Disusun Oleh :
Kelas/Semester : D/IV
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Persepsi Mahasiswa Tentang
Kualitas Pelayanan Perpustakaan di STIMIK LIKMI Bandung, sebagai salah satu
syarat untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Administrasi.
Laporan penelitian ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan penelitian ini. Keberhasilan dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih atas segala bantuan, bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami dengan senang hati menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkembangnya minat dan baca mahasiswa, diharapkan turut mendorong minat
untuk mendayagunakan perpustakaan dengan maksimal. Namun yang menjadi
permasalahan utama adalah mahasiswa belum memanfaatkan sebaik – baiknya
perpustakaan sebagai sumber pengetahuan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Salah satu nya adalah pelayanan dari perpustakaan tersebut.
Esensi sesungguhnya dari perpustakaan adalah pelayanan, hal ini berkaitan
dengan kepuasan pengguna jasa pelayanan perpustakaan dapat terpenuhi.
Perpustakaan harus mengetahui kebutuhan pelanggan yang dilayani.
Jasa Pelayanan dapat diberikan oleh pengelola perpustakaan kepada
pengguna jasa perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini dapat ditinjau dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas pelayanan perpustakaan dapat
ditentukan oleh pengguna jasa perpustakaan. Pelayanan dapat dikatakan
berkualitas tinggi apabila harapan pengguna jasa pelayanan dapat terpenuhi.
Pelayanan berkualitas rendah apabila harapan pengguna jasa pelayanan tidak
dapat terpenuhi. Dari segi kuantitas, pelayanan perpustakaan menyangkut pada
jenis dan banyaknya pelayanan yang dapat diberikan oleh pengelola
perpustakaan, misalnya pelayanan peminjaman, pelayanan referensi, pelayanan
internet, mungkin juga pelayanan audio visual. Kedua ukuran tersebut dapat
membentuk sikap pengguna terhadap pelayanana perpustakaan.
Berkaitan dengan kebutuhan pengguna jasa yang dilayani, perpustakaan
harus menyediakan bahan pustaka. Hal ini harus dipahami benar – benar karena
pelayanan merupakan kegiatan pemberian layanan kepada jasa perpustakaan.
Pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan STIMIK LIKMI Bandung
seharusnya berorientasi kepada kebutuhan mahasiswa yang menginginkan
kelengkapan – kelengkapan, kemudahan – kemudahan dan kereamahan dalam
melayani.
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan prasurvei yang dilakukan,
Perpustakaan STIMIK LIKMI Bandung dirasa masih perlu adanya
peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan agar menjadi perpustakaan yang
diharapkan para mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan
pengguna perpustakaan masih rendah. Rendahnya kunjungan
2
pengguna perpustakaan dibuktikan dari hasil laporan pada bulan Januari sampai
dengan Maret 2019 menyatakan bahwa jumlah kunjungan rata – rata dua puluh
sampai tiga puluh mahasiswa per hari.
Kurang minatnya mahasiswa untuk membaca atau meminjam pustaka yang
tersedia di perpustakaan terlihat dari laporan jumlah pustaka yang dipinjam rata
– rata dua pustaka.
Selain itu, pemanfaatan koleksi pustaka yang belum maksimal masih
menjadi masalah yang terjadi. Perpustakaan STIMIK LIKMI Bandung dirasa
masih kurang lengkap dalam penyediaan buku – buku yang dibutuhkan oleh
mahasiswa, jumlah buku dan eksemplar yang terbatas, bisa dilihat dari masih
banyaknya rak buku yang belum terisi. Buku – buku tersebut hanya didapatkan
dari para alumni dan hasil dari uang pendendaan, dikarenakan dari fakultas
tidak diberikan anggaran. Dalam sistem katalogisasi masih menggunakan
sistem non komputerisasi.
Selanjutnya, Petugas perpustakaan berjumlah tiga orang, dan dirasa sudah
mencukupi untuk melakukan tugasnya masing-masing. Akan tetapi, Pelayanan
yang diberikan petugas tersebut belum mencapai pelayanan yang prima,
diantaranya pada saat mahasiswa membuat kartu perpustakaan, meminjam
buku, atau menerima pelayananan lainnya, mendapati wajah petugas
perpustakaan yang tersenyum dalam melayani sangat jarang ditemui
mahasiswa. Selain sikap yang kurang ramah, terkadang petugas perpustakaan
membiarkan kondisi perpustakaan kotor dan berantakan. Bahkan, terkadang
jam operasional perpustakaan tidak teratur dikarenakan petugas perpustakaan
datangnya terlambat.
Selain itu, pengunjung perpustakaan masih banyak yang komplain
mengenai permasalahan AC yang hanya terdapat satu AC dan dirasa masih
kurang dengan kapasitas orang yang cukup banyak, dan sering terjadi
kehilangan suatu barang seperti dompet pengunjung perpustakaan dan kejadian
tersebut terakhir dialami pada bulan November yang disebabkan karena
kurangnya loker penyimpanan barang, sehingga masih banyak barang-barang
seperti tas yang disimpan disamping loker. Hal tersebut karena disebabkan juga
3
oleh kapasitas ruangan perpustakaan yang kurang luas, sehingga tempat
penyimpanan loker, meja dan kursi pengunjung, rak buku, meja petugas sangat
terbatas.
Mahasiswa merupakan pengguna utama yang seharusnya dapat
memanfaatkan perpustakaan fakultas, penilaian mahasiswa yang menciptakan
suatu persepsi terhadap kualitas pelayanan perpustakaan dalam memberikan
pelayanan.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, kami selaku peneliti disini sangat
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan perpustakaan dengan judul “Persepsi Mahasiswa Tentang
Kualitas Pelayanan Perpustakaan di STIMIK LIKMI Bandung”.
4
meningkatkan kualitas pelayanan perpustkaan di STIMIK LIKMI Bandung.
5
sesungguhnya yang mereka harapkan. Jika jasa pelayanan yang diterima sesuai
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan.
Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan maka
kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang datangnya
dari pihak yang dilayani atau pengguna layanan. Pelayanan yang baik (kualitas
pelayanan) bisa terlihat dari beberapa hal, seperti terkait jangka waktu
pelayanan, keramahan pemberi layanan dan lain-lain. Hal yang sama
dikemukakan oleh Zeithaml dkk 1990 dalam Hardiyansyah (2011:46-47)
kualitas pelayanan dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu :
1. Dimensi Tangible (berwujud), terdiri atas indikator :
a. Penampilan petugas dalam melayani pengguna layanan.
b. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan.
c. Kemudahan dalam proses pelayanan.
d. Kedisiplinan pegawai dalam melayani pengguna layanan.
e. Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan
f. Penggunaan alat bantu dalam pelayanan.
2. Dimensi Reability (Kehandalan), terdiri atas indikator :
a. Kecermatan pegawai dalam melayani pengguna layanan
b. Memiliki standar pelayanan yang jelas.
c. Kemampuan menggunakan alat bantu pelayanan.
d. Keahlian petugas menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan.
3. Dimensi Responsiviness (Respon/Ketanggapan), terdiri atas:
a. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan
pelayanan
b. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat
c. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat
d. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat
e. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat.
f. Semua keluhan pelanggan direspon oleh pelanggan
4. Dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator :
a. Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan.
b. Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan.
c. Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan.
d. Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan.
5. Dimensi Emphaty (Empati), terdiri atas indikator :
a. Mendahulukan kepentingan pemohon/pelanggan.
b. Petugas melayani dengan sikap ramah.
c. Petugas melayani dengan sikap sopan santun.
d. Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan).
e. Petugas melayani dan menghargai setiap pelanggan.
6
Dalam penelitian ini,peneliti mendasarkan pada teori yang dikemukakan
Zeithaml dkk degan alasan akademis bahwa teori ini menurut peneliti lebih
lengkap menjelaskan faktor-faktor yang mmpengaruhi pelaksanaan pelayanan.
Dan alasan praktisnya adalah keterbatasan yang dimiliki peneliti baik
menyangkut waktu, tenaga dan dana, serta peneliti menganggap teori in lebih
bisa menggambarkan analisis kualitas pelayanan.
1.7 Proposisi
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka proposisi penelitian yang dapat
diambil adalah pelayanan di perpustakaan STIMIK LIKMI dapat berkualitas
jika dimensi tangible, reability, responsiviness, assurance, dan emphaty yang
diberikan telah memenuhi standar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Eko Hasto Nugroho (2008). Kualitas Pelayanan UPT. Perpustakaan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi proses
pencapaian Universitas Sebelas Maret menuju perguruan tinggi yang berkelas
dunia (The World Class University), dimana fokus utamanya adalah
peningkatan kualitas. Oleh karena itu semua elemen dan unsur yang dimiliki
Universitas Sebelas Maret Surakarta harus menekankan kepada peningkatan
kualitas termasuk UPT. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta
sebagai salah satu elemen pendukung keberhasilan kegiatan perguruan tinggi
yaitu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara menghimpun,
mengolah, melestarikan dan menyediakan informasi untuk siap dipergunakan
bagi civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana persepsi pengguna perpustakaan terhadap kualitas pelayanan UPT.
Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan indikator kepuasan
pengguna perpustakaan terhadap 17 unsur pelayanan. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini
adalah pengguna perpustakaan yang menjadi anggota UPT. Perpustakaan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Adapun jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 180 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner,
sedangkan data dianalisis dalam bentuk persentase jumlah skor serta Angka
Indeks Kepuasan Kepuasan Masyarakat (IKM). Hasil penelitian terhadap
kepuasan 17 unsur pelayanan menunjukkan bahwa terdapat 3 unsur pelayanan
yang menimbulkan ketidakpuasan pengguna perpustakaan yaitu fasilitas
pelayanan, variasi pelayanan serta keadaan bahan pustaka atau koleksi. Hal
tersebut dibuktikan dengan persepsi pengguna perpustakaan terhadap 1)
fasilitas pelayanan : 57,78% (kurang lengkap), 5% (tidak lengkap), 2) variasi
pelayanan : 58,33% (kurang lengkap), 3,89% (tidak lengkap), 3) 52,78%
8
(kurang lengkap), 2,78% (tidak lengkap). Sedangkan unsur yang menimbulkan
kepuasan paling tinggi adalah unsur persyaratan pelayanan. Hal tersebut
dibuktikan dengan persepsi yang tinggi terhadap unsur ini yaitu 38,89 %
(sesuai), 60,56% (sangat sesuai). Sedangkan Angka Indeks Kepuasan
Masyarakat terhadap Pelayanan UPT. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret
Surakarta adalah 68,89. Sesuai dengan KEP/25/M.PAN/2/2004, kualitas
pelayanan UPT. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret berada pada interval
62,51 – 81,25, sehingga kualitas pelayanan berada pada tingkat “B”. Dengan
demikian kinerja pelayanan UPT. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret
termasuk dalam kategori Baik. Berdasarkan hasil penelitian disarankan 1)
adanya komitmen baik dari pimpinan UPT. Perpustakaan maupun dari
pimpinan Universitas Sebelas Maret dalam peningkatan kualitas pelayanan
UPT. Perpustakaan terutama dalam pengadaan bahan pustaka serta peningkatan
fasilitas perpustakaan serta 2) peningkatan kualitas sumber daya manusia
terutama tenaga pustakawan.
Nur Caini (2016). Pengaruh Kualitas Layanan Perpustakaan Terhadap
Pemanfaatan Koleksi di Perpustakaan Oleh Peserta Didik SMP Negeri 26
Makassar. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
kualitas layanan, dan bagaimana pemanfaatan koleksi, dan adakah pengaruh
antara kualitas layanan perpustakaan terhadap pemanfaatan koleksi di
perpustakaan oleh peserta didik SMP Negeri 26 Makassar. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan penelitian deskriptif (pengaruh) dengan pendekatan
kuantitatif. Karena dengan penelitian ini, penulis bermaksud ingin mengetahui
pengaruh kualitas layanan perpustakaan terhadap pemanfaatan koleksi di
perpustakaan pada peserta didik SMP Negeri 26 Makassar. Penulis
mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner, observasi dan dokumentasi.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka di
perpustakaan SMP Negeri 26 Makassar rata-rata 3 bulan terakhir terhitung dari
bulan April-Mei dan Agustus 2016 sebanyak 244 pengguna. Sedangkan sampel
diambil 20% dari populasi yaitu 48 pengguna. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui bagaimana kualitas layanan, bagaimana pemanfaatan koleksi
9
dan bagaimana pengaruh antara kualitas layanan terhadap pemanfaatan koleksi
di perpustakaan pada peserta didik SMP Negeri 26 Makassar. Dari hasil analisis
deskriptif menunjukkan bahwa kualitas layanan perpustakaan SMP Negeri 26
Makassar tergolong dalam kategori baik dengan skor Total 2,094 berada pada
rentang skor (1810 - 2100) atau 99,72% artinya Kualitas Layanan adalah baik.
Untuk pemanfaatan koleksi SMP Negeri 26 Makassar tergolong dalam kategori
kurang baik dengan skor Total 1750, berada pada rentang skor (940 – 1780)
atau 72,92% artinya pemanfaatan koleksi kurang baik. Pengaruh kualitas
layanan perpustakaan terhadap pemanfaatan koleksi di perpustakaan pada
peserta didik SMP Negeri 26 Makassar adalah sangat rendah. Dari hasil uji
regresi SPSS diperoleh sebesar nilai koefisien korelasi R = 0,148, artinya
kualitas layanan memberikan pengaruh yang negatif terhadap pemanfaatan
koleksi.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
10
2.2 Kajian Administrasi Publik
2.2.1 Teori Administrasi Publik
Administrasi Negara (Public Administration) merupakan usaha-
usaha atau kegiatan-kegiatan dibidang kenegaraan. Administrasi Negara
(Public Adminstration) menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya
yang berjudul “Filsafat Administrasi” (2014:7) memberikan definisi
sebagai berikut “Administrasi Negara secara singkat dan sederhana dapat
didefiniskan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah dari suatu negara dalam mencapai tujuan negara.” Pendapat
tersebut menyatakan bahwa administrasi publik adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh aparatur
(Aparatur Sipil Negara) untuk mencapai tujuan negara yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang berlaku.
Rosenbloom yang dikutip oleh Pasolong dalam bukunya yang berjudul
“Teori Administrasi Publik” (2014:8), menunjukkan bahwa:
“Administrasi publik merupakan pemanfaatan teori-teori dan proses-
proses manajemen, politik dan hukum untuk memenuhi keinginan
pemerintah di bidang legislatif, eksekutif, dalam rangka fungsi-fungsi
pengaturan dan pelayanan terhadap masyarakat secara keseluruhan atau
sebagian”.
Administrasi publik diadakan untuk memberikan pelayanan publik
dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah pemerintah
meningkatkan profesionalismenya, menerapkan teknik efisiensi dan
efektivitas, dan lebih menguntungkan bagi pemerintah manakala dapat
mencerahkan masyarakat. Sehingga dapat dipahami bahwa administrasi
publik menunjuk adanya proses yang digerakkan oleh beberapa faktor
yaitu kegiatan, kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau
lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam
memenuhi kebutuhan publik secara efisien dan efektif.
Dwight Waldo yang dikutip oleh Beddy Iriawan dalam bukunya
yang berjudul “Dasar Dasar Administrasi Publik” (2017:223)
11
mengemukakan bahwa “Administrasi publik adalah organisasi dan
manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan
pemerintah”. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
administrasi publik merupakan proses dimana sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya seperti modal, sarana dan prasarana, teknologi
diorganisir dan dikelola sesuai dengan fungsi manajemen guna mencapai
tujuan yang ada.
2.2.2 Ruang Lingkup Administrasi Publik
Menurut Inu Kencana Syafiie dalam Pasolong,(2013 : 20), dalam
ilmu administrasi publik menguraikan ruang lingkup administrasi publik
sebagai berikut :
1) Dalam bidang hubungan, peristiwa dan gejala pemerinahan yang
meliputi administrasi pemerintahan pusat, administrasi pemerintah
daerah, administrasi pemerintah kecamatan, administrasi pemerintah
kelurahan, adminisrasi pemerintah desa,administrasi pemerintah
kotamadya, administrasi pemerintah kota administratif, administrasi
departemen, administrasi non-departemen.
2) Dalam bidangkekuasaan, meliputi administrasi politik luar negeri,
amdinistrasi politik dalam negeri, administrasi partai politik,
administrasi kebijakan pemerintah.
3) Dalam bidang peraturan perundang-undangan, meliputi landasan idil,
landasan konstitusional, dan landasan operasional
4) Dalam bidang kenegaraan, meliputi tugas dan kewajiban negara, hak
dan kewenangan negara, tipe dan bentuk negara, fungsi dan prinsip
negara, unsur-unsur negara, tujuan negara dan tujuan nasional.
5) Dalam bidang ketatalaksanaan, meliputi administrasi pembangunan,
administrasi perkantoran, administrasi kepegawaian, administrasi
perpajakan, administrasi pengadilan, administrasi kepolisian, dan
administrasi perusahaan.
12
2) Pelayanan publik
3) Birokrasi publik
4) Manajemen publik
5) Kepemimpinan
6) Administrasi kepegawaian negara
7) Kinerja, dan
8) Etika administrasi publik.
Dari tingkatan ruang lingkup adminsitrasi publik tersebut, pelayanan
publik merupakan ruang lingkup administrasi publik yang banyak
bersinggungan dengan kepentingan dan tuntutan publik secara umum.
Untuk lebih jelasnya sebagai berikut.
13
Jika melayani, maka sejatinya adalah memberikan pelayanan/pengabdian
secara professional, dan proporsional. Bentuk dan cara pelayanan juga
merupakan bagian dari makna yang tidak terpisahkan dari pelayanan itu
sendiri. Pelayanan berarti melayani dengan sungguh-sungguh kepada
orang yang dilayani untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya
dalam rangka memberikan kepuasan dan kemanfaatan.
Sementara itu, dalam konteks pelayanan public adalah melayani
kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan public. Pelayanan public
adlaah melayani secara keseluruhan aspek pelayanan dasar yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk dipenuhi sesuai dengan ketentuannya.
Pelayanan public menjadi suatu sistem yang dibangun dalam
pemerintahan untuk memenuhi unsur kepentingan rakyat. Pelayanan
public yang baik memberikan kepuasan terhadap masyarakat atas
pelayanan tersebut. Dalam pemberian pelayanan, menjadi tugas dan
tanggungjawab pemerintah untuk menyediakannya secara professional,
akuntabel, dan optimal. Pelayanan yang optimal adalah harapan semua
masyarakat agar tercipta kualitas pelayanan yang lebih baik.
Optimalisasi pelayanan public menurut pendapat Indri dan Hayat
(2015), adalah memberikan pelayanan secara professional dan
berkualitas yang mempunyai implikasi positif terhadap kepuasan
masyarakat. Profesionalitas pelayanan ditunjang oleh sikap dan perilaku
dalam pemberian layanan. Sumber daya manusia menjadi indikator
penting dalam pelayanan publik.
14
dilayaninya, artinya bahwa, kualitas pelayanan public ditentukan oleh
siapa yang memberikan pelayanan.
2.3.2 Konsep Pelayanan Publik
Amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 menjadi acuan bagi
penyelenggaraan Negara untuk memberikan pelayanan secara optimal
dan maksimal. Pelayanan yang maksimal dan optimal menjadi rujukan
bagi masyarakat dalam menerima pelayanan. Kesinambungan seperti
itulah yang memberikan dampak kepercayaan kepada masyarakat.
Masyarakat akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan jika
pelayanan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dasarnya adalah
tergantung dari bagaimana ia dilayani, seperti apa pelayanannya, dan
bagaimana pelayanan yang diberikan.
Pelayanan tidak ditafsirkan hanya dengan kontekstualitasnya saja,
tetapi harus diimplementasikan secara substantive. Bahwa siapa yang
melayani dan bagaimana pelayanannya harus diaktualisasikan dengan
penuh tanggung jawab dan professional. Sehingga keberadaan pemberi
layanan dengan berbagai cara dan metodenya dan penerima layanan
dengan berbagai syarat dan ketentuannya dapat diintegrasikan dalam
kerangka pemberian pelayanan public yang prima. Sesuai dengan
kebutuhannya, pelayanan public menjadi indicator penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi dasar untuk menciptakan
pemerintahan yang baik.
Pasal 5 UU No.25/2009 menyebutkan, bahwa ruang lingkup
pelayanan public adalah meliputi pelayanan barang publik dan jasa serta
pelayanan administrative yang diatur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pemberian pelayanan dalam ruang lingkup tersebut harus
dipenuhi oleh pemerintah secara baik, akuntabel, dan maksimal.,
sehingga kepuasan masyarakat dalam penerimaan pelayanan dapat
terpenuhi. Pelayanan public tidak hanya memberikan pelayanan secara
fisik, tetapi sikap, perilaku dan penerimaan dari aparatur pemberi
15
layanan menjadi titik pentingd dalam pelayanan publik. Kepuasan
masyarakat tidak hanya bertumpu pada cepatnya pelayanan, mudahnya
pelayanan, dan lain sebagainya, tetapi pada aspek kebaikan dan etika
dalam pemberian pelayanan. Dalam Undamg – Undang tersebut juga
menjelaskan bahwa standar pelayanan adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah terjangkau, dan terukur.
Optimalisasi pelayanan publik adalah keniscayaan bagi pemerintah
dan menjadi cita-cita masyarakat. Tercapainya reformasi birokrasi darn
good governance salah satunya adalah dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan publik yang diberikan secara optimal. Ada beberapa faktor
dalam mengoptimalkan pelayanan publik, yaitu kepemimpinan
(leadership), budaya organisasi (organizational culture), kelembagaan,
tata kerja (standar operating procedural), Standar pelayanan,
pengelolaan pengaduan masyarakat, pengendalian dan evaluasi, sarana
prasarana, penggunaan teknologi infomasi, dan pengelolaan sumber
daya manusia (Lembaga Administrasi Negara, 2010).
16
3. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi
dan efektivitas.
4. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaran pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban. Pemberi dan penerima
pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing
pihak.
Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip
pelayanan sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan.
Adapun prinsip pelayanan publik menurut MENPAN No.63/ KEP/
M.Pan/ 7/ 2003 antara lain adalah :
1. Kesederhanaan. Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan. a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan /
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik. c) Rincian biaya
pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan
sah.
5. Keamanan. Proses dan prosuk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau
pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja. Tersedianya sarana dan
prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi, telekomunikasi dan informatika.
8. Kemudahan akses. Tempat dan lokasi sarana dan prasarana
pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan
dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi.
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan. Pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkugan yang
17
indah dan sehat, serta dilengkapi denga fasilitas pendukung
pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lainnya.
18
Selanjutnya untuk melengkapi standar pelayanan tersebut diatas,
ditambahkan materi muatan yang dikutip dari rancangan Undang-
Undang tentang Pelayanan Publik, karena dianggap cukup realistis untuk
menjadi materi muatan Standar Pelayanan Publik, sehingga susunannya
menjadi sebagai berikut:
1. Dasar hukum.
2. Persyaratan.
3. Prosedur Pelayanan.
4. Waktu penyelesaian.
5. Biaya pelayanan.
6. Produk pelayanan.
7. Sarana dan Prasarana.
8. Kompetensi petugas pelayanan.
9. Pengawasan intern.
10. Pengawasan extern.
11. Penanganan Pengaduan, saran dan masukan.
12. Jaminan pelayanan.
Azas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut merupakan pedoman
dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan
berfungsi sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kerja bagi
penyelenggara pelayanan publik. Dengan adanya standar dalam kegiatan
pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan
serta tidak menyulitkan masyarakat.
19
Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang
diharapkan oleh pelanggan, maka kualitasnya dipersepsikan buruk
dengan demikian kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan
pemilik jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
Menurut Endar Sugiarto (1999:36) “kualitas pelayanan merupakan
suatu tindakan seseorang terhadap orang lain melalui penyajian produk
atau jasa tersebut memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan orang
yang dilayani.” Hal yang mendasari kualitas pelayanan sebuah lembaga
terhadap pelanggan adalah persepsi mereka terhadap lembaga itu sendiri.
Sedangkan Goetsh dan David yang dikutip Fandy Tjiptono (2005:51)
mendefinisikan kualitas sebagai berikut : “kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
alam dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”
Kemudian Olsen dan Wyckoff yang dikutip Tony Wijaya (2011:152)
mendefinisikan bahwa “kualitas pelayanan adalah sekelompok menfaat
yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atas kemudahan
untuk mendapatkan barang maupun jasa pelayanan”.
Berbeda dengan Lewis dan Booms yang dikutip Tony Wijaya
(2011:152) mendeskripsikan bahwa “kualitas pelayanan adalah ukuran
seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan
ekspektasi pelanggan”. Berdasarkan definisi tersebut maka kualitas
pelayanan memiliki beberapa elemen sebagai berikut :
a) Kualitas meliputi usaha memenuhi kebutuhan.
b) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, dan lingkungan.
c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Kunci sukses dari perusahaan jasa dalam memasarkan jasanya
adalah perusahaan harus dapat menyesuaikan atau bahkan melebihi
harapan mutu jasa dengan kualitas pelayanan yang baik. Dengan adanya
suatu pelayanan yang baik dimata konsumen maka akan menimbulkan
kepuasan tersendiri bagi pengguna jasa.
20
2.4.2 Dimensi Kualitas Pelayanan
Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang
datangnya dari pihak yang dilayani atau pengguna layanan. Pelayanan
yang baik tentunya akan memberikan penilaian yang baik pula dari para
pelanggan, tetapi apabila pelayanan yang diberikan tidak memberikan
kepuasan, misalnya terkait jangka waktu pelayanan yang tidak tepat
waktu maka akan menimbulkan kekecewaan pelanggan dan bisa
memperburuk citra instansi pemberi layanan. Van Looy dalam
Hardiyansyah (2011:48), suatu model dimensi kualitas jasa idealnya baru
memenuhi syarat, apabila :
1. Dimensi harus bersifat satuan yang komperehensif, artinya dijelaskan
secara menyeluruh mengenai persepsi dimensi kualitas yang
diusulkan.
2. Model juga harus bersifat universal, artinya dimensi harus bersifat
umum dan valid untuk berbagai spectrum bidang jasa.
3. Dimensi dalam model yang diajukan harus bersifat bebas.
4. Sebaiknya jumlah dimensi dibatasi.
21
2. Dimensi Reability (Kehandalan), terdiri atas indikator :
a. Kecermatan pegawai dalam melayani pengguna layanan
b. Memiliki Standar pelayanan yang jelas.
c. Kemampuan menggunakan alat bantu pelayanan.
d. Keahlian petugas menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan.
3. Dimensi Responsiviness (Respon/Ketanggapan), terdiri atas:
a. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan
pelayanan
b. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat
c. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat
d. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat
e. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat.
f. Semua keluhan pelanggan direspon oleh pelanggan
4. Dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator :
a. Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan.
b. Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan.
c. Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan.
d. Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan.
5. Dimensi Emphaty (Empati), terdiri atas indikator :
a. Mendahulukan kepentingan pemohon/pelanggan.
b. Petugas melayani dengan sikap ramah
c. Petugas melayani dengan sikap sopan santun
d. Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan)
e. Petugas melayani dan menghargai setiap pelanggan
22
8. Access, terhadap kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan.
9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara,
keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.
10. Understanding the customer, melalukan segala usaha untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan.
Emphaty (Empati).
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang
merupakan sebuah metode yang memfokuskan pada pemahaman fenomena
sosial dari sudut pandang partisipan secara deskriptif. Dengan kata lain, metode
ini lebih menekankan pada penelitian yang bersifat memberikan gambaran
secara jelas dan sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas pelayanan perpustakaan FISIP
STIMIK LIKMI Bandung.
24
Informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu:
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Sebagai
contohnya adalah ketika peneliti wawancara langsung dengan
Penjaga Perpustakaan STIMIK LIKMI Bandung, sebagai
berikut “mengenai penataan ruang baca ditata dengan rapi,
adanya AC dalam ruangan perpustakaan tetapi tetap panas,
pelayanan yang kurang bagus dan baik dari petugas-petugasnya
perpustakaan.”
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi,
administrasi, keterangan keterangan atau publikasi lainnya.
Sebagai contohnya, peneliti mencari dokumentasi terkait
pelayanan perpustakaan di dalam dokumen, jurnal, tesis, atau
disertasi di perpustakaan STIMIK LIKMI untuk data
pendukung dari proses penelitian.
25
informan baik secara lisan mau pun tulisan. Selain itu juga, data hasil
pengamatan di lapangan. Jenis data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rekaman
Rekaman merupakan data yang dihasilkan dari kegiatan wawancara
yang dilakukan peneliti dengan informan. Data tersebut dicatat dalam
bentuk rekaman yang berbentuk audio.
b. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan data tertulis yang dihasilkan dari
kegiatan wawancara, observasi lapangan dan penemuan atau data
penting lainnya yang perlu dicatat selama penelitian berlangsung.
Catatan lapangan ini dibuat sesuai dengan format yang telah peneliti
tentukan.
c. Foto
Foto merupakan bukti dokumentasi dalam bentuk gambar.
Melingkupi gambar-gambar selama kegiatan penelitian berlangsung.
d. Berkas/Dokumen/Arsip
Berkas/dokumen/arsip merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu yang dibutuhkan sebagai informasi tambahan dalam kegiatan
penelitian.
26
(1) (2) (3) (4) (5)
Zeithaml Kenyamanan Observasi
(Hardiansyah; tempat Wawancara
2011) pelayanan
Kemudahan Observasi
pelayanan Wawancara
Kedisiplinan Observasi
pegawai Wawancara
Kemudahan Observasi
akses Wawancara
pelanggan
Pengunaan Observasi
alat bantu Wawancara
Reliability Kecermatan Observasi
petugas Wawancara
(Kehandalan)
Standar Observasi
pelayanan Wawancara
Kemampuan Observasi
petugas Wawancara
Keahlian Observasi
petugas Wawancara
Responsiviness Respon Observasi
kepada Wawancara
(Ketanggapan)
pemohon
Pelayanan Observasi
yang Wawancara
cepat,tepat
dan cermat
Respon Observasi
kepada Wawancara
keluhan
Assurance Jaminan tepat Observasi
waktu Wawancara
(Jaminan)
Jaminan biaya Observasi
Wawancara
Jaminan Dokumentasi
legalitas
27
(1) (2) (3) (4) (5)
Emphaty Mendahuluka Observasi
(Empati) n kepentingan Wawancara
pemohon
Pelayanan Observasi
tidak Wawancara
diskriminatif
Melayani Observasi
dengan ramah Wawancara
dan sopan
santun
Menghargai Observasi
setiap Wawancara
pengguna
layanan
28
pihak pewawancara dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancarai
(Fathoni, 2006:105). Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang telah
dirumuskan sebelumnya, berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan
yang telah dipersiapkan lebih dahulu (Fathoni, 2006:109), wawancara ini
digunakan untuk melihat sejauhmana keterampilan literasi informasi
pustakawan di Perpustakaan STIMIK LIKMI Sementara wawancara tidak
terstruktur dilakukan dengan tujuan menambah atau memperkaya data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada informan, yaitu
sumber data primer yang memberi data dirinya sendiri sebagai subjek
sasaran penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada pihak-
pihak terkait yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
2. Observasi
Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2006:173) observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek atau subjek penelitian. Teknik ini
memungkinkan peneliti untuk dapat menarik inferensi atau kesimpulan
mengenai makna dan sudut pandang informan, kejadian, peristiwa atau
proses yang diamati (Alwasilah, 2009:155).
Jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi
nonpartisipan, dimana peneliti sebagai observer tidak ikut terlibat dalam
kegiatan subjek yang diteliti dan hanya bertindak sebagai pengamat. Selain
itu, peneliti melakukan observasi sistematis, yakni observasi yang
diselenggarakan dengan menentukan secara sistematis, faktor-faktor apa
yang akan diobservasi (Zuriah, 2006:176).
Melalui observasi ini peneliti dapat melihat, menyaksikan dan
mengamati secara langsung bagaimana aktivitas keseharian petugas
perpustakaan, bagaimana latar belakang mereka, bagaimana kegiatan
29
mereka dalam menggunakan sekaligus melayankan informasi dan
bagaimana cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa.
3. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan terhadap
berbagai dokumen atau catatan peristiwa yang sudah berlalu. “Dokumen
ini dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental lainnya”
(Sugiyono, 2013:329). Teknik pengumpulan data melalui dokumen ini
digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan
observasi. Studi dokumentasi ini dilakukan dengan tujuan agar data dan
informasi yang diperoleh peneliti menjadi lebih dapat dipercaya atau
memiliki kredibilitas.
30
dalam penelitian ini:
a. Kode (I) digunakan untuk data yang berkaitan dengan
Keterampilan Literasi Informasi
b. Kode (II) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Kegiatan
Literasi Informasi
c. Kode (A) digunakan untuk data yang berkaitan dengan
Menentukan kebutuhan informasi
31
memanfaatkan informasi untuk membuat pengetahuan atau
produk baru
q. Kode (f) digunakan untuk data yang berkaitan dengan
Mengkomunikasi dan meggunakan informasi sesuai dengan etika
penggunaan dan penyebaran informasi
2. Display data
Display data atau penyajian data dalam penelitian ini dilakukan
dalam bentuk narasi atau uraian singkat, bagan dan hubungan antar
kategori. Display data dilakukan segera setelah reduksi data selesai
dilakukan.
3. Analisis dan Sintesis data
Peneliti melakukan analisis data pada setiap kategorinya, setelah
selesai menganalisis data, peneliti segera melakukan sintesis terhadap
data tersebut. Melakukan sintesis berarti “mencari kaitan antara satu
kategori dengan kategori lainnya” (Moleong, 2014:289). Setelah
melakukan sintesis terhadap data dan menemukan keterkaitannya,
peneliti memberikan label kembali kepada data yang berkaitan tersebut.
4. Interpretasi data
32
Setelah data dianalisis dan dilakukan sintesis, peneliti melakukan
interpretasi data. Interpretasi data dituangkan ke dalam bentuk uraian
atau narasi deskriptif.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35
36
37