghargaan karena prestasi yang

telah diraih dan selalu melaksanakan penilaian secara teratur kepada para

pegawai.

g. Memotivasi

Salah satu hal penting yang harus dilaksanakan oleh pemimpin terhadap

pegawainya ialah memberikan semangat dan motivasi kepada para

pegawai. Dengan begitu tentu para pegawai bisa meningkat dalam

kinerjanya.

h. Pemeliharaan

Dengan memberikan turn over yang tinggi mengindikasikan bahwa adanya

sistem pemeliharaan yang salah, dengan begitu diperlukan pemeliharaan

pegawai dengan baik dan benar.


2

i. Pengintegrasian

Diperlukan pembentukan kelompok kerja yang kompak melalui

penyelarasan dan meningkatkan atau menggiatkan fungsi-fungsi bagian

para pegawai.

j. Kesehatan kerja

Harus selalu diperhatikannya kesehatan kerja para pegawai melalui setiap

para pegawai harus diikut sertakan kedalam program kesehetan yang

disediakan dari badan penyelenggaraan jaminan sosial (BPJS), karena

dalam dunia industrial hal tersebut merupakan persyaratan yang harus

dilaksanakan.

c. Tujuan Sumber Daya Manusia

Cushway dalam (Sutrisno, 2009: 7) menjelaskan bahwa tujuan dari sumber

daya manusia ialah suatu pertimbangan manajemen dalam pembuatan kebijakan

SDM agar memastikan bahwa sebuah organisasi memiliki para pekerja yang

berkinerja dan bermotivasi tinggi, mempunyai pekerja yang selalu bersedia

mengatasi perubahan dan selalu menjalankan kewajiban secara legal.

Mengimplementasikan dan Memlihara semua kebijakan serta prosedur SDM yang

memungkinkan bisa mewujudkan tujuan organisasi.


2

4. Tinjauan Disiplin Kerja

a. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja ialah dari dua kata disiplin dan kerja yang mempunyai

pengertian berbeda dari masing-masingnya. Kata disiplin mempunyai arti sebagai

berikut:

Kata pertama yaitu Disiplin Handoko dalam (Sinambela, 2016: 334)

disiplin merupakan “kesiapan dari seseorang yang muncul malalui kesadaran

sendiri untuk menjalankan atau mengikuti aturan yang sudah ditetapkan dalam

suatu organiasi”.

Lalu, kata kedua yaitu Kerja Ndraha dalam (Sinambela, 2016: 335) “kerja

merupakan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai positif dari kegiatan yang

dilakukannya. Kerja bisa terjemahkan sebagai sebuah kegiatan untuk membentuk

nilai yang baru dalam suatu unit sumber karya, dan juga sebagai bentuk perubahan

nilai dalam suatu unit alat untuk memenuhi kebutuhan yang ada.”

(Rivai, V., & Sagala, E, 2013: 825) berpendapat bahwa disiplin kerja

merupakan “sebuah alat yang dipakai para pimpinan atau manajer sebagai bentuk

komunikasi dengan karyawan untuk mereka biar bisa lebih meningkatkan dan

lebih bersedia untuk memperbaiki perilaku, dan juga sebagai usaha peningkatan

kesiapan dan kesadaran seseorang untuk mengikuti dan mematuhi peraturan yang

berlaku dan telah ditetapkan”.

Bagi para pegawai disiplin mencakup dari unsur-unsur seperti kesetiaan,

ketaatan, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan kesiapan berkorban


2

(Engkus., 2019: 2380) Disiplin sudah menjadi sebagai acuan hidup untuk setiap

para pegawai dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya, dengan begitu para

pegawai wajib senantiasa patuh terhadap kebijakan yang berlaku.

Disiplin yang datang dari individu para pegawai sendiri adalah disiplin

yang diharapkan, disiplin yang bersifat spontan dan bukan disiplin paksaan atau

berdasarkan dari perintah seperti menjalankan disiplin karena adanya sanksi atau

ancaman sampai dengan hukuman (Engkus., 2019: 2380)

b. Macam-Macam Disiplin Kerja

1) Disiplin Preventif

(Sinambela, 2016: 336) menjelaskan bahwa:

Disiplin preventif merupakan cara mengarahkan seorang pegawai untuk

mengikuti dan menaati panduan kerja, dan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan. Agar pegawai berdisiplin diri itu adalah tujuan dari disiplin

preventif, dengan begitu pegawai bisa menjaga dirinya dari peraturan-

peraturan yang berlaku.

2) Disiplin Korektif

Disiplin korektif ialah cara mengarahkan pegawai agar bisa

mengintegrasikan peraturan dan mengajak para pegawai yang lainnya

untuk mengikuti dan menaati aturan-aturan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Bagi pegawai yang melanggar disiplin dijatuhi hukuman atau sanksi

menurut pada peraturan yang berlaku. Dengan tujuan seperti itu digunakan untuk
2

memperbaiki kesalahan pegawai, menaati peraturan yang ada, dan memberikan

peringatan keras kepada pegawai yang melanggar (Sinambela, 2016: 337)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Penghambat jalannya suatu kedisiplinan yaitu terdapat beberapa

permasalahan dalam disiplin kerja. Berikut adalah faktor-faktor yang bisa

mempengaruhi disiplin kerja.

Siswanto dalam (Sinambela, 2016: 356) mengemukakan bahwa terdapat

lima faktor-faktor dari disiplin kerja yaitu:

a. Frekuensi Kehadiran

Melihat dari tingkat kehadiran pegawai, dapat dilihat baik atau tidaknya

disiplin kerja para pegawai

b. Tingkat Kewaspadaan

Yang harus dimiliki para pegawai salah satunya adalah memiliki tingkat

kewaspadaan yang tinggi bagi diri sendiri dan bagi pekerjaan yang

dilakukannya.

c. Ketaatan Pada Standar Kerja

Agar kecelakaan yang tidak diinginkan bisa dihindari, seluruh pegawai

ketika menjalankan pekerjaannya diharuskan untuk menaati semua standar

kerja yang berlaku dan sesuai dengan aturan kerja yang ada serta pedoman

kerja yang telah di tetapkan.


2

d. Ketaatan Pada Peraturan Kerja

Dengan tujuan supaya menciptakan rasa nyaman dan kelancaran dalam

bekerja.

e. Etika Kerja

Agar bisa menciptakan suasana yang harmonis dengan sesama pegawai,

maka setiap pegawai harus memperhatikan etika ketika dalam bekerja.

Rivai dalam (Sinambela, 2016: 355), mengemukakan bahwa terdapat

beberapa komponen dalam disiplin kerja yaitu:

a. Kehadiran

Kehadiran merupakan indikator yang paling dasar untuk mengukur

kedisiplinan, dan biasanya sering terjadi ketika pegawai yang mempunyai

tingkat disiplin kerjanya rendah terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.

b. Ketaatan Pada Peraturan Kerja

Pegawai yang selalu mengikuti pedoman kerja yang berlaku dan taat pada

peraturan kerja mereka tidak mungkin mengbaikan prosedur kerja.

c. Ketaatan Pada Standar Kerja

Hal seperti ini bisa dilihat dengan melihat besarnya tanggung jawab para

pegawai dengan tugas yang diberikan kepadanya.

d. Tingkat Kewaspadaan Tinggi

Pegawai yang mempunyai kewaspadaan yang tinggi selalu bekerja dengan

hati-hati, teliti dan penuh perhitungan dalam bekerja, serta melakukan hal

dengan efektif dan efisien.


2

e. Bekerja Etis

Selalu ada pegawai yang melakukan tindakannya tidak sopan ke pelanggan

atau ke masyarakat bahkan terlibat dengan perlakuan yang tidak pantas, ini

menjadikan pegawai melakukan bentuk tindakan indispliner maka dari itu

bekerja etis adalah salah satu bentuk dari disiplin kerja pegawai.

5. Tinjauan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010

Peraturan tentang disiplin kerja pegawai negeri sipil berawal dari

diberlakukannya peraturan pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, lalu peraturan itu

menjadi tidak sesuai karena perkembangan keadaan dan tidak sesuai dengan

kebutuhan, dengan demikian pemerintah merevisi atau merubah serta

memberlakukan peraturan disiplin pegawai negeri sipil dalam peraturan

pemerintah Nomor 53 tahun 2010.

Arti dari disiplin pegawai negeri sipil dalam peraturan ini ialah kesiapan

PNS untuk patuh pada kewajiban dan menjauhi atau menghindari dari larangan

yang berlaku didalam peraturan perundang-undangan serta peraturan kedinasan

dan diberikan hukuman disiplin apabila tidak menaati peraturan yang ada.

Pelanggaran disiplin berupa tulisan, ucapan, dan tindakan PNS yang tidak

patuh terhadap kewajiban atau melanggar larangan aturan dalam disiplin PNS,

baik didalam jam bekerja ataupun diluar jam bekerja. Sanksi disiplin merupakan

sebuah hukuman yang diberikan kepada PNS karena melakukan pelanggaran

peraturan disiplin PNS.


2

Didalam peraturan telah disebutkan tentang kewajiban dan larangannya,

sanksi atau hukuman disiplin, upaya administratif, pemberlakuannya hukuman

disiplin, serta sebuah dokumentasi pada keputusan hukuman disiplin.

B. Penelitian Terdahulu

Tujuan dari dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk

mendapatkan acuan dan bahan perbandingan. Selain itu tujuan penelitian

terdahulu yang lainnya untuk menghindari anggapan bahwa penelitian orang lain

memiliki keidentikan dengan penelitian ini, yang membuat penelitian ini berasal

dari tulisan dan karya peneliti sendiri kerana diperkuat dengan adanya penelitian

terdahulu. Berdasarkan penjelasan diatas, berikut adalah beberapa penelitian

terdahulu yang dipakai oleh peneliti sebagai bahan acuan dalam penelitian ini:

1. (Pardede, 2019) yang berjudul “Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Dengan Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderasi Di Balai

Besar Wilayah Sungai Citarum Bandung” (BBWS) atau Balai Besar

Wilayah Sungai Citarum Bandung adalah sebuah lemabaga pemerintah

yang memiliki suatu tugas pengelolaan sumber daya air di DAS citarum

dan memiliki 5 tugas pokok diantaranya seperti, pemeliharaan,

pelaksanaan kontruksi, perencanaan, operasi, dan memberikan

pembelajaran kepada masyarakat mengenai cara mengelola sumber daya

air di Kota Bandung. Agar tujuan organisasi bisa tercapai, diperlukan

peningkatan sumber daya manusianya karena disiplin kerja pegawai

BBWS citarum masih kurang,


2

lalu perlu diperhatikn juga peran kepemimpinan dalam BBWS Citarum

Bandung.

Penelitian ini memliki tujuan yaitu untuk mengetahui bagaimana

pengaruh Disiplin Kerja (X) kepada Kinerja Pegawai (y) yang dimoderasi

Kepemimpinan (M) di BBWS Citarum Bandung, dan ingin melihat besar

pengaruh dari disiplin kerja terhadap kinerja pegawai melalui

kepemimpinan sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif dan pendekatan deskriptif.

Dari penelitian ini, wawancara dan angket (kuesioner) digunakan

sebagai teknik pengambilan data, analisis regresi hirarki (Hierarchical

Regression Analysis) digunakan sebagai pengujian hipotesis. Disiplin kerja

memliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kinerja pegawai

ini adalah hasil dari pengujiannya, persentase dari pengaruh disiplin kerja

terhadap kinerja pegawai yaitu sekitar 18% ini didapat dari hasil R2 yaitu

0,180. Kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif serta signifikan

terhadap kinerja pegawai, persentase pengaruhnya yaitu sekitar 24, 4% ini

didapat dari hasil R2 yaitu 0,244. Pengaruh antara disiplin kerja terhadap

kinerja pegawai diperkuat oleh variabel moderasi. Ini dilihat dari hasil R2

yang memiliki tambahan sebesar 0,217 atau dalam persentase sebesar

21,7% dan melihat dari nilai sebelumnya yaitu, 0,244 atau 24,4% berubah

menjadi 0, 461 atau 46,1%.

2. (Septiyani, 2019) yang berjudul “Analisis Disiplin Kerja Pegawai Pada

Kantor Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.”Disiplin


2

kerja adalah suatu tindakan individu untuk meningkatan kualitas dirinya

dalam mematuhi sebuah peraturan sehingga mendapatkan output positif

untuk organisasinya. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.10

Tahun 2016 mengenai Organisasi Pemerintah Desa menjelaskan bahwa

desa adalah sebagai pemerintahan yang paling rendah dan memiliki tujuan

yang harus dicapai.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat dan mengetahui

Analisis Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Desa Jatisari Kecamatan

Cangkuang Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan landasan

teori dari Bejo Siswanto (2005:291) mengenai dimensi disiplin kerja ialah

frekuensi kehadiran, ketaatan pada standar kerja, tingkat kewaspadaan,

ketaatan pada peraturan kerja, dan etika kerja.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakannya adalah

pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Observasi, dokumen,

wawancara kepada 3 informan, dan materi audio dan visual adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa, tingkat kehadiran atau

absensi dari pegawai desa tinggi, yaitu persentasenya mencapai sekitar

29,55% dan rata-ratanya 10% - 20% disiplin kerja pegawainya sangat

kurang dan kualitas dari Sumber Daya Manusianya kurang mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik atau kurang mumpuni. Dengan begitu

peneliti dapat menyimpulkan bahwa masih kurang baiknya Disiplin Kerja

Pegawai Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.


3

3. (Pratama, 2019) yang berjudul “Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Laboratorium Klinik RSUD Dokter Soekardjo Kota

Tasikmalaya.” Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa, masih rendahnya

kinerja pegawai di Laboratorium Klinik RSUD Dokter Soekardjo Kota

Tasikmalaya seperti dalam masalah pemeliharaan serta penyimpanan

dokumen dan masih kurang maksimalnya pemanfaatan jam kerja. Hal ini

diakibatkan karena dari dua faktor yang pertama kurangnya kesadaran

serta tanggung jawab pegawai terkait penerapan disiplin kerja dan yang

kedua ketegasan dari seorang pemimpinnya masih rendah dalam

menerapkan disiplin kerjanya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang disiplin

kerja, kinerja pegawai serta data sekunder dengan teori yang berhubungan

dengan penelitian ini yaitu dokumen-dokumen mengenai organisasi tempat

penelitiannya seperti dari struktur organisasi, visi, misi, jumlah pegawai,

tugas pokok dan fungsi serta yang lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

penelitian survey, serta metode pengambilan datanya ialah penelitian

lapangan seperti dari wawancara, observasi, dan angket yang disebarkan

kepada para pegawai sebagai responden sebanyak 37 orang dengan

menggunakan skala likert. Dan di laboratorium Klinik RSUD Dokter

Soekardjo masih terdapat hambatan yang mengakibatkan adanya

permasalahan seperti dalam pemeliharaan dan penyimpanan dokumen serta

masih kurang maksimalnya pemanfaatan jam kerja. Dan hasil dari

penelitian ini terdapat pengaruh yang cukup besar dari disiplin kerja

terhadap kinerja pegawainya yaitu 0,782 atau


3

pyx = 78, 2% yang berarti variabel disiplin kerja terhadap kinerja pegawai

memiliki pengaruh yang cukup besar.

Dari kesimpulan ini menjelaskan bahwa, disiplin kerja mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja pegawai di Laboratorium

Klinik RSUD Dokter Soekardjo Kota Tasikmalaya. Yang artinya hipotesis

tentang pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai teruji. Peneliti

dapat memberikan saran berupa saran praktis yang memperhatikan hal-hal

yang harus dilakukan serta saran akademis dan informasi tentang begitu

pentingnya disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama
No Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti
1 2 3 4 5
Pengaruh
Disiplin Kerja
➢ Memakai
Terhadap
metode
Kinerja
penelitian
Abi Pegawai ➢ Menjelaskan
Kuantitatif
Nubli Dengan mengenai
1 ➢ Deskriptif
Pardede Kepemimpinan Disiplin
Verifikatif
(2019) Sebagai Kerja
sebagai metode
Variabel
yang
Moderasi Di
digunakannya
Balai Besar
Wilayah
3

Sungai
Citarum
Bandung
➢ Tempat
penelitian
berbeda
➢ Menggunakan
teori dari Bejo
Siswanto
Analisis
(2005:291)
Disiplin Kerja
tentang dimensi
Pegawai Pada
Putri ➢ Menjelaskan disiplin kerja
Kantor Desa
Djayanti mengenai adalah:
2 Jatisari
Septiyani Disiplin Kerja 1. Frekuensi
Kecamatan
(2019) kehadiran
Cangkuang
2. tingkat
Kabupaten
kewaspadaan
Bandung
3. ketaatan pada
standar kerja
4. ketaatan pada
peraturan kerja
5. Etika kerja

Pengaruh ➢ Memakai
Disipin Kerja metode
➢ Menjelaskan
Algy Terhadap penelitian
mengenai
3 pratama Kinerja Kuantitatif
Disiplin Kerja
(2019) Pegawai ➢ Kota
Laboratorium Tasikmalaya
RSUD Klinik sebagai tempat
3

RSUD Dokter penelitian


Soekardjo dilakukan
Kota
Tasikmalaya

C. Proposisi

Efektif dan efisiennya Disiplin Kerja Pegawai dilaksanakan dengan Lima

komponen Disiplin Kerja yaitu konsep Kehadiran, Ketaatan Pada Peraturan Kerja,

Ketaatan Pada Standar Kerja, Kewaspadaan Tinggi dan Bekeja Etis.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian adalah sebuah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan mempunyai tujuan serta kegunaan tertentu. Berdasarkan

dari pengertian di atas ada empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu (1) cara

ilmiah, (2) data, (3) tujuan, dan (4) kegunaan (Sugiyono, 2014: 1)

Dari teori di atas, metode penelitian adalah data yang valid yang memiliki

sebuah tujuan yaitu untuk dipahami dan dipakai sebagai sebuah alat untuk

memecahkan sebuah masalah.

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah metode untuk memahami serta

mempelajari makna oleh sekelompok orang atau sejumlah orang yang dianggap

berasal dari kemanusiaan atau masalah sosial. Melibatkan upaya penting adalah se

buah proses dari penelitian kualitatif, dari seperti pengajuan pertanyaan, pengump

ulan data yang khusus atau lebih rinci dari parapartisipan, menganalisi data secara

induktif, serta menafsirkan atau menjelaskan makna dari data (Creswell, 2016: 4)

Dalam penelitian kualitatif pendekatan studi kasus digunakan dalam

penelitian ini, sebab peneliti ingin mengetahui suatu kasus yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini secara mendalam. (Creswell, 2014: 94)

34
3

Studi kasus adalah salah satu jenis pendekatan kualitatif yang mengkaji

tentang sebuah “kasus” tertentu didalam konteks kehidupan nyata kontemporer.

Penelitian mengenai studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang pelaksanaan

penelitiannya menjelajahi kehidupan nyata, keterbatasan sistem kontemporer

(kasus) atau keterbatasan beragam sistem (berbagai kasus), dengan cara

pengumpulan data yang spesifik dan mendalam dari berbagai sumber informasi,

serta pelaporan deskripsi kasus, dan tema kasus (Creswell, 2014: 136).

Studi kasus juga memiliki tujuan yaitu mengetahui atau memahami isu,

masalah, dan bisa juga dari sebuah rasa simpati atau keperihatinan yang mendalam

dan dari satu kasus atau beberapa kasus ini diseleksi agar bisa memahami masalah

dengan baik (Creswell, 2014: 137)

Jenis data kualitatif digunakan dalam penelitian ini. (Sugiyono, 2015: 23)

menjelaskan bahwa data kualitatif ialah data yang mempunyai bentuk dari sebuah

kata, gambar, atau skema. Data kualitatif adalah deskripsi atau penjelasan detail

tentang komentar obsever terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Dinas

Kesehatan Kota Bandung pada bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium yang dilihat oleh peneliti.

B. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dua sumber

data, yaitu data primer dan data sekunder


3

1. Data Primer

Data primer atau juga bisa dibilang “first-hand information” merupakan

sebuah objek atau dokumen original material yang masih mentah yang didapat dari

pelaku serta data yang disatukan atau dikumpulkan dari situasi aktual lapangan

ketika peristiwa terjadi (Silalahi, 2012: 289) Data primer yang dipakai dalam

penelitian ini merupakan hasil dari observasi dan wawancara yang dilaksanakan

pada Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung.

2. Data Sekunder

Data sekunder atau juga bisa dibilang “second-hand information” adalah

data yang didapatkan dari pihak kedua atau tangan kedua sebelum penelitian ini

dilaksanakan (Silalahi, 2012: 291) sumber data sekunder itu seperti klarifikasi,

ulasan, atau mengkaji mengenai materi original. Sumber data sekunder yang

dipakai dalam penelitian ini yaitu mengkaji mengenai materi original yang didapat

dari Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung.

C. Jenis Data

Jenis data kualitatif digunakan dalam penelitian ini. (Sugiyono, 2015: 23)

menjelaskan bahwa data kualitatif ialah data yang mempunyai bentuk dari sebuah

kata, gambar, atau skema. Data kualitatif adalah deskripsi atau penjelasan detail

tentang komentar obsever terhadap disiplin kerja pegawai pada bidang pelayanan

kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung yang dilihat

oleh peneliti.
3

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengupulan data meliputi kelancaran perizinan, melaksanakan strategi

sampling yang baik, mendalami dan mengembangkan cara-cara perekaman

informasi, melalui dengan digital atau media kertas, menyimpan data, dan menjaga

persoalan etika yang mungkin muncul (Creswell, 2014: 205)

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

melaksanakan penelitian, karena mendapatkan data pada dasarnya sebagai tujuan

utama dari penelitian. Peneliti tidak mengetahui dalam teknik pengumpulan data

maka peneliti tidak akan bisa mendapatkan data yang sesuai dengan standar data,

untuk menghindari hal seperti itu (Creswell, 2016: 254) dalam prosedur

pengumpulan data terdapat empat jenis strategisnya yaitu:

1. Observasi Kualitatif (Qualitative Observation)

Observasi kualitatif merupakan sebuah aktivitas peneliti yang turun

langsung ke lokasi atau meninjau langsung lapangan untuk mengamati perilaku

dan aktivitas individu di lokasi penelitian, dan observasi yang dilakukan dalam

penelitian di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung, ketika melaksanan

observasi, peran peneliti sebagai non-partisipan sampai dengan partisipan utuh.

Dan peneliti juga bisa mencatat/merekam dengan secara terstruktur ataupun

semistruktur (Creswell, 2016: 254)


3

2. Wawancara Kualitatif (Qualitative Interview)

Mengnai wawancara kualitatif, peneliti bisa melakukan bertatap muka

langsung dengan partisipan, mewawancara partisipan dengan terlibat langsung

berwawancara bertatap muka dengan sekelompok partisipan tertentu, dan juga bisa

melalui telepon. Dalam sebuah wawancara tentunya diperlukan pertanyan-

pertanyaan yang secara umum bersifat terbuka dan tidak terstruktur (Creswell,

2016: 254)

Dalam wawancara peneliti harus sudah menentukan beberapa informan

untuk diwawancara sebelum pelaksanaan wawancara itu dilakukan, tidak

memungkinkan peneliti melakukan wawancara kapada seluruh pegawai di Kantor

Dinas Kesehatan Kota Bandung. Jadi karena itu, pengambilan sampel dari seluruh

populasi pegawai yang ada yang dijadikan sebagai informan. Dan peneliti

menggunakan teknik pemilihan dari sampel purposeful (Creswell, 2014: 207)

sampling purposeful merupakan “sebuah kelompok masyarakat yang bisa

memberi sebuah informasi terbaik tentang permasalahan yang dipelajari kepada

peneliti.”

Berikut di bawah merupakan data dari informan yang dianggap peneliti

bisa memberikan informasi terbaik tentang permasalah dalam penelitian ini.


3

Tabel 3.1
Data Informan

No Nama Jabatan

1 Ibu Detty Kurnia, Sub bagian program, data dan informasi


SKM.,M.AP

2 Bapak ali Staff ahli bagian program, data dan informasi

3 Ibu devi Staff ahli bagian kepegawaian

4 Bapak yanto Operator sistem informasi absensi presensi (SIAP)

3. Dokumen Kualitatif (Qualitative Document)

Pelengkap dari metode observasi dan wawancara yaitu dokumen yang

digunakan dalam penelitian kualitatif. (Creswell, 2016: 255) bentuk dari dokumen

ini bisa berupa dokumen publik atau dokumen privat. Dan dokumen yang dipakai

dalam penelitian ini yaitu kehadiran/absensi Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung.

4. Materi Audio dan Visual Kualitatif (Qualitative audio and visual materials)

Dari data ini berisi seperi foto, video, objek dari seni atau segala jenis

suara/bunyi (Creswell, 2016: 255) dalam penelitian ini hanya memakai materi foto

berupa foto dari data yang diberikan dan foto saat observasi dan wawancara.

5. Triangulasi

Teknik triangulasi, yang artinya peneliti melakukan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Seperti
4

dimulai dari observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi dari

sumber data yang sama secara bersamaan. (Sugiyono, 2017: 241)

E. Operasional Variabel

Melihat dari tabel pengkajian operasional parameter didalam penelitian ini

terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan

memakai teori dari Rivai agar terciptanya disiplin kerja pegawai yang efektif dan

efisien ialah :

Tabel 3.2
Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Item

1 2 3 4

1. Tingkat
absen/kehadiran
pegawai
Absensi/Kehadiran
2. Tingkat waktu
ketepatan masuk
kerja

1. Taat dengan
Ketaatan pada
Disiplin peraturan kerja
peraturan kerja
Kerja yang berlaku Observasi,
Veithzal dokemntasi,
Rivai 1. Tanggung jawab dan wawancara
(2005) terhadap amanah
Ketaatan pada
atau tugas yang
standar kerja
diberikan

1. berhati-hati
Tingkat kewaspadaan dalam
tinggi melaksanakan
pekerjaan
4

1. kesopanan
pegawai dalam
melaksanakan
pekerjaan
Bekerja etis 2. pemahaman
pegawai
terhadap etika
kerja

F. Teknik Analisis Data Penelitian

Sebelum memasuki lapangan, ketika berada di lapangan, dan setelah di

lapangan dilakukan analisis data dalam penelitian kualitatif. Di dalam penelitian

kualitatif analisis data dimulai dengan persiapan dan pengorganisasian data untuk

dianalisis, lalu dikerucutkan data tersebut menjadikan sebuah tema dengan proses

pengodean dan peringkasan kode, dan menyediakan kedalam bentuk tabel,

pembahasan, atau bagan (Creswell, 2014: 251) Berdasarkan penjelasan di atas,

berikut adalah langkah-langkah analisis yang dipakai dalam penelitian ini:

1. Mengolah Dan Mempersiapkan Data

Dari hasil penelitian data yang diperoleh tentunya sangat beragam, dengan

begitu peneliti harus mengolah data dan mempersiapkannya untuk dianalisis, atau

memilih serta mempersiapkan data tersebut ke dalam bentuk jenis yang beda

tergantung dari sumber informasi (Creswell, 2016: 264)

2. Membaca Keseluruhan Data

Dalam langkah ini, seluruh data yang diperoleh peneliti harus membacanya

terlebih dahulu, dan membuat gagasan umum tentang data yang diperoleh tersebut,
4

serta secara keseluruhan harus digambarkan maknanya tersebut (Creswell, 2016:

264)

3. Memulai Coding Semua Data

Peneliti mengolah data dengan membagi kelompok-kelompok ke dalam

jenis-jenis tertentu sehingga menjadikan sebuah kode untuk penggambaran

informasi yang sudah didapat. Coding yaitu sebuah proses pengorganisasian data

dengan cara mengumpulkan bagian gambar atau teks dan dituliskan kategori

dalam batas-batas (Rossman & Rallis, 2012) dalam (Creswell, 2016: 265)

4. Menerapkan Proses Coding

Penerapan proses coding untuk menjelaskan setting, kategori, orang, serta

tema yang mau dianalisis. Deskripsi ini keterlibatannya dengan usaha

menyampaikan informasi dengan detail dan mendalam mengenai peristiwa, orang,

serta peristiwa dalam ranah tertentu (Creswell, 2016: 266) Lalu, diterapkan proses

coding untuk pembuatan sejumlah kecil dari tema atau kategori, dari temalah yang

seringkali dijadikan hasil utama kedalam penelitian kualitatif (Creswell, 2016:

267)

5. Penyajian Data

Penyajian tema dan deskripsi melalui bentuk narasi atau laporan kualitatif.

Pendekatan yang sering dipakai dalam menyampaikan hasil analisis biasanya dari

pendekatan naratif (Creswell, 2016: 267)


4

6. Pembuatan Interpretasi

Pembuatan interpretasi merupakan langkah yang terakhir, didalam

pembuatan interpretasi bisa seperti makna yang asal muasalnya dari perbandingan

hasil penelitian dengan studi literatur atau teori yang berasal sebagai informasi

(Creswell, 2016: 268)

G. Tempat Dan Jadwal Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi peneliti melaksanakan penelitian di Kantor Dinas

Kesehatan Kota Bandung

Alamat: Jl. Supratman No.73, Cihapit. Kec, Bandung Wetan, Kota

Bandung, Jawa Barat Kode pos: 40114.

2. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian

Tahapan penelitian Bulan

Nov Des Jan Fab Mar Apr Mei Jun jul ags sep

Pengajuan judul

Pembuatan ususlan
penelitian

Bimbingan usulan
penelitian
4

Seminar usulan
penelitian

Pengumpulan dan
pengolahan data

Penyususan skripsi

Bimbingan skripsi

Sidang munaqosah

Wisuda
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat

Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu intansi

pemerintah yang sudah ada sejak jaman kependudukan Belanda. Pada

tahun 1946 sampai dengan tahun 1949 Dinas Kesehatan disebut juga

“Plaatselijke gezond Heidsdienst Bandung” yang berkantor di Gemeente

Bandung. Pimpinannya adalah Dr.Molte V.Kuhlewein sebagai HOoofd

Gouvermentsart Hoofd V.D Plaatselijke Gezondheids Bandung.

Tahun 1950 Plaatselijke Gezondheids berubah menjadi Jawatan

Kesehatan Kota Besar Bandung. Adapun pejabat yang ditunjuk adalah dr.R

Admiral Suratedja, Kepala Kesehatan Kota Besar Bandung. Wilayahnya

berturut-turut dr.R.Poerwo Soewarjo kemudian dr.R.Sadikun.Kantor pusat

Dinas Kesehatan berkedudukan di Gemeente Bandung atau Kantor

Kotapraja Bandung yang sekarang dikenal sebagai Kantor Pemerintah

Daerah Kotamadya Bandung sampai pertengahan tahun 1960 dan bagian

preventif yang sekarang dikenal sebagai Seksi Pemberantasan Penyakit

Menular berkantor di jalan Bawean No.1 Bandung. Pada tahun 1960

Kantor

Pusat Dinas Kesehatan pindah kejalan Badak Singa No.10 Bandung.

45
4

Menempati sebagian dari kantor penjernihan Air yang sekarang

merupakan Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai

tanggal

9 Oktober 1965. Pada tanggal 9 Oktober 1965 pindah lagi ke jalan

Supratman No.73 Bandung sampai sekarang.

Pada tahun 1950 Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri


dari

10 bali pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi 4

pusat kesehatan yang terdiri dari : 1 pusat kesehatan masyarakat, 18 balai

kesehatan khusus kemudian 18 balai kesehatan dan anak serta 6 klinik

bersalin.

Berdasarkan SK No.50 tahun 1952 tentang pelaksanaannya yaitu

penyerahan sebagai Pemerintah Pusat mengenai kesehatan kepada daerah-

daerah di kota besar atau kecil. Pengelolaan Kepegawaian Dinas Kesehatan

secara berangsur-angsur diserahkan kepada Pemda Kotamadya Dati II

Bandung dan status pegawainya terdiri dari :

1. Pegawai pusat

2. Pegawai Pemberantas Penyakit Cacar dan Mata

Dinas Kesehatan Kota Bandung ini didirikan dengan tujuan

meningkatkan derajat kesehatan yaitu melalui :

1. Kegiatan kuratif atau pencegahan pengobatan seperti puskesmas


4

2. Kegiatan preventif atau pencegahan terhadap penyakit misalnya

mencegah jangan sampai orang menjadi sakit dan menjaga kebersihan

lingkungan dan lain-lain.

2. Visi dan Misi

Visi:

Mewujudkan Bandung Kota Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Misi:

Untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan mandiri

ditempuh melalui misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna, merata

bermutu, dan terjangkau.

2. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan dan menggerakkan

masyarakat berperilaku hidup sehat.

3. Meningkatkan tata kelola manajemen pembangunan kesehatan.


4

3. Struktur Organisasi Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung

4. Tugas dan Fungsi

Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang

kesehatan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

Fungsi:
4

1. Melaksanakan tugas teknis operasional di bidang kesehatan yang

meliputi pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan,

pencegahan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan

lingkungan, kesehatan keluarga, pelayanan kefarmasian dan

pengawasan makanan dan minuman serta pembinaan program

berdasarkan kebijakan walikota Bandung.

2. Pelaksanaan tugas teknis fungsional di bidang kesehatan berdasarkan

kebijakan Gubernur Provinsi Jawa Barat.

3. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan yang meliputi

kepegawaian, keuangan umum dan perlengkapan.

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan hasil analisis peneliti

mengenai data yang diperoleh dari keseluruhan proses yang telah di uraikan

sebelumnya. Dari hasil analisis tersebut peneliti dapat memberi gambaran

menganai bagaimana disiplin kerja pegawai pada kantor bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan teori disiplin kerja dari Veithzal Rivai

yang mengemukakan terdapat lima komponen disiplin kerja yaitu kehadiran,

ketaatan pada peraturan kerja, ketaatan pada standar kerja, tingkat

kewaspadaan tinggi, dan bekerja etis.

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi bagaimana disiplin kerja

pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung terkhusus bidang

Pelayanan
5

Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi

disiplin kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung di kedua

bidang tersebut. Dan yang ketiga, upaya untuk meningkatkan disiplin kerja

pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium.

Pembahasan disini adalah hasil dari proses analisis data dan fakta yang

penulis dapatkan dilapangan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan teori yang di sampaikan oleh Veithzal Rivai (2005)

dalam Sinambela (2016: 355) yang menjelaskan bahwa disiplin kerja memiliki

beberapa komponen yaitu kehadiran, ketaatan pada peraturan kerja, ketaatan

pada standar kerja, tingkat kewaspadaan tinggi, dan bekerja etis. Adapun hasil

penelitian mengenai disiplin kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium adalah

sebagai berikut:

Disiplin Kerja Pegawai bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung Kota Bandung

1. Kehadiran

Kehadiran merupakan salah satu tolak ukur yang dapat

menggambarkan bagaimana kedisiplinan pegawai dalam suatu organisasi,

termasuk di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Semakin tinggi presentase kehadiran

pegawai maka akan semakin tinggi pula tingkat disiplin pegawai.

Berkenaan dengan dimensi kehadiran, penulis membaginya kedalam dua


5

indikator yaitu tingkat kehadiran pegawai dan tingkat ketepatan waktu

dalam masuk kerja.

Indikator pertama yaitu tingkat kehadiran pegawai. Dimana tingkat

kehadiran pegaawai dapat dilihat dari tingkat absensi pegawai. Berikut data

kehadiran Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan Kesehatan

dan UPTD Laboratorium:

Tabel 4.1
Rekap Kehadiran Pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandung 2020

Hari Tidak
Nama Datang Pulang Hadir Tanpa
No Keja
Bidang Tepat Tepat Sehari Keterangan
(%)
Penuh
Pelayanan 59,89% 75,18% 5,67% 0,76%
1 100%
Kesehatan
2 UPTD Lab 100% 37,58% 70,13% 16,60% 11,89%
Jumlah Rata-
48,33% 73,37% 9,55% 4,71%
Rata

Berdasarkan tabel di atas mengenai rekapan data kehadiran dapat

dilihat bahwa jumlah rata-rata dari kesleruhan pegawai di bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium pada Dinas Kesehatan Kota

Bandung yang datang tepat waktu mencapai sebesar 48,33%, jumlah rata-

rata keseluruhan pegawai dari kedua bidang yang pulang tepat waktu

sebesar

73,37%, jumlah rata-rata keseluruhan pegawai dari kedua bidang yang

tidak hadir sehari penuh berjumlah 9,55% dan jumlah rata-rata

keseluruhan
5

pegawai dari kedua bidang yang tidak masuk kerja tanpa keterangan yaitu

sebesar 4,71%.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat datang tepat waktu

masih dibawah 50%. Yaitu sebesar 48,33% Hal tersebut menggambarkan

bahwa tingkat disiplin dalam dimensi kehadiran masih rendah dan perlu

ditingkatkan kembali.

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan staf ahli bagian

pengadministrasi umum yaitu bapak yanto, beliau mengatakan bahwa

tingkat kehadiran pegawai di kantor Dinkes Kota Bandung pada bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium sudah baik. Karena

pegawai selalu hadir, kecuali jika pegawai yang absen karena sakit, dan

pegawai selalu diingatkan tentang disiplin kerja terutama jam kerja

“Selalu hadir kecuali sakit, baru mereka tidak masukkarena kalau


mereka ga masuk tanpa keterangan kan terpotong presentasenya.
Kan ada kehadirannya yah.”
(Wawancara, pada tanggal 30 juni 2021 di kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung pukul 13.59 WIB).
“Iya, saya selalu mengingatkan tentang disiplin kerja terutama
tentang jam kerja (sanksi apabila ada keterlambatan)”.
(Wawancara, pada tanggal 30 juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung pukul 14.21 WIB).
Kemudian Ibu Detty Kurnia selaku Kasubag Program, Data dan

Informasi menambahkan bahwa pegawai di Dinas Kesehatan Kota

Bandung terkhusus pada bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium selalu masuk sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jikalau pun ada


5

pegawai yang tidak masuk bekerja tanpa keterangan maka akan secara

otomatis gajinya akan terpotong.

“Untuk menyikapinya mungkin di absen dinyatakan tidak ada


keterangan sama sekali, efeknya ada pemotongan langsung
tunjangan kinerja dinamis pegawai tiap bulan.”
(Wawancara, pada 29 Juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Bandung pada pukul 14.18 WIB).
Begitupun dengan indikator ketepatan waktu, berdasarkan hasil

wawancara dengan para informan bahwa setiap pegawai selalu hadir tepat

waktu. Karena setiap pagi para pegawai harus melakukan apel pagi dan

melakukan absen dengan dengan menggunakan scanning mata atau dengan

fingerprint. Seperti keterangan dari Bapak Yanto selaku staf ahli

pengadministrasi umum, beliau mengatakan:

“Iya, dikarenakan para pegawai harus mengikuti apel pagi setiap


hari senin”. (Wawancara, pada tanggal 30 juni 2021 di Kantor
Dinas Kesehatan Kota Bandung pukul 14.19 WIB).
Kemudian Ibu Detty Kurnia selaku Kasubag Program, Data dan

Informasi mengatakan:

“Sudah, karenakan jam kerja misalkan hari senin, selasa, kamis itu
07.45 WIB. Itu kalo telat sedikit nanti ada potongan, da udah tertib,
udah ada scan mata. Jadi gabisa di wakilkan kalo mata mah yah.
Mata atau jempol kan ga bisa di wakilkan. kalau rabu,jumat. jumat
malah setengah delapan. pulangnya kalau hari biasa jam setengah
lima. Kalau hari jumat jam empat tapi masuk jam setengan
delapan.”
(Wawancara, pada tanggal 29 juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung pukul 15.45 WIB).
Namun berdasarkan hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti

masih ada saja pegawai yang hadir tidak tepat waktu. Dan hal itu sangat

menghambat baik bagi pegawai lain ataupun dapat pula menghambat

kepada pemberian pelayanan kepada masyarakat. seperti misalnya saja


5

ketika salah satu petugas pelayanan telat masuk kerja. Otomastis pegawai

lain akan keteteran dan masyarakat tentu akan menunggu lebih lama dari

biasanya. Pengamatan peneliti tersebut di dukung oleh data/tabel diatas.

Dimensi kehadiran dapat dilihat dari dua indikator yaitu indikator

tingkat kehadiran pegawai dan indikator ketepatan waktu. Berdasarkan

hasil wawancara mengenai tingkat kehadiran pegawai maka kehadiran

pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium sudah baik karena para pegawai selalu

hadir kecuali jika memang pegawai tersebut sakit. Jika seorang pegawai

tidak masuk kerja tanpa keterangan apapun maka konsekuensinya adalah

gaji pagawai tersebut akan secara otomatis terpotong.

Indikator kedua yaitu indikator ketepatan waktu. Berdasarkan hasil

waawancara, para pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung pada

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium selalu hadir tepat

waktu dikarenakan para pegawai diharuskan untuk mengikuti apel pagi dan

melakukan absensi dengan menggunakan fingerprint serta scan mata.

Seperti yang di ketahui bahwa absen dengan menggunakan fingerprint dan

scan mata tentu tidak bisa di wakilkan oleh orang lain. Sehingga para

pegawai harus benar-benar datang hadir di kantor tepat pada waktunya.

Adapun jam kerja di kantor Dinkes yaitu hari senin, selasa, kamis

masuk pukul 07.45 WIB. Hari rabu dan jumat masuk pukul 07.30 WIB.

Jika pegawai mengalami keterlambatan masuk kerja maka akan secara


5

otomatis mendapatkan hukumaan yaitu terpotong gajinya karena sistem

absensi yang di gunakan adalah sistem iris mata.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis selama

sebelum penelitian dan disaat penelitian dilaksakan di kantor Dinas

Kesehatan Kota Bandung terkhusus bidang Pelayanan kesehatan dan

UPTD Laboratorium masih banyak pegawai yang telat masuk kerja. Selain

itu pula berdasarkan dokumen yang penulis dapatkan menunjukan bahwa

tingkat datang tepat waktu para pegawai masih rendah yaitu di kisaran

48,33%, Hal itu menunjukan bahwa berdasarkan pada pengamatan penulis

tingkat kedisiplinan pegawai di kantor Dinas Kesehatan bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium masih rendah.

Veithzal Rivai (2005) dalam Sinambela (2016: 355) yang

menjelaskan bahwa kehadiran merupakan indikator dasar untuk mengukur

kedisiplinan, biasanya pegawai yang memiliki displin kerja rendah biasa

untuk terlambat dalam bekerja.

Maka dari itu peneliti menyimpulkan unrtuk dimensi kehadiran,

pegawai di bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung masih memiliki kedisiplinan yang rendah dan

perlu untuk di tingkatkan kembali.

2. Ketaatan Pada Peraturan Kerja

Kedisiplinan dapat ditunjukkan melalui ketaatannya pada suatu

instansi. Suatu instansi pasti memiliki aturan kerja dimana peraturan kerja
5

dimaksudkan demi kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja. Maka

aturan kerja yang telah di buat harus di ketahui, dipahami dan di taati oleh

setiap pegawai yang ada di instansi tersebut. Pegawai yang disiplin tentu

akan taat pada peraturan kerja yang berlaku. Berikut adalah peraturan yang

diterapkan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung:

Gambar 4.2
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1381 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kota Bandung
5

Berdasarkan dari gambar diatas yaitu sebuah perwal yang mengatur

tugas dan fungsi serta tata kerja yang menjadi pedoman peraturan kerja di

Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dari mulai kedudukan, susunan

organisasi, tufoksi dan tata kerja para pegawai.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Detty Kurnia

selaku Kasubag Program, Data dan Informasi bahwasannya semua pegawai

di Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah bekerja sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan peraturan diatas. Hal

tersebut selaras pula dengan yang disampaikan oleh Bapak Yanto sebagai

berikut:

“Bertanggungjawab sesuai tupoksinya masing-masing.”


(Wawancara dengan Ibu detty kurnia pada 29 juni 2021 di Kantor
Dinas Kesehatan Kota Bandung).
“Sudah sesuai dengan tupoksinya mereka menjalankan
pekerjaanya.”
(Wawancara dengan Bapak yanto pada tanggal 30 Juni 2020 di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti yang

dilakukan ketika sebelum penelitian dan saat pelaksanaan penelitian di

Dinas Kesehatan Kota Bandung masih ditemukan para pegawai yang tidak

taat kepada aturan seperti keluar kantor tanpa keterangan di jam kerja.

Selain itu pula masih banyak pegawai yang datang kerja tidak tepat waktu.

Hal tersebut menggambarkan bahwa kedisiplinan pegawai dalam dimensi

ketaatan pada aturan kerja masih perlu di tingkatkan.

Maka dari itu di perlukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan

pegawai terhadap peraturan-peraturan yang berkali di Dinas Kesehatan


5

Kota Bandung. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Dinkes adalah

tetap mengingatkan tentang peraturan yang berlaku. Jika masih ada yang

melanggar maka akan diberikan teguran atau sanksi apabila terbukti

kepada pegawai yang melanggar aturan. Seperti apa yang di sampaikan

oleh Pak Yanto sebagai berikut.

“yang pertama tetap selalu mengingatkan tentang peraturan yang


berlaku, dan yang kedua bisa mendapat teguran atau sanksi apabila
terbukti seperti itu”
(Wawancara, pada tanggal 30 Juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung).
Berdasarkan hasil wawancara, ketaaatan para pegawai bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung terhadap peraturan kerja yang telah di tetapkan sudah baik. Setiap

pegawai sudah memahami betul bagaimana tupoksinya masing-masing

serta hak dan kewajiban yang sedang mereka emban. Maka dari itu sudah

seharusnya para pegawai mampu membatasi diri untuk tidak melanggar

aturan kerja yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, ketaatan

pegawai terhadap peraturan kerja masih kurang. Hal itu dikarenakan masih

di temui pegawai yang keluar kantor tanpa keterangan pada jam kerja.

Bahkan masih sedikit yang datang tepat waktu untuk memulai pekerjaan.

Hal tersebut menunjukan ketidak patuhan pegawai terhadap terhadap

peraturan yang berlaku.


5

Veithzal Rivai (2005) dalam Sinambela (2016: 355) bahwa dimensi

ketaatan pegawai pada peraturan kerja menunjukan bahwa pegawai yang

taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan

selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

Maka hasil dari analisis peneliti disiplin kerja pegawai pada bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung dilihat dari dimensi ketaatan pada peraturan kerja masih rendah.

Berdasarkan analisis peneliti rendahnya tingkat ketaatan pegawai terhadap

peraturan yang berlaku di karenakan tidak adanya tindakan tegas yang di

berikan pada mereka yang melanggar aturan.

3. Ketaatan Pada Standar Kerja

Dimensi Ketaatan pada standar kerja dalam melaksanakan suatu

pekerjaan dapat dilihat dari bagaimana seorang pegawai bertanggung

jawab terhadap tugas yag diberikan yang tentu dalam pengerjaannya harus

sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Tingkat tanggungjawab

seorang pegawai mencerminkan kesadaran seorang pegawai akan

kewajibannya dalam bekerja. Berikut lembar SOP pada Kantor Dinas

Kesehatan Kota Bandung:


6

Gambar 4.3
Prosedur Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung

Berdasarkan gambar diatas yaitu prosedur kerja yang ada di Kantor

Dinas Kesehatan Kota Bandung, semua bidang yang ada di Dinas

Kesehatan Kota Bandung mempunyai prosedur kerja tersebut termasuk

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Sehingga para

pegawai bertanggungjawab penuh dengan SOP yang ada.


6

hasil wawancara dengan Bapak Yanto beliau mengatakan bahwa

setiap pegawai sudah bertanggungjawab dalam melakukan pekerjaannya

sesuai tugas tugasnya masing-masing.

“Iya sejauh ini dilakukan sesuai dengan SOP yang ada.”


(Wawancara, pada tanggal 30 Juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung)
Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh

Detty Kurnia. Bahwa setiap pegawai sudah seharusnya bekerja dengan

penuh tanggung jawab sesuai standar yang ada dikarenakan para pegawai

telah dibebankan tupoksinya masing-masing.

“Iya, dikarenakan para pegawai sudah dibebankan dengan tupoksi


pekerjaannya masing-masing sesuai SOP.”
(Wawancara, pada tanggal 29 juni 2021 di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Bandung).
Berdasarkan hasil wawancara, ketaatan pegawai terhadap standar

kerja dapat dilihat dari bagaimana seorang pegawai bertanggungjawab

terhadap tugas yang di berikan. Untuk itu berdasarkan keterangan yang

diberikan Setiap pegawai bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah bertanggungjawab

terhadap tugas yang telah di embannya sesuai dengan standar kerja.

Relevan dengan teori yang di sampaikan oleh Wibowo (2010:67)

mengungkapkan

“SOP merupakan standar kegiatan yang harus dilakukan secara


beruntun untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan apabila ditaati
akan membawa akibat seperti: lancarnya koordinasi, tidak terjadi
tumpeng tindih atau duplikasi, terbinanya hubungan kerja yang
6

serasi, kejelasan wewenang dan tanggungjawab setiap pegawai.


Dan SOP mempunyai kriteria efektif dan efisien, sistematis,
konsisten, sebagai standar kerja, mudah dipahami, lengkap, tertulis,
dan terbuka untuk berubah/fleksibel.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis para

pegawai bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung sudah bertanggungjawab terhadap pekerjaan

yang telah diemban. Hal tersebut terlihat dari para pegawai yang selalu

berupaya untuk menyelesaikan pekerjannya tepat pada waktunya.

Veithzal Rivai (2005) dalam Sinambela (2016: 355), yang

menyebutkan bahwa ketaatan pada standar kerja dapat dilihat melalui

besarnya tanggung jawab pegawai terhadap tugas yang diamanhkan

kepadanya.

Maka penulis menyimpulkan ketaatan pegawai pada bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung terhadap standar kerja bisa dikatakan sudah baik.

4. Tingkat Kewaspadaan Tinggi

Dimensi tingkat kewaspadaan tinggi dapat terliihat dari bagaimana

seorang pegawai melakukan pekerjaannya dengan teliti dalam rangka

meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan dalam bekerja. Berikut hasil

dari pegawai yang memiliki Tingkat Kewaspadaan Tinggi yang membuat

capaian sesuai target:


6

Gambar 4.4
Capaian Indikator Kerja Utama Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2020

Berdasarkan gambar diatas secara umum Dinas Kesehatan Kota

Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium telah dapat

melaksanakan tugas dan mencapai targetnya dalam rangka mencapai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan renstra 2020-2023.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Ibu

Detty Kurnia, dan bapak yanto beliau mengatakan bahwa para pegawai di
6

Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah melakukan pekerjaan-pekerjaannya

secara teliti.

“Teliti, teliti terbukti dengan setiap pekerjaan bisa selesai tepat


waktu hasil kinerjanya pun sesuai target”.
(Wawancara dengan ibu Detty Kurnia pada tanggal 29 juni 2021 di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung).
“Iya, bisa dilihat dari hasil kinerja para pegawainya yang mana bisa
diselesaikan dengan semestinya”.
(Wawancara dengan bapak Yanto pada tanggal 30 juni 2021 di
kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung).
Berdasarkan keterangan tersebut para pegawai di Dinas Kesehatan

Kota Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium

sudah melakukan pekerjaannya secara teliti dikarenakan tugas yang telah

di berikan kepada pegawai selalu di kerjakan tepat pada waktunya dan

hasil dari kinerjanya pun selalu sesuai target yang telah ditetapkan

sebelumnya membuat pekerjaannya bisa diselesaikan dengan semestinya.

Tingkat kewaspadaan pegawai dapat terlihat dari seberapa teliti

pegawai di bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Ibu Detty Kurnia selaku Kasubag Program, Data dan

Informasi para pegawai sudah melakukan pekerjaannya secara teliti. Hal

tersebut terbukti dengan para pegawai yang mampu menyelesaikan

pekerjaan selesai tepat pada waktunya, dan hasil kinerjanya selalu

mencapai target yang diberikan. menurut Bapak Yanto selaku staf ahli

bagian pengadministrasi umum.


6

Relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Dessler (dalam

Widodo, 2015:136) ada lima indikator dalam penilaian kinerja, yaitu:

1. Prestasi Pekerjaan, meliputi: akurasi, ketelitian, keterampilan


dan penerimaan keluaran.
2. Kuantitas Pekerjaan, meliputi: volume keluaran, dan kontribusi.
3. Kepemimpinan yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran,
arahan atau perbaikan.
4. Kedisiplinan, meliputi: kehadiran, sanksi, warkat, regulasi,
dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu.
5. Komunikasi, meliputi: hubungan antar karyawan, maupun
dengan pimpinan, media komunikasi.
Berdasarkan hasil observasi mengenai kewaspadaan diliihat dari

tingkat kehati-hatian pegawai dalam melakukan pekerjaan maka tingkat

kehati-hatian pegawai bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah bisa dikatakan baik.

Hal tersebut dilihat dari para pegawai membuat surat, dan kegiatan

administrasi lainnya secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai

bahwa dimensi tingkat kewaspadaan tinggi yaitu bahwa pegawai memiliki

kewaspadaan tinggi akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan

ketelitian dalam bekerja, serta selalu menggunakan sesuatu secara efektif

dan efisien.

Maka untuk dimensi ini dari hasil analisis penulis disiplin pegawai

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan

Kota Bandung sudah dapat dikatakan disiplin.


6

5. Bekerja Etis

Bekerja secara etis merupakan suatu upaya untuk membentuk

karakter pegawai. Etika kerja sendiri sangat diperlukan untuk menciptakan

suasana bekerja yang harmonis. Dimana para pegawai mampu untuk saling

menghargai sesama pegawai ataupun menghargai klien atau masyarakat

yang sedang dilayani dengan memperhatikan sopan santun. Selain itu pula

bekerja etis juga merupakan serangkaian nilai untuk mendukung kinerja

yang baik. Berikut peraturan yang digunakan untuk menerapkan bekerja

etis:

Gambar 4.5
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 002 Tahun 2019 Perubahan Atas
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 677 Tahun 2016 Tetang Disiplin
Kehadiran Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung
6

Berdasarkan gambar diatas yaitu perwal tentang disiplin kehadiran

aparatur sipil negara yang didalamnya terdapat aturan mengenai bekerja

etis karena pekerjaan ASN yaitu berhadapan langsung dengan masyarakat

seperti yang tertuang dari perwal tersebut dalam Pasal 9b melakukan upaya

meningkatkan produktivitas kerja, efisiensi, disiplin pegawai, serta

pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat melalui penerapan budaya

kerja dan perbaikan kualitas secara terus menerus.

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Yanto menegaskan betapa

pentingnya menerapkan etika kerja. Beliau mengatakan bahwa bakerja etis

dengan memperhatikan sopan dan santun mampu mencerminkan jati diri

seorang pegawai dalam bekerja. Karena ketika bekerja seorang pegawai

Dinkes dalam melakukan pekerjaan itu langsung berhadapan dengan

masyarakat.

“Selalu karena itu mencermikan diri kita dalam bekerja yang


langsung berhadapan dengan orang lain atau masyarakat.”
(Wawancara dengan bapak Yanto pada tanggal 30 juni 2021 di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung)
Bedasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yanto dan Ibu Detty

Kurnia, Pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bandung selalu bekerja dengan

etis hal tersebut terbukti dari pegawai yang memberikan pelayanan dengan

baik dengan menerapkan 5S atau senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

“Selalu, karena berkaitan dengan memberikan pelayanan yang baik


kepada warga dengan menerapkan 5S (senyum, sapa, salam, sopan
dan santun).”
(Wawancara dengan ibu Detty Kurnia, pada tanggal 29 juni 2021 di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung).
6

Pegawai yang bekerja secara etis merupakan pegawai yang

memiliki karakter. Pegawai yang bekerja etis mampu menciptakan suasana

kerja yang harmonis karena mampu menghargai sesama pegawai. Maka

dari itu sangat penting bagi pegawai pada bidang Pelayanan Kesehatan dan

UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk bekerja etis

karena hal tersebut dapat mencerminkan kepribadian pegawai tersebut juga

mencerminkan budaya pada instansi tersebut.

Pada dimensi ini penulis membaginya kedalam dua indikator yaitu

kesopanan pegawai dalam bekerja dan pemahaman pegawai terhadap etika

kerja. Berdasarkan hasil wawancara mengenai indikator yang pertama para

pegawai sudah bersikap sopan dalam memberikan pelayanan yang baik

dengan menerapkan 5S atau senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Dan

itu sudah di berlakukan sebagai kewajiban dasar seorang pegawai.

Mengenai indikator yang kedua para pegawai di rasa sudah

memahami betul bagaimana etika dalam bekerja. Karena pegawai di kantor

Dinas Kesehatan Kota Bandung terkhusus bidang Pelayanan Kesehatan

dan UPTD Laboratorium merupakan pegawai yang mencermikan dirinya

sebagai pekerja/pegawai yang langsung berhadapan dengan orang lain atau

masyarakat . Maka sudah seharusnya para pegawai memahami. Alangkah

lebih baiknya jika etika kerja tersebut bukan hanya sekedar di pahami

melainkan pula di terapkan sebagai budaya organisasi. Karena etika

sendiri merupakan sebuah nilai yang mampu meningkatkan kinerja dengan

baik.
6

Relevan dengan teori dari Barata (2003) di dalam pelayanan prima

terdapat enam indikator A6 yang mendukung pelaksanaan sebuah

pelayanan prima kepada masyarakat yaitu:

1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu
yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan
prima seperti komunikasi.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku atau perangkat yang harus ditojolkan
ketika menghadapi masyarakat seperti 5S.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan bersifat fisik atau non fisik yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.
4. Perhatian (Attention)
Kepedulian penuh terhadap masyarakat baik yang berkaitan
dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pengguna
maupun pemahaman atas saran dan kritikannya.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan
dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
6. Tanggungjawab (Accountability)
Suatu sikap keberpihakan kepada masyarakat sebagai wujud
kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian
atau ketidakpuasan masyarakat.
Berdasarkan hasil obeservasi dilapangan yang dilakukan oleh

peneliti, para pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium sudah secara keseluruhan mampu

bekerja secara etis selalu mengedepankan 5S (Senyum, Salam, Sapa,

Sopan, Santun) ke berbagai kalangan masyarakat dan sesama pegawai

yang membuat bagus menjadi budaya organisasi.

Veithzal Rivai (2005) yang menyatakan bahwa seorang pegawai

yang bekerja etis mengharuskan pegawai bertindak sopan. Para pegawai


7

sudah melakukan tindakan yang sopan ke publik atau sesama pegawainya,

salah satu tindakan disiplin kerja pegawai yang melakukan bekerja etis.

Maka dari itu dari hasil analisis dan observasi maka disiplin kerja

pegawai bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung dilihat dari dimensi bekerja etis sudah secara

keseluruhan pegawai bekerja secara etis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Pegawai Bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Bandung. Berdasarkan pada analaisis hasil penelitian, maka peneliti dapat

menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Adapun faktor-

faktornya adalah sebagai berikut:

a. Rendahnya Kesadaran Pegawai Terhadap Disiplin

Berdasarkan pada hasil wawancara rendahnya disiplin kerja

pegawai dikarenakan masih rendahnya kesadaran pegawai. Faktor

ini lah yang paling berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai

pada bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung. Hal ini terlihat dari masih ada saja

pegawai yang datang tidak tepat waktu dan pulang sebelum jam

kerja berakhir. Padahal pastinya semua pegawai mengetahui

tentang bagaimana aturan kerja di kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung. Namun tidak semua sadar akan aturan tersebut.


7

Hal tersebut menunjukan bahwa penting untuk menyadaarkan

kembali para pegawai akan hak dan kewajiban yang mereka emban.

Memang jika dilihat dari hasil wawancara mengatan bahwa disiplin

pegawai sudah baik. Namun jika dilihat dari observasi perlu

rasanya diadakan pembinaan pegaawai untuk meningkatkan

kedisiplinan pegawai pada bidang Pelayanan Kesehatan dan

UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung

b. Tidak Ada Tindakan Yang Tegas

Faktor berikunya adalah tidak ada tindakan yang tegas ketika ada

pegawai yang melanggar aturan kerja atau tidak mengikuti SOP

yang berlaku. Tindakan yang di ambil ketika terjadi pelanggaran

hanya berupa teguran yang munkin saja masuk telinga kanan keluar

telinga kiri. Besok lusa nya tidak menjamin pegawai tersebut tidak

melakukan pelanggaran lagi. Berdasarkan keterangan, hukuman

yang diberikan hanya teguran karena seharusnya pegawai sudah

mengetahui hak dan kewajibannya semenjak dia bekerja. Adapun

ketika pegawai tersebut melampaui batas maka akan secara

otomatis nanti akan di potong gaji pribadinya oleh pemerintah

pusat. Jadi seolah-olah hukuman akan secara otomatis didapat oleh

pegawai tanpa perlu di hukum kembali oleh pimpinan Dinkes.

Seperti misalnya ketika pegawai tidak hadir tanpa keterangan maka

akan secara otomatis terpotong gajinya. Namun jika sistemnya

tetap seperti itu maka akan memunculkan sikap acuh pegawai.

Kenapa?
7

Karena yang dirasakan adalah dampak pribadi bukan dampak

sosial dan bisa jadi tidak menimbulkan efek jera. Maka dari itu

perlu dipertimbangkan sistem punishment dan reward untuk

meningkatkan disiplin kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan

Kota Bandung terkhusus bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD

Laboratorium.

Upaya Untuk Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor

Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung. Berdasarkan hasil dari pada

wawancara dengan beberapa informan. Ada beberapa upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan displin kerja pegawai di kantor Kecamatan

Kiaracondong. Yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Absensi Dengan Menggunakan Sistem Iris Mata dan Fingerprint

Upaya pertama yang dilakukan adalah menggunakan absensi

dengan sisterm iris mata dan fingerprint. Sistem ini bejalan dnegan

cara mengscan mata dan jari. Begitu pegawai melakukan absensi

dan ternyata pegawai tersebut terlambat maka lampu berwarna

merah akan menyala. Dengan sistem ini maka para pegawai yang

tidak hadir tanpa keterangan dan datang terlambat akan secara

otomatis mendapat hukuman yaitu ada pemotongan gaji. Kelebihan

sistem ini pula yaitu penggunaannya tidak bisa di wakilkan oleh

orang lain sehingga kehadirannya benar-benar objektif. Karena

pada sistem absensi secara manual seringkali pegawai yang tidak

masuk
7

menitipkan absen kepada rekannya. Sehingga orang tersebut

dianggap masuk. Jadi bagi penulis upaya yang telah dilakukan

untuk meningkatkan disiplin kerja sudah cukup baik. Namun

memang perlu ada sedikit ketegasan.

b. Memberikan Teguran

Upaya berikutnya adalah dengan memberikan teguran kepada

pegawai yang tidak disiplin. Ketika seorang pegawai melakukan

tindakan indisipliner maka yang dilakukan adalah dengan

memanggil pegawai tersebut kemudian pegawai tersebut ditanya

secara baik-baik mengapa beliau melakukan tindakan tersebut.

Setelah diketahui alasannya setelah itu bisa jadi pegawai tersebut di

beri teguran atau di beri arahan oleh Pimipinan Dinkes. Sejauh ini

upaya ini lah yang sering digunakan untuk menerapkan disiplin

kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung terkhusus

bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Namun

efektivitas upaya ini perlu di kaji lebih lanjut karena masih banyak

pegawai yang melanggar setalah di berikannya teguran. Tapi secara

keseluruhan teguran ini tentu dapat meminimalisisr tindakan

indisiplinner pegawai.

c. Mengadakan Acara Pembinaan Pegawai

Upaya terakhir adalah mengadakan acara pembinaan pegawai.

Acara pembinaan ini di peruntukan kepada seluruh pegawai di

kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung terkhusus pada bidang


7

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium. Pembinaan ini

diadakan dalam rangka untuk menyadarkan kembali para pegawai

akan hak dan kewajiban mereka sebagai pelayan publik. Upaya ini

diharapkan dapat membangun kembali kesadaran pegwai akan

pentingnya disiplin kerja. Pembinaan ini tidak secara rutin diadakan

namun apabila kedisiplinan pegawai dianggap telah menurun maka

di adakkan lah acara pembinaan ini.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian yang didasarkan pada analisis dan temuan-temuan data dilapangan.

Maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa disiplin kerja pegawai di

kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan

UPTD Laboratorium belum optimal secara menyeluruh. Dengan penjabaran

sebagai berikut:

1. Kehadiran di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium sudah cukup baik

karena pegawai harus melakukan absensi dengan menggunakan

fingerprint serta scan mata dan diharuskan mengikuti apel pagi,

meskipun pada kenyataannya masih terdapat pegawai yang datang

tidak tepat waktu, Sehingga terkhusus kehadiran datang tepat waktu

di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium perlu ditingkatkan kembali.

2. Ketaatan pada peraturan kerja di Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium

masih rendah, karena belum semua pegawai mampu mentaati

peraturan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan masih

75
7

terdapat pegawai yang keluar ketika jam kerja sedang berlangsung,

dan masuk kerja tidak tepat waktu.

3. Ketaatan pada standar kerja di Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium

sudah baik karena pegawai mampu bertanggungjawab terhadap

tuganya masing-masing. Hal tersebut dilihat ketika pegawai selalu

berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu.

4. Tingkat kewaspadaan tinggi di Kantor Dinas Kesehatan Kota

Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium

sudah dikatakan baik, hal tersebut dilihat dari para pegawai

membuat surat, dan kegiatan administrasi lainnya secara efektif dan

efisien serta selalu mengikuti arahan dari SOP yang ada yang

membuat pekerjaannya bias diselesaikan dengan semestinya.

5. Bekerja etis di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium secara keseluruhan

pegawai sudah mampu memahami etika kerja yang baik dan selalu

menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), ke

berbagai kalangan masyarakat dan sesama pegawai yang membuat

bagus menjadi budaya organisasi.

B. Saran

Berdasarkan pada permasalahan yang peneliti angkat yaitu mengenai

disiplin kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang

Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium, maka peneliti memberikan


7

beberapa saran sebagai alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan disiplin

kerja pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan

Kesehatan dan UPTD Laboratorium , diantaranya sebagai berikut:

1. Memberikan motivasi kepada pegawai untuk meningkatkan disiplin

kerjanya dengan cara memberikan reward kepada pegawai yang

berprestasi dan menjunjung tinggi disiplin kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Anggara, S. (2012). Ilmu Administrasi Negara. Bandung: C.V Pustaka Setia.

Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset (Memilih diantara

lima pendekatan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J. W. (2016). Research Design (Pendekatan metode kualitatif,

kuantitatif, dan campuran (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Edison, E. dkk. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Engkus. (2019). Implementasi Kebijakan Disiplin Pegawai Di Balai Latihan Kerja

Mandiri Provinsi Jawa Barat, 14 No.4.

Hasibuan, M. S. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Karyoto. (2016). Dasar Dasar Manajemen Teori, Definisi Dan Konsep.

Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Mangkunegara, A. P. A. A. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pardede, A. N. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Dengan Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderasi Di Balai Besar Wilayah

Sungai Sungai Citarum Bandung. Bandung.

78
7

Pasolong, H. (2012). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Pasolong, H. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: ALFABETA.

Pasolong, H. (2017). Teori Administrasi Publik. Bandung: CV ALFABETA.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53. Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

(2010).

Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 002 Tahun 2019 perubahan atas Peraturan

Wali Kota Bandung Nomor Nomor 667 Tahun 2016. Tentang Disiplin

Kehadiran Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung

(2019).

Pratama, A. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Laboratorium Klinik RSUD Dokter Soekardjo Kota Tasikmalaya.

Tasikmalaya.

Rivai, V., & Sagala, E, J. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sakti, F. T., & Fauzia, S. N. (2018). Pengaruh Pengawasan Pajak Hotel Terhadap

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Garut), 8 No.1.

Septiyani, P. D. (2019). Analisis Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Desa


Jatisari

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Bandung.


8

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sinambela, L. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Subekhi, A., & Jauhar, M. (2019). Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia

(MSDM). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV ALFABETA.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV ALFABETA.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: C.V Pustaka

Setia.

Undang-Undang No 5. Tentang Aparatur Sipil Negara (2014).


DAFTAR LAMPIRAN

81
8
8
8

DOKUMENTASI
8
8
8

PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati dsiplin kerja
pegawai pada Kantor bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD Laboratorium Dinas
Kesehatan Kota Bandung, meliputi:
A. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data mengenai disiplin kerja pegawai pada
Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang Pelayanan Kesehatan dan UPTD
Laboratorium.
B. Aspek yang diamati:
1. Kehadiran pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung bidang
pelayanan kesehatan dan UPTD Laboratorium
2. Peraturan yang berlaku di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung.
3. Tanggungjawab pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya.
4. Ketelitian pegawai dalam melakukan pekerjannya serta untuk menghindari
kesalahan dalam bekerja.
5. Etika pegawai dalam bekerja, baik dalam nelakukan pelayanan kepada
masyarakat maupun etika kepada sesama pegawai.
8

PEDOMAN WAWANCARA
OPERATOR SISTEM INFORMASI ABSENSI PRESENSI (SIAP)
KANTOR DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
Profil Informan:
Nama/Inisial:
Jabatan:
Hari/Tanggal:
Waktu dan Tempat Penelitian:

1. Kehadiran
1) Apakah pegawai selalu hadir sesuai dengan peraturan yang berlaku?
2) Upaya apa yang dilakukan agar pegawai selalu tepat waktu dalam
masuk kerja?
2. Ketaatan Pada Peraturan Kerja
1) Apa yang dilakukan apabila terdapat penyimpangan yang dilakukan
oleh pegawai?
2) Bagaimana upaya agar peraturan kerja selalu ditaati oleh para
pegawai?
3. Ketaatan Pada Standar Kerja
1) Bagaimana SOP yang berlaku di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Bandung? Apakah pegawai sudah menjalankan tugasnya sesuai
dengan SOP yang berlaku?
4. Tingkat Kewaspadaan Tinggi
1) Apakah pegawai selalu menjalankan pekerjaannya secara teliti?
2) Bagimana upaya yang dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan pekerjaan?
5. Bekerja Etis
1) Apakah dalam melakukan suatu pekerjaan pegawai selalu
memperhatikan sopan santun dan ramah tamah?
2) Apakah semua pegawai sudah memahami etika yang baik dalam
bekerja?
8

PEDOMAN WAWANCARA
SUB BAGIAN PROGRAM, DATA DAN INFORMASI
KANTOR DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
Profil Informan:
Nama/Inisial:
Jabatan:
Hari/Tanggal:
Waktu dan Tempat Penelitian:

1. Kehadiran
1) Apakah pegawai selalu hadir sesuai dengan peraturan yang berlaku?
2) Upaya apa yang dilakukan agar pegawai selalu tepat waktu dalam
masuk kerja?
2. Ketaatan Pada Peraturan Kerja
1) Apa yang dilakukan apabila terdapat penyimpangan yang dilakukan
oleh pegawai?
2) Bagaimana upaya agar peraturan kerja selalu ditaati oleh para
pegawai?
3. Ketaatan Pada Standar Kerja
1) Bagaimana SOP yang berlaku di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Bandung? Apakah pegawai sudah menjalankan tugasnya sesuai
dengan SOP yang berlaku?
4. Tingkat Kewaspadaan Tinggi
1) Apakah pegawai selalu menjalankan pekerjaannya secara teliti?
2) Bagimana upaya yang dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan pekerjaan?
5. Bekerja Etis
1) Apakah dalam melakukan suatu pekerjaan pegawai selalu
memperhatikan sopan santun dan ramah tamah?
2) Apakah semua pegawai sudah memahami etika yang baik dalam
bekerja?

Anda mungkin juga menyukai