Anda di halaman 1dari 24

STRES DAN INFEKSI

DiSUSUN OLEH

KELOMPOK 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013
NAMA-NAMA KELOMPOK I

1. Stella Clarissa Siahaya 2011-83-001


2. Asma Yuni Jumad 2011-83-006
3. Desya Beatriks Silaya 2011-83-008
4. Yuyun Anisa 2011-83-013
5. Muhammad Panser Sotja 2011-83-021
6. Luses Shantia Haryanto 2011-83-034
7. Resky Nugraha P. Salampessy 2011-83-037
8. Saribah Latupono 2011-83-041
9. Sharlie C. Mainassy 2011-83-045
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Berkat, Rahmat
dan karunia Nyalah telaah jurnal ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun ada
perbaikan.

Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengerti tentang
permasalahn stres yang hubungannya dengan infeksi suatu penyakit. Kami sadar sebagai
seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan jurnal ilmiah masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu , kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan jurnal ilmiah yang lebih baik di kemudian hari.

Harapan kami, semoga jurnal ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran
tersendiri bagi kami selaku mahasiswa untuk berlaku hidup sehat. Karena kesehatan tidak dapat
tergantikan oleh apapun.

Ambon, april 2013

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………..

Daftar isi………………………………………………………………………….

Daftar table………………………………………………………………………

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang…………………………………………………………..
B. Permasalahan……………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………..

Bab II Pembahasan

A. Hubungan stres dengan HIV……………………………………………


B. Hubungan stres dengan ketentanan saluran nafas bagian bawah
terhadap…………………………………………………………………
C. Hubungan stres dengan tingkatan kekambuhan tifoid pada
masyarakat……………………………………………………………..
D. Hubungan stres dengan
E. Hubungan stres dengan
F. Hubungan stres dengan

Bab III Penutup

A. Ringkasan………………………………………………………………...
B. Daftar pustaka…………………………………………………………….
Daftar tabel

Tabel hasil dan pembahasan penelitian……………………………………………

Table 1. Jenis Kelamin……………………………………………………………...

Tabel 2. Nilai Total Skor Respon Imun……………………………………………

Tabel 3. Nilai Total Stres……………………………………………………………

Tabel 4. Nilai Total Skor Tingkat Kekambuhan………………………………….

Tabel 5. Hubungan Respon Dengan Tingkat Kekambuhan………………………


BAB 1

PENDAHULuan

A. LATAR BELAKANG

PERUBAHAN HORMON
Respon umum / general adaptation syndrome dikendalikan oleh hipotalamus,
hipotalamus menerima masukan mengenai stresor fisik dan psikologis dari hampir semua daerah
di otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara langsung
mengaktifkan sistem saraf simpatis. Mengeluarkan CRH untuk merangsang sekresi ACTH dan
kortisol, dan memicu pengeluaran Vasopresin. Stimulasi simpatis pada gilirannya menyebabkan
sekresi epinephrine, dimana keduanya memiliki efek sekresi terhadap insulin dan glucagon oleh
pancreas. Selain itu vasokonstriksi arteriole di ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung
memicu sekresi rennin dengan menurunkan aliran darah (konsumsi oksigen menurun) ke ginjal.
Renin kemudian mengaktifkan mekanisme rennin-angiotensin aldosteron. Dengan cara ini,
selama stres, hipotalamus mengintegrasikan berbagai respon baik dari sistem saraf simpatis
maupun sistem endokrin. Reaksi normal pada seseorang yang sehat pada keadaan darurat, yang
mengancam jiwanya, akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin, yang menyebabkan
meningkatnya denyut nadi, pernapasan, memperbaiki tonus otot dan rangsangan kesadaran yang
kesemuanya akan meningkatkan kewaspadaan dan siap akan kecemasan dan antisipasi yang akan
di hadapi, untuk kembali pada keadaan yang normal setelah suatu krisis yang dihadapinya.
Walaupun kondisi ini akan dilanjutkan dengan keadaan stres yang siap akan terjadinya suatu
kerusakan pada tubuh.
Selanjutnya apabila suatu krisis terjadi dengan suatu kasus sangat ekstrem maka dapat
menimbulkan suatu kepanikan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau cidera. Stres
adalah suatu psycho physiological phenomenon, ini adalah kombinasi antara maksud pikiran dan
gerak tubuh. Olahraga sangat dekat dengan terjadinya stres. Secara fisiologis, tubuh dapat
menunjukkan 3 tahap (fase) ketika menghadapi stres yaitu alarm stage, resistance stage, dan
exhaustion stage. Reaksi ini oleh Dr. Hans Selye disebut sebagai GAS Theory (General
Adaptation Syndrome). Pada alarm stage, terjadi peningkatan sekresi pada glandula adrenalis,
mempersiapkan tubuh melaksanakan respon fight or fight. Seluruh efek tersebut menyebabkan
orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada
efek di atas. Pada resistance stage, terjadi setelah alarm stage. Selama fase ini tubuh
memperbaiki dirinya sendiri akibat sekresi adrenokortikal yang menurun. Pada exhaustion stage
sudah mempengaruhi sistem organ, atau salah satu organ menjadi tidak berfungsi yang
menyebabkan terjadinya stres yang kronis. Stres kronis ini dapat mengganggu fungsi otak, saraf
otonom, sistem endokrin, dan sistem immune yang kita sebut sebagai penyakit psikosomatis.

B. MASALAH

Dari topik yang telah didapatkan dapat kita rumus permasalah yakni diantaranya,

Mengapa kita harus mengetahui hubungan stres dengan infeksi ?

Mengapa sters dapat menjadi pemicu terjadinya infeksi ?

C. TUJUAN

Dari topik yang didapatkan bertujuan untuk melatih kita menelaah sebuah jurnal dengan
topik yang telah diberikan, selain itu tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita selaku mahasiswa.
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan dibahas beberapa jurnal mengenai hubungan stres dengan infeksi.
Dimana pada jurnal ini akan dibahas mengenai factor stres yang secara khusus menyebabkan
infeksi seperti HIV, meningkatkan kekambuhan demam tifoid,

Stres yang akan dibahas bukan saja stres yang disebabkan oleh factor fisik dan psikis, tetapi juga
stres oksidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas yang tidak bisa ditanggulangi oleh tubuh.
Selain itu ada membahas hubungan stress, sistem immunitas, dan infeksi saluran pernapasan
bawah.
HUBUNGAN STRES OKSIDATIF DENGAN PENYAKIT HIV

a) Latar belakang permasalahan

Infeksi HIV dan HCV keduanya dapat meningkatkan stres oksidatif. Informasi
penting dari penigkatan ini dan koensikuensi terinfeksi yah HIV/HCV sangat terbatas.
Hubungan antara stress oksidatif dan penigkatan HIV secara progresif pada HIV/HCV
co- infeksi dan HIV mono infeksi pada orang dewasa. Hasilnya subjek HIV/HCV ko-
infeksi memiliki presentasi oksidasi glutatione tinggi, jumlah virus HIV yang tinggi,
tiruan mtDNA yang rendah dan fibrosis hati yang tinggi dibanding subjek mono infeksi.
Jadi, HIV/HCV co-infeksi terkesan mengurangi kapasitas system anti oksidan untuk
mengontrol stress oksidatif dan peningkatan replikasi HIV.

Pada penilitian ini untuk mengetahui virus HIV yang merupakan anggota dari
retro virus yang dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
merupakan suatu penyakit yang menggaggalkan fungsi dari system imun dalam
pertahanan tubuh dari infeksi penyakit dan kanker .

b) Masalah

HIV merupakan suatu penyakit yang menggaggalkan fungsi dari system imun
dalam pertahanan tubuh dari infeksi penyakit dan kanker .

c) Manfaat & Tujuan Penelitian

Tujuan penilitian adalah untuk mengetahui populasi dari 106 HIV/HCV co-
infeksi dan 115 HIV mono infeksi dari masyarakat Miami pada tahun 2009-2011.

d) Jenis Penelitian
Penelitian itu menggunakan metode survey, dengan pendekatan “cross
sectional”dimana data yang menyangkut variable bebas atau resiko dan variable terikat
atau variable akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersama.

e) Variable Penelitian
Variable bebas : Tingkat infeksi 106 HIV/HCV co-infeksi dan 115 HIV mono
infeksi dari masyarakat Miami
Variable terikat : Infeksi HIV dan HCV keduanya dapat meningkatkan stres
oksidatif

f) Desain penelitian
Desain penelitian menggunakan desain descriptive dengan rancangan cross secsional

g) Populasi & Sampel


Populasi penilitian adalah diambil dari 221 partisipan diaman 115 (52% )
merupakan HIV/HCV co-infeksi dan 106 (48%) merupakan HIV mono infeksi. Sampel
penilitian 66% laki-laki dan 34% perempuan

h) Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data adalah dari seluruh partisipan dan peniliti kesehatan
yang diikuti menurut panduan dari percobaan Department of Health and Human Services
and authors.

i) Kesimpulan
STRES, IMMUNITAS dan KERENTANAN SALURAN NAFAS BAGIAN BAWAH
TERHADAP INFEKSI

a) Latar belakang

Bnyak penelitian dilakukan untuk mencari tahu apakah stress dapat menyebabkan
kerentanan terhadap infeksi, penelitian tersebut telah mulai sejak tahun 1950.
Berdasarkan bukti adanya hubungan stress dengan terjadinya insiden demam dan
influenza, ada juga penelitian yang membuktikan bahwa stress dapat menyebabkan
penyakit tertentu. Misalnya, peneilitian epidemiologi yang mendemostrasikan bahwa
stress didalam keluarga dapat berasosiasi dengan insiden serologi yang tinggi pada
infeksi saluran nafas bagian bawah.

b) Masalah
Jika stress dapat menyebabkan beberapa penyakit, bagiamana mekanismenya?

c) Tujuan dan manfaat


Untuk mencari tahu hubungan stress dan infeksi dan mekanisme terjadinya

d) Jenis penelitian
Penelitian Statistika Deskriptif Rancangan Observasi Bersifat Analitik Case – control
dan Logika Deduktif

e) Populasi dan sampel


laki – laki berjumlah 154 orang dan perempuan 266 dengan usia antara 18 – 54 tahun

f) Variable penelitian
laki – laki dan perempuan dengan psikologi dan kesehatanya

g) Pengumpulan data

Dilakukan dengan cara tes kesehatan meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan


psikologi dan kepribadian serta pemberian kuesioner psikologi kesehatan.
h) Analisis data

Statistika Deskriptif (Distribusi Frekuensi Relative) dan disajikan dalam bentuk


tulisan dan histogram. Waktu yang dibutuhkan adalah 28 hari, selama 28 hari sampel
akan dimasukan kedalam protocol. Protocol tersebut adalah sign – symptom respiratory,
yang termasuk dalam protocol tersebut adalah bersin, air mata, sakit tenggorokan,
tenggorokan gatal dan batuk.

Pada hari kedua sampel akan diperiksa kembali dan diberikan virus yang
menyerang saluran pernapasan dengan dosis rendah via nasal : rhinovirus tipe 2 (n=86), 9
(n=122), dan 14 (n=92), respiratory syncytial virus (n=40) dan coronavirus tipe 299E
(n=54). Sebelum hari ke tujuh sampel akan dikarantina secara terpisah, sendiri,
berpasangan atau dalam kelompok kecil berjumalah tiga orang.

i) Kesimpulan
 Semakin tingginya stress maka semakin parah penyakitnya. Stress tersebut
meliputi stress kehidupan, stress pekerjaan, dan pikiran negatif
 Faktor – faktor yang mempengaruhi adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan,
berat badan, status alergi, dan resistensi terhadap virus
 Faktor lainnya adalah kepribadian meliputi pengontrol diri dan cara menghargai
diri

j) Referensi
 Berkman, L F (1995). The role of social relation in health promotion.
Psychosomatic medicine, 57, 245 – 254
 Brown, G W, & Harris, TO (1989). Life event and illness. New York : Guilford
Press
 Cohen, S, tyrrell, D A J, & Smith, A.P (1993). Life event, perceived stress,
negative affect and susceptibility to common cold. Journal of personality and
social psychology, 64, 131 – 140
HUBUNGAN RESPON IMUN DAN STRES DENGAN TINGKAT

KEKAMBUHANDEMAM TIFOID PADA MASYARAKAT

DI WILAYAH PUSKESMAS COLOMADU KARANGANYAR

a) Latar Belakang Permasalahan


Demam tifoid yang biasa disebut Tifus atau Tipes adalah penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi terutama menyerang saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi
akut yang selalu ada pada masyarakat di Asia, Afrika maupun Amerika latin dan
termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang
banyak orang. Mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Sebagian penderita demam
tifoid kelak akan menjadi carrier baik sementara atau menahun.

b) Masalah
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang ada pada masyarakat endemic.

c) Manfaat & Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon imun dan stress dengan
tingkat kekambuhan demam tifoid pada masyarakat di wilayah Puskesmas Colomadu
Karanganyer.

d) Tempat penelitian

Wilayah puskesmas Colomadu Karang Anyar

e) Jenis Penelitian

Observasional . Karena penelitian secara langsung yakni dengan menggunakan


observasi langsung melalui catatan medis pasien .
f) Variable Penelitian

Variable bebas : Tingkat Kekambuhan Demam Tifoid Pada Masyarakat di


Wilayah Puskesmas Colomadu Karanganyer

Variable terikat : Hubungan Respon Imun Dengan Stress

g) Desain penelitian

Desain penelitian menggunakan desain descriptive dan cross secsional

h) Populasi & Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan demam tifoid yang berumur >
18 tahun yang berkunjung di puskesmas colomadu Karanganyer yang berjumlah 130
orang. Sampel yang digunakan adalah 43 orang dari pasien dengan kekambuhan
demam tifoid.

i) Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan alat ukur berupa kuesionere tinggat


stress dengan kuisionere data catatan medis dari pasien

j) Analisis data

Analisis data penelitian ini adalah bivariat. Untuk dapat menguji dan menganalisis
data menggunakan uji statistic dengan analisis hubungan menggunakan uji Chi-Square
k) Tabel hasil dan pembahasan penelitian

Karakteristik responden berdasarkan data jenis kelamin


Table 1. Jenis Kelamin

Tabel 2. Nilai Total Skor Respon Imun

Tabel 3. Nilai Total Stres


Hasil total skor untuk tingkat stres nampak rata-rata adalah stres

Tabel 4. Nilai Total Skor Tingkat Kekambuhan

Nilai total skor untuk tingkat kekambuhan Nampak rata-rata adalah sering kambuh.

Tabel 5. Hubungan Respon Dengan Tingkat Kekambuhan

Berdasarkan hasil analisis chi-square diperoleh nilai person sebesar 31,279 dengan
probabilitas sebesar 0,013 < 0,05. Berdasarkan hasil analisischi-square diperoleh nilai person
sebesar 22,598 dengan probabilitas sebesar 0,021 < 0,05

l) Kesimpulan
 Penelitian dilakukan pada sejumlah pasien dengan kekambuhan demam tifoid
pada masyarakat di wilayah Puskesmas Colomadu Karanganyar pada tahun 2008,
dengan distribusi jenis kelamin responden tersebut jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada responden jenis kelamin laki-laki dari keluruhan jumlah responden
dengan kekambuhan demam tifoid.
 Berdasarkan hasil analisis data, secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara respon imun dengan tingkat kekambuhan
demam tifoid pada masyarakat di wilayah Puskesmas Colomadu Karanganyar.
 Hubungan antara Stres dengan Tingkat Kekambuhan Demam Tifoid.
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan hubungan yang signifikan antara stres
dengan tingkat kekambuhan demam tifoid. Hasil perhitungan nilai probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikan 5% atau 0,02 1 < 0,05. Menurut Vita Health (2004),
stres adalah respon terhadap setiap keadaan yang mengancam kesehatan jasmani dan
atau emosional. Bila seseorang mengalami stres maka akan meningkatkan resiko
terserang penyakit ataupun kekambuhan penyakit. Dalam ilmu psikologi stres
diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga
menimbulkan adanya ketidakseimbangan.

m) Daftar pustaka
1. Djohor Ratniwati. 2001. www.sinar harapan.com as retrieved on 15 Desember
2008
2. Hardiono D. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Isfandiari. 2008. Konseling Masyarakat.FKM UNAIR
4. Israr. 2008. Artikel Demam Tifoid (Thypoid Fever). Riau : FKUR Jevuska.
2005. www.medscape.com as retrieved on 9 September 2008.
5. Noer S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit. FKUI
6. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika
7. Prasetyo, D H. 2006. Psikoneuroimunologi Untuk Keperawatan. Edisi 2. Surakarta
: UNS Press Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi. Jakarta: Agung Seto
8. Soedarmo, S P. 2002. Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta : FKUI
Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University
Press
9. Sudoyo, Setyohati, Alwi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan kesebelas. Jakarta : CV.
Alfabeta Waspodo.
Stress Sebagai Predictor Dari Progresi Dini Infeksi Penyakit HIV

a) Latar belakang

Ada suatu konsep mengenai stress dapat mempengaruhi sistem imun dan hal
tersebut Nampak serta menyebabkan penyakit imun bersifat fisik seperti kanker dan
AIDS. Banyak penelitian telah mendemostrasikan di laboratorium dengan maksud bahwa
immunitas dapat berasosiasi dengan stress dan depresi. Yang masih tidak jelas adalah
mengenai stress dapat mempercepat jalanya infeksi HIV. Dalam penelitian meta –
analitik sebelumnya belum diitemukan bukti bahwa stress atau depresi dapat
mempercepat jalanya infeksi penyakit HIV.

b) Masalah
Stress dapat mempercepat progresi dari infeksi HIV
c) Tujuan dan manfaat
Mengetahui hubungan antara stress dan Infeksi HIV demi langkah pengobatan lebih
lanjut
d) Jenis penelitian

Penelitian Experimental bersifat Quasi Experimental dengan logika deduktif serta


statistika inferensi

e) Populasi dan sampel


93 pasien HIV homoseksual
f) Variable
Pasien positif mengidap virus HIV
g) Pengumpulan data
Dengan cara Observasi lembaga – lembaga kesehatan dan sosial
h) Analisis data
Statistika inferensi dengan estimasi dan uji hipotesis
i) Kesimpulan
 Stress dapat menjadi tanda awal progesifitas dari infeksi HIV
 Semakin beratnya stress mempengaruhi perkembangan dari progesifitas infeksi
HIV
 Stress dan depresi mempengaruhi mortalitas dan morbilitas

j) Referensi
1. Evans DL, Leserman J, Pedersen CA, Golden RN, Lewis MH Folds JD, Ozer
H: Immune correlates of stress and depression Psychopharmacol Bull 1989;
25:319 - 324
2. Reichlin S: Mechanisms of disease: neuroendocrine-immune interactions. N
Engl J Med 1989; 329:1246–1253
3. Goodkin K, Mulder CL, Blaney NT, Ironson G, Kumar M Fletcher MA:
Psychoneuroimmunology and human immunodficiency virus type 1 infection
revisited. Arch Gen Psychiat 1994; 51:246–247
4. Stein M, Miller AH, Trestman RL: Depression, the immune sytem, and health
and illness. Arch Gen Psychiatry 1991; 48:171 - 177
5. Evans DL, Folds JD, Petitto J, Golden RN, Pedersen CA, Corgan M, Gilmore
JH, Silva SG, Quade D, Ozer H: Circulatin natural killer cell phenotypes in males
and females with major depression: relation to cytotoxic activity and severity of
depresion. Arch Gen Psychiatry 1992; 49:388–395
6. McGee R, Williams S, Elwood M: Are life events related to the onset of breast
cancer? (editorial). Psychol Med 1996; 26:441 - 447
7. Ramirez AJ, Craig KJT, Watson JP, Fentiman IS, North WR Rubens RD:
Stress and relapse of breast cancer. BMJ 1989; 298,291–393
8. Spiegel D, Bloom JR, Kraemer HC, Gottheil E: Effect of psychosocial
treatment on survival of patients with metastatic breast cancer. Lancet 1989;
2:888–891
9. Fauci AS: Multifactorial nature of human immunodeficiency virus disease:
implications for therapy. Science 1993; 262:1011 - 1018
10. Zorrilla EP, McKay JR, Luborsky L, Schmidt K: Relation stressors and
depressive symptoms to clinical progression of viral illness. Am J Psychiatry
1996; 153:626–635
11. Grant I, Brown GW, Harris T, McDonald WI, Patterson TL: Severely
threatening events and marked life difficulties precedin onset or exacerbation of
multiple sclerosis. J Neurol Neurosurg Psychiatry 1989; 52:8–13
12. Craig T, Brown G: Goal frustration and life events in the etiology of painful
gastrointestinal disorder. J Psychosom Res 1978; 2411–421
13. Dohrenwend BS, Krasnoff L, Askenasy AR, Dohrenwend BP:
Exemplification of a method for scaling life events: the PERI Life Events Scale. J
Health Soc Behav 1978; 19:205–229
14. Brown GW, Harris T: Social Origins of Depression: A Study Psychiatric
Disorder in Women. New York, Free Press, 1978
15. Spitzer RL, Williams JBW, Gibbon M: Structured Clinical Inter-view for
DSM III-R (SCID). New York, New York State Psychi-atric Institute, Biometrics
Research, 1989
16. Perkins DO, Dickison JA, Evans DL: SCID-RDC: DSM-III-R and RDC
Integrated Interview, in New Research Program and Ab-stracts, 143rd Annual
Meeting of the American Psychiatric As-sociation. Washington, DC, APA, 1990,
p 75
17. Hamilton M: A rating scale for depression. J Neurol Neurosurg Psychiatry
1960; 23:56–62
18. Rosner B: Fundamentals of Biostatistics, 3rd ed. Boston and Bel-mont, Calif,
Wadsworth, 1990
19. SAS Technical Report P-217: SAS/STAT Software: The PHREG Procedure.
Cary, NC, SAS Institute, 1991
20. Agresti A: Categorical Data Analysis. New York, John Wiley & Sons, 1990
21. Elliott GR, Eisdorfer C: Stress and Human Health. New York, Springer, 1982
22. Rovner BW, German PS, Brant LJ, Clark R, Burton L, Folstein MF:
Depression and mortality in nursing homes. JAMA 1991; 265:993–996
23. Frasure-Smith N, Lespérance F, Talajic M: Depression following myocardial
infarction: impact on 6-month survival. JAMA 1993; 270:15:1819–1825
24. Bartrop RW, Luckhurst E, Lazarus L, Kiloh LG, Penny R: De-pressed
lymphocyte function after bereavement. Lancet 1977; 1: 834–836
25. Cohen S, Tyrrell DAJ, Smith AP: Psychological stress and suscep-tibility to
the common cold. N Engl J Med 1991; 325:606–612
26. Fawzy FI, Fawzy NW, Hyun CS, Elashoff R, Guthrie D, Fahey JL, Morton
DL: Malignant melanoma: effects of an early struc-tured psychiatric intervention,
coping, and affective state on re-currence and survival 6 years later. Arch Gen
Psychiatry 1993; 50:681–689
27. Fawzy FI, Kemeny ME, Fawzy NW: A structured psychiatric in-tervention for
cancer patients, II: changes over time in immu-nological measures. Arch Gen
Psychiatry 1990; 47:729–735
28. Herbert TB, Cohen S: Depression and immunity: a meta-analytic review.
Psychol Bull 1993; 113:472–486
29. Herbert TB, Cohen S: Stress and immunity in humans: a meta-analytic
review. Psychosom Med 1993; 55:364–379
30. Lyketsos CG, Hoover DR, Guccione M, Senterfitt W, Dew MA,
Wesch J, VanRaden MJ, Treisman GJ, Morgenstern H: Depres-sive symptoms as
predictors of medical outcomes in HIV infec-tion. JAMA 1993; 270:2563–2567
31. Burack JH, Barrett DC, Stall RD, Chesney MA, Ekstrand ML, Coates TJ:
Depressive symptoms and CD4 lymphocyte decline among HIV-infected men.
JAMA 1993; 270:2568–2573
32. Rabkin JG, Williams JB, Remien RH, Goetz R, Kertzner R, Gor-man JM:
Depression, distress, lymphocyte subsets, and human immunodeficiency virus
symptoms on two occasions in HIV-positive homosexual men. Arch Gen
Psychiatry 1991; 48:111– 119
33. Perry S, Fishman B, Jacobsberg L, Frances A: Relationships over 1 year
between lymphocyte subsets and psychosocial variables among adults with
infection by human immunodeficiency virus. Arch Gen Psychiatry 1992; 49:396
401
BAB III

PENUTUP

RINGKASAN
DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai