Anda di halaman 1dari 23

A.

CARA CERDAS KONTROL PUBLIK DENGAN MEMANFAATKAN


INTERNET
Pemerintahan (kekuasaan) adalah suatu yang exotic, dalam arti pumya ka
rakteristik yng unik. Semakin demokratis sebuah negara makaakan semakin
besar pengaruh masyarakat atas jalannya pelaksanaan pemerintahan. Control
public menjadi kata kunci yang bisadijadikan untuk membuka hutan rimba a
sampai z pengelolaan negarademokratis. Perilaku birokrasi pemerintahan
tidak akan bisa selamanya berlindung dari sorotan masyarakat, sekuat apapun
“cantolan politik” atas kekuasaanya. Dan angina politik akan senantiasa
berubah sehingga pada saatnya bisa berubah bahkan serratus delapan puluh
derajat yang menyebabkan seorang “koruptor tak tersentuh” pun masuk
penjara karena control public. Di negara yang sedang berada pada transisi
demokrasi seperti Indonesia peran control masyarakat akan semakin kuat
bersamaan dengan penguatan industri pemeriksaan keuangan negara dan
pemberantasa korupsi.
Pengawasan terhadap kinerja pemerintah akhirya bukan hanya tanggung
jawan BPK-RI sebagai lemabaga pemeriksa independen pemerintah. Namun
lebih dari itu semua, peran masyarakat akan semakin vital dalam turut
memantau jalannya pemerintahan, khususnya dari segi keuangan, agar
penyelewengan dapat di minimalisasi. Pengawasan itu sangat penting
dilakukan dewasa ini dengan adanya pemanfaatan internet sebagai jembatan
pemerintah dan rakyat pengawasan itu dimulai dari saat penyususnan
RAPBN/D, pengesahannya, pelaksanaan tender proyek, kemajuan pengerjaan
proyek secara fisik dan pertanggungjawabannya.
Seperti diketahui secara luas, penyimpangan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah saat ini sebenarnya sebagian besar belum sampai pada
tekhnik penyimpangan yang rumit dan canggih. Dengan sedikit pengetahuan
tentang sistem keuangan negara kita akan dapat lihat penyimpangan dimaksud
dengan menggunakan bantuan internet kita bisa lihat laporan dan data-data
yang dipublikasikan oleh departemen keuangan dalam hal ini dirjen

1
perbendaharaan kita dapat masuk ke situs www.perbendaharaan.go.id untuk
mengetahui LKPP, DIPA, Surat Utang Negara, Pengelolaan Kas Negara, dan
perhitumgan anggaran negara. Kita juga dapat men download daftar isian
penggunaan anggaran (DIPA) dan kita bandingkan dengan realisasi yang
dilaporkan instansi tertentu. (h. 181)
Dari situs sistem informasi keuangan daerah (SIKD) Direktorat Jendral
Anggaran dan Perimbangan Keuangan kita dapat mendownload pembagian
hasil sumber daya alam, dana perimbangan serta dana alokasi umum (DAU)
dan dana alokasi khusus (DAK) dengan meng-klik dari menu drop-down. (h
184)
Kita membandingka rilis pembagian dana dari pemerintah pusat yang
sudah definitive (realisasi atau rincian) dengan realisasi yang dilaporkan
dalam APBD. Dalam beberapa kasus terdapat perbedaan jumlah realis
pemerintah pusat ini dibandingkan laporan realisasi APBD yang menunjukan
adanya tindak pidana korupsi di daerah. Kita juga dapat mempelajari definisi
dana-dana ini, dasar hukum yang melandasinya, penetapan besarannya seperti
dijelaskan oleh setiap tampilannya. (h.186)

B. KROSCEK KESITUS TERKAIT


Terdapat modus-modus korupsi tertentu dimana masyarakat dapat
mengendusnya dengan menggunakan nternet. Misalnya, penerimaan dana
alokasi umum, dana alokasi khusus, dana ekonomi khusus, dan hasil hutan,
dana bagi hasil minyak bumi, atau dana bagi hasil gas alam. Juga bagi hasil
PBB, PPh, Pajak BBNKB, dan lain-lain. kita dapat mengeceknya ke situs
Departemen Kuangan atau situs departemen terkait (ESDN, Kehutanan,
pertanian, kelautan, perikanan, dan perindustrian) apakah sudah sesuai dengan
yang dilaporkan oleh pemerintah daerah dalam realisasi APBD ny. (h. 191)
Kadangkala terdapat perbedaan antara laporan departemen terkait
dengan laporan APBD. Perbedaan itu dapat diduga sebagai penyimpangan

2
jika terdapat selisih kurang yng mungkin bisa diselewengkan oleh apparat.
Dana bagi hasil dari pemerintah pusat tersebut juga bisa kita lihat di LKPP
(laporan keuangan pemerintah pusat) setiap tahun. (h. 192)
Kita dapat melihat realisasi APBD termasuk dari sisi penerimaan
daerah dari situs depkeu atau dari situs pemerintah daerah. Selanjutnya,
kitadapat melakukan kroscek data tersebut dengan data di situs dinas terkait
misalnya tentang penerimaan hasil hutang yang datanya dapat kita lihat di
situs dinas kehutanan. Masing-masing dinas biasanya memilii
badan/barai/pusat kegiatan sebagai sub unit yang mungkin juga menyajikan
data melalui situs resminya. Dari sisi pembelanjaan, kita juga dapat
membandingkan realisasi yang dilaporkan oleh pemerintah daerah dengan
laporan yang mungkin ada di departemen terkait dalam hal tugas pembantuan
atau dana dekonsentrasi, misalnya di deartemen pendidikan, pekerjaan umum,
kesehatan sosial dan agaa. Kroscek oleh masyarakat ini sangat penting untuk
membangun akuntabilitas punlik pemerintah terutama di daerah yang jauh
dari pantauan pemerintah pusat. (h. 195)

C. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK-RI


Bersamaan dengan revitalisasi BPK-RI sebagai pemeriksa (auditor)
independen pemerintah satu-satunya, ditetapkanlah rencana strategis BPK-RI
2006-2010 yang memuat rencana perubahan-perubahan mendasar.
Ditetapkannya undang-undang BPK-RI tanggal 10 oktober 2006 telah
membawa angina segar bagi perubahan di lembaga negara ini. Hasil-hasil
pemeriksaan BPK-RI juga menunjukan tren yang semakin baik, terbukti
dengan dihasilkannya banyak “temuan besar” penyimpangan pengelolaan
keuangan negara di pemerintahan maupun lembaga negara lainnya.
Penyimpangan ini bisa berupa penyimpangan administrative sampai
penyimpangan yang dapat mengakibatkan krugian Negara (korupsi).
Berdasarkan Undang0undang no. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan tanggungjawab Keuangan Negara pasal 19 dijelaskan bahwa

3
“laporan hasil pemeriksaan yang telah diberikan kepada lembaga perwakilan
(red: DPR/D dan DPD) dinyatakan terbuka untuk umum”. Fenomena besar
dilakukan oleh BPK-RI dengan meng-upload file-file laporan hasil
pemeriksaan versi lengkap di situs resminya.
Hal ini tentu saja sangat mendorong transparansi dan akuntabilitas
publik aparat penyelenggara negara termasuk kehati-hatian pemeriksanya di
lapangan karena rakyat diberikan kases untuk mengawasinya secara langsung.
Versi ringkas laporan haposem (Ikhtisar laporan hasil pemeriksaan) BPK-RI
memudahkan untuk dibaca oleh pembaca awam. (h. 196)
Laporan hasil pemeriksaan BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah
memuat opini untuk memeriksa kinerja yang memuat temuan, kesimpulan,
dan rekomendasi. Sedangkan untuk memeriksa dengan tujuan tertentu hanya
memuat kesimpulan. Pada tahun 2007, BPK-RI akan memeriksa laporan
keuangan seluruh pemerintah daerah di Indonesia, selain LK pemerintah pusat
dan BUMD. (h. 198)
Contoh laportan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Depdiknas
tahun 2005 yang diperoleh situs resmi BPK-RI dimana pada bagian tertentu
menunjukan opini. Kita juga dapat membaca kronologi penyimpangan dari
hasil temuan BPK-RI, atau mengetahui rekomendasi yang diberikan oleh
BPK-RI atas penyimpangan yang ditemukan dan akhirnya dapat ikut
mengawasi penyelesaiannya. (h. 200)

a. Pembelanjaan proyek pemerintah sering menjadi objek korupsi


aparat pemerintah.
b. Penyimapangan atas penggunaan uang negara tidak hanya
dilakukan oleh eksekutif, tetapi juga oleh lembaga perwakilan
rakyat yang terhormat.

Penyimpangan yang ada bukan hanya dari sisi pembelanjaan dana,


tetapi juga dari sisi pendapatan. Padahal pendapatan negara/daerah yang lebih

4
besar memungkinkan belanja APBN/D yang lebih besar pula. Hal ini
menunjukan betapa pentingnya pemeriksaan BPK-RI dari sisi penerimaan
pemerintah (pajak, bea cukai, retribusi). (h. 203)

Ditengah otonomi daerah muncul “raja-raja” kecil yang seakan punya


kewenangan tak terbatas untuk menggunakan dana publik. Dimana rakyat
pula dapat mengawasinya dari situs resmi BPK-RI ini. Pemantauan tindak
lanjut pemeriksaan, dan ikhtisar laporan pemeriksaan semester (ikhtisar
hapsem) yang dibuat untuk memudahkan dibaca masyarakat awam juga
menjadi laporan BPK-RI kepada publik. (h. 206)

D. TINDAK LANJUT OLEH INSTANSI


Dari laporan LKPP tahun 2005 dapat diketahui tindak lanjut
penyelesaian temuan BPK-RI tahun sebelumnya (2004) oleh pemerintahan
pusat. Semakin kuatnya peran BPK-RI sebagai lemabag negara yang sejajar
dengan presiden maupun DPR maka dapat diharapkan BPK-RI dapat
memberikan sumbangan terbaiknya bagi bangsa ini melalui peran
pemeriksaan (auditing) yang akan menjamin pelaksanaan anggaran
pemerintah berjalan transparan dan akuntabel demi kesejahteraan rakyat
Indonesia. (h. 207)

Pemeriksaan BPK-RI juga akan menyentuh audit lingkungan, audit


kinberja, dan audit dengan tujuan tertentu (investigatif) yang akan
memastikan masyarakat memperoleh hak-haknya. Peran masyarakat madani
sebagai pressure groups yang semakin kuat (melalui saluran DPR/D) juga
membeuat pemerintah tidak bisa menganggap remeh hasil temuan BPK-RI
dan harus menindak lanjutinya secara serius. (h. 208)

5
BAB VIII
BLUE PRINT E-GOVERMENT REPUBLIK INDONESIA

Di akhir tahun 2006 Presiden membentuk dewan TIK (Tekhnologi


Informasi dan Komunikasi) untuk mendorong percepatan penggunaan
tekhnologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Visi yang diemban adalah
mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan pada tahun 2025. Target jangla
pendeknya, yakni dalam tahun 2009 dapat menyelesaikan Palapa Ring Project
(Akses komunikasi terhubung di 50 persen kabupaten/kota), pengembangan
broadband wireless access di kota-kota besar, dan implementasi e-
procurement.
Selain itu, implementasi e-education (sebagian besar Perguruan
Tinggi, SMU, dan SMK terhubung internet serta peningkatan literasi IT),
pembuatan nomor induk nasional (mencatat penduduk Indonesia secara unik),
Undang-Undang ITE (menjamin keamanan data dab trabsaksi elektri=onik),
kampanye sosialisasi internet, implementasi software legal pemerintah,
implementasi e-anggaran, serta pembangunan dan serta pengembangan
tekhnopark. (h. 209)

A. MPN-PrimA DEPARTEMEN KEUANGAN


Pada tanggal 30 oktober 2006, Departemen Keuangan mengadakan
acara “Soft Launching Modul Penerimaan Negara (MPN-PrimA)”. Modul
penerimaan negara merupakan salah satu modul dalam sistem
perbendaharaan dan anggaran negara (SPAN). Modul ini merupakan tahap
awal pelaksanaan SPAN dan akan diikuti oleh modul-modul lain secara
bertahap, seperti modul pengeluaran MPN-PrimA ini melayani setoran
penerimaan negara yang meliputi setoran pajak, setoran bukan pajak,
setoran PBB dan setoran BPHTB, setoran bea masuk dan cukai, setoran
pungutan ekspor, setoran pengembalian belanja negara dan setoran
potongan SPM. (h. 210)

6
Sistem MPN-PrimA akan mengoneksikan 87 Bank dengan lebih dari
12 ribu cabangnya yang secara otomatis akan menampilkan data dengan
validitas yang terjamin ke Departemen Keuangan. MPN-PrimA ini
memberikan beberapa fasilitas yang bisa digunakan seperti internet
banking, mobile banking, ATM, dan Loker.
Model penerimaan negara ini sendiri akan dilaksanakan oleh beberpa
perbendaharaan negara (KPPN) mulai tanggal 1 November 2006 secara
paralel dengan sistem yang lama sampai dengan 31 November 2006.
Diharapkan pada tanggal 2 Januari 2007 MPN-PrimA telah dapat
diterapkan pada seluruh bank persepsi pemerintah dan seluruh KPP.
Dengan adanya MPN-PrimA yang mengindikasikan tiga sistem
penerimaan negara yang sekarang ini ada akan tercapai kecepatan waktu,
keakuratan, dan kualitas data sehingga pengelolaan penerimaan negara
akan semakin baik dan laporan keuangan pemerintah pusat juga akan
semakin baik. (h. 211)

B. TRANSPARANSI
Bekerja sama dengan Depkominfo dan Bappenas, KPK turut
mendukung terwujudnya transparansi proyek-proyek pemerintah dengan
menyediakan database terbuka tentang pengumuman pengadaan barang
dan jasa pemerintah. Diharapkan para kontraktor dan peneydia barang dan
jasa pemerintah dari kalangan swasta dapat mengaksesnya untuk
mendorong kompetisi sehat serta menghindari kolusi. (h. 212)

C. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas publik masih menjadi barang mahal di negeri ini.
Pelaksanaannya baru terwujud setelah banyak pihak
mempergunjingkannya, padahal sebagai sistem, akuntabilitas publik
adalah sebuah “fadlu ‘ain” bagi negara yang sistem politiknya
berkedaulatan rakyat. Upaya untuk mendorongnya harus selalu dilakukan

7
oleh semua pihak, termasuk para praktisi e-goverment di Indonesia dalam
bentuk e-akuntabilities. (h. 214)
BPK-RI sebagai lembaga yang ruang lingkup operasionalnya di
bidang pemeriksaan keuangan negara memulai melaksanakan
akuntabilitas punlik dengan mencantumkan bentuk pertanggungjawaban
kinerjanya yang dinamai “BPK dalam Angka” dalam situsnya. Dalam e-
akuntabilities dicantumkan hal-hal yang berkenaan dengan capaian-
capaian kinaerja serta seluruh aspek yang telah dicapai BPK-RI sebagai
lembaga negara.
Sesuai amanat pasal 23 E ayat 1 dan 2 UUD 1945 hasil amandemen,
BPK-RI dikukuhkan kembali sebagai auditor eklsternal pemerintah
independen satu-satunya. Peran BPK-RI direvitalisasi kembali menjadi
Lembaga Negara RI sejajar dengan MPR, DPR, DPD, presiden, serta
Mahgkamah Agung. Sebagai lembaga yang menjalankan fungsi
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, peran
BPK-RI semakin strategis untuk memastikan uang negara digunakan
secara efisien, efektif,l dan ekonomis.
Kita bisa masuk secara langsung ke “kantor pusat” lembaga negara ini
di alamat www.bpk.go.id dengan memilih menu drop-down di sebelah kiri
atas, kita dapat membaca tentang profil BPK-RI, hasil pemeriksaan
semester, berita-berita terbaru tentang pemeriksaan, serta BPK dalam
angka, situs ini rata-rata dikunjungi 500 orang per hari dan menunjukan
tren peningkatan dengan semakin pentingnya kehadirannya di dunia maya.
Hal yang membuat situs ini penting karena dari situs ini dapat dibaca
dan di download laporan hasil pemeriksaan BPK-RI yang terdiri atas
pemeriksaan semester (hapsem) di lingkungan pemerintah pusat, hapsem
di lingkungan pemerintah daerah, hapsem di lingkungan pemerintah
BUMN/D dan ikhtisarnya. Dengan menampilkan laporan hasil
pemeriksaannya di internet, BPK-RI telah menjadi pioner serta
memberikan dorongan besar bagi upaya transparansi dan akuntabilitas

8
publik dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan wewenang
BPK-RI kepada rakyat banyak sebagai pemilik entitas yang dinamakan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai sebuah lembaga yang tengah berbenah, BPK-RI memiliki
rencana strategis untuk memastikan berjalannya peran pentingnya dalam
upaya pelaksanaan pengelolaan keuangan pemrintahan secara baik. Bagi
yang menaruh harapan besar terhadap keberadaan BPK-RI dan ingin
mengetahui rencana strategis 2006-2010 yang akan dilakukan oleh BPK-
RI dapat membaca dan mengambil dari situs ini dalam format pdf. (h.
215)

D. e-PROCUREMENT PROYEK PENGADAAN BARANG DAN JASA


PEMERINTAH
e-procurement adalah proyek pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan melalui lelang secara elektronik. Pengguaan istilah e-
procurement biasanya rancu dengan e-auction. Pada prinsipnya e-
procurement menunjuk pada sistem, sedangkan e-auction menunjuk pada
proses. Pada e-procurement terdapat tiga aplikasi besar yang
mendasarinya, yaitu e-tendering, e-purchasing, dan e-shopping. (h. 216)
richardus Eko Indrajit mengatakan bahwa pelaksanaan e-procurement
diperkirakan mengurangi harga antara 396-2096 dari harga perolehan
dnegan metode tradisional. Hal ini dilakukan karena sumber passokan
yang diakses dalam jumlah yang lebih banyak sehingga barang lebih
kompetitif. Efisiensi juga terjadi dalam proses pembelian, penagihan, dan
pembayaran yang diperkirakan sebesar 25%-30% dibandingkan dengan
proses metode tradisional. Menurut Budiono e-procurement dan e-
announcement menunjang transparansi karena memutuskan pertemuan
fisik antara rekaman yang hendak mendapatkan proyek dan panitia
pengadaan maupun pimpro. (h. 216)

E. e-PROCUREMENT PEMERINTAH KOTA SURABAYA

9
layanan e- procurement Pemerintah Surabaya yang beralamtkan di
www.surabaya-eproc.or.id yang meskipun masih banyak kritik muncul,
layanan ini telah berjalan cukup baik dan efektif dalam menurunkan harga
pengadaan barang dan jasa di lingkunan pemerintah Kota Surabaya. e-
procurement Pemerintah Kota Surabaya merupakan salah satu kisah
keberhasilan pioner bidang tender pengadaan barang dan jasa tingkat
lanjut pemerintah daerah di Indonesia. (h. 218)
suatu daerah dapat menjalankan e- procurement di pemerintahnya jika
mendapat dukungan political will penuh para pengambil kebijakannya,
implementasi e- procurement bukanlah proses yang mudah mengingat
betapa kuatnya sistem lama yang telah melembaga. Menurut Indrajit
terdapat empat tahapan implementasi e- procurement sebagai sebuah
proses digitalisasi tender pengadaan barang dan jasa pemerintah
berbantuan internet.
1. Tahap 1 : Disclousure
Pada tahap ini, pemerintah mempromosikan dan
menyosialisasikan dimulainya pilot project e- procurement yang
akan membenahi semua yang selama ini terlibat langsung dalam
proses tender pemerintah, yaitu pemerintah sebagai pelaksana
tender dan pengusaha sebagai peserta tender. Proses ini merupakan
sosialisasi dan penegakan prinsip good corporate governance di
lingkungan birokrasi serta untuk mengeliminasi culture shock atas
pelaksanaannya.(h. 219)

2. Tahap 2 : Registration and Distribution


Setelah tahap pertama berhasil dilalui, pemerintah mulai mulai
memperkenalkan aktivitas otomatisasi dengan menggunakan
internet pada proses registrasi dan distribusi. Pemerintah mulai
membangun komunikasi satu arah kepada pihyak swasta untuk

10
mengirimkan dan menyebarkan pengumuman dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan tender yang akan dilakukan.
Pada tahap ini, situs e- procurement men-disclose
(mengumumkan penawaran lelang proyek beserta spesifikasinya)
melalui halaman wesite. Pengumuman lelang elektronik bisa
dibuat per-satuan kerja atau per-spesifikasi proyek yang
memudahkan peserta tender untuk memilih proses mana yang akan
diikutinya. Metode elektronik sederhana yang dapat disediakan
misalnya adalah downloading process untuk memperoleh formulir-
formulir dan dokumen-dokumen lelang. Proses ini akan
mempermudah peserta lelang karena memudahkan aktivitas ke
monitor pemerintah hanya untuk mendapatkan dokumen-dokumen
dan form-form yang dibutuhkan (h. 221)
3. Tahap 3 : Electronic Bidding
Tahapan berikutnya adalah pendaftaran para peserta lelang
secara elektronik. Pada tahapan ini, peserta lelang harus memenuhi
berbagai persyaratan yang ditentukan, misalnya berkenaan dengan
kelengkapan administratif, sertifikasi kemampuan pelaksanaan
pekerjaan, dan sebagainya melalui media internet. Secara
tekhnologi, alam aplikasi tingkat ini sudah mulairumit karena
sistem membutuhkan keamanan tertentu, adanya uang jaminan di
bank untuk peraturan tender tertentu dan media penyimpanan file
yang cukup besar. data-data yang masuk akan menjadi
pertimbangan bagi panitia lelang selain sebagai aktivitas yang
belum dapat digantikan sepenuhnya secara online, misalnya
presentasi proyek. (h. 222)
4. Tahap 4 : Advanced Support Service
Pada tahapan terakhir ini terjadi proses penawaran secara
elektronik atau online melalui internet dengan menghilangkan
proses-proses manual dalam tender. Proses yang paling rumit dan

11
canggih ini mampu menghindari tatap muka antara panitiadan
peserta tender sehingga meminimalisir KKN. Dengan proses
tender terbuka elektronik ini maka harga pemenang tender adalah
yang paling kompetitif. Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa
pembangunan e- procurement telah mencapai titik optimal. (h.
223)

F. KEAMANAN E- PROCUREMENT
Saat membicarakan e- procurement maka ita bersentuhan dengam
masalah keamanan dan kepercayaan proses tender elektronik. Hal ini
sangat penting mengingat interupsi atau gangguan terhadap proses tender
elektronik bisa menyebabkan kesangsian para peserta tender atas
kesahihan hasil pemenang tender elektronik. Untuk itu, dalam situs e-
procurement biasanya diamankan dengan sistem enkripsi yang dapat
mengamankan prosesnya dari gangguan pihak luar. Tersedia berbagai jenis
software enkripsi dan pengamanan dengan berbagai tingkat keamanan
proses yang ditawarkan oleh berbagai pembuatannya. (h. 225)

G. IMPLEMENTASI E-GOVERENMENT DI DAERAH


e-goverenment adalah impian bangsa kita untuk memberikan berbagai
kemudahan bagi masyarakat. Berbagai rancangan sudah disiapkan oleh
Depkominfo sejak dicanangkan pertama kali oleh presiden kita kala itu.
Implementasinya dilapangan perlu dipercepat bersamaan dengan
pembuatan undang-undang yang memayunginya serta pembangunan
infrastruktur tekhnologi dan jaringannya. Pembentukan dewan TIK oleh
Presiden pada akhir tahun 2006 merupakan sebuah langkah besar untuk
mempercepat mewujudkan e-goverenment di Indonesia. Hal ini
menunjukan visi tekhnologi informasi presiden kita saat ini sangat kuat.
(h. 226)
implementasi di tingkatan pemerintah daerah membutuhkan sinergi
antara Depkominfo dan Depdagri untuk mewujudkannya. Pelaksanaannya

12
di daerah biasanya dilakukan oleh dinas Kominfo di tiap kabupaten/kota.
Dukungan semua pihak diperlukan baik dari kalangan swasta, masyarakat,
dan pemerintah daerah sendiri. (h. 227)

H. KEMUDAHAN LAYANAN PUBLIK LEWAT INTERNET


Salah satu kemudahan yang ditawarkan e-goverenment adalah
otomatisasi dan layanan secara online, termasuk layanan publik seperti
listrik, air minum, dan telepon. Misalnya, PLN memberikan form simulasi
pembayaran tagihan listrik lewat websitenya. Dimana PLN sebagai
penyedia layanan listrik bagi masyarakat mulai meluncurkan sistem
informasi tagihan listrik elektronik melalui internet dan sms. Sekelas
BUMD pun jika dikelola dengan baik dan benar akan memberikan
layanan yang professional, dimana sebuah PDAM dapat memberikan
layanan cek tagihan biaya air minum lewat internet dan sms (h. 233)

I. e-TRANSACTION PROJECT
Pelaksanaan e-goverenment di Indonesia mulai memasuki tahapan
terakhir faseperkembangannya. Yaitu adanya transaksi online pada jasa-
jasa pelayanan pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan adanya fasilitas
pembayaran pajak secara online yang telah dirintis Dirjen Pajak. Sejak 1
november 2006 telah telah dioperasikan fasilitas pembayaran pajak secara
online yang bekerjasama dengan bank-ban di tanah air. Tansaksi dapat
dilakukan dengan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bank.
Pembayaran dapat dilakukan oleh wajib pajak yang sudah memiliki nomor
pokok wajib pajak (NPWP). Sementara itu jenis pajak yang dapat dibayar
dengan menggunakan fasilitas ini adalah pajak penghasilan (PPh), dan
pajak bumi dan bangunan (PBB). (h. 233)

J. e-REGISTRASTION

13
sistem pendaftaran wajib pajak secara online (E-registrastion) adalah
sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di
lingkungan kantor Direktorat Jnedral Pajak dengan berbasis perangkat
keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi
data yang digunakan untuk mengelola pendaftaran wajib pajak.
a. MP3 – Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak : sistem ini adalah
sistem yang dibuat untuk memonitor seluruh pembayaran pajak yang
dilakukan pada bank dan kantor pos secara online.
b. e-SPT : yakni penyampaian surat pemberitahuan dalam bentuk digital
adalah pelaporan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak penghasilan,
SPT tahunan pajak penghasilan, dan SPT masa pajak pertambahan
nilai ke kantor pelayanan pajak secara elektronik atau dengan
menggunakan media komputer.
c. E-filling : adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan yang
dilakukan melalui sistem online dan real time.(h. 235)

ANALISIS

Upaya untuk mengubah wajah birokrasi pada tataran teoritis terbaru adalah
menggunakan teori governance. Teori ini mencoba menjelaskan secara makro proses
proses perubahan dalam kepemerintahan krisis yang terjadi pada birokrasi disebabkan
oleh masih kuatnya hegemoni negara, yang ditandai oleh dominannya pengaruh
negara atas segala aspek kehidupan, termasuk urusan pelayanan publik (yang dari
waktu ke waktu semakin kompleks). Bagi negara berkembang, tidak terkecuali
Indonesia, gelombang tekanan untuk mengubah wajah pemerintahan dan substansi

14
operasi mesin pelayanan publiknya juga dating dari institusi institusi internasional
yang amat berpengaruh.

Buku ini mencoba menyegarkan kembali studi tentang reformasi birokrasi


spirit. Visi terciptanya sistem birokrasi yang akuntabel dan transparan (good
governance) serta kesejahteraan sebagai goal dari penerapan model good governance
didalam system birokrasi. Penulis mengolaborasi konsep klasik dan modern sebagai
alternative mind bagi para akademisi, praktisi, dan mahasiswa yang konsen terhadap
tema birokrasi.

Pada mulanya admnistrasi juga menyangkut tentang politik, tidak hanya


mengkaji dan berurusan dengan masalah implementasi kebijakan. Namun, dalam
perkembangannya admnistrasi kemudian membatasi diri pada pelaksanaan kebijakan,
karena urusan perumusan dan kepemimpinannya politik dan birokrasi telah menjadi
bagian dari ilmu politik yang dulunya juga menjadi kajian bagi ilmu administrasi.
Oleh karena itu, buku yang berjudul etika birokrasi dan akuntabilitas pemerintahan
ini menjelaskan tentang batasan atau cakupan administrasi dan fungsi dari
administrasi, serta manfaat yang didapat dari ilmu administrasi itu sendiri.

Sebagaimana biasa, dalam literature ditekankan bahwa pilihan etika bukan


hanya diperuntukkan bagi para pekerja dan pegawai,]. Meski gagasan bahwa
birokrasi memerlukan kepekaan etika untuk melayani kepenitngan masyarakat
merupakan ilmu yang baru, namun pengembangan akan etika dalam birokrasi amat
sangat dibutuhkan. Dengan ini, para ahli admnistrasi segera sadar bahwa kebutuhan
yang sebenarnya di dalam penyelenggaraan administrasi negara adalah kepentingan
masyarakat.

Tak bisa dipungkiri, perilaku individual didalam administrasi negara selalu


terikat pada kepentingan pribadi baik secara terang terangan maupun terselubung
bahkan sebagian yang lain hanya menjalankannya sebagai tugas dan tidak memiliki

15
komitmen yang kuat untuk lebih dari itu, yang mencakup kebutuhan atau kepentingan
masyarakat luas.

Penyelenggaraan pelayanan publik dalam pemerintahan di atur dalam


pedoman kerja masing-masing organisasi sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Tertib administrasi adalah
suatu konsep pengembangan pelayanan yang ditujukan kepada penyelenggara
administrasi sehingga pelayanan administrasi menjadi lebih efektif dan efisien.
Selama ini pelayanan administrasi menjadi terkesan lambat dan tidak efektif
karena tidak adanya koordinasi pengawasan dan pendelegasian tugas yang akurat.

Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang sesuai antara hasil dan
harapan. Semua orang akan mengatakan bahwa pelayanan berkualitas adalah
pelayanan yang efektif dan efisien. Timbul permasalahan dalam pelayanan yang di
sebabkan oleh individu atau pelaku pelayanan dan yang dilayani seperti
ketidakjelasan komunikasi. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan
berdasarkan aturan yang sudah ditetapakan dalam pelayanan untuk mensejatrakan
masyarakat.

Pelayanan kepada masyarakat itu pada dasarnya merupakan kegiatan


yang bersifat “non profit” yang ditawarkan oleh unit-unit pelayanan pemerintahan
kepada masyarakat yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki, hanya dapat
dirasakan manfaatnya oleh konsumen/masyarakat dan kegiatan-kegiatan yag
dilakukan oleh para petugas/penyelenggara unit-unit organisasi pelayanan yang
dibentuk untuk (Daviddow & Uttal, 1989 dalam Lukman,et.al.,2001).

Selanjutnya Norman (1991, dalam sotop, et.al., 2003) mengemukakan berbagai


karakteristik pelayaan (yang nantinya dapat dijadikan dasar kualitatif pelayanan
publik) antara lain :

 Pelayanan itu sifatnya tidak dapat diraba pelayanan sangat berlawanan sifatnya
dengan barang jadi.
 Merupakan tindakan sosial nyata

16
 Produk dan konsumsi pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada
umumnya kejadiannya bersamaan dan sekaligus terjadi ditempat yang sama.

Menurut UU Nomor 25 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, definisi dari


pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pertanggunggjawaban (Akuntabilitas) publik adalah kewajiban


pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang saling
berkaitan satu sama lain yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak yang
memberikan amanah/publik. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam,
yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Vertical accountability adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah
daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah
pusat kepada MPR. Horizontal accountability adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Tuntunan akuntabilitas publik lebih menekankan pada
akuntabilitas horizontal, tidak hanya akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas
merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship. Stewardship mengacu
pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien tanpa
dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu
pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada pemberi tanggung
jawab.
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi
sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga
sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal

17
bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan yang kemudian muncul
adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan
kinerja lembaga sektor publik.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik
terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat
dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :
 Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Accountability for
Probity and Legality)
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas
hokum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hokum dan
peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

 Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal
kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen,
dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasi melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsive, dan murah biaya.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada
tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan,
serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan
pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik. Yang harus dicermati dalam kontrak tender adalah apakah proses
tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive

18
Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).
 Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang
optimal dengan biaya yang minimal.
 Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang
diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Pelayanan public dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh


seseorang / kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberika kemudahan dan
bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Miftah Thoha
1991).Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Lonsdale dan Enyedi mengartikan service sebagai assisting or
benefitting individuals through making useful things available to them. Sedangkan
public service diberi makna sebagai something made available to the whole of
population, and it involves things which people can not normally provide for
themselves i them a people must act collectively (Lonsdale and Enyedi : 1991).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan suatu upaya
membantu atau memberi manfaat kepada publik melalui penyedian barang dan jasa
diperlukan mereka. Pada sector publik, terminology pelayanan pemerintah
(government service) diartikan sebagian pemberian pelayanan oleh agen pemerintah
melalui pegawainya (the delivery of a service by a government agency using its own

19
employees (Savas, 1987 : 62). Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena
senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keaneka
ragaman kepentingan dan tujuan.Pelayanan publik adalah representasi dari eksistensi
birokrasi pemerintahan, karena berkenaan langsung dengan salah satu fungsi
pemerintah yaitu memberikan pelayanan.Di masa lalu, paradigma pelayanan publik
lebih memberi peran yang sangat besar kepada pemerintah sebagai sole provider,
peran pihak di luar pemerintah tidak pernah mendapat tempat atau
termarjinalkan.Masyarakat dan dunia swasta hanya memiliki sedikit peran dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Transparansi merupakan konsep yang sangat
penting dan menjadi semakin penting- seiring dengan semakin kuatnya keinginan
untuk terus mengembangkan praktik good governance- yang mensyaratkan adanya
ruang khusus transparansi dalam seluruh proses penyelenggaraan ke pemerintahan
dan pelayanan kemasyarakatan. Dengan kata lain- pemerintah pada setiap tingkatan,
terutama pada level layanan yang bersentuhan langsung dengan penerima manfaat
layanan- dituntut untuk terbuka dan menggaransi ruang yang dapat diakses oleh
stakeholder’s terhadap berbagai sumber informasi tentang proses kebijakan publik-
alokasi anggaran untuk pelaksanaan kebijakan dimaksud serta pemantauan dan
evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan tersebut. Sejumlah point informasi
mengenai tindakan pemberi layanan, misalnya : alasan yang melatar belakangi
tindakan, bentuk tindakan yang diharuskan serta waktu dan cara melakukan tindakan
dimaksud- harus tersedia bagi stakeholders dan masyarakat luas. Dengan leluasa
mengakses berbagai informasi, secara tidak langsung dapat menumbuhkan
kepedulian masyarakat untuk turut menilai sejauh mana keberpihakan
pemerintahnya- telah mengakomodir kebutuhan dasar yang selama ini- menjadi
harapan masyarakat.

Terhadap alokasi anggaran misalnya- masyarakat dan stakeholders berhak


memperoleh informasi dari mana sumber anggaran diperoleh, berapa jumlah dana
yang dialokasikan serta apakah pemerintah membelanjakan anggaran sedemikian itu-

20
untuk kepentingan masyarakat luas ataukah hanya untuk sekelompok orang tertentu
yang memberikan keuntungan daur ulang bagi dirinya sendiri ataukah hanya untuk
kepentingan oknum- oknum aparat layanan tertentu saja. Lebih dari itu- masyarakat
dan stakeholders semakin perlu untuk mengetahui, apakah kebijakan yang diterapkan
tersebut beserta sejumlah resourches yang mendukungnya, benar- benar
menghasilkan kinerja yang terukur sesuai yang diharapkan atau tidak. Pengalaman
adalah guru terbaik- kata orang bijak dan karena lasan tertentu, banyak kebijakan
yang telah direncanakan tidak dapat dijalankan seperti yang direncanakan maupun
banyak belanja yang digelontorkan- tidak seperti yang diharapkan.

Konsep transparansi menunjuk pada suatu keadaan dimana segala


aspek dari proses penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui
dengan mudah oleh para pengguna dan stakeholders yang membutuhkan. Jika segala
aspek proses penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan, biaya dan waktu yang
diperlukan,cara pelayanan, serta hak dan kewajiban penyelenggara dan pengguna
layanan dipublikasikan secara terbuka sehingga mudah diakses dan dipahami oleh
publik, maka praktik penyelenggaraan pelayanan itu dapat dinilai memiliki
transparansi yang tinggi. Sebaliknya, kalau sebagian atau semua aspek dari proses
penyelenggaraan pelayanan itu tertutup dan informasinya sulit diperoleh oleh para
pengguna dan stakeholders lainnya,maka penyelenggaraan pelayanan itu tidak
memenuhi kaidah transparansi. Karena itu, setidaknya ada tig a indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur transparansi pelayanan publik.Indikator pertama adalah
mengukur tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan publik. Penilaian
terhadap tingkat keterbukaan disini meliputi seluruh proses pelayanan publik,
termasuk di dalamnya adalah persyaratan,biaya dan waktu yang dibutuhkan serta
mekanisme atau prosedur pelayanan yang harus dipenuhi. Persyaratan pelayanan
harus dipublikasikan secara terbuka dan mudah diketahui oleh para pengguna.
Penyelenggaraan layanan harus berusaha menjelaskan kepada para pengguna
mengenai persyaratan yang harus dipenuhi beserta alasan diperlukannya persyaratan

21
itu dalam proses pelayanan. Banyak pelayanan publik yang persyaratannya tidak
diketahui secara pasti oleh warga pengguna.Para penyelenggara sering kali merasa
tidak bertanggung jawab untuk menyebarluaskan informasi mengenai persyaratan
yang harus dipenuhi oleh para pengguna.Mereka mengganggap bahwa mengetahui
persyaratan pelayanan sepenuhnya menjadi urusan pengguna layanan, bukan menjadi
bagian dari tanggung jawab dan peran mereka sebagai penyelenggara
layanan.Kalaupun mereka mengganggap perlu menjelaskan persyaratan pelayanan,
mereka cukup melakukannya dengan menempel pengunguman di papan tulis yang
terdapat diruang tunggu atau disekitar tempat penyelenggaraan layanan.Bagi mereka,
menempel di papan pengunguman ini dianggap sudah cukup. Pada kenyataannya,
para pengguna seringkali tidak mengetahuinya karena mereka tidak bisa membaca,
memahami, atau bahkan tidak melihat papan pengunguman yang ada karena
diletakkan di tempat yang tidak strategis. Karena itu, untuk hal-hal yang sangat
penting seperti persyaratan, biaya, dan waktu yang diperlukan dalam proses
pelayanan, para petugas pemberi layanan perlu menjelaskannya kembali, atau
setidak-tidaknya mengecek kembali ketika berinteraksi dengan para pengguna.
Menjelaskan kepada para pengguna mengenai berbagai aspek penting dalam proses
upaya penyebarluasan informasi pelayanan yang dilakukan Dinas Perizinan dan
Penanaman Modal (DPPM) Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Indikator kedua dari
transparansi menunjuk pada seberapa mudah peraturan dan prosedur pelayanan dapat
dipahami oleh pengguna dan stakeholders yang lain. Maksud dari dipahami di sini
bukan hanya dalam artiliteral semata tetapi juga makna dibalik semua prosedur dan
peraturan itu.Penjelasan mengenai persyaratan, prosedur, biaya dan waktu yang
diperlukan sebagaimana adanya merupakan hal yang sangat penting bagi para
pengguna. Jika rasionalitas dari semua hal itu dapat diketahui dan diterima oleh para
pengguna, maka kepatuhan terhadap prosedur dan aturan akan mudah diwujudkan.
Indikator ketiga dari transparansi pelayanan adalah kemudahan untuk memperoleh
informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan publik.Semakin
mudah pengguna memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan

22
pelayanan publik semakin tinggi transparansi.Dengan menggunakan ketiga dimensi
transparansi tersebut maka penilaian terhadap transparansi pelayanan publik dapat
dilakukan secara lebih lengkap.Selama ini rezim pelayanan sering mengklaim dirinya
telah bertindak transparan ketika hanya menempel papan pengunguman, misalnya
berisi mengenai besaran biaya dan prosedur pelayanan, diloket pelayanan.Tentu
mengungumkan biaya dan prosedur pelayanan secara terbuka ditempat yang mudah
diakses oleh para pengguna adalah sesuatu yang baik dan menjadi bagian dari
transparansi pelayanan.Namun, hal tersebut belumlah cukup. 2.4 Transparansi Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Transparansi dalam konteks penyelenggaraan
pelayanan publik adalah terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti (Ratminto,
Winarsih, 2005 : 19). Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima kebutuhan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Ratminto dan Winarsih, 2005 : 18). Jadi secara konseptual,
transparansi dalam penyelenggaraan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti oleh semua
penerima kebutuhan pelayanan.

23

Anda mungkin juga menyukai